1 - Januari 2010
Dewi Yuliati
Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro
ABSTRACT ABSTRAK
Batik Semarang was born in line with the needs Batik Semarang lahirkan sejalan dengan kebutu-
of the people of Hyderabad of the material with a han dari orang-orang dari Hyderabad akan ba-
new motif or style tailored to the taste, intention, han dengan motif atau gaya baru yang berdasar-
and creativity of the craftsmen. Batik is a combi- kan pada rasa, niat, dan kreatifitas dari pembuat-
nation of several countries influence developing nya. Batik merupakan perpaduan dari pengaruh
in Indonesian culture. Based on its shape, Batik beberapa negara yang berkembang dalam budaya
designs can be divided into two major groups, Indonesia. Ditinjau dari desainnya, desain batik
namely geometric and non-Geometric. The devel- dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni
opment of Semarangan batik was due to the fact geometrik dan nongeometrik. Pengembangan
that certain motif of batik can only be worn by yang dilakukan terhadap batik semarangan dise-
certain people, not for all group of people. Batik babkan adanya beberapa motif batik yang hanya
semarangan craftments are found in coastal re- digunakan oleh kalangan tertentu, dan tidak
gions. It displays the design composing of orna- boleh untuk kalangan umum. Pengrajin batik
ments plucked from marine environment. Indo- Semarangan berkembang di kawasan pesisir. Ia
nesian Batik develops not only to display a menampilkan desain yang terdiri atas berbagai
blending of court Batik designs with the coastal ornamen yang menunjukkan ciri khas kemariti-
Batik technique, but also to incorporate other man. Batik ini dikembangakan tidak hanya
ornaments which come from many various eth- menampilkan desain batik khas pesisiran, tetapi
nic groups in Indonesia. juga memasukkan berbagai ornament dari ber-
agam kelompok etnis di Indonesia.
Key words: batik, history, ornaments, marine
environment, designs Kata kunci: batik, sejarah, ragam hias, lingkun-
gan pesisir, desain
11
Paramita Vol. 20 No. 1 - Januari 2010 [ISSN: 0854-0039]
Hlm. 11-20
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
tif. Tapak canting klowongan lebih besar prasasti dari abad ke-10, dapat diketa-
daripada canting isen-isen. Ada tiga jenis hui bahwa pada masa itu di wilayah
canting klowongan yaitu canting klowon- Kerajaan Mataram Hindu sudah ada
gan halus (diameter 1 mm), canting kegiatan membatik. Sebagai contoh,
klowongan sedang (diameter 1,5 mm), Prasasti Gulung-gulung (929 M) dapat
dan canting klowongan besar (diameter 2 diketahui bahwa pada abad ke-10 di
mm). Ketiga, canting popokan, yaitu cant- Jawa sudah ada usaha kerajinan kain
ing yang digunakan untuk menutup dan batik. Langkah-langkah pembuatan
bidang pada motif. Tapak canting ini kain dan batik disebutkan sebagai beri-
lebih besar daripada canting klowongan. kut: wusu-wusu (menyisir kapas untuk
Jenis-jenis canting popokan adalah: cant- menghilangkan bijinya), anggumarang
ing popokan halus (diameter 2,5 mm), (membuat kain), mangragi (membuat
canting popokan sedang (diameter 3 mm), corak tertentu pada kain untuk pejabat
dan canting popokan kasar (diameter 3,5 istana), mamukat mengkudu (mewarnai
mm). Keempat, canting dodosan, yaitu kain dengan akar mengkudu untuk
canting yang dipakai untuk menutup mendapatkan warna merah), manyula
latar di sela-sela bidang motif yang mengkudu (menyelup kain dengan akar
renggang. Canting dodosan ini berdiame- mengkudu), dan mangubar (menyelup
ter kira-kira 3,5 mm. kain untuk memberi warna yang berpi-
Selain canting, digunakan juga alat jar). Keterangan prasasti tersebut
yang disebut tonyok, yaitu alat yang menunjukkan bahwa teknik pembuatan
dibuat dari himpunan berkas-berkas kain dan batik sudah dimiliki orang In-
benang yang dimasukkan dalam lubang donesia sejak ratusan tahun silam, jauh
buluh kecil (sekitar 2-3 mm). Tonyok ber- sebelum pengaruh kebudayaan Cina
guna untuk menutup latar yang lebar. dan Barat.
Aktivitas membatik dikendalikan secara Berdasarkan latar belakang yang
langsung oleh tangan. Oleh karena itu, telah diuraikan di atas, sangat menarik
batik dapat disebut hasil kerajinan tan- untuk dipertanyakan sejak kapan orang
gan. Semarang melaksanakan aktivitas mem-
Pengertian kata batik dapat dite- batik?, bagaimana perkembangannya
mukan dalam kamus Belanda Van Dale dan apa ciri-ciri batik Semarang itu?.
Nieuw Handwoordenboek der Nederlandse Artikel ini membahas perjalanan sejarah
Taal yang menjelaskan bahwa battiken is batik Semarang dengan berbagai motif
Indonesische methode om weefsels in figuren dan nilai filosofinya.
te verven (cara orang Indonesia untuk
memberi warna pada kain dalam ben-
tuk motif-motif atau gambar-gambar). METODE PENELITIAN
Produk dari aktivitas battiken itu disebut
batik. Dari pengertian yang dikemu- Penelitian ini merupakan peneli-
kakan dalam kamus Belanda itu, dapat tian historis untuk mengumpulkan,
kita ketahui bahwa Bangsa Belanda menyeleksi, dan menguji secara kritis
yang pernah berkuasa di Indonesia se- sumber-sumber sejarah, sehingga
lama berabad-abad telah mengakui menghasilkan fakta sejarah. Fakta-fakta
bahwa batik adalah budaya Indonesia sejarah kemudian dianalisis dalam
asli. suatu uraian sistematis melalui
Sejak kapan bangsa Indonesia me- pendekatan budaya khususnya seni
lakukan aktivitas membatik, sulit desain.
diketahui secara pasti. Namun dari Sumber data dalam penelitian ini
12
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
13
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
14
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
kepada penduduk untuk membumihan- Liem diambil sebagai menantu oleh Sul-
guskan tempat-tempat yang memiliki tan Jogjakarta.
potensi ekonomi, seperti gudang, pela- Tan Kong Tien memperoleh keahl-
buhan, toko-toko, sentra-sentra industri, ian membatik dari istrinya yang masih
dan lain-lain (Brommer, dkk., 1995: 40- kerabat keraton Jogja. Keahlian dalam
41). Kampung Batik pun menjadi sa- pengelolaan usaha batik diturunkan
saran pembakaran, meskipun belum kepada puteri Tan Kong Tien, Raden
seluruhnya musnah. Nganten Sri Murdijanti, yang
Surutnya kegiatan membatik di meneruskan perusahaan Tan Kong Tien
kampung batik diperparah oleh sampai tahun 1970-an. Setelah kemer-
peristiwa Pertempuran Lima Hari di dekaan Indonesia, Raden Nganten Sri
Semarang antara pemuda Indonesia dan Murdijanti memperoleh hak monopoli
tentara Jepang yang berlangsung pada batik untuk wilayah Jawa Tengah dari
15-19 Oktober 1945. Pada tanggal 15 Ok- Gabungan Koperasi Batik Indonesia
tober 1945 tentara Jepang membakar (GKBI).
rumah-rumah penduduk di kampung- “Batikkerij Tan Kong Tien”
kampung di Kota Semarang, meliputi: memiliki banyak pegawai yang di-
Kampung Batik, Lempongsari, Depok, golongkan dalam fungsi-fungsi sebagai
Taman Serayu, Pandean Lamper, dan berikut: carik (pembuat desain motif ba-
lain-lain. Karena peristiwa pembumi- tik), pembatik, dan tukang celup. Jum-
hangusan itu, seluruh peralatan memba- lah pembatik di perusahaan itu cukup
tik di Kampung Batik ikut terbakar dan banyak, berasal dari kampung-
kegiatan membatik di kampung itu pun kampung Rejo Sari, Kintelan, Kampung
terhenti. Batik, Karang Doro, Mlaten Trenggulun,
Pembakaran Kampung Batik tern- Kampung Darat, dan Layur. Pemesan
yata tidak melumpuhkan usaha di sek- batik pada masa Kolonial Belanda
tor batik. Di Kota Semarang, masih ber- berasal dari kalangan pejabat pemerin-
tahan hidup perusahaan batik milik tahan, turis, dan pedagang. Produk-
orang Cina peranakan di Kampung produk yang dipesan berupa jarit/
Bugangan. Perusahaan ini berkembang nyamping, selendang, dasi, dan topi.
sejak awal abad ke-20 sampai tahun Pada tahun 1970 perusahaan batik Tan
1970-an, bernama “Tan Kong Tien Batik- Kong Tien surut karena tidak ada lagi
kerij”. Pemilik perusahaan bernama Tan generasi penerusnya.
Kong Tien, yang menikah dengan Pada tahun 1950-an di Kota Se-
Raden Ayu Dinartiningsih, salah satu marang juga terdapat perusahaan pem-
keturunan Hamengku Buwana III dari batikan “ASACO” yang bertempat di
KeSultanan Jogjakarta. Jalan Senjoyo II No. 13 (Soekirno, 1956:
Tan Kong Tien adalah salah seo- 57). Akan tetapi sampai saat ini jejak-
rang putera dari Tan Siauw Liem, seo- jejak sejarahnya belum terungkap. Pada
rang tuan tanah di Semarang, yang tahun 1980 muncul perusahaan batik
mendapat gelar mayor dari pemerintah “Sri Retno”, bertempat di Jati Ngaleh.
Hindia Belanda. Kekayaan tanahnya Motif-motif batiknya bervariasi, namun
meliputi kawasan Bugangan sampai juga memproduksi batik dengan icon
Plewan, seluas 90 Ha (Wawancara den- Kota Semarang, seperti Tugu Muda.
gan Raden Ayu Sri Murdiyanti, 17 Juni Pada tahun 2000 satu perusa-
2006). Karena kekayaan itu, tidaklah haan batik tumbuh dan berkembang di
mengherankan jika putera Tan Siauw kawasan Tembalang, tepatnya di pe-
rumahan Bukit Kencana. Perusahaan
15
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
batik itu bernama “Umizie”, yang pada berwarna dasar biru (Heringa & Har-
pertengahan tahun 2006 berganti nama men, 1997: 103). Kedua, motif batik den-
“Sanggar Batik Semarang 16”. Selain gan pengaruh budaya Cina. Pada
memproduksi batik dengan motif-motif umumnya batik Semarang menampil-
Semarang kuno (dari abad ke-19), sang- kan motif fauna yang lebih menonjol
gar batik ini pun menghasilkan batik dari pada flora, seperti: merak, kupu-
dengan icon-icon Kota Semarang, seperti: kupu, jago, cendra wasih, burun g
Tugu Muda Kiniteran Sulur, Asem phunix, dan sebagainya. Motif-motif ini
Arang, Lawang Sewu, Kawung Se- tidak terlepas dari pengaruh budaya
mawis, dan lain-lain. Untuk memper- Cina. Batik di Kota-Kota pesisir lainnya,
lancar produksi, “Sanggar Batik Sema- seperti Pekalongan, lebih menonjolkan
rang 16” juga mengusahakan sistem cap motif flora, seperti: buket, lung-lungan,
agar dapat menghasilkan tekstil dengan bunga cempaka, dan sebagainya. Tam-
motif batik dalam jumlah lebih banyak paknya, unsur budaya Eropa ikut me-
dengan harga lebih murah. nentukan dalam pembentukan motif
Pada tahun 2007 lahir usaha batik batik Pekalongan, karena di Kota itu
“Batik Semarang Indah” di Kampung pada paroh kedua abad ke-19 pernah
Batik. Usaha batik ini merupakan salah berdiri banyak perusahaan batik yang
satu hasil dari kegiatan pelatihan mem- dikelola oleh orang Eropa, seperti: L.
batik di Kampung Batik yang diseleng- Meetzelaar, Christina van Zuylen, Woll-
garakan oleh Dewan Kerajinan Nasional weber, J. Jans, dan lain-lain. Seperti kita
Daerah Kota Semarang pada bulan Juni- ketahui bahwa orang Eropa, khususnya
Juli 2006. Motif-motif batik yang dihasil- Belanda, selalu mengatakan cinta den-
kannya adalah terutama motif-motif Se- gan bunga (say love with flower), se-
marang baik tradisional maupun kon- hingga konsepsi ini pun tertuang dalam
temporer. desain-desain motif batik Pekalongan.
Ciri-ciri motif batik Semarang da-
pat disimak juga melalui penuturan Ibu
Motif Batik Semarang Jamini, seorang sesepuh di Kampung
Batik. Menurutnya, dulu banyak warga
Secara umum dapat diidentifikasi Kampung Batik melakukan kegiatan
bahwa ciri-ciri motif batik Semarang membatik dengan motif-motif yang se-
tidak berbeda jauh dengan motif batik suai dengan kehendak perajin sendiri.
di Kota-Kota pesisir utara Pulau Jawa. Jadi, mereka membatik tanpa motif
Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi yang baku seperti di daerah Surakarta
adalah: bebas atau tidak terikat pada dan Yogyakarta. Dulu, orang Semarang
aturan-aturan tertentu, ragam hias flora membatik untuk dipakai sendiri. Den-
dan fauna, ragam hias besar dan tidak gan demikian motif batik Semarang ter-
rinci, serta warna cerah menyolok. gantung pada keinginan, imajinasi, ek-
Meskipun ada persamaan ciri-ciri motif spresi, dan kreasi pembatik. Rakyat Se-
batik Semarang dengan batik pesisir marang tidak pernah membakukan mo-
lainnya, namun jika diamati secara teliti, tif dan nama batik seperti batik di vor-
ada juga detail perbedaannya. Perbe- stenlanden (Surakarta dan Jogjakarta).
daan itu dapat dilihat pada dua hal. Per- Pada umumnya, orang Semarang
tama, warna dasar batik. Pada umum- tempo dulu membatik dengan motif
nya batik Semarang berwarna dasar yang bersifat naturalistik (fauna dan
oranye kemerahan, batik Demak ber- flora) serta realistik (ikan, kupu-kupu,
warna coklat muda, dan batik Kudus burung, ayam, bunga, pohon, bukit, dan
16
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
Gambar 1 Batik Motif Merak Semawis (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti)
pengaruh dari kebudayaan Cina yang dan daun asam. Warna dasarnya kuning
mempercayai bahwa burung merak dan -oranye, dan motifnya berwarna coklat
bambu memiliki nilai filosofi yang san- serta merah. Warna merah-oranye me-
gat bagus dalam kehidupan. rupakan salah satu karakter batik tra-
Berdasarkan A Dictionary of Chi- disional Semarang.
nese Symbols, burung merak merupakan Di Kota Semarang juga ditemukan
17
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
Gambar 2. Batik Motif Puspita Sari (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti).
motif batik yang mengekspresikan per- biru, ungu, dan merah. Warna-warna ini
paduan antara motif batik vorstenlan- juga menjadi ciri batik pesisir. Berikut
den (da e rah peda lam an/kerajaan ini disajikan beberapa contoh motif ba-
Yogyakarta dan Surakarta) dan pesisir. tik Semarang yang diproduksi oleh Tan
Motif campuran ini dapat disaksikan Kong Tien.
pada produk batik “Batikkerij Tan Kong
Tien”. Perpaduan budaya ini dapat di-
pahami mengingat bahwa keluarga Tan SIMPULAN
Kong Tien merupakan campuran antara
orang Jogja dan Semarang, serta secara Dari penelusuran jejak-jejak se-
geografis letak Semarang dekat dengan jarah dan motif batik Semarang dapat
Jogja, sehingga kedua unsur budaya itu disimpulkan lima hal. Pertama, batik Se-
tentu dapat saling mempengaruhi dan marang telah lahir sejalan dengan kebu-
saling mengadaptasi. tuhan masyarakat Kota Semarang akan
Warna dasarnya tidak seperti bahan sandang dengan motif atau corak
warna batik Jogja yang cenderung ke- yang disesuaikan dengan rasa, karsa,
coklatan atau warna sogan, tetapi lebih dan daya cipta para perajin atau
bervariasi dan menyala seperti hijau, masyarakat pendukungnya. Kedua, batik
Gambar 3. Batik Motif Cempaka Rukmi (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku
peneliti)
18
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
19
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010
20