Anda di halaman 1dari 10

Paramita Vol. 20, No.

1 - Januari 2010

MENGUNGKAP SEJARAH DAN MOTIF


BATIK SEMARANGAN

Dewi Yuliati
Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro

ABSTRACT ABSTRAK

Batik Semarang was born in line with the needs Batik Semarang lahirkan sejalan dengan kebutu-
of the people of Hyderabad of the material with a han dari orang-orang dari Hyderabad akan ba-
new motif or style tailored to the taste, intention, han dengan motif atau gaya baru yang berdasar-
and creativity of the craftsmen. Batik is a combi- kan pada rasa, niat, dan kreatifitas dari pembuat-
nation of several countries influence developing nya. Batik merupakan perpaduan dari pengaruh
in Indonesian culture. Based on its shape, Batik beberapa negara yang berkembang dalam budaya
designs can be divided into two major groups, Indonesia. Ditinjau dari desainnya, desain batik
namely geometric and non-Geometric. The devel- dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni
opment of Semarangan batik was due to the fact geometrik dan nongeometrik. Pengembangan
that certain motif of batik can only be worn by yang dilakukan terhadap batik semarangan dise-
certain people, not for all group of people. Batik babkan adanya beberapa motif batik yang hanya
semarangan craftments are found in coastal re- digunakan oleh kalangan tertentu, dan tidak
gions. It displays the design composing of orna- boleh untuk kalangan umum. Pengrajin batik
ments plucked from marine environment. Indo- Semarangan berkembang di kawasan pesisir. Ia
nesian Batik develops not only to display a menampilkan desain yang terdiri atas berbagai
blending of court Batik designs with the coastal ornamen yang menunjukkan ciri khas kemariti-
Batik technique, but also to incorporate other man. Batik ini dikembangakan tidak hanya
ornaments which come from many various eth- menampilkan desain batik khas pesisiran, tetapi
nic groups in Indonesia. juga memasukkan berbagai ornament dari ber-
agam kelompok etnis di Indonesia.
Key words: batik, history, ornaments, marine
environment, designs Kata kunci: batik, sejarah, ragam hias, lingkun-
gan pesisir, desain

PENDAHULUAN sesuai dengan fungsinya. Pertama, cant-


ing isen-isen, yaitu canting yang dipakai
Menurut Standar Industri Indone- untuk mengisi ruang-ruang kecil di
sia (SII) batik adalah bahan tekstil yang dalam motif. Canting isen-isen bertapak
diberi warna dan motif khas Indonesia titik atau garis kecil. Canting ini terdiri
dengan menggunakan alat lukis khusus atas beberapa jenis, yaitu: canting cecek
dan lilin batik sebagai bahan perintang siji (dipakai untuk membuat satu titik),
warna (Soerjanto, 1982: 1). Alat untuk canting carat loro (dipakai untuk mem-
melukis kain itu dapat berupa canting, buat garis sejajar), canting cecek loro
bilah kayu, dan kuas. (dipakai untuk membuat dua titik), cant-
Pada masyarakat Jawa umumnya ing cecek telu (dipakai untuk membuat
untuk membatik menggunakan canting. tiga titik), dan canting cecek pitu (dipakai
Fungsi canting adalah untuk memben- untuk membuat tujuh titik). Kedua,
tuk motif atau corak batik. Ada be- canting klowongan, yaitu canting yang
berapa jenis canting yang diberi nama dipakai untuk membuat garis batas mo-

11
Paramita Vol. 20 No. 1 - Januari 2010 [ISSN: 0854-0039]
Hlm. 11-20
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

tif. Tapak canting klowongan lebih besar prasasti dari abad ke-10, dapat diketa-
daripada canting isen-isen. Ada tiga jenis hui bahwa pada masa itu di wilayah
canting klowongan yaitu canting klowon- Kerajaan Mataram Hindu sudah ada
gan halus (diameter 1 mm), canting kegiatan membatik. Sebagai contoh,
klowongan sedang (diameter 1,5 mm), Prasasti Gulung-gulung (929 M) dapat
dan canting klowongan besar (diameter 2 diketahui bahwa pada abad ke-10 di
mm). Ketiga, canting popokan, yaitu cant- Jawa sudah ada usaha kerajinan kain
ing yang digunakan untuk menutup dan batik. Langkah-langkah pembuatan
bidang pada motif. Tapak canting ini kain dan batik disebutkan sebagai beri-
lebih besar daripada canting klowongan. kut: wusu-wusu (menyisir kapas untuk
Jenis-jenis canting popokan adalah: cant- menghilangkan bijinya), anggumarang
ing popokan halus (diameter 2,5 mm), (membuat kain), mangragi (membuat
canting popokan sedang (diameter 3 mm), corak tertentu pada kain untuk pejabat
dan canting popokan kasar (diameter 3,5 istana), mamukat mengkudu (mewarnai
mm). Keempat, canting dodosan, yaitu kain dengan akar mengkudu untuk
canting yang dipakai untuk menutup mendapatkan warna merah), manyula
latar di sela-sela bidang motif yang mengkudu (menyelup kain dengan akar
renggang. Canting dodosan ini berdiame- mengkudu), dan mangubar (menyelup
ter kira-kira 3,5 mm. kain untuk memberi warna yang berpi-
Selain canting, digunakan juga alat jar). Keterangan prasasti tersebut
yang disebut tonyok, yaitu alat yang menunjukkan bahwa teknik pembuatan
dibuat dari himpunan berkas-berkas kain dan batik sudah dimiliki orang In-
benang yang dimasukkan dalam lubang donesia sejak ratusan tahun silam, jauh
buluh kecil (sekitar 2-3 mm). Tonyok ber- sebelum pengaruh kebudayaan Cina
guna untuk menutup latar yang lebar. dan Barat.
Aktivitas membatik dikendalikan secara Berdasarkan latar belakang yang
langsung oleh tangan. Oleh karena itu, telah diuraikan di atas, sangat menarik
batik dapat disebut hasil kerajinan tan- untuk dipertanyakan sejak kapan orang
gan. Semarang melaksanakan aktivitas mem-
Pengertian kata batik dapat dite- batik?, bagaimana perkembangannya
mukan dalam kamus Belanda Van Dale dan apa ciri-ciri batik Semarang itu?.
Nieuw Handwoordenboek der Nederlandse Artikel ini membahas perjalanan sejarah
Taal yang menjelaskan bahwa battiken is batik Semarang dengan berbagai motif
Indonesische methode om weefsels in figuren dan nilai filosofinya.
te verven (cara orang Indonesia untuk
memberi warna pada kain dalam ben-
tuk motif-motif atau gambar-gambar). METODE PENELITIAN
Produk dari aktivitas battiken itu disebut
batik. Dari pengertian yang dikemu- Penelitian ini merupakan peneli-
kakan dalam kamus Belanda itu, dapat tian historis untuk mengumpulkan,
kita ketahui bahwa Bangsa Belanda menyeleksi, dan menguji secara kritis
yang pernah berkuasa di Indonesia se- sumber-sumber sejarah, sehingga
lama berabad-abad telah mengakui menghasilkan fakta sejarah. Fakta-fakta
bahwa batik adalah budaya Indonesia sejarah kemudian dianalisis dalam
asli. suatu uraian sistematis melalui
Sejak kapan bangsa Indonesia me- pendekatan budaya khususnya seni
lakukan aktivitas membatik, sulit desain.
diketahui secara pasti. Namun dari Sumber data dalam penelitian ini

12
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

diperoleh dari buku, artikel, surat kabar


serta hasil-hasil penelitian yang pernah Menelusuri Jejak-jejak Sejarah Batik
dilakukan dengan menggunakan anal- Semarang
isis deskriptif historis, yaitu suatu upaya
menggambarkan perkembangan motif Petunjuk pertama yang dapat di-
batik yang pernah terjadi di wilayah pe- jadikan acuan untuk menelusuri jejak-
sisiran pulau Jawa. Setelah sumber data jejak sejarah batik di Kota Semarang
terkumpul, dilakukan kritik sumber me- adalah keberadaan Kampung Batik di
lalui kritik ekstern dan intern untuk dekat kawasan Bubakan. Menurut Serat
memperoleh kredibilitas dan otentisitas. Kandhaning Ringit Purwo naskah KGB
Fakta-fakta sejarah yang diperoleh ke- No. 7, pada tahun 1476 Ki Pandan
mudian diinterpretasikan sesuai dengan Arang I telah menetap di Pulau Tirang.
pendekatan budaya khususnya seni Peristiwa itu ditandai dengan candra
desain. Tahap terakhir adalah histo- sengkala Awak Terus Cahya Jati. Ke-
riografi yaitu penulisan laporan peneli- mudian dikisahkan juga bahwa Ki Pan-
tian. dan Arang membuka tempat pemuki-
man baru di daerah pegisikan (pantai).
Menurut tradisi Semarang, tempat itu
diberi nama Bubakan yang berasal dari
HASIL DAN PEMBAHASAN kata ”bubak”, yang berarti membuka
sebidang tanah dan menjadikannya se-
Batasan Pengertian Batik Semarang bagai tempat pemukiman. Di tempat ini
Ki Pandan Arang I menjabat sebagai
Dalam upaya memperkuat identi- juru nata (pejabat kerajaan) di bawah
tas dan kepribadian bangsa, banyak kekuasaan kerajaan Demak. Karena ka-
daerah di Indonesia telah mendeklarasi- wasan Bubakan menjadi tempat tinggal
kan identitas budaya melalui media ba- sang juru nata, maka tempat tersebut
tik, seperti: batik Pekalongan, batik De- kemudian dikenal dengan Jurnatan.
mak, batik Kudus, batik Rembang, batik Suatu hal yang lazim di Jawa
Lasem, batik Sragen, batik Banyumas, adalah bahwa di sekitar pusat-pusat ke-
batik Jogja, batik Solo, dan sebagainya. kuasaan kuno terdapat kampung-
Semarang, sebagai ibuKota Propinsi kampung (toponim) yang diberi nama
Jawa Tengah, belum pernah mendek- sesuai dengan profesi atau mata pen-
larasikan diri secara resmi tentang carian penduduknya. Profesi penduduk
kekayaan budayanya dalam bidang ba- itu muncul sebagai akibat logis dari per-
tik. Padahal, Semarang memiliki wari- mintaan pasar dan pemenuhan kebutu-
san budaya batik yang telah menempuh han masyarakat yang tinggal di wilayah
lintasan sejarah yang panjang, sehingga pusat pemerintahan itu. Beberapa
telah mengalami kristalisasi nilai-nilai toponim yang terletak di pusat pemerin-
serta ciri-ciri yang khas dan unik. tahan Semaran g kun o (di s ekita r
Sebelum menelusuri jejak-jejak Bubakan) adalah: Kampung Batik
sejarah batik Semarang, perlu diperjelas (tempat perajin batik), Pedamaran
batasan pengertian batik Semarang. Ba- (tempat perdagangan damar/bahan pe-
tik Semarang adalah batik yang dipro- warna batik), Sayangan (tempat perajin
duksi oleh orang atau warga Kota Sema- alat-alat rumah tangga dari logam/
rang, di Kota Semarang, dengan motif tembaga), Petudungan (tempat perajin
atau icon-icon Kota Semarang. caping), Kulitan (tempat perajin/
pengusaha kulit), Petolongan (tempat

13
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

tukang-tukang talang), Gandekan nah berkembang pesat industri keraji-


(tempat perajin emas), Gendingan nan batik adalah laporan pemerintah
(tempat pembuat gamelan), dan seba- kolonial Belanda (Koloniaal Verslag)
gainya. tentang keberadaan industri-industri di
Berdasarkan fenomena yang telah berbagai karesidenan di Jawa pada per-
diuraikan di atas, dilakukan pene- empat pertama abad ke-20. Di bawah ini
lusuran sumber sejarah di Kampung disajikan tabel yang memuat penjelasan
Batik dengan metode sejarah lisan. Be- tentang jumlah industri kerajinan batik
berapa informan sesepuh di kampung dan tenaga kerja di sektor kerajinan ba-
itu membenarkan bahwa dulu Kam- tik di Semarang yang bersumber dari
pung Batik memang pernah menjadi Koloniaal Verslag 1919 dan 1925 (lihat
sentra perajin batik sampai dengan table 1)
masa penjajahan Jepang (1942-1945). Angka-angka di bawah menun-
Menurut Jamini, sesepuh di Kampung jukkan bahwa dari tahun 1919-1925, di
Batik, perajin batik tidak hanya berasal Semarang terjadi peningkatan yang
dari Kampung Batik, tetapi juga dari pesat di sektor industri kerajinan batik,
Kampung Kulitan, Bugangan, Rejosari, baik jumlah industri maupun jumlah
dan lain-lain. Dari penuturan Ibu Tien tenaga kerjanya. Peningkatan jumlah
Wahono dapat diketahui bahwa dulu di perajin batik di Kota Semarang pada
Kampung Batik terdapat seorang jura- waktu itu terutama disebabkan kondisi
gan batik besar, bernama Ibu Darso krisis ekonomi setelah Perang Dunia I.
yang memasarkan batik dari Kampung Impor tekstil dari India, Belanda dan
Batik ke Pasar DJohar. Tien Wahono Inggris terhenti, sehingga penduduk
juga memberi kesaksian bahwa nenek, berusaha memenuhi sendiri kebutuhan
ibu, budhe, dan bulik-nya adalah perajin akan bahan sandang dengan cara mem-
batik di Kampung Batik. batik, yang merupakan satu-satunya
Pada awal abad ke-20, ada suatu cara untuk memperoleh kain dengan
laporan penelitian yang menyatakan motif-motif yang dikehendaki. Perlu
bahwa banyak penduduk pribumi di diketahui bahwa ketika itu di Indonesia
Kota Semarang bermatapencaharian di belum membudaya sistem cap, apalagi
sektor industri kerajinan, seperti: keraji- sistem printing yang baru berkembang
nan batik, pembuatan pewarna batik, pada era 1970-an.
pembuatan alat-alat rumah tangga dari Kedatangan Jepang di Semarang
logam, kerajinan kulit, pembuatan pada tahun 1942 telah melumpuhkan
pakaian, pembuatan gamelan, dan banyak aktivitas ekonomi di Kota Sema-
gerobag atau kereta (Onderzoek naar de rang, termasuk sektor batik. Ketika ten-
Mindere Welvaart der Bevolking op Java en tara Jepang akan memasuki Kota Sema-
Madura, 1909: 88). Bukti lain yang rang, pemerintah Belanda di Kota ini
menunjukkan bahwa di Semarang per- memberikan instruksi secara diam-diam

Tabel 1 Jumlah Industri Kerajinan Batik dan Jumlah Tenaga Kerja

Tahun Jumlah Jumlah Tenaga Kerja


industri Ahli pria Ahli wanita Kuli pria Kuli wanita
1919 25 58 - 8 168
1925 107 268 223 75 242

Sumber: Koloniaal Verslag 1919 dan 1925

14
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

kepada penduduk untuk membumihan- Liem diambil sebagai menantu oleh Sul-
guskan tempat-tempat yang memiliki tan Jogjakarta.
potensi ekonomi, seperti gudang, pela- Tan Kong Tien memperoleh keahl-
buhan, toko-toko, sentra-sentra industri, ian membatik dari istrinya yang masih
dan lain-lain (Brommer, dkk., 1995: 40- kerabat keraton Jogja. Keahlian dalam
41). Kampung Batik pun menjadi sa- pengelolaan usaha batik diturunkan
saran pembakaran, meskipun belum kepada puteri Tan Kong Tien, Raden
seluruhnya musnah. Nganten Sri Murdijanti, yang
Surutnya kegiatan membatik di meneruskan perusahaan Tan Kong Tien
kampung batik diperparah oleh sampai tahun 1970-an. Setelah kemer-
peristiwa Pertempuran Lima Hari di dekaan Indonesia, Raden Nganten Sri
Semarang antara pemuda Indonesia dan Murdijanti memperoleh hak monopoli
tentara Jepang yang berlangsung pada batik untuk wilayah Jawa Tengah dari
15-19 Oktober 1945. Pada tanggal 15 Ok- Gabungan Koperasi Batik Indonesia
tober 1945 tentara Jepang membakar (GKBI).
rumah-rumah penduduk di kampung- “Batikkerij Tan Kong Tien”
kampung di Kota Semarang, meliputi: memiliki banyak pegawai yang di-
Kampung Batik, Lempongsari, Depok, golongkan dalam fungsi-fungsi sebagai
Taman Serayu, Pandean Lamper, dan berikut: carik (pembuat desain motif ba-
lain-lain. Karena peristiwa pembumi- tik), pembatik, dan tukang celup. Jum-
hangusan itu, seluruh peralatan memba- lah pembatik di perusahaan itu cukup
tik di Kampung Batik ikut terbakar dan banyak, berasal dari kampung-
kegiatan membatik di kampung itu pun kampung Rejo Sari, Kintelan, Kampung
terhenti. Batik, Karang Doro, Mlaten Trenggulun,
Pembakaran Kampung Batik tern- Kampung Darat, dan Layur. Pemesan
yata tidak melumpuhkan usaha di sek- batik pada masa Kolonial Belanda
tor batik. Di Kota Semarang, masih ber- berasal dari kalangan pejabat pemerin-
tahan hidup perusahaan batik milik tahan, turis, dan pedagang. Produk-
orang Cina peranakan di Kampung produk yang dipesan berupa jarit/
Bugangan. Perusahaan ini berkembang nyamping, selendang, dasi, dan topi.
sejak awal abad ke-20 sampai tahun Pada tahun 1970 perusahaan batik Tan
1970-an, bernama “Tan Kong Tien Batik- Kong Tien surut karena tidak ada lagi
kerij”. Pemilik perusahaan bernama Tan generasi penerusnya.
Kong Tien, yang menikah dengan Pada tahun 1950-an di Kota Se-
Raden Ayu Dinartiningsih, salah satu marang juga terdapat perusahaan pem-
keturunan Hamengku Buwana III dari batikan “ASACO” yang bertempat di
KeSultanan Jogjakarta. Jalan Senjoyo II No. 13 (Soekirno, 1956:
Tan Kong Tien adalah salah seo- 57). Akan tetapi sampai saat ini jejak-
rang putera dari Tan Siauw Liem, seo- jejak sejarahnya belum terungkap. Pada
rang tuan tanah di Semarang, yang tahun 1980 muncul perusahaan batik
mendapat gelar mayor dari pemerintah “Sri Retno”, bertempat di Jati Ngaleh.
Hindia Belanda. Kekayaan tanahnya Motif-motif batiknya bervariasi, namun
meliputi kawasan Bugangan sampai juga memproduksi batik dengan icon
Plewan, seluas 90 Ha (Wawancara den- Kota Semarang, seperti Tugu Muda.
gan Raden Ayu Sri Murdiyanti, 17 Juni Pada tahun 2000 satu perusa-
2006). Karena kekayaan itu, tidaklah haan batik tumbuh dan berkembang di
mengherankan jika putera Tan Siauw kawasan Tembalang, tepatnya di pe-
rumahan Bukit Kencana. Perusahaan

15
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

batik itu bernama “Umizie”, yang pada berwarna dasar biru (Heringa & Har-
pertengahan tahun 2006 berganti nama men, 1997: 103). Kedua, motif batik den-
“Sanggar Batik Semarang 16”. Selain gan pengaruh budaya Cina. Pada
memproduksi batik dengan motif-motif umumnya batik Semarang menampil-
Semarang kuno (dari abad ke-19), sang- kan motif fauna yang lebih menonjol
gar batik ini pun menghasilkan batik dari pada flora, seperti: merak, kupu-
dengan icon-icon Kota Semarang, seperti: kupu, jago, cendra wasih, burun g
Tugu Muda Kiniteran Sulur, Asem phunix, dan sebagainya. Motif-motif ini
Arang, Lawang Sewu, Kawung Se- tidak terlepas dari pengaruh budaya
mawis, dan lain-lain. Untuk memper- Cina. Batik di Kota-Kota pesisir lainnya,
lancar produksi, “Sanggar Batik Sema- seperti Pekalongan, lebih menonjolkan
rang 16” juga mengusahakan sistem cap motif flora, seperti: buket, lung-lungan,
agar dapat menghasilkan tekstil dengan bunga cempaka, dan sebagainya. Tam-
motif batik dalam jumlah lebih banyak paknya, unsur budaya Eropa ikut me-
dengan harga lebih murah. nentukan dalam pembentukan motif
Pada tahun 2007 lahir usaha batik batik Pekalongan, karena di Kota itu
“Batik Semarang Indah” di Kampung pada paroh kedua abad ke-19 pernah
Batik. Usaha batik ini merupakan salah berdiri banyak perusahaan batik yang
satu hasil dari kegiatan pelatihan mem- dikelola oleh orang Eropa, seperti: L.
batik di Kampung Batik yang diseleng- Meetzelaar, Christina van Zuylen, Woll-
garakan oleh Dewan Kerajinan Nasional weber, J. Jans, dan lain-lain. Seperti kita
Daerah Kota Semarang pada bulan Juni- ketahui bahwa orang Eropa, khususnya
Juli 2006. Motif-motif batik yang dihasil- Belanda, selalu mengatakan cinta den-
kannya adalah terutama motif-motif Se- gan bunga (say love with flower), se-
marang baik tradisional maupun kon- hingga konsepsi ini pun tertuang dalam
temporer. desain-desain motif batik Pekalongan.
Ciri-ciri motif batik Semarang da-
pat disimak juga melalui penuturan Ibu
Motif Batik Semarang Jamini, seorang sesepuh di Kampung
Batik. Menurutnya, dulu banyak warga
Secara umum dapat diidentifikasi Kampung Batik melakukan kegiatan
bahwa ciri-ciri motif batik Semarang membatik dengan motif-motif yang se-
tidak berbeda jauh dengan motif batik suai dengan kehendak perajin sendiri.
di Kota-Kota pesisir utara Pulau Jawa. Jadi, mereka membatik tanpa motif
Ciri-ciri yang dapat diidentifikasi yang baku seperti di daerah Surakarta
adalah: bebas atau tidak terikat pada dan Yogyakarta. Dulu, orang Semarang
aturan-aturan tertentu, ragam hias flora membatik untuk dipakai sendiri. Den-
dan fauna, ragam hias besar dan tidak gan demikian motif batik Semarang ter-
rinci, serta warna cerah menyolok. gantung pada keinginan, imajinasi, ek-
Meskipun ada persamaan ciri-ciri motif spresi, dan kreasi pembatik. Rakyat Se-
batik Semarang dengan batik pesisir marang tidak pernah membakukan mo-
lainnya, namun jika diamati secara teliti, tif dan nama batik seperti batik di vor-
ada juga detail perbedaannya. Perbe- stenlanden (Surakarta dan Jogjakarta).
daan itu dapat dilihat pada dua hal. Per- Pada umumnya, orang Semarang
tama, warna dasar batik. Pada umum- tempo dulu membatik dengan motif
nya batik Semarang berwarna dasar yang bersifat naturalistik (fauna dan
oranye kemerahan, batik Demak ber- flora) serta realistik (ikan, kupu-kupu,
warna coklat muda, dan batik Kudus burung, ayam, bunga, pohon, bukit, dan

16
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

rumah), tidak simbolis seperti batik- lambang keagungan, keindahan, pe-


batik di Surakarta dan Jogjakarta. Dari lindung keturunannya dari segala ba-
penelitian dapat diketahui bahwa motif haya, serta dapat mengusir pengaruh-
naturalistik dan realistik menjadi ciri pengaruh buruk. Oleh karena makna
khas batik yang diproduksi oleh yang bagus itu, gambar burung merak
masyarakat pesisir utara Jawa. Ciri ini sering digunakan sebagai hiasan busana
dapat dimaknai sebagai kara kter kebesaran pejabat-pejabat kerajaan.
masyarakat pesisir yang lebih terbuka, Rumpun bambu, yang dalam bahasa
bebas, dan lebih ekspresionis jika di- Cina disebut zhu, adalah lambang per-
bandingkan dengan masyarakat pedala- mohonan doa. Pohon bambu juga
man Jawa (Surakarta dan Jogjakarta) memiliki ruas-ruas yang merupakan
yang lebih dilingkupi oleh sistem sim- simbol silsilah. Jika ruas yang paling
bol, norma-norma, dan aturan-aturan di bawah bagus, ruas-ruas di atasnya pun
bawah kekuasaan raja. bagus. Kondisi ini melambangkan
bahwa orang tua yang bagus akan
menurunkan juga anak-anak yang ba-
Nilai Filosofis Batik Semarang gus. Selain itu bambu dapat hidup di
segala iklim serta cuaca. Sifatnya ini
Berdasarkan penuturan Slamet menjadi lambang kemudahan dalam
Sutarno (sekarang sudah wafat), pensi- menempuh kehidupan. Oleh karena
unan pegawai RRI Semarang, orang- makna simbolis yang sangat bagus itu,
orang Semarang tempo dulu sangat gambar burung merak dan rumpun
menyukai motif burung merak dengan bambu sering digunakan sebagai ragam
latar perbukitan dan pohon bambu hias pada kain, kaca-kaca, dan kartu-
(Wawancara dengan Slamet Sutarno, 25 kartu ucapan. Berikut ini dikemukakan
Maret 1998). Setelah diteliti lebih men- contoh batik Semarang dengan motif
dalam, ternyata motif ini merupakan merak dengan latar anyaman bambu,

Gambar 1 Batik Motif Merak Semawis (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti)

pengaruh dari kebudayaan Cina yang dan daun asam. Warna dasarnya kuning
mempercayai bahwa burung merak dan -oranye, dan motifnya berwarna coklat
bambu memiliki nilai filosofi yang san- serta merah. Warna merah-oranye me-
gat bagus dalam kehidupan. rupakan salah satu karakter batik tra-
Berdasarkan A Dictionary of Chi- disional Semarang.
nese Symbols, burung merak merupakan Di Kota Semarang juga ditemukan

17
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

Gambar 2. Batik Motif Puspita Sari (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku peneliti).

motif batik yang mengekspresikan per- biru, ungu, dan merah. Warna-warna ini
paduan antara motif batik vorstenlan- juga menjadi ciri batik pesisir. Berikut
den (da e rah peda lam an/kerajaan ini disajikan beberapa contoh motif ba-
Yogyakarta dan Surakarta) dan pesisir. tik Semarang yang diproduksi oleh Tan
Motif campuran ini dapat disaksikan Kong Tien.
pada produk batik “Batikkerij Tan Kong
Tien”. Perpaduan budaya ini dapat di-
pahami mengingat bahwa keluarga Tan SIMPULAN
Kong Tien merupakan campuran antara
orang Jogja dan Semarang, serta secara Dari penelusuran jejak-jejak se-
geografis letak Semarang dekat dengan jarah dan motif batik Semarang dapat
Jogja, sehingga kedua unsur budaya itu disimpulkan lima hal. Pertama, batik Se-
tentu dapat saling mempengaruhi dan marang telah lahir sejalan dengan kebu-
saling mengadaptasi. tuhan masyarakat Kota Semarang akan
Warna dasarnya tidak seperti bahan sandang dengan motif atau corak
warna batik Jogja yang cenderung ke- yang disesuaikan dengan rasa, karsa,
coklatan atau warna sogan, tetapi lebih dan daya cipta para perajin atau
bervariasi dan menyala seperti hijau, masyarakat pendukungnya. Kedua, batik

Gambar 3. Batik Motif Cempaka Rukmi (diberi nama oleh Dewi Yuliati selaku
peneliti)
18
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

Gambar 4. Batik Grinsing Amengku Bumi.

Semarang merupakan warisan budaya Semarang, serta untuk penguatan kepri-


yang khas dan unik, sehingga sangat badian bangsa, dan ketiga, Pemerintah
potensial sebagai identitas budaya Kota Kota Semarang seharusnya dapat mem-
Semarang, dan ketiga, semua upaya berikan perlindungan hukum bagi
yang dilakukan untuk mengungkap se- desain-desain motif batik Semarang me-
jarah dan menghidupkan kembali batik lalui HAKI, untuk mencegah kemungki-
Semarang menunjukkan bahwa warga nan pengambilalihan atau pembajakan
Kota Semarang masih peduli dengan motif oleh pihak-pihak lain atau negara-
kekayaan budaya lokal. Semangat dan negara lain.
tindakan mencintai budaya lokal sangat
diperlukan untuk memperkokoh identi-
tas dan kepribadian bangsa agar tidak DAFTAR PUSTAKA
terkikis oleh perluasan budaya global.
Ada tiga saran yang diajukan ber- De Tollenaere, F. dan A.J. persijn. 1977.
dasarkan hasil penelitian yang dituang- Van Dale Nieuwe Handwoordenboek
kan dalam tulisan ini. Pertama, pen- der Nederlandsche taal ‘s-. Graven-
gusaha batik perlu mengembangkan hage: Martinus Nijhoff.
usahanya dengan semangat baru dan Soerjanto. 1982. Sejarah Perkembangan
nilai-nilai baru. Semangat dan nilai-nilai Batik. Yogyakarta: Balai Besar
baru itu dapat dibingkai dalam sistem Penelitian dan Pengembangan In-
manajemen yang profesional, seperti: dustri Kerajinan dan Batik.
pengembangan sistem produksi Brommer, dkk. 1995. Semarang Beeld van
(mencakup: pendanaan, peralatan, ba- Een Stad. Plumerend: Asia Maior.
han-bahan dasar, sumber daya manusia, Budiman, Amen. 1978. Semarang Ri-
desain-desain, dan lokasi usaha), pen- wayatmu Dulu. Semarang: Penerbit
ingkatan sistem promosi dan pema- Tanjung Sari.
sarannya. Kedua, seluruh warga Kota Koloniaal Verslag. 1925. Gedrukt Ter Al-
Semarang seharusnya mampu men- geemene Landsdrukkerij.
gangkat potensi batik Semarang sebagai Onderzoek naar de Mindere Welvaart der
salah satu identitas budayanya, karena Bevolking op Java en Madura. 1909.
sesungguhnya potensi budaya ini san- Overzicht van de Uitkomst der
gat berguna untuk mendukung pening- Gewestelijke Onderzoekingen naar De
katan ekonomi dan pariwisata di Kota Inlandschen Handel en Nijverheid en

19
Paramita Vol. 20, No. 1 - Januari 2010

Daaruit Gemaakte Gevolgtrekkingen, Wawancara:


Batavia: H.M. Van Dorp & Co.,
1909. Wawancara dengan Slamet Sutarno, 25
Heringa, Rens & Harmen C. Veldhuisen. Maret 1999.
1997. Batik From the North Coast of Wawancara dengan Ibu Jamini, 27 Ma-
Java. Los Angeles: Los Angeles ret 1999.
County Museum of Art. Wawancara dengan Raden Ayu Sri
Soekirno. 1956. Semarang. Semarang: Murdijanti, pemilik perusahaan
Djawatan Penerangan Kota Besar “Batikkerij Tan Kong Tien”, 17
Semarang. Juni 2006.
Wawancara dengan Ibu Tien Wahono,
warga Kampung Batik Krajan
Baru. 21 Juli 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai