BIDANG KEGIATAN:
PKM - GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
Fourina Sri Rahimah
1906300486
Teknik Kimia 2019
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
1
PENDAHULUAN
GAGASAN
Kondisi Kekinian
2
Potensi bahan baku biomassa dapat ditinjau berdasarkan nilai kalor atau nilai
panas yang dihasilkan. Nilai tersebut dapat dijadikan standar klasifikasi untuk
menentukan prioritas jenis bahan baku yang akan dimanfaatkan. Berikut merupakan
tabel asumsi nilai kalor (calorific value) dan kandungan air (moisture content) bahan
baku biomassa.
Tabel 3. Asumsi nilai kalor dari beberapa sumber bahan baku
Sumber: Penabulu Alliance (2015)
No Jenis Industri Bahan Baku (Feedstock) Calorivic Moistur
Value e (%)
(Kkal/kg)
1 Kelapa Sawit Serat sawit (fiber) 3340 30
Cangkang sawit (shell) 4300 15
Tandan kosong sawit (EFB) 1200 45
Pelepah sawit (frond) 3350 20
4
Kelapa sawit masih menjadi bahan baku yang banyak digunakan sebagai
biomassa. Padahal, kelapa sawit masih sangat dibutuhkan pada industri bahan pangan.
Oleh karena itu, diperlukan bahan baku lain yang tidak mengganggu sektor industri
kebutuhan sehari-hari.
Solusi yang Ditawarkan
Alang-alang dapat menjadi solusi untuk bahan baku biomassa. Tumbuhan ini
jumlahnya banyak dan sifatnya mengganggu tumbuhan lain. Pemanfaatannya juga
belum banyak dan tidak akan mengganggu sektor industri.
Karakteristik Alang-Alang
Alang-alang diteliti melalui mikroskop sebagai berikut.
Persiapan biofuel dari bahan baku alang-alang dilakukan secara pirolisis dalam
reaktor kontinu dan kondisi standar. Metode pirolisis memiliki peluang yang
menjanjikan dalam aplikasi industri untuk konversi biomassa menjadi bahan bakar yang
cocok untuk pembakaran internal mesin dan heatgeneration. Metode tersebut adalah
metode yang paling dapat diterapkan untuk konversi termokimia dari selulosa,
hemiselulosa, dan lignin dalam biomassa menjadi bahan bakar cair karena
memungkinkan peningkatan hasil produk cair terkondensasi berkualitas tinggi.
reaktor kontinu pada feeding rate 2 kg/jam menggunakan twin screw yang berputar
pada 150 rpm. Gambar 3. Menunjukkan skema untuk peralatan yang digunakkan untuk
pirolisis pada suhu 400-500 °C dengan bantuan coarse sand dan rounded rocks. Biofuel
dianalisis untuk menentukan kadar air, ash content, volatile matter, dan fixed carbon;
analisis unsur juga dilakukan. Hasil pirolisis langsung dimasukkan ke dalam
kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor termal dan detektor spektrometri
massa. Kedua senyawa alifatik dan aromatik terdeteksi dan diidentifikasi dalam biofuel
yang dihasilkan. Uap pirolisis mengandung gas yang dapat dikondensasi yaitu, biofuel,
asam asetat, dan air.
Pihak-Pihak Terkait
Agar pemanfaatan alang-alang menjadi biodiesel ini dapat diimplementasikan
secara luas di masyarakat, dibutuhkan kerja sama dari beberapa pihak, di antaranya:
1. Lembaga riset
Lembaga riset memiliki peran dalam pembuatan biofuel dari alang-alang ini
untuk melakukan penelitian dan riset lebih lanjut supaya memperbaiki dan
menyempurnakan produksi biodiesel agar lebih efektif.
2. Petani
Alang-alang bersifat parasit bagi tanaman disekitarnya termasuk tanaman
budidaya pertanian sering kehilangan nutrisi dan berujung pada defisiensi unsur
hara. Oleh karena itu, dapat dilakukan kerja sama dengan petani untuk
memanfaatkan alang-alang di lahan pertaniannya.
3. Pemerintah
Peran pemerintah dengan kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya
Mineral) adalah membuat peraturan dan regulasi mengenai penggunaan biodiesel
dan pembatasan penggunaan bahan bakar fosil, memberikan perlindungan hak cipta
agar produksinya terjamin secara hukum, dan juga melakukan sosialisasi kepada
masyarakat umum mengenai penggunaan biodiesel.
Langkah-Langkah Strategis
Agar pemanfaatan alang-alang menjadi biodiesel ini dapat diimplementasikan
secara luas di masyarakat, dibutuhkan langkah-langkah strategis dalam penerapannya.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Melakukan penelitian mengenai biodiesel yang menggunakan bahan baku alang-
alang.
2. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti petani dan juga pemerintah.
3. Melakukan kerjasama dengan industri terkait biodiesel agar dapat memproduksi
biodiesel dengan efisien.
7
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. (2015). Efektivitas Penggunaan Bioetanol dari Limbah Padat Alang-
Alang (Imperata cylindrica (L) Beauv.) Terhadap Lama Pembakaran Kompor
Bioetanol. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Databoks. (2019). Cadangan Minyak Terbukti Indonesia Terus Turun. [online]
Available at: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/14/cadangan-minyak-
terbukti-indonesia-terus-turun [Accessed 6 Nov. 2019].
Ibrahim, S., Baharuddin, S., Ariffin, B., Hanafiah, M. and Kantasamy, N. (2018).
Cogon Grass for Oil Sorption: Characterization and Sorption Studies. Key Engineering
Materials, 775, pp.359-364.
Liong, Y., Halis, R. and Mohamed, R. (2014). Chemical Characterization of Imperata
cylindrica (‘Lalang’) and Pennisetum purpureum (Napier grass) for Bioethanol
Production in Malaysia. Tropical Agricultural Science, 36 (S), pp.109-116.
Indonesian Palm Oil Association (GAPKI IPOA). (2017). Perkembangan Biodiesel di
Indonesia dan Terbesar di Asia. [online] Available at:
https://gapki.id/news/3250/perkembangan-biodiesel-di-indonesia-dan-terbesar-di-asia
[Accessed 6 Nov. 2019].
Promdee, K. and Vitidsant, T. (2013). Preparation of Biofuel by Pyrolysis of Plant
Matter in a Continuous Reactor. Theoretical and Experimental Chemistry, 49(2),
pp.126-129.
Sangpatch, T., Supakata, N., Kanokkantapong, V. and Jongsomjit, B. (2019). Fuel oil
generated from the cogon grass-derived Al–Si (Imperata cylindrica (L.) Beauv)
catalysed pyrolysis of waste plastics. Heliyon, 5(8), p.e02324.
Tajalli, A. (2015). Panduan Penilaian Potensi Biomassa sebagai Sumber Energi
Alternatif di Indonesia. Penabulu Alliance.