Anda di halaman 1dari 38

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 30%

Date: Sabtu, September 19, 2020


Statistics: 3273 words Plagiarized / 10770 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

HUBUNGAN ANALISIS KUALITAS AIR TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI LOKUS


STUNTING PUSKESMAS TAJUR BIRU TAHUN 2020 SKRIPSI Oleh : AGUSTINA NPM :
18K251010 _ PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
(FIKes) UNIVERSITAS IBNU SINA TAHUN 2020
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kesehatan lingkungan merupakan
masalah kompleks, dimana untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai
sektor terkait. Salah satu permasalahan dalam lingkup kesehatan lingkungan yaitu air
bersih. Menurut Triwibowo, 2015, air bersih merupakan suatu kebutuhan sehari-hari
dimana kualitasnya harus memenuhi syarat kesehatan dan apabila telah dimasak dapat
diminum.

Berdasarkan pendapat Mulia, air adalah senyawa kimia yang sangat dibutuhkan di bumi
ini bagi kehidupan makhluk hidup dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan higiene sanitasi seperti untuk
pengolahan pangan (memasak), Mandi Cuci Kakus (MCK) dan kebutuhan lainnya. Secara
biologis air berperan pada proses sistem pencernaan, metabolisme, peredaran darah
dan mengatur keseimbangan suhu tubuh manusia.

(Rahayu, 2004) Akibat kekurangan air akan berdampak pada gangguan fisiologis,
bahkan mengakibatkan kematian apabila kekurangan sampai 15% dari berat tubuh.
Namun apabila kualitas air rendah misalnya pencemaran bahan organik, air akan
menjadi sumber kuman patogen dan apabila terjadi pencemaran bahan anorganik
(khemis) akan terjadi gangguan fisiologis secara kronis bahkan bersifat toksis. (Guyton
dalam Rahayu, 2004) Menurut perhitungan World Health Organization (WHO) bahwa di
negara-negara maju memerlukan air antara 60-120 liter setiap orang per hari.

Sedangkan di Negara berkembang seperti Indonesia memerlukan air antara 30-60 liter
setiap orang per hari. (Notoatmodjo, 2007) Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan pemenuhan akses air bersih yang memenuhi syarat saat ini di dunia
mencapai 88,12%, sedangkan di Indonesia mencapai 72,55% dimana masih berada di
bawah target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni harus mencapai 100 persen
(Suara.com, 2018). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa jumlah
Volume Air Bersih Yang Disalurkan Kepada Kelompok Sosial Perusahaan Air Bersih di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2014 sebesar 2.794m3, tahun 2015 sebesar 2.706m3, dan
tahun 2017 sebesar 3.241m3 (Statistik Air Bersih, 2012-2017).

Sementara berdasarkan data BPS juga menyebutkan kualitas air baik berdasarkan
parameter fisika, kimi dan bilogi di Indonesia terutama di daerah Jakarta banyak tidak
memenuhi syarat, seperti tingkat kekeruhan 28%, bau 20%, total coliform 21% dan yang
mengandung zat kimia 18%. Stunting adalah suatu masalah yang menghambat
perkembangan manusia secara global. Pada saat ini terdapat sekitar 162.000.000 anak
umur dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika masalah ini terus berlanjut
diperkirakan akan mencapai angka 127.000.000 anak umur dibawah lima tahun akan
mengalami stunting pada tahun 2025.
Sedangkan berdasarkan United Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) terdapat
56% anak stunring terdapat di ASIA dan 37% terdapat di Afrika. Permasalahan gizi dan
tumbuh kembang anak masih menjadi masalah di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh
UNICEF dimana di dua puluh empat negara berkembang di Asia dan Afrika terdapat
sekitar 80% anak stunting. Negara peringkat kelima yang memiliki prevalensi anak
stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan adalah Indonesia. Saat ini, di
Asia Selatan terdapat sekitar 38% kejadian anak stunting di bawah 5 tahun.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar diperoleh prevelansi stunting pada tahun 2007 yaitu
sebesar 36,8%, pada tahun 2010 sempat turun menjadi 35,6%, namun pada tahun 2013
meningkat menjadi 37,2%. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia dalam
kurun waktu 2010-2013 prevelansi stunting justru meningkat sebesar 1,6% atau 0,4%
pertahun. Menurut WHO, jika prevalensi balita pendek 20% atau lebih akan menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Indonesia memiliki persentase balita pendek yang masih
tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Stunting
merupakan suatu masalah yang cukup serius.

Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya risiko angka kesakitan dan kematian, obesitas
serta penyakit tidak menular di masa depan, orang dewasa yang pendek, buruknya
perkembangan kognitif, dan rendahnya produktivitas serta pendapatan. Kematian anak
terkait masalah kekurangan gizi terjadi setiap tahun sekitar 10,5 juta anak. Dimana 98%
dari kematian ini dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang . Secara signifikan,
status ekonomi juga berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-59
bulan, anak dengan keluarga yang memiliki status ekonomi yang rendah cenderung
mendapatkan asupan gizi yang kurang.

Penelitian lain menunjukan bahwa kesehatan anak bergantung pada status sosial
ekonomi rumah tangga. Penulis juga melakukan uji awal sampel kualitas air sumur gali
tersebut, diketahui bahwa kualitas air sumur gali ada 2 buah (34%) yang berbau,
berwarna dan berasa, 1 sumur gali (17%) yang kekeruhan dan semua suhu air sumur
tidak memenuhi syarat (100%). Untuk Total E-Coli air sumur gali terdapat 5 sumur yang
mengandung E-Coli (83,3%), sementara kualitas air secara kimia ditemukan kadar Fe
semua air sumur telah memenuhi syarat (100%), pH semua air sumur belum memenuhi
syarat (100%) dan untuk kadar kesadahan semua air sumur telah memenuhi syarat
(100%). Hasil studi awal juga diperoleh kasus stunting di Puskesmas Tajur Biru
ditemukan 95 balita (13%) dari 710 total balita selama tahun 2019.

Adapun lokus stunting tersebut adalah Desa Tajur Biru (terdiri dari 4 pulau dan 7 sumur
gali), Desa Pulau Batang (terdiri dari 3 pulau dan 9 sumur gali), Desa Temiang (terdiri
dari 3 pulau dan 5 sumur gali) dan Desa Pasir Panjang (terdiri dari 3 pulau dan 9 sumur
gali) total keseluruhan 30 sumur gali. (Sumber: Data Program Gizi dan Kesling
Puskesmas Tajur Biru) Rumusan Masalah Uji awal sampel air kualitas air sumur gali,
diketahui bahwa kualitas air sumur gali yang berbau, berwarna dan berasa sebanyak 2
buah (34%), kekeruhan hanya 1 sumur gali (17%) dan suhu air sumur semuanya tidak
memenuhi syarat (100%).

Untuk Total E-Coli air sumur gali yang diperiksa terdapat 5 sumur yang mengandung
E-Coli (83,3%), sementara kualitas air secara kimia ditemukan kadar Fe semua air sumur
telah memenuhi syarat (100%), pH semua air sumur belum memenuhi syarat (100%) dan
untuk kadar kesadahan semua air sumur telah memenuhi syarat (100%). Hasil studi awal
juga diperoleh kasus stunting di Puskesmas Tajur Biru ditemukan 95 balita (13%) dari
710 total balita selama tahun 2019. Stunting masih menjadi permasalahan dalam
masalah gizi dan tumbuh kembang anak di Indonesia. Riskedas (2013) menyatakan
bahwa angka stunting di Indonesia mencapai 37,2%, meningkat dari Riskedas (2010)
yaitu sebesar 35,2%.

Dari Prevelansi tersebut dapat dilihat bahwa prevelansi stunting meningkat 1,6% dalam
kurun waktu 2010-2013. Berdasarkan uraian di atas peneliti membuat rumusan masalah
“Adakah Hubungan Analisis Kualitas Air Terhadap Kejadian Stunting Wilayah Kerja
Puskesmas Tajur Biru Tahun 2020?” Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk Menganalisis
Hubungan Kualitas Air Terhadap Kejadian Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru
Tahun 2020.

Tujuan Khusus Menganalisis Hubungan Kualitas Fisik Air (Bau, Jumlah zat padat terlarut
(TDS), Kekeruhan, Rasa, Suhu dan Warna) Terhadap Kejadian Stunting Wilayah Kerja
Puskesmas Tajur Biru Tahun 2020. Menganalisis Hubungan Kualitas Bakteriologis Air
Sumur Gali (E-Colli dan Total Coliform) Terhadap Kejadian Stunting Wilayah Kerja
Puskesmas Tajur Biru Tahun 2020. Menganalisis Hubungan Kualitas Kimia Air Sumur Gali
(pH, Besi, Flouride, Seng, Kesadahan, Nitrat, Sulfat dan Mangan) Terhadap Kejadian
Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Tahun 2020.

Mengetahui Gambaran Kejadian Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Tahun
2020 terhadap kualitas air. Manfaat Penelitian Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Ibnu Sina Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan yaitu dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan
lingkungan khususnya dalam bidang sanitasi lingkungan dan kejadian Stunting.

Bagi mahasiswa Mendapatkan pengalaman yang berharga dan mendapatkan informasi


mengenai Kualitas Air Terhadap kejadian Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru
dan selanjutnya akan menjadi bahan penelitian variable berikutnya yang akan diteliti.
Bagi Masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat tentang kualitas air serta
dampaknya terhadap kejadian Stunting. Bagi Puskesmas Sebagai bahan informasi bagi
petugas penyuluh kesehatan dalam meningkatkan kualitas program penyuluhan pada
masyarakat terkait Pentingnya kualitas Air sebagai salah satu factor risiko kejadian
Stunting.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Air Pengertian Air Dalam UU RI No. 7 Tahun 2004 dan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, pengertian air adalah sebagai
berikut: Sumber daya air adalah air dan daya air yang terkandung di dalamnya, Air
merupakan semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah yang
disebut dengan air permukaan, Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak, Air Minum (drink water) adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum, Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah.
Sumber Air Berdasarkan macam dan sumbernya air dapat dibedakan menjadi empat
macam antara lain: Air Laut Air laut adalah air yang tidak memunuhi syarat untuk
dikonsumsi karena mengandung NACL atau kadar garam 3%, sehingga bersifat asin
(Sutrisno, 2010) Air Atmosfer Menurut Sutrisno, 2010 air hujan merupakan bagiam dari
air atmosfer dimana air atmosfer ini biasanya bersifat bersih dan dapat sebagai sumber
air minum, namun selalu tercemar oleh polusi industri dan debu. Oleh karena itu, saat
menampung air hujan hindari tampungan hujan yang pertama kali turun karena banyak
menganduk kotoran.

Akan tetapi, air hujan juga memiliki sifat korosi (karatan) yang dapat merusak pipa dan
tempat tampungan dan juga bersifat lunak, sehingga terjadi pemborosan saat
pemakaian sabun. Sementara menurut Notoadmodjo, 2011 air hujan perlu ditambah
kalsium jika untuk dikonsumsi, karena air hujan bersifat rendah kalsium. Air Permukaan
Yaitu air yang bersumber dari air hujan dan pada umumnya mengalir di permukaan
bumi dan selalu mengalami pencemaran saat mengalir oleh sumber kotoran baik fisik,
kimia maupun biologis, seperti lumpur, batang kayu, lumut dan sampah lainnya
(Sutrisno, 2010).
Air Sungai Air sungai merupakan sumber air yang memiliki debit yang sangat tinggi dan
dapat mencukupi kebutuhan orang banyak, anamun penggunaan air sungai sebagai
sumber air minum harus diolah dengan sempurna, karena air sungai memiliki tingkat
pencemaran yang sangat tinggi (Sutrisno, 2010) Air Rawa/Danau Air rawa merupakan air
yang memiliki warna kuning cokelat yang diakibatkan dari pembusukan bahan organik,
misalnya humus tanaman, sehingga dapat meningkatkan kadar Fe dan Mn, akan tetapi
kadar Fe dan Mn tersebut akan larut disebabkan oleh kadar O2 kurang, sehingga
banyak ditumbuhi lumut karena pengaruh sinar matahari dan O2 tersebut (Sutrisno,
2010) Mata Air Menurut Sutrisno, 2010 mata air merupakan air yang keluar dengan
sendirinya ke permukaan tanah dan memiliki kualitas air yang baik, karena bersumber
dari tanah dalam. Oleh karena itu, air yang bersumber langsung dari mata air belum
terjadi pencemaran dan dapat dikonsumsi secara langsung tanpa dimasak
(Notoatmodjo, 2011).

Air Tanah Dangkal Terjadi karena air permukaan yang meresap lumpur dan sebagian
bakteri, sehingga air akan tampak jernih, Namun, banyak mengandung zat kimia terlarut
pada setiap lapisan tanah. Selanjutnya, lapisan tanah tersebut berfungsi sebagai filtrasi
meskipun masih terjadi pencemaran pada permukaan tanah. Pada lapisan tanah yang
banyak terdapat air tersebut sebagai sumber air sumur dangkal. (Sutrisno, 2010) Air
Tanah Dalam Menurut Sutrisno, 2010, penggunaan air tanah dalam tidak semudah
penggunaan air tanah dangkal, dimana kedalamannya mencapai antara100-300 m akan
didapatkan suatu lapis air dan harus menggunakan sumur bor.

Padas umber air tanah ini juga terdapat sumber sumur artesis yakni sumur yang
memiliki tekanan yang tinggi dan dapat menyembur keluar. Namun, jika airnya tidak
menyembur keluar maka harus digunakan pompa. Sutrisno juga mengatakan bahwa air
sumur dalam lebih baik dari dangkal, karena melewati penyaringan yang baik sehingga
terhindar dari dan juga mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg (HCO3). Persyaratan Kualitas
Air Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari
aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, yaitu air minum dan air bersih.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017


tentang standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan air untuk keperluan
higiene sanitasi adalah sair bersih untuk keperluan higiene sanitasi yang memiliki
kualitas tertentu berdasarkan syarat dan ketentuannya. Persyaratan Fisika Air Suhu
Menurut Wulan, 2016 menyatakan bahawa temperatur air yang baik sama dengan
temperature udara yakni (±300C). Jika suhu air mengalami penurunan atau peningkatan
artinya terdapat zat-zat tertentu atau menyerap atau mengeluarkan energi air, karena
suhu air yang normal akan mempermudah proses reaksi zat kimia, sehingga secara tidak
langsung sangat berguna terhadap keadaan kesehatan pengguna air. Warna Syarat air
yang memenuhi syarat kesehatan harus jernih dan maksimal 50 NTU, jika tidak normal
berarti mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan pengguna, (Wulan, 2016).

Bau Air yang memenuhi syarat pada umumnya tidak berbau baik dicium dari dekat
maupun jauh oleh indera penciuman. Air yang berbau disebabkan oleh bahan organik
yang membusuk oleh proses penguraian dan menjadi sumber pencemaran air, (Wulan,
2016). Rasa Air yang memenuhi syarat fisika yang baik tidak memberi rasa (tawar). Jika
berasa pahit, asin dan asam artinya disebabkan adanya zat terlarut tertentu baik organik
maupun non organik, (Hartanto, 2007). Air yang berasa disebabkan oleh
mikroorganisme yang terlarut adanya limbah padat dan limbah cair seperti hasil
buangan dari rumah tangga. Timbulnya rasa pada air biasanya berkaitan erat dengan
bau pada air tersebut, (Rachmat, 2014).

Kekeruhan Air yang memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat pada umumnya
tidak keruh. Air yang terlarut dengan lumpur dan partikel lainnya dapat menyebabkan
kekeruhan pada air. Zat anorganik biasanya berasal dari tumpukan tanaman atau hewan,
dan buangan industri juga menyebabkan kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakkannya dan dapat tersuspensi
dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit dibersihkan karena bakteri terlindung
oleh zat terlarut tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila bakteri
terlindung menjadi patogen, (Wulan, 2016).

TDS (Total Dissolved Solid) TDS merupakan semua larutan benda padat yaitu semua
mineral, garam, logam serta kation-anion yang terlarut di air, termasuk semua yang
terlarut diluar molekul air murni (H2O) dimana konsentrasi benda-benda padat terlarut
merupakan jumlah antara kation dan anion di dalam air. TDS terukur dalam satuan Parts
per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air (Manurung, dkk, 2012).
Contoh padatan terlarut dalam air adalah zat kapur, besi, timah, magnesium, tembaga,
sodium, klorida, klorin. Menurut Permenkes Nomor 32 Tahun 2017, kadar maksimum
TDS yang diperbolehkan adalah 1000 mg/l.

Kadar TDS yang tinggi berpengaruh buruk terhadap kesehatan, mengingat kadar
mineral tidak akan hilang meskipun air telah dimasak, dan akhirnya mineral tersebut
akan mengendap dalam tubuh manusia dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
penumpukan yang menjadi sumber penyakit bagi manusia, (Purwoto dan Wahyu, 2013).
Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisika Untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Menurut Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 No _Parameter _Satuan _Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan _Keterangan _ _1 _Suhu _0oC _Suhu udara ± 3oC _- _ _2 _Warna
_Skala TCU _50 _- _ _3 _Bau _- _- _Tidak berbau _ _4 _Rasa _- _- _Tidak berasa _ _5
_Kekeruhan _Skala NTU _25 _- _ _6 _Jumlah zat padat terlarut (TDS) _Mg/1 _1000 _- _
_Sumber: Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 Persyaratan Kimia Air Air bersih tidak boleh
mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas.

Beberapa zat sebagai parameter kimia pada air yang mempengaruhi kesehatan manusia
diantaranya; Besi (Fe) Besi (Fe) yang berbentuk Ferro (Fe 2+) dalam air bersifat terlarut,
menyebabkan air menjadi merah kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan
membentuk lapisan seperti minyak. Keberadaan besi dalam air bersamaan dengan
mineral Mangan, tetapi besi didapatkan lebih sering daripada Mangan. Berdasarkan
data survey yang disampaikan oleh Primawati, 2016 yang dilakukan pemeriksaan air
tanah beberapa kota Illinois (USA) tahun 1963 menyatakan kadar besi 10 kali lebih
tinggi dari kadar mangan.

Sementara kadar besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai
dengan 1,0 mg/l. Apabila konsentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut
akan menyebabkan berbagai masalah, diantaranya: Gangguan teknis Endapan Fe (OH)3
dapat menyebabkan terjadinya korosif pada pipa saluran atau bak penampungan, (Joko
dalam Primawati, 2016). Gangguan fisik Menurut Primawati, 2016 bila konsentrasi besi
terlarutnya > 1,0 mg/l maka akan menyebabkan air berasa, berbau dan berwarna.

Gangguan kesehatan Kebutuhan Fe setiap orang berbeda-beda tergantung usia, jenis


kelamin, status fisik yang diperlukan untuk membantu pembentukan haemoglobin
dalam tubuh manusia. Jika di dalam air banyak mengandung besi maka akan
menyebabkan rasa mual dan tidak bisa dieksresikan oleh tubuh jika kadarnya terlalu
tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan dinding usus, serta menyebabkan iritasi pada
mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l juga akan
menyebabkan air berbau seperti telur busuk, (Primawati, 2016).

Gangguan ekonomis Menurut Primawati, 2016 menyatakan kadar besi yang tidak
memenuhi syarat menyebabkan gangguan ekonomis yakni menimbulkan kerusakan
peralatan sehingga diperlukan biaya untuk penggantian atau perawatan, (Primawati,
2016). pH Pengertia pH (Power Of Hidrogen) Menurut Kordi an Andi, 2005 merupakan
satuan untuk menyatakan tingkat derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat asam atau basa suatu larutan. pH juga berarti suatu kologaritma aktivitas ion
hydrogen (H+) yang terlarut dan tidak dapat diukur secara uji coba, sehingga
perhitungannya didasarkan pada perhitungan teoritis. pH pada air yang diperbolehkan
sekitar 6,5 – 8,5.

Jika kadar pH air tidak sesuai maka akan mempengaruhi kehidupan jasad renik, kadar
pH rendah (keasaman tinggi), menyebabkan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai
akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik maka akan menurunkan selera
makan dan sebaliknya terjadi pada suasana basa. Flouride Fluor (F) yaitu salah satu
unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif
sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion
fluorida (F–). Fluor yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF
bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, misalnya
CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.

Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan fluorapatite.
Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium
dan jumlah fluoride yang rendah dapat mencegah kesrusakan gigi, sebaliknya jika kadar
flour melebihi kisaran 1,5 mg/liter merusak warna/email gigi dan berdampak pada
kerusakan pada tulang. Unsur ini juga dapat menyebabkan berat badan menurun karena
pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan disfungsional
pencernaan yang disertai dengan dehidrasi.

Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian. (Juju,
2017). Timbal (Pb) Timbal adalah logam golongan IVA (14) yang relatif lengai atau tidak
mudah bereaksi. Logam ini bersifat amfoter, unsur timbal
maupun senyawa oksidanya mudahbereaksidengan asam maupun basaDn memeuhi
syarat jika <0,05mg/l . Kelebihan timbal pada air akan mengganggu kesehatan pada
manusia, yakni terjadi defisiensi sel darah dan gangguan syaraf pusat. (Juju, 2017) Seng
Seng adalah suatu unsur logam yang memiliki warna putih kebiruan, berkilau, dan
bersifat diamagnetik.

Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang
padat dari pada besi dan berstruktur kristal heksagonal. Logam ini bersifat keras dan
melunak pada suhu tinggi, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan
150 °C.[2] Di atas 210 °C, dan seng dapat terjadi kerapuhan . Seng juga bersifat electron
dengan tititik lebur relatif rendah (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif rendah
dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.

Kadar Seng tidak boleh melebihi 15mg/l di dalam air (Siti Munfiah, dkk, 2013). Seng
merupakan zat mineral esensial yang sangat penting bagi tubuh. Terdapat sekitar dua
miliar orang di negara-negara berkembang yang kekurangan asupan seng. Kekurangan
kadar seng dalam tubuh juga menyebabkan gangguan penyakit terutama pada
anak-anak dapat menyebabkan diare, gangguan pertumbuhan, memengaruhi
pematangan seksual, mudah terserang penyakit Konsumsi seng yang berlebihan dapat
menyebabkan ataksia, anemia dan memicu kekurangan tembaga. Kesadahan Kesadahan
(hardness) merupakan suatu unsur yang banyak mengandung terutama ion-ion
bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr).

Kation tersebut dapat bereaksi jika terkena sabun selanjutnya mengendap dengan anion
yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada peralatan logam.
Kation-kation utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+,
Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion utama penyebab hardness di dalam air antara lain
HCO3 –, SO42-, Cl–, NO3 –, dan SiO32-. Oleh karena itu jika kadar kesadahan air tinggi
maka akan menimbulkan air tampak berbusa dan menimbulkan endapan atau kerak
pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang menyebabkan naiknya
suhu air.

Oleh karena jika sadah terlalu tinggi, maka semakin sulit bagi sabun untuk berbusa
karena terjadi presipitasi. Endapan yang terbentuk dapat menyebabkan bahan cuci
berwarna. Pada perairan sadah (hard), kandungan kalsium, magnesium, karbonat, dan
sulfat biasanya tinggi (Brown, 1987 dalam Effendi, 2003). Jika dipanaskan, air sadah akan
membentuk endapan (kerak). Nilai kesadahan air diperlukan dalam penilaian kelayakan
perairan untuk, kepentingan industri dan domestik. Tebbut (1992) dalam Effendi (2003)
mengemukakan bahwa sebenarnya nilai I kesadahan tidak terlalu berdampak pada
kesehatan manusia.

Nilai kesadahan juga digunakan sebagai dasar bagi pemilihan metode yang diterapkan
dalam proses pelunakan air dan tidak boleh melebihi 500 mg/l. Nitrat Nitrat merupakan
suatu unsur meliputi batuan beku, drainase tanah dan pelapukan tanaman dan hewan.
Nitrat dalam air tanah terjadi secara alami akibat proses penyaringan air tanah. Menurut
Siti Munfiah, 2013 menyatakan jika kadar unsur ini jika melebihi maka akan
menyebabkan syindrom bayi biru. Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang hanya
sebagian teroksidasi. Nitrat banyak ditemukan dilimbah yang sudah lama dan telah
membusuk. Kadar nitrat pada air tidak boleh melebihi 10 mg/l.

Tingginya kadar nitrit pada air sumur gali dapat disebababkan akibat tercemar limbah
system pembuangan tinja yang belum memadai (Siti Munfiah, dkk, 2013). Sulfat Ion
sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air. Jumlah ion sulfat yang
berlebih dalam air minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut pada manusia. Sulfat
mempunyai peranan penting dalam penyaluran air maupun dalam penggunaan oleh
umum. Sulfat banyak ditemukan dalam bentuk SO42- dalam air alam. Kehadirannya
dibatasi sebesar 400 mg/l untuk air yang dikonsumsi oleh manusia. Sulfat terdapat di air
alami sebagai hasil pelumeran gypsum dan mineral lainnya.

Sulfat dapat juga berasal dari oksidasi terakhir sulfida, sulfit, dan thiosulfat yang berasal
dari bekas tambang batubara. Kehadiran sulfat dapat menimbulkan masalah bau dan
korosi pada pipa air buangan akibat reduksi SO42- menjadi S– dalam kondisi anaerob
dan bersama ion H+ membentuk H2S. Dalam pipa, proses perubahan secara biologis
terjadi selama transportasi air buangan. Perubahan ini memerlukan O2. Apabila
kandungan O2 tidak cukup dari aerasi natural udara dalam pipa, terjadi reduksi sulfat
dan terbentuk ion sulfida. Mangan (Mn) Mangan adalah logam berwarna abu-abu putih.

Mangan adalah unsur reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion dalam air dan
udara. Di bumi, Mangan ditemukan dalam sejumlah mineral kimia yang berbeda dengan
sifat fisiknya, tetapi tidak pernah ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kehadiran
Mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal dari tanah dan bebatuan.
Mangan dalam air berbentuk Mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), Mangan klorida
(MnCl2) dan Mangan sulfat (MnSO4) (Setiyono, 2014). Dalam jumlah yang kecil (<0,5
mg/l), Mangan (Mn) dalam air tidak menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan
bermanfaat dalam menjaga kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan
rambut dan kuku, serta membantu menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh
untuk mengubah karbohidrat dan protein membentuk energi yang akan digunakan.
Tetapi dalam jumlah yang besar (>0,5 mg/l), Mangan (Mn) dalam air minum bersifat
neurotoksik.

Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf, insomnia, kemudian lemah pada kaki
dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti
topeng/mask (Febrina dan Ayuna, 2014). Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara
Kimia Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Menurut Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 No
_Parameter _Satuan _Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan _ _1 _pH _mg/1 _6,5 – 8,5 _
_2 _Besi _mg/1 _1 _ _3 _Flourida _mg/1 _1,5 _ _4 _Kesadahan _mg/1 _500 _ _5 _Mangan
_mg/1 _0,5 _ _6 _Nitrat _mg/1 _10 _ _7 _Nitrit _mg/1 _1 _ _8 _Sianida _mg/1 _0,1 _ _9
_Deterjen _mg/1 _0,05 _ _10 _Pestisida total _mg/1 _0,1 _ _11 _Air raksa _mg/1 _0,001 _
_12 _Arsen _mg/1 _0,05 _ _13 _Cadmium _mg/1 _0,005 _ _14 _Kromium _mg/1 _0,05 _
_15 _Selenium _mg/1 _0,01 _ _16 _Seng _mg/1 _15 _ _17 _Sulfat _mg/1 _400 _ _18
_Timbal _mg/1 _0,05 _ _19 _Benzene _mg/1 _0,01 _ _20 _KMNO4 _mg/1 _10 _ _Sumber:
Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 Persyaratan Biologi Air E-Colli adalah jasad renik yang
sederhana, tidak berwarna dan satu sel.

Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15 – 30 menit pada


lingkungan yang ideal. Bakteri dapat bertahan hidup dan berkembangbiak dengan cara
memanfaatkan makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam
dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan buangan organik dan bersifat
patogen (Rachmat, 2014). Sumber - sumber air di alam pada umumnya mengandung
bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri
berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari haruslah bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan Coliform tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini
merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Primawati, 2016).
Bakteri Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu bakteri yang hidup di dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan
bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri Coliform fecal (bakteri Coliform tinja)
adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen.

Penentuan Coliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya


pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Contoh bakteri Coliform
adalah Escerchia coli dan Entrobacter aerogenes. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas
air. Makin sedikit kandungan Coliform, artinya kualitas air semakin baik (Primawati,
2016). Tabel 2.3 Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Biologi Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi Menurut Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 No _Parameter _Satuan _Kadar
Maksimum Yang Diperbolehkan _Keterangan _ _1 _Total Coliform (MPN) _Jumlah per
100 ml _50 _- _ _2 _Escerchia coli _Jumlah per 100 ml _0 _- _ _Sumber: Permenkes RI N0.

32 Tahun 2017 Stunting Pengertian Stunting Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada
usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa (MCA Indonesia,
2014).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang


Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting
(pendek) dan severely stunting (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat
diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal.

Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi
badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO- MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z- scorenya kurang dari -2SD
dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD. Tinggi badan
dalam keadaan normal akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang
relatif lama sehingga indeks ini dapat digunakan untuk menggambarkan status gizi
pada masa lalu. Status gizi pada balita dapat dilihat memalui klasifikasi status gizi
berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2.1. Klasifikasi
Status Gizi berdasarkan PB/U atau TB/U Anak Umur 0-60 Bulan Indeks _Status Gizi
_Ambang Batas _ _Panjang Badan menurut _Sangat Pendek _< -3 SD _ _Umur (PB/U)
atau Tinggi _Pendek _-3 SD sampai < -2 SD _ _Badan menurut Umur _Normal _-2 SD
sampai 2 SD _ _(TB/U) _Tinggi _> 2 SD _ _Sumber: Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak Tahun 2010 Patofisiologi stunting Masalah gizi merupakan masalah
multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab.

Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak
mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak
tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana
kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam
kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita.
Kurang gizi pada anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau
hidden hunger.

Stunting merupakan retradasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam panjang atau
tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan pertumbuhan World
Health Organization/National Center for Health Statistics (WHO/NCHS). Stunting
disebabkan oleh kumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi
dan asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up
growth (kejar tumbuh). Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan
berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil
yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).

BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak
sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang
kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa penanggulangan yang memadai
kelompok ini dikuatirkan lost generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu
diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian
ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.

Prevelensi Stunting Stunting merupakan masalah gizi utama yang terjadi pada
negara-negara berkembang. UNICEF mengemukakan sekitar 80% anak stunting
terdapat di 24 negara berkembang di Asia dan Afrika. Indonesia merupakan negara
urutan kelima yang memiliki prevalensi anak stunting tertinggi setelah India, China,
Nigeria dan Pakistan. Saat ini, prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun di Asia Selatan
sekitar 38%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 angka prevalensi stunting pada anak di
bawah umur 5 tahun secara nasional yaitu 36,8%.

Angka prevalensi ini tidak mengalami penurunan yang signifikan, karena angka
prevalensi stunting pada anak umur di bawah 5 tahun di Indonesia tahun 2010 tetap
tinggi yaitu 35,6%. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa masih terdapat 19 provinsi
di Indonesia dengan prevalensi anak umur di bawah 5 tahun pendek dan sangat pendek
lebih tinggi dari prevalensi nasional. Dampak Stunting Menurut laporan UNICEF
beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya adalah sebagai berikut: Anak-anak
yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami
stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.

Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di
sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan
stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi
terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Stunting
akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang
menyebabkan stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual.

Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai,
makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting mengkonsumsi
makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.

Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan
pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi
wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan
produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunting
terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam
proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan. Faktor –
Faktor Penyebab Stunting Berat Badan Lahir Berat badan lahir sangat terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang anak balita, pada penelitian yang
dilakukan oleh Anisa menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
berat lahir dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Kalibaru.

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan
mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan
terjadi kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan
terjadi hipotermi. Banyak penelitian yang telah meneliti tentang hubungan antara BBLR
dengan kejadian stunting diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan di Yogyakarta
menyatakan hal yang sama bahwa ada hubungan antara berat badan lahir dengan
kejadian stunting.

Selain itu, penelitian yang dilakukan di Malawi juga menyatakan prediktor terkuat
kejadian stunting adalah BBLR. Jenis Kelamin Jenis kelamin menentukan pula besar
kecilnya kebutuhan gizi untuk seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga
dan protein dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan pekerjaan berat yang
tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-anak, anak perempuan
cenderung lebih rendah kemungkinannya menjadi stunting dan severe stunting
daripada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah
lebih besar daripada bayi laki-laki dikebanyakan Negara berkembang termasuk
Indonesia. Anak perempuan memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak
laki-laki, dan dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi antara kedua
jenis kelamin.

Studi kohort di Ethiopia menunjukan bayi dengan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko
dua kali lipat menjadi stunting dibandingkan bayi perempuan. Anak laki-laki lebih
berisiko stunting dan tau underweight dibandingkan anak perempuan. Beberapa
penelitian di sub-Sahara Afrika menunjukan bahwa anak laki-laki prasekolah lebih
berisiko stunting dibanding rekan perempuannya. Dalam hal ini, tidak diketahui apa
alasannya. Dalam dua penelitian yang dilakukan di tiga negara berbeda,yaitu Libya. serta
Banglades dan Indonesia, menunjukan bahwa prevelansi stunting lebih besar pada anak
laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jenis kelamin anak adalah faktor prediktor
yang kuat dari stunting dan severe stunting pada anak usia 0-23 bulan dan 0-59 bulan.
Anak perempuan memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan anak laki-laki dalam
hal ini. Selama masa bayi dan masa kanak-kanak, anak perempuan cenderung lebih
rendah kemungkinannya menjadi stunting dan severe stunting, selain itu bayi
perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar daripada bayi laki-laki di
kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia.

Asi Eksklusif ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu
(ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
yang diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan
kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui
eksklusif juga penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna
oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran
makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum sempurna.

Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari peningkatan kekebalan
tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi, murah, mudah, bersih, higienis serta dapat
meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara ibu dan anak. Tinggi Ibu Stunting pada
masa balita akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.
Pertumbuhan fisik berhubungan dengan genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik
meliputi tinggi badan orang tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah dan ibu yang
pendek merupakan risiko terjadinya stunting. Kejadian stunting pada balita usia 6-12
bulan dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan ayah dan
ibu.

Hasil penelitian Rahayu ada hubungan antara tinggi badan ayah dan ibu terhadap
kejadian stunting pada balita. Jesmin et al mengemukakan bahwa tinggi badan ibu
merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap anak yang stunting. Penelitian
Candra, dkk juga mengemukakan bahwa tingga badan ayah memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2 tahun. Anak yang memiliki tinggi
badan ayah < 162 cm memiliki kecenderungan untuk menjadi pendek sebesar 2,7 kali.
Faktor Ekonomi Azwar (2000), yang dikutip oleh Manurung (2009), mengatakan
pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang yang akan
dikeluarkan untuk membiayai keperluan rumah tangga selama satu bulan.

Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang perilaku anggota keluarga untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga yang lebih memadai. Beberapa faktor
penyebab masalah gizi adalah kemiskinan. Kemiskinan dinilai mempunyai peran penting
yang bersifat timbal balik sebagai sumber permasalahan gizi yakni kemiskinan
menyebabkan kekurangan gizi sebaliknya individu yang kurang gizi akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses kemiskinan. Pelayanan
Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik
memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan, dan
infeksi saluran pencernaan.

Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat- zat gizi akan
terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang yang
kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan mengalami gangguan
pertumbuhan (Supariasa, et.al., 2013). Kerangka Teori Berdasarkan Permenkes RI Nomor
32 Tahun 2017, diketahui parameter kualitas air secara kimia terdiri dari 15 indikator,
namun berdasarkan kemampuan sanitarian kit puskesmas Tajur Biru hanya mampu
menganalisis indikator besi, ph, kesadahan, fluoride, mangan, nitrat, seng, sulfat dan
timbal (Sumber: Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017) Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Kerangka Konsep Mengacu pada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka
konsep dalam penelitian adalah: Variabel Independen V.

Dependen Gambar 2.2: Kerangka Konsep Hipotesis Hipotesis penelitian terdiri dari
beberapa sub hipotesis sebagai berikut: Ada Hubungan Antara Parameter Fisik ( Suhu,
Warna, Bau, Rasa, Kekeruhan dan TDS) Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga Tahun 2020. Ada Hubungan Antara Parameter
Kimia ( Besi, pH, Kesadahan, Flouride, Mangan, Nitrat, Seng, Sulfat dan Timbal ) Dengan
Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga Tahun 2020.

Ada Hubungan Antara Parameter Biologi ( E-colli dan Colliform ) Dengan Kejadian
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga Tahun 2020.
BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif eksporatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian deskriptif eksploratif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang hal-hal atau
sebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.

Tujuan metode penelitian deskriptif eksploratif adalah untuk menggambarkan suatu


keadaan atau suatu fenomena yang terdapat dilapangan, berkaitan dengan penelitian
ini maka keadaan yang akan dilihat adalah hubungan kualitas air terhadap kejadian
stunting di Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga Tahun 2020. Lokasi dan
Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan Daerah Lokus Stunting
Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga. Waktu Penelitian Waktu penelitian
adalah bulan Juni s.d Agustus 2020 dan pengambilan data di lapangan di lakukan pada
bulan Maret sampai dengan April 2020.

Populasi dan Subjek Penelitian Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian (Sumantri, 2011), populasi
pada penelitian ini adalah seluruh sumur gali yang ada di Daerah Lokus Stunting
Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga sebanyak 45 sumur gali (Total
Sampling).
Subjek Penelitian Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah sumur gali umum yang
digunakan oleh masyarakat di Daerah Lokus Stunting Wilayah Puskesmas Tajur Biru
Kabupaten Lingga.

Selanjutnya akan dihubungkan atau dikelompokkan rumah tangga yang menggunakan


air sumur pada daerah tersebut dan akan dihubungkan dengan data sekunder kejadian
stunting. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap telah mewakili dari populasi (Widiyanto, 2012). Dalam bukunya, Nursalam
(2013), menjelaskan bahwa syarat sampel terdiri dari representative (mewakili) dan
sampel harus cukup bayak.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di Daerah Lokus
Stunting Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga sebanyak 45 Sumur gali.
Teknik Pengambilan Sampel Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan
sebuah proses penyeleksian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel
agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian
tersebut (Nursalam, 2013).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2014). Alasan peneliti mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2014) jumlah populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasinya dijadikan
sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 45 sumur gali
yang ada di Daerah Lokus Stunting Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian


adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi yang tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2012). Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah kualitas
air sumur gali dan kejadian Stunting Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga
berdasarkan persyaratan yang berlaku yang terbagi menjadi dua kelas kualitas, yaitu
kualitas air sumur gali memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dan hubungan
kejadian stunting terjadi atau tidak terjadi. Definisi Operasional Tabel 3.1: Definisi
Operasional No _Variabel Penelitian _Definisi Operasional _Cara Ukur/Alat Ukur _Hasil
Ukur _Skala Ukur _ _Parameter Fisik _ _1 _Bau _Bau adalah aroma yang tidak sedap
biasanya terjadi disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk,
tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan kimia seperti phenol
kedalam badan air (Sutrisno, 2010).
_Observasi _2 = Memenuhi Syarat jika tidak berbau 1 = Tidak memenuhi syarat jika
berbau Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _2 _Total zat padat terlarut
(TDS) _TDS adalah bahan padat yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103° - 105°C, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk
terlarut (dissolved) yang terdiri dari garam anrogranik (Sutrisni, 2010) _Uji Laboratorium
_2 = Memenuhi syarat jika < 500 mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika > 500 mg/l
Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _3 _Kekeruhan _Kekeruhan
menunjukkan tingkat kejernihan aliran air atau kekeruhan aliran air yang diakibatkan
oleh unsur-unsur muatan sedimen, baik yang bersifat mineral atau organik (Adak, 2011)
_Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika < 5 NTU 1 = Tidak memenuhi syarat jika >
5 NTU Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _4 _Rasa _Rasa adalah
perubahan rasa yang terjadi secara tidak wajar biasanya terjadi disebabkan oleh adanya
bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta
persenyawaan kimia seperti phenol ke dalam badan air (Sutrisno, 2010).

_Observasi _2 = Memenuhi syarat jika tidak berasa 1 = Tidak memenuhi syarat jika
berasa Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _5 _Suhu _Suhu adalah
temperatur air normal ±30ºC selain itu jika lebih dari temperature normal dapat
mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperatur sangat
tinggi _Uji Lapangan _2 = Memenuhi syarat jika < 30 ºC 1 = Tidak memenuhi syarat jika
> 30 ºC Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _6 _Warna _Warna adalah
perubahan fisik yang terjadi secara tidak wajar biasanya terjadi disebabkan oleh adanya
bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta
persenyawaan kimia seperti phenol ke dalam badan air (Sutrisno, 2010).

_Observasi _2 = Memenuhi syarat jika tidak berwarna 1 = Tidak memenuhi syarat jika
berwarna Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _Parameter Kimia _ _1 _Besi
(Fe) _Kandungan besi dalam air berasal dari tanah yang memang mengandung banyak
kandungan mineral dan logam yang larut dalam air tanah. Besi larut dalam air dalam
bentuk fero-oksida. _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika < 1,0 mg/l 1 = Tidak
memenuhi syarat jika > 1,0 mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _2
_pH _pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau
basa suatu larutan.

pH juga merupakan satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+ (Sutrisno. 2010).
_Uji Lapangan _2 = Memenuhi syarat jika 6,5 – 8,5 1 = Tidak memenuhi syarat jika < 6,5
atau > 8,5 Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _3 _Flouride _Fluor (F)
merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor adalah halogen
yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa. Unsur ini
ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F–).
_Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <1,5mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika
>1,5 mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _4 _Timbal _Timbal adalah
logam golongan IVA (14) yang relatif lengai atau tidak mudah bereaksi. Logam ini
bersifat amfoter; unsur timbal maupun senyawa oksidanya mudah bereaksi
dengan asam maupun basa. _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <0,05mg/l 1 =
Tidak memenuhi syarat jika >0,05mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _
_5 _Seng _Seng atau timah sari adalah unsur kimia yang memiliki keadaan oksidasi +2
_Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <15mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika
>15 mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _6 _Kesadahan _Kesadahan
(hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam bervalensi banyak (terutama
ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr).

Kation_kation logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun
dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada
peralatan logam _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <500 mg/l 1 = Tidak
memenuhi syarat jika >500 mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _7
_Nitrat _Sumber alami nitrat meliputi batuan beku, drainase tanah dan pelapukan
tanaman dan hewan. Nitrat dalam air tanah terjadi secara alami akibat pencucian tanah
_Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <10mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika
>10mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _8 _Sulfat _Ion sulfat (SO4)
adalah anion utama yang terdapat di dalam air dalam bentuk SO42-dalam air. _Uji
Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <400mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika
>400mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _9 _Mangan _Mangan
adalah logam berwarna abu-abu putih.

Mangan adalah unsur reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion dalam air dan
udara.. Mangan dalam air berbentuk Mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), Mangan klorida
(MnCl2) dan Mangan sulfat (MnSO4) _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika
<0,5mg/l 1 = Tidak memenuhi syarat jika >0,5mg/l Sumber: Permenkes RI 32 Tahun
2017 _Ordinal _ _No _Variabel Penelitian _Definisi Operasional _Cara Ukur _Hasil Ukur
_Skala Ukur _ _Parameter Biologi _ _1 _E-Colli _E-Colli adalah jasad renik yang sederhana,
tidak berwarna dan satu sel.

Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15 – 30 menit pada


lingkungan yang ideal dan bersifat patogen _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat
jika tidak terdapat CFU/100ml 1 = Tidak memenuhi syarat jika terdapat CFu/100ml
Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017 _Ordinal _ _2 _Total Coliform _Coliform adalah
bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif anaerob, tidak
membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan
gas pada suhu 35°C-37°C _Uji Laboratorium _2 = Memenuhi syarat jika <50 CFU/100ml
1 = Tidak memenuhi syarat jika >50 CFu/100ml Sumber: Permenkes RI 32 Tahun 2017
_Ordinal _ _Kontruksi Sumur Gali _ _1 _Kejadian Stunting _Stunting adalah masalah
kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup
lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun _Data Sekunder _2 = Terjadi 1 = Tidak Terjadi _Nominal _ _ Teknik
Pengambilan Data Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data yang digunakan
adalah sebagai berikut: Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam (Sugiyono, 2012).
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
langsung kualitas air sumur gali di Wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga.

Pengukuran lapangan Pengukuran dilapangan dilakukan dengan pertimbangan


keterwakilan karena dikhawatirkan data akan berubah apabila sampel air diawetkan.
Adapun data yang dapat dikumpulkan dengan cara pengukuran secara langsung
dilapangan yaitu, pH, suhu, warna, bau, dan rasa air dengan menggunakan alat dan
bahan yang diperlukan seperti tali, wadah/botol, pH meter, thermometer, dan alat tulis.
Uji Laboratorium Uji laboratorium ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air sumur
gali. Dalam penelitian ini uji laboratorium akan di lakukan di Puskesmas Tajur Biru
menggunakan Sanitarian Kit yang tersedia.

Adapun beberapa parameter yang akan diuji di laboratorium adalah: Total Disolved
Solid (TDS), Kekeruhan, Fe, Flouride, Seng, Timbal, Kesadahan, Nitrat, Arsen, Mangan,
E-Coli dan Total Coliform. Intsrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah
lembar lembar uji laboratorium, ceklist uji lapangan dan data sekunder yang digunakan
untuk mendapatkan data tentang Hubungan Kualitas Air (FIsik Kimia dan Biologi)
Terhadap Kejadian Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga
Tahun 2020. Cara Penelitian Tahap persiapan Survey Pendahuluan dilokasi penelitian
Penyusunan proposal, bimbingan proposal, seminar proposal. Melakukan izin penelitian
di wilayah penelitian.

Tahap pelaksanaan Pengukuran dengan menggunakan lembar uji lab dengan oratorium
dan data sekunder Puskesmas Tajur Biru Tahun 2020. Sumber Data Penelitian Untuk
melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian, diperlukan jenis data yang mendukung
penelitian tersebut. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan ada dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan
menganalisis kualitas air baik secara parameter fisik, kimia dan biologi menggunakan
lembar uji laboratorium dan lapangan yang berhubungan dengan permasalahan yang
sedang diteliti.

Data sekunder Pengumpulan data sekunder terdiri dari data monografi wilayah
penelitian baik yang berasal dari Data Kesehatan Lingkungan dan Gizi Puskesmas Tajur
Biru Tahun 2020. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
Editing Pengeditan data dilakukan di lapangan yaitu untuk memeriksa kembali
kelengkapan dan kebenaran pengisian kuesioner. Bagi kuesioner yang belum lengkap
atau belum benar, maka segera dilakukan perbaikan di lapangan dengan cara
mengunjungi kembali responden. Coding Semua variabel diberi kode untuk
mempermudah pengolahan.

Pemberian kode dilakukan sebelum atau sesudah pengumpulan data dilaksanakan.


Entry Memasukkan data ke komputer (Entry) merupakan langkah memindahkan data
yang telah didapat ke dalam software khusus analisis data menggunakan program
statistik. Tabulasi Dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang
akan diteliti, supaya dapat memudahkan analisis data kemudian di sajikan dalam bentuk
tulisan. Analisis Data Analisis Univariat Data yang terkumpul diolah dan dianalis secara
disktiptif yaitu data untuk variabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Analisis Bivariat Analisis untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau
tidak menurut statistik antara variabel dependen dan variabel independen, maka
dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square untuk variabel
bebas yang berskala nominal dan variabel terikat. Analisis bivariat, digunakan untuk
mengetahui besar risiko (Odds Ratio/OR) variabel bebas dengan terikat dari
masing-masing variabel dengan menggunakan uji Chi Square sehingga diperoleh nilai
X², 95% CI dan OR.

Jika OR = 1 dan 95% CI tidak mencapai nilai 1, maka menunjukkan bahwa variabel yang
diteliti bukan faktor risiko Jika OR >1 dan 95% CI mencapai nilai 1, maka menunjukkan
bahwa variabel yang diteliti memang benar merupakan faktor risiko Jika OR <1 dan 95%
CI tidak mencapai nilai 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor
protektif (Notoadmodjo, 2010). Jadwal Penelitian Jadwal pada penelitian ini adalah : No
_Kegiatan _Bulan 2020 _ _ _ _Feb _Mar _Apr _Mei _Jun _Jul _Agust _ _1 _Tahap Persiapan
Penelitian _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Penyusunan dan Pengajuan Judul _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Bimbingan
Proposal _ _ _ _ _ _ _ _ _2 _Seminar Proposal _ _ _ _ _ _ _ _ _3 _Revisi Proposal setelah
seminar _ _ _ _ _ _ _ _ _4 _Izin Penelitian _ _ _ _ _ _ _ _ _5 _Penelitian _ _ _ _ _ _ _
BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui gambaran kualitas air sumur gali di
wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Linga secara fisika, kimia dan biologi.

Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Fisika Hasil analisis kualitas air sumur gali
secara fisika di wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Linga dapat di lihat pada 4.1 di
bawah ini. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Fisika No _Sampel
Sumur _Parameter _ _ _ _Bau _TDS _Kekeruhan _Rasa _Suhu _Warna _ _1 _001 _Tidak _10
_11 _Tidak _25,4 _10 _ _2 _002 _Ya _10 _27 _Ya _26,8 _53 _ _3 _003 _Tidak _5 _7 _Tidak _26
_18 _ _4 _004 _Tidak _20 _11 _Tidak _28,6 _57 _ _5 _005 _Ya _10 _10 _Ya _27,6 _59 _ _6
_006 _Tidak _15 _0 _Tidak _24 _8 _ _7 _007 _Ya _20 _6 _Ya _28,6 _62 _ _8 _008 _Tidak _10
_8 _Ya _27,6 _60 _ _9 _009 _Tidak _20 _0 _Tidak _27,6 _17 _ _10 _010 _Ya _25 _8 _Ya _29,4
_69 _ _11 _011 _Tidak _30 _12 _Tidak _29,4 _20 _ _12 _012 _Tidak _20 _9 _Ya _29,6 _75 _
_13 _013 _Tidak _30 _9 _Tidak _29,8 _8 _ _14 _014 _Tidak _30 _8 _Ya _29,9 _76 _ _15 _015
_Tidak _25 _20 _Tidak _25,9 _18 _ _16 _016 _Tidak _40 _22,6 _Tidak _23 _2 _ _No _Sampel
Sumur _Parameter _ _ _ _Bau _TDS _Kekeruhan _Rasa _Suhu _Warna _ _17 _017 _Ya _20
_20 _Ya _28 _59 _ _18 _018 _Tidak _20 _19 _Tidak _27 _13 _ _19 _019 _Tidak _20 _21,5
_Tidak _27 _7 _ _20 _020 _Ya _20 _22,6 _Tidak _30 _69 _ _21 _021 _Ya _23 _23,9 _Ya _29
_78 _ _22 _022 _Tidak _20 _21,9 _Tidak _27 _9 _ _23 _023 _Tidak _25 _20,8 _Tidak _30,1
_12 _ _24 _024 _Tidak _40 _23 _Tidak _30,6 _12 _ _25 _025 _Ya _10 _20 _Tidak _28 _71 _
_26 _026 _Tidak _50 _2 _Tidak _30,3 _4 _ _27 _027 _Tidak _40 _2 _Tidak _30,3 _7 _ _28
_028 _Tidak _60 _20 _Ya _29 _9 _ _29 _029 _Ya _10 _20 _Ya _29 _11 _ _30 _030 _Ya _10 _22
_Tidak _30 _7 _ _ Keterangan: Baku Mutu Menurut Permenkes RI Nonor 32 Tahun 2017
Bau : Tidak Berbau TDS : 1000mg/l Kekeruhan : 25 NTU Rasa : Tidak Berasa Suhu : ±3oC
Warna : 50 TCU Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.1

diketahui bahwa nilai pada parameter Bau terdapat 10 (sepuluh) sampel sumur gali
tidak sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan yakni sampel 002, 005, 007,
010, 017, 020, 021, 025, 029 dan 030. Pada parameter Rasa terdapat 11 (sebelas) sampel
sumur gali yang tidak sesuai standar baku mutu yang ditetapkan yakni
002,005,007,008,010, 012, 014, 017, 021, 028, dan 029. Pada parameter suhu seluruh
sampel sumur gali tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan nilai
pada parameter TDS dan kekeruhan seluruh sampel sumur gali masih memenuhi syarat
baku mutu yang telah ditetapkan.

Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Kimia Hasil analisis kualitas air sumur gali
secara Kimia di wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Linga dapat di lihat pada 4.2 di
bawah ini. Tabel 4.2 Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Kimia No _Sampel
Sumur _Parameter _ _ _ _pH _(Fe) _Florida _Timbal _Seng _Kesadahan _Nitrat _Sulfat
_Mangan _ _1 _001 _3,89 _0,30 _22 _0,02 _3 _12 _0,53 _0,17 _0,01 _ _2 _002 _3,20 _1,16
_36 _0 _2 _23 _0,67 _0,25 _0,08 _ _3 _003 _6,7 _0,65 _30 _0,035 _3 _11 _0,47 _0,3 _0,06 _ _4
_004 _3,6 _1,20 _45 _0 _1,2 _110 _0,09 _0,07 _2,02 _ _5 _005 _4 _0,25 _26 _0 _2,3 _90 _1,17
_0,1 _1,03 _ _6 _006 _3,8 _0,36 _20 _0,005 _2 _80 _1,28 _0,27 _0,09 _ _7 _007 _3,6 _1,23 _45
_0 _1,2 _110 _0,09 _0,07 _2,02 _ _8 _008 _4 _0,25 _25 _0 _2,1 _80 _1,15 _0,2 _1,08 _ _9 _009
_4 _0,25 _25 _0 _2 _80 _1,15 _0,2 _1,08 _ _10 _010 _3,86 _1,01 _27 _0,001 _2,2 _115 _0,14
_0,44 _0,2 _ _11 _011 _3,89 _0,04 _20 _0 _1,3 _120 _0,2 _0,38 _0,6 _ _12 _012 _3,89 _1,05
_20 _0 _2,3 _120 _0,481 _0,05 _0,3 _ _13 _013 _3 _0,35 _23 _0 _2,5 _180 _0,15 _0,2 _0,4 _
_14 _014 _3,2 _0,3 _19 _0,025 _2,8 _170 _0,11 _0,35 _0,4 _ _15 _015 _3,8 _0,6 _20 _0 _2,1
_38 _0 _0,4 _0,5 _ _16 _016 _4 _1 _22 _0 _2,4 _40 _0 _0,3 _0,32 _ _17 _017 _6,7 _1 _18
_0,002 _1,8 _80 _0,13 _0,25 _1 _ _18 _018 _4 _0,8 _20 _0 _0,8 _30 _1,2 _0,21 _0,8 _ _19 _019
_4 _0,8 _20 _0 _0,8 _100 _0 _0,21 _0,8 _ _20 _020 _5,3 _0,9 _13 _0 _0,2 _30 _0 _0,21 _0,4 _
_21 _021 _9,9 _1 _15 _0,003 _1,2 _10 _0,18 _0,3 _0,3 _ _22 _022 _2,9 _0,4 _13 _0 _1,2 _20,9
_0 _0,25 _1 _ _No _Sampel Sumur _Parameter _ _ _ _pH _Fe _Florida _Timbal _Seng
_Kesadahan _Nitrat _Sulfat _Mangan _ _23 _023 _5,7 _0,4 _17 _0 _0,8 _29 _0,3 _0,2 _0,2 _
_24 _024 _5,3 _0,2 _19 _0 _0,6 _30 _0,2 _0,2 _0,3 _ _25 _025 _3,3 _1 _19 _0 _0,8 _28 _0 _0,4
_0,6 _ _26 _026 _15,3 _0,4 _21 _0 _0,3 _29 _0 _0,2 _0,3 _ _27 _027 _15,3 _0,4 _21 _0 _0,3 _29
_0 _0,2 _0,3 _ _28 _028 _2,9 _0,7 _20 _0,002 _0,4 _10 _0,1 _0,3 _0,4 _ _29 _029 _2,9 _0,4 _20
_0 _0,4 _30 _0,2 _0,2 _0,4 _ _30 _030 _10,6 _0,2 _23 _0 _0,5 _30 _0,1 _0,3 _0,5 _ _
Keterangan: Baku Mutu Menurut Permenkes RI Nonor 32 Tahun 2017 pH : 6,5 - 8,5 mg/l
Besi (Fe) : 1 mg/l Florida : 1,5 mg/l Timbal : 0,05 mg/l Seng : 15 mg/l Kesadahan : 500
mg/l Nitrat : 10 mg/l Sulfat : 400 mg/l Mangan : 0,5 mg/l Berdasarkan hasil analisis pada
tabel 4.2

diketahui bahwa nilai pada parameter pH hanya 1 (satu) sampel sumur gali yang
memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan yakni sampel 017, selebihnya sampel
sumur gali tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Pada parameter Besi
(Fe) terdapat 5 (lima) sampel sumur gali yang tidak sesuai standar baku mutu yang
ditetapkan yakni sampel 002,004, 007,010, dan 012. Pada parameter Florida seluruh
sampel sumur gali tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan. Pada parameter
Timbal ada 2 (dua) sampel sumur gali yang tidak memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan yakni sampel 003 dan 014.

Pada parameter Mangan ada 11 (sebelas) sampel sumur gali yang tidak memenuhi
standar baku mutu yang di tetapkan yakni sampel, 004, 005, 007, 008, 009, 016, 017,
018, 019, 022, dan 025. Sedangkan nilai pada parameter Seng, Kesadahan, Nitrat dan
Sulfat seluruh sampel sumur gali masih memenuhi syarat baku mutu yang telah
ditetapkan. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Biologi Hasil analisis kualitas air
sumur gali secara Biologi di wilayah Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Linga dapat di lihat
pada 4.2 di bawah ini. Tabel 4.3
Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Secara Biologi No _Sampel Sumur _Parameter _ _ _
_E-Coli _Total Coliform _ _1 _001 _Ya _60 _ _2 _002 _Ya _80 _ _3 _003 _Tidak _20 _ _4 _004
_Ya _120 _ _5 _005 _Ya _110 _ _6 _006 _Ya _90 _ _7 _007 _Ya _120 _ _8 _008 _Ya _120 _ _9
_009 _Ya _120 _ _10 _010 _Ya _800 _ _11 _011 _Ya _460 _ _12 _012 _Ya _200 _ _13 _013
_Ya _280 _ _14 _014 _Ya _280 _ _15 _015 _Ya _320 _ _16 _016 _Ya _210 _ _No _Sampel
Sumur _Parameter _ _ _ _E-Coli _Total Coliform _ _17 _017 _Ya _375 _ _18 _018 _Ya _220 _
_19 _019 _Ya _220 _ _20 _020 _Ya _180 _ _21 _021 _Ya _200 _ _22 _022 _Ya _370 _ _23
_023 _Ya _280 _ _24 _024 _Ya _290 _ _25 _025 _Ya _190 _ _26 _026 _Tidak _20 _ _27 _027
_Tidak _20 _ _28 _028 _Ya _21 _ _29 _029 _Ya _22 _ _30 _030 _Ya _21 _ _ Keterangan: Baku
Mutu Menurut Permenkes RI Nonor 32 Tahun 2017 E-Coli : 0 CFU/100ml Total Coliform :
50 CFU/100ml Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3

diketahui bahwa nilai pada parameter E-Coli hanya terdapat 3 (tiga) sampel sumur gali
yang sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan yakni sampel 003, 026, dan 027,
selebihnya sampel sumur gali tidak sesuai standar baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan Pada parameter Total Coliform hanya terdapat 6 (enam) sampel sumur gali
yang sesuai standar baku mutu yang ditetapkan yakni 003, 026, 027, 028, 029, dan 030.
BAB V PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil Kualitas Air Berdasarkan Parameter Fisika
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pemeriksaan kualitas air
berdasarkan parameter Fisika (Bau, TDS, Kekeruhan, Rasa, Suhu dan Warna) pada 30
sampel air sumur gali yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga
dengan hasil bahwa Parameter Bau, Rasa, suhu dan warna tidak memenuhi standar baku
mutu yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32
Tahun 2017 dan Kepmenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat air bersih dan
air minum. Standar persyaratan air bersih dan air minum yang menyangkut bau menurut
WHO maupun U.S

Public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum dan air bersih tidak boleh
terdapat bau yang di inginkan. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan
biasanya disebabkan oleh bahan-bahan organik yang membusuk. Intensitas bau dapat
meningkat bila dilakukan klorinasi terhadap air. Pengukuran bau, rasa, suhu dan warna
dilakukan secara langsung dilapangan. Efek yang ditimbulkan oleh adanya bau dalam air
merupakan efek yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Bau, Rasa dalam
air dapat ditimbulkan oleh adanya zat organik/bakteri dan unsur lain yang masuk ke
dalam air. Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik.

rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Rasa asin
disebabkan karena niai pH yang tinggi sehingga garam-garam tertentu mudah larut
dalam air, perlu diketahui bahwa rasa pahit dari air yang kita minum akan menstimulir
getah empedu keluar, akibatnya akan mengganggu proses detoksifikasi pada lever
sehingga memperberat kerja metabolism pada liver.

Hasil Kualitas Air Berdasarkan Parameter Kimia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
hasil bahwa pemeriksaan kualitas air berdasarkan parameter Kimia (pH, Besi, Florida,
Timbal, Seng, Kesadahan, Nitrat, Sulfat dan Mangan) pada 30 sampel air sumur gali
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga dengan hasil bahwa
Parameter pH, Besi, Florida, Timbal dan Mangan tidak memenuhi standar baku mutu
yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun
2017 dan Kepmenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat air bersih dan air
minum. Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting dalam menganalisis
kualitas air.

Air yang cenderung asam dengan nilai pH < 6,5 dapat melarutkan besi sehingga dapat
menyebabkan tingginya kadar besi dalam air. Selain itu, air dengan pH rendah juga
dapat meningkatkan korosifitas pada benda-benda logam. Sedangkan air yang memiliki
nilai pH tinggi atau basa dapat merubah rasa air menjadi pahit. Air sumur gali pada
umumnya mengandung zat besi (Fe). Kandungan zat besi dalam air berasal dari tanah
yang mengandung kandungan mineral dan logam yang dapat larut dalam air tanah.
Keberadaan kandungan zat besi dalam air dapat menyebabkan air menjadi berwarna,
berbau dan berasa.

Air yang mengandung zat besi melebihi baku mutu yang ditentukan, akan
menyebabkan air menjadi berwarna, memberi rasa yang tidak enak dan dapat
menimbulkan endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian serta dapat
menyebabkan peralatan rumah tangga menjadi berkarat. Selain itu, kelebihan kadar besi
dalam tubuh manusia juga dapat menimbulkan efek bagi kesehatan seperti gangguan
pada pembuluh darah, serangan jantung, dan kanker hati (Wardhana dalam Srikandi,
2014). Hasil Kualitas Air Berdasarkan Parameter Biologi Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa pemeriksaan kualitas air berdasarkan parameter Biologi (E-Coli
dan Total Coliform) pada 30 sampel air sumur gali yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Tajur Biru Kabupaten Lingga dengan hasil bahwa Parameter E-Coli dan Total Coliform
tidak memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 dan Kepmenkes No
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat air bersih dan air minum. Menurut Depkes RI
Dirjen PP & PL Direkorat Penyehatan Lingkungan (2007) untuk mencegah terjadinya
pencemaran bakteri coliform terhadap air sumur maka diperlukan kosntruksi sumur
yang memenuhi persyaratan sanitasi.

Persyaratan kesehatan sarana sanitasi air bersih sumur gali diantaranya yaitu lokasi
sumur gali, lantai sumur gali, saluran pembuangan limbah, bibir sumur gali, dinding
sumur gali dan peletakan timba atau tali timba. Menurut Depkes RI Dirjen PP & PL
Direktorat Penyehatan Lingkungan (2007) untuk mencegah terjadinya pencemaran
bakteri Coliform terhadap air sumur gali maka perlu konstruksi sumur yang memenuhi
persyaratan sanitasi. Persyaratan kesehatan sarana sanitasi air bersih sumur gali yaitu
diantaranya pada lokasi sumur gali tidak kdekat dengan sumber pencemar (jamban,
kandang ternak, TPS, dll).

Pada lantai sumur harus kedap air dengan lebar dan luas minimal 1 m dari tepi dinding/
bibir sumur, tidak retak / bocor & mudah dibersihkan. Pada saluran pembuangan
limbah (SPAL) harus kedap air, minimal panjang saluran lebih kurang 11 m dan tidak
menimbulkan genangan, pada dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan
lantai dibuat bahan kedap air dan kuat. Dan pada bibir sumur minimal 80 cm dari lantai,
terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air serta bibir sumur diberi penutup.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Sri (2010)
yang menyatakan bahwa kualtias mikrobilogi air sumur di Kelurahan Citrodiwangsan
Kabupaten Lumajang dipengaruhi oleh konstruksi sumur gali. hasil penelitan ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Sri (2010) yaitu berdasarkan
observasi diketahui bahwa hampir seluruh aspek konstruksi sumur gali tidak memenuhi
syarat, sebagai contoh pada saluran pembuangan air limbah sebanyak 67,4% sumur gali
saluran pembuangannya >10m atau tidak memenuhi syarat dan hasil pemeriksaan
mikrobiologi di laboratorium medis dan lingkungan Kabupaten Lumajang menunjukkan
hampir seluruh air sumur gali (91,3%) tergolong kategori tidak memenuhi syarat
bedasarkan Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017 tentan Persyaratan Kualitas Air.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian analisis kualitas air
sumur gali di Locus Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga
dapat disimpulkan: Hasil pemeriksaan berdasarkan parameter fisika yaitu parameter
bau, Total zat padat terlarut (TDS), Kekeruhan, rasa dan warna pada 30 sampel air sumur
gali di wilayah kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga bahwa Parameter Bau,
Rasa, suhu dan warna tidak memenuhi syarat sesuai dengan standar pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 dan Kepmenkes No
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air bersih dan air minum.

Hasil pemeriksaan berdasarkan parameter Kimia yaitu parameter pH, Besi, Florida,
Timbal, Timbal, Seng, Kesadahan, Nitrat, Sulfat dan Mangan) pada 30 sampel air sumur
gali yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Tajur Biru Kabupaten Lingga dengan hasil
bahwa Parameter pH, Besi, Florida, Timbal dan Mangan tidak memenuhi standar baku
mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan standar pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 32 Tahun 2017 dan Kepmenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air
bersih dan air minum.

Hasil pemeriksaan berdasarkan parameter Biologi yaitu parameter E-Coli dan Total
Coliform pada 30 sampel air sumur gali yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tajur Biru
Kabupaten Lingga didapatkan hasil bahwa pemeriksaan kualitas air berdasarkan
parameter Biologi (E-Coli dan Total Coliform) tidak memenuhi standar baku mutu yang
telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017
dan Kepmenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat air bersih dan air minum.
Saran Dari kesimpulan diatas, saran yang peneliti dapat berikan pada penelitian ini
adalah: Bagi Puskesmas Tajur Biru Bagi Puskesmas Tajur Biru diharapkan agar dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama mengenai pentingnya menjaga
kualitas air yang dikonsumsi agar tidak mudah tercemar baik pencemaran parameter
Fisika, Kimia dan Biologi.

Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat agar menjaga kualitas sumber air sumur gali
dengan memperbaiki konstruksi sumur gali yang sudah ada agar tidak mudah tercemar
dari zat-zat baik Fisika, Kimia dan Biologi.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://anggiprihadi.wordpress.com/2012/04/07/faktor-pendukung-dan-penghambat-p
erubahan-sosial/
<1% - https://dr-suparyanto.blogspot.com/2014/03/masalah-air-bersih.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51369/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - https://nurafifah23.blogspot.com/2014/11/sanitasi-dan-air-bersih.html
<1% -
https://pt.scribd.com/document/58536422/Sumur-Dangkal-Kartasura-TUTI-RAHAYU-6-
New
<1% -
https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/JURNAL-PRASTIKA-LUMI-2.pdf
<1% -
http://www.beritamalukuonline.com/2018/03/krisis-air-bersih-di-kota-ambon.html
1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1719/1/SKRIPSI%20NADIA.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/305201669_Riwayat_Berat_Badan_Lahir_denga
n_Kejadian_Stunting_pada_Anak_Usia_Bawah_Dua_Tahun
<1% - http://repository.unimus.ac.id/195/1/FULL%20TEXT%201.pdf
<1% - http://repository.usu.ac.id/feed/rss_1.0/123456789/47346
<1% -
https://www.scribd.com/document/416741686/Laporan-Akhir-Aplikasi-Komunitas
<1% - https://androskripsi.wordpress.com/category/kti-skripsi-kebidanan/page/3/
<1% -
https://aswdindonesia.blogspot.com/2011/03/makalah-krisis-air-bersih-di-indonesia.ht
ml
<1% -
https://hardyono-panjaitan.blogspot.com/2011/10/kungrangnya-air-bersih-yang-menja
di.html
<1% -
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1-00925-AR%20Bab2001.do
c
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/8ydd71yp-penentuan-konsentrasi-larutan-kapur-
dan-tawas-pada-pengolahan-air-di-pdam-tirtanadi-sunggal.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/7qvjd1q5-perbandingan-efektivitas-poly-alumuni
um-chloride-pac-dan-tawas-dalam-menurunkan-turbidity-kekeruhan-dan-derajat-keasa
man-ph-pada-turbidity-590-ntu.html
<1% - https://www.scribd.com/document/388014010/BAB-II
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29521/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - https://geolistriklombok.blogspot.com/2016/03/air-tanah.html
<1% -
https://agusardiantoumby.blogspot.com/2016/01/laporan-praktikum-pengelolaan-air.ht
ml
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29161/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=3
<1% -
https://www.internatpen.org/219df66c/file-baku-mutu-permenkes-tentang-air-bersih.pd
f
<1% - https://id.scribd.com/doc/305330652/Laporan-Pkl
<1% - https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jtsl/article/download/1878/pdf
<1% - http://eprints.umm.ac.id/52334/3/BAB%20II%20.pdf
<1% - http://nanosmartfilter.com/tag/air-bersih/page/4/
<1% - https://www.scribd.com/document/344008711/tentang-air-pdf
<1% -
https://www.scribd.com/document/359915234/Permenkes-Nomor-32-Tahun-2017-tent
ang-Standar-Baku-Mutu-Kesehatan-Lingkungan-dan-Persyaratan-Kesehatan-Ait-untuk-
Keperluan-Higiene-Sanitasi-Kolam-Re
<1% -
https://id.scribd.com/doc/290382893/JURNAL-PANNMED-VOL-9-NO-3-Januari-April-20
15-final-pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/308349078/Pengolahan-Air-Minum
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/873/4/4.%20chapter%202.pdf.pdf
<1% - https://advancebpp.wordpress.com/2009/04/page/2/
<1% -
https://dcycheesadonna.wordpress.com/2015/01/14/analisis-kadar-tss-ph-cod-dan-loga
m-fe-mn-zn-dalam-air-sungai-dan-air-limbah-di-laboratorium-lingkungan-balai-riset-d
an-standarisasi-industri-banjarbaru/
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/309209691_ANALISIS_KANDUNGAN_LOGAM_
BERAT_Hg_Cd_dan_Pb_PADA_AIR_dan_SEDIMEN_di_PERAIRAN_PULAU_PANGGANG-PR
AMUKA_KEPULAUAN_SERIBU_JAKARTA
<1% - https://id.scribd.com/doc/57932697/Laporan-Akhir-Praktikum-KFK
<1% -
https://rahmanriy4nto.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-dasar-dasar-akuakultu
r.html
1% - https://jujubandung.wordpress.com/tag/air/
<1% -
https://www.scribd.com/document/318384621/Desain-Obat-Parameter-Fisika-Kimia
<1% - https://www.scribd.com/document/364969125/Anapuja-Khairul-sistem-Utilitas
<1% - https://id.scribd.com/doc/316930209/Mineral-Non-Logam-Tugas-1
<1% - https://www.scribd.com/document/363577702/Kelompok-8-Seng-Zn-Dan-Arsen
<1% - https://wismaputih.wordpress.com/2009/12/23/logam-seng/
<1% - https://zycoluffy21.blogspot.com/2014/01/
<1% - https://idanonim.wordpress.com/tag/powerpoint/
<1% - https://www.scribd.com/document/390310626/makalah-ins-mediaair-docx
1% -
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penent
u-kualitas-air-2/
<1% - http://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/category/teknik-sda-lingkungan/
<1% - https://seageost.blogspot.com/2014/11/mineral-optik.html
<1% - https://www.scribd.com/document/347535100/LAPLENG-INSTRUMEN
<1% - https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek/article/download/369/341
<1% - https://www.scribd.com/document/377722321/5-LailaFebrina-Unsahid
<1% -
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_Standar_Baku_Mut
u_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aqua_.pdf
<1% - https://widuri.raharja.info/index.php?title=SI1331476775
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28190/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4
<1% - https://dhyka1207.blogspot.com/2011/12/makalah-air.html
<1% -
https://analiskesehatan-pontianak.blogspot.com/2011/02/pengukuran-coliform-dengan
-mpn.html
<1% -
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1009005011-3-BAB%202.Yuli%20Darmawan.pdf
<1% -
https://mommyasia.id/2673/article/pengertian-stunting-dan-upaya-pencegahannya
<1% -
https://parenting.dream.co.id/diy/kasus-stunting-anak-di-indonesia-harus-segera-ditan
gani-ini-alasannya-190318y.html
1% - http://repository.unimus.ac.id/1782/3/12.%20BAB%202.pdf
<1% - http://repository.unimus.ac.id/1794/3/BAB%20II.pdf
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/945/4/4._Chapter_2.PDF
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3738/4/Chapter%202.pdf
<1% - https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/1245/904
<1% -
https://asmanurs3.blogspot.com/2014/08/hubungan-status-gizi-pola-makan-dan.html
1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57127/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57127/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% -
http://eprints.undip.ac.id/53775/3/Annisa_Nailis_FR_22010112130136_Lap.KTI_Bab2.pdf
1% -
https://mafiadoc.com/bab-2-tinjauan-pustaka-21-pengertian-gizi-istilah-gizi-dan-_59dd
2dae1723ddb5822c928e.html
<1% - https://www.scribd.com/document/384031639/TA-UTUH-pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/9yn277ky-perkembangan-bahasa-kognitif-balita-stunt
ed-normal-kelurahan-bantar.html
<1% - http://scholar.unand.ac.id/37771/2/BAB%201.pdf
1% -
https://santi-ns.blogspot.com/2019/02/materi-stunting-lengkap-dengan-sumber.html
<1% - http://perilakuhidupsehat.org/artikel/stunting-itu-penting/
1% - https://yunipatra05.wordpress.com/2018/03/23/artikel-kenali-stunting-dampak/
<1% - http://repository.unimus.ac.id/1826/9/Bab%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
1% - http://repository.unimus.ac.id/2000/3/bab%202.pdf
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57498/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% - https://auroranevadahasyim.blogspot.com/2016/10/makalah-stunting.html
1% - http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/888/2/BAB%20II.pdf
<1% - https://alwaysnutritionist.blogspot.com/2015/04/faktor-penyebab-stunted.html
<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/download/6874/5602
1% - https://idoc.pub/documents/stunting-34m7gwjrmp46
<1% -
https://www.scribd.com/document/254007857/Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-keja
dian-stunting-pada-balita-usia-25-60-bulan-di-kelurahan-kalibaru-depok-tahun-2012
<1% - http://repository.unimus.ac.id/1826/8/Naskah%20Publikasi.pdf
<1% - https://www.klikdokter.com/penyakit/duchenne-muscular-dystrophy
<1% -
https://skripsi-konsultasi.blogspot.com/2019/07/pengertian-asi-eksklusif-skripsi-dan.ht
ml
<1% -
https://unimasd3bidan.blogspot.com/2013/06/hubungan-usia-pemberian-makanan_22.
html
<1% - http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2727/3/BAB%20II.pdf
<1% - http://repository.unimus.ac.id/2558/4/BAB%20II.pdf
<1% -
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail
&act=view&typ=html&buku_id=53259&obyek_id=4
<1% - https://www.scribd.com/document/343979719/Stunting
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/29850/Chapter%20II.pdf?seque
nce=3&isAllowed=y
<1% - https://vildaanaveriasetyawati.wordpress.com/
<1% - https://dwiqeajach.blogspot.com/2013/01/makalah-status-gizi.html
<1% -
https://artikelkesmas.blogspot.com/2015/02/paper-status-gizi-di-negara-maju-sedang.h
tml
<1% - http://eprints.ums.ac.id/12891/6/BAB_III_bner.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/2386/6/Bab%203.pdf
<1% -
https://www.konsistensi.com/2013/04/teori-sampel-dan-sampling-penelitian.html
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-mufidg2a20-5281-4-bab3.pdf
<1% - http://repository.unpas.ac.id/30472/5/BAB%20III%20Skripsi.pdf
1% - https://izhalruztam.blogspot.com/2011/09/air-dan-sarana-air-bersih.html
<1% -
https://id.scribd.com/doc/287975383/Proposal-Hubungan-Antara-Sarana-Sanitasi-Dasar
-Dengan-Kejadian-Diare
<1% - https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101204223614AA5fnhv
<1% -
https://bosan-kuliah.blogspot.com/2011/07/beberapa-parameter-kualitas-fisika-dan.ht
ml
<1% -
https://artikelkeren.com/apakah-pengertian-unsur-timah-hitam-dan-efeknya.html
<1% - https://doddysetiagraha.blogspot.com/2012/09/komoditi-mangan_23.html
<1% - https://www.scribd.com/document/369160464/Metlit-Dulu
<1% - http://repository.lppm.unila.ac.id/9767/1/Stunting%20Sutarto%202018.pdf
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/1/30INTAN%20KUSUMA.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3911/4/103811014_Bab3.pdf
<1% -
https://babadsunda.blogspot.com/2010/10/hasil-tim-peneliti-tim-independen-batu.htm
l
<1% -
https://muhammadasarydevin.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-plankton.html
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1670/7/11510004_Bab_3.pdf
<1% -
http://www.faperta.ugm.ac.id/semnaskan/abstrak/prosiding2005/abstrak_bidang_manaj
emen_sumberdaya_perikanan.php
<1% -
https://caridokumen.com/download/buku-metodologi-penelitian-kuantitatif-dan-kualit
atif-oleh-jonathan-sarwono-_5a449cf8b7d7bc7b7a734e4e_pdf
<1% - https://bakuldata.blogspot.com/2010/
<1% -
http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/filesx/2010/201012/201012-004.pdf
<1% -
http://eprints.undip.ac.id/78953/1/9_Hasil_-_Faktor_Risiko_Kejadian_Keracunan_Pestisida
_13%25.pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/37486/5/BAB__4_tesis.doc
<1% -
https://ar.scribd.com/document/259469688/Analisis-Kualitas-Air-Sumur-Dangkal-Di-Kec
amatan-Biringkanaya-Kota-Makassar
<1% - https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/jurnal-FARLY-REVISI-.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/137954137/KA-Andal-PPGM-Pertamina
<1% -
https://id.123dok.com/document/zk8o7e8z-rencana-pembangunan-infrastruktur-bidan
g-cipta-karya-2021.html
<1% - http://doczz.net/doc/117619/03-bab-iii-profil-sanitasi-kab
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/336584000_EFEKTIFITAS_ARANG_TEMPURUN
G_KELAPA_Cocus_nucifera_DALAM_MENURUNKAN_KESADAHAN_TOTAL_PADA_AIR
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51694/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62364/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% - https://lordbroken.wordpress.com/tag/air-minum/
<1% -
https://febriyantiramadhanikes.blogspot.com/2016/06/makalah-persyaratan-kualitas-air
-minum.html
<1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-ikan-pisces/
<1% -
http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/download/1199/141
8
<1% -
https://waterpluspure.wordpress.com/2010/10/30/kandungan-besi-dalam-air-dan-peng
aruhnya-bagi-0/
<1% -
https://muhammadsyukur21.blogspot.com/2012/06/senyawa-kimia-dalam-air-dan-stan
darnya.html
<1% - https://diplomaiiikesehatanlingkungan.blogspot.com/2019/
<1% - https://issuu.com/palpres/docs/palpres_sept_27_13
<1% -
https://habib00ugm.wordpress.com/2010/05/27/permenkes-tentang-standar-kualitas-ai
r-bersih-dan-air-minum/
<1% - http://evelynprativisekso4212.weebly.com/blog/archives/08-2015
<1% - https://pakjalpidie.blogspot.com/2013/03/kontsruksi-sumur-gali.html
<1% - https://issuu.com/aprohansaputra/docs/katalog_revindd
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/334256361_Analisis_Bau_Warna_TDS_pH_dan_
Salinitas_Air_Sumur_Gali_di_Tempat_Pembuangan_Akhir

Anda mungkin juga menyukai