METODE PRIMER
OLEH :
17.321.2659
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “ MAKP PRIMER ” ini dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan Keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi di Indonesia. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan
sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang (Nursalam 2015,
Edisi2).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam
proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikankeempat unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dansistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model maka keempat hal tersebutharus
menjadi bahan pertimbangan, karena merupakan sebagai suatu kesatuanyang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai seorang perawat professional kita harus bisa menetukan model mana
yang harus dipilih dalam menyelesaikan suatumasalah keperawatan agar meningkatkan
kepuasan pasien dan meningkatkankinerja perawat. Adapun beberapa model MAKP yaitu
Case Method, Fungsional , Team, Modular, Alokasi Pasien, Primer, Case Management.
1
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor
kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Ruangan atau
bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang
memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun
perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang
kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional
hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas salah
satu Model Asuhan Keparawatan yaitu, Model Asuhan Keperawatan Profesional Primer.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Metoda penugasan yang paling dipuji dan dipraktikkan saat ini adalah keperawatan
primer. Ini adalah perluasan dari prinsip desentralisasi autoritas, autoritas primer untuk
semua keputusan tentang proses keperawatan dipusatkan pada individu perawat
profesional. Perawat primer ditugaskan untuk merawat kebutuhan total pasien selama
waktu tinggal di rumah sakit.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan
perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang diberikan direncanakan dan
ditentukan secara total oleh perawat primer.
Marram, Schlegel, dan Bevis menyatakan, “keperawatan primer adalah distribusi
keperawatan sehingga perawatan total individu adalah tanggung jawab seorang perawat,
bukan beberapa perawat.” Mereka mengindikasikan autonomi menjadi kunci pada
pengembangan keperawatan profesional.
4
Konsep dasar :
5
d. Mendorong kemandirian perawat.
e. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
f. Berkomunikasi langsung dengan Dokter
g. Perawatan adalah perawatan komfrehensif
h. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
i. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
j. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
2. Kelemahan dari metode perawat primer :
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
b. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
Adapun Keuntungan dan Kerugian dari Metode MAKP Primer antara lain sebagai
berikut :
1. Kelebihan
a. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b. Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer memberikan atau
mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
c. Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial pasien dan
kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan pengkajian riwayat dan
fisik, mengembangkan rencana perawatan, dan melaksanakannya sebagai
kesatuan antara pasien dan pekerja kesehatan lain.
d. Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang
akan memungkinkan pembentukan hubungan terapeutik.
e. Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f. Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan pasien
langsung.
6
g. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional: untuk menghadapi masalah staf dan penugasan dan memotivasi
serta mendukung staf.
2. Kerugian
a. Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf menjadi RN, yang
meningkatkan pengaturan staf dan biaya. Sebagai contoh, uang dihemat bila
tugas bukan keperawatan dilakukan oleh kategori personel lain dan tidak
diambil alih oleh RN.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan keperawatan professional adalah pemberian asuhan keperawatan dengan
pendekatan proses keperawatan. Metode penugasan yang memungkinkan terlaksananya
asuhan keperawatan secara professional diantaranya adalah metode Tim dan metode
Perawat Primer. Mengingat metode perawatan primer diperlukan perawat yang
mempunyai kompetensi yang tinggi (tingkat spesialis) dan jumlah yang cukup,
sementara di Indonesia (utamanya RSCM) belum ada maka dalam MPKP digunakan
metode PN dimodifikasi dengan pendekatan Tim (Primary team). Dalam
pengorganisasiannya agar tujuan pelayanan keperawatan dapat tercapai dibutuhkan
uraian tugas, tanggung jawab dan peran yang jelas dari masing-masing klasifikasi tenaga
perawat yang ada yaitu sebagai kepala ruang, ketua tim, dan pelaksana (metode Tim) dan
Kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiat (MPKP).
3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti tentang
MAKP Primer sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan aplikasi model metode
asuhan keperawatan profesional primer.
8
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Depkes. 2016. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Nursalam.2015. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : salemba medika
Swanburg, Russel C. 2015. Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis. Jakarta : EGC
9
10