Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang. Diantaranya adalah
kebutuhan akan udara bersih dan segar pada daerah yang memiliki suhu udara
yang relatif tinggi. Panas yang membuat orang menjadi gerah berada di dalam
ruangan pada saat bekerja menjadikan suatu inspirasi bagi para ilmuwan untuk
menciptakan alat yang bisa memberikan kesegaran udara di sekitarnya. Oleh
karena itu diciptakan alat “air conditioning”.
Kebutuhan akan mesin pendingin yang akhir-akhir ini meningkat,
menyebabkan adanya permintaan yang sangat banyak mengenai tenaga-tenaga
yang memiliki kemampuan dasar tentang prinsip kerja mesin pendingin.
Secara umum mesin pendingin mempunyai prinsip kerja yaitu dengan cara
refrigerant yang berada di dalam kompresor dinaikkan tekanannya sampai
menjadi gas. Kemudian zat refrigerant itu dialirkan ke dalam kondensor untuk
diubah menjadi cair untuk selanjutnya dialirkan ke dalam katup ekspansi. Setelah
melewati katup ekspansi kemudian zat refrigerant itu di ekspansikan ke dalam
evaporator dalam keadaan gas untuk mengambil panas dari lingkungan untuk
selanjutnya diteruskan ke kompresor demikian seterusnya. Prinsip kerja dari
mesin pendingin dapat diaplikasikan untuk proses pengawetan, penyerapan kalor
dari bahan-bahan kimia pada industri petrokimia, perminyakan serta industri lain.
Teori tentang hal diatas sudah didapatkan di bangku kuliah dalam mata kuliah
seperti; termodinamika, perpindahan panas dasar, refrigerasi dan pengkondisian
udara. Akan tetapi pada kenyataannya dalam praktek belum diberikan.
Akan tetapi pada kenyataannya dalam praktek belum diberikan. Sehubungan
dengan hal di atas, untuk melengkapi kekurangan diatas maka mahasiswa Teknik
Mesin sangatlah perlu untuk melakukan praktikum refrigerasi dan pengkondisian
udara ini, dengan tujuan agar mahasiswa dapat melengkapi pengetahuan secara
teoritis maupun praktis tentang sistem refrigerasi dan Air Conditioning. Sehingga
pada akhirnya, mahasiswa dapat mengaplikasikan lebih jauh teori yang didapat di
bangku kuliah dengan kenyataannya di dunia kerja
1.2 Maksud
maksud dari percobaan ini adalah mengetahui prestasi sistem refrigerasi udara
1.3 Tujuan
Tujuan pelaksanaan pratikum pengkondisian udara adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Coefficient Of Performance (COP) standar pada sistem
pengkondisian udara
b. Efisiensi Refrigerasi
c. Efektivitas Kondenser dan Pemanfaatannya
d. Efektivitas Evaporator
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Kerja Refrigerasi


Prinsip kerja pada refrigerant terdiri dari 4 tahap utama yaitu kompresi,
kondensasi, ekspansi dan evaporasi ( cair, uap, gas dan kembali cair). Siklus
refrigerasi disirkulasikan berulang kali dengan perubahan-perubahan yang
mendukung dapat mengahasilkan proses pendinginan. Siklus refrigerasi secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Prinsip Kerja refrigerasi


Tahapan siklus refrigerasi :
1. Kompresi
Pada proses kompresi, refrigerant ditekan dalam kompresor sampai
kondisinya menjadi cair dengan temperatur yang tinggi. Gas refrigerant dalam
evaporator yang dihisap oleh kompresor akan membuat tekanannya tetap
rendah didalam evaporator, dan untuk membuat cairan refrigerant menjadi gas
secara dinamis pada temperatur yang rendah (0oC). Maka tekanan
gas refrigerant ditekan dalam silinder, dan berubah menjadi tinggi, sehingga
temperatur dan tekanan naik dan refrigerant akan mudah menjadi cair
walaupun proses pendinginan dalam temperatur yang lebih tinggi. Dan
gas refrigerant yang dikompresikan disalurkan ke komponen selanjutnya yaitu
di dinginkan di kondensor.

Gambar 2.2 Jenis Jenis Kompresor

2. Kondensasi
Pada proses kondensasi, refrigerant dirubah dari gas menjadi cair dan
didinginkan dari temperatur yang tinggi di dalam kondensor menjadi
temperatur lebih rendah. Refrigerant yang bertemperatur dan bertekanan tinggi
itu dipancarkan dalam kondensor menjadi cairan dan disalurkan ke receiver
dryer untuk disaring. Hal itu juga dinamakan proses kondensasi panas. Panas
yang tinggi dari refrigerant itu dapat dikeluarkan oleh kondensor
sehingga refrigerant menjadi dingin. Pada proses kondensasi menggunakan
alat yang disebut kondensor. Ada beberapa jenis kondensor yang biasa
digunakan, antara lain :

a. Kondensor tabung dan pipa horizontal

Gambar 2.3 Kondensor Tabung dan Pipa Horizontal

b. Kondensor tabung dan pipa coil


Gambar 2.4 Kondensor Tabung dan Pipa Coil
c. Kondensor jenis pipa ganda

Gambar 2.5 Kondensor Jenis Pipa Ganda


d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat

Gambar 2.6 Kondensor Pendingin Udara Koil

3. Ekspansi
Pada proses ekspansi, tekanan cairan refrigerant diturunkan oleh katup
ekspansi. Hal itu disebut proses ekspansi, dimana gas bertekanan itu
dikabutkan dengan mudah dalam evaporator sehingga refrigerant menjadi gas,
dan expansion valve ini mengatur aliran cairan refrigerant sambil menurunkan
tekanannya. Cairan refrigerant yang dikabutkan ini dalam evaporator diatur
oleh tingkat pendinginan yang harus dilakukan dibawah temperatur
pengabutan. Untuk itu, penting untuk mengontrol jumlah refrigerant yang
dibutuhkan dengan melakukan pengecekan yang benar. Ada 3 jenis katup
ekspansi, yaitu :

a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman

Gambar 2.7 Katup Ekspansi Otomatik


b. Katup Ekspansi Manual

Gambar 2.8 Katup Ekspansi Manual

c. Katup ekspansi tekanan konstan


Gambar 2.9 Katup Ekspansi Tekanan Konstan

4.    Evaporasi
Pada proses evaporasi, refrigerant dirubah dari cairan ke gas dalam
evaporator. Cairan refrigerant dikabutkan oleh hisapannya sendiri dimana saat
proses evaporasi panas latent dibutuhkan dari udara disekitar evaporator. Udara
melepaskan panas untuk didinginkan, dan dialirkan ke dalam ruang dalam
kendaraan oleh kipas pendingin sambil menurunkan temperatur ruangan itu.
Cairan refrigerant itu disalurkan dari expansion valve di dalam evaporator
kemudian sekaligus menjadi uap refrigerant, dan perubahan itu terjadi berulang
kali dari kondisi cair ke gas. dalam kondisi seperti diatas, tekanan dalam
evaporator juga harus dibuat tetap rendah. Karena itu, gas dari refrigerant  yang
dikabutkan haruslah dikurangi secara terus menerus keluar evaporator oleh
hisapan kompresor. Proses ini terus-menerus sehingga pendinginan udara didalam
kabin akan terjadi selama AC dihidupkan. Evaporator dibagi dalam beberapa
golongan sesuai dengan refrigerant yang ada di dalamnya, yaitu :

a. Evaporator Tabung Dan Koil

Gambar 2.10 Evaporator Tabung dan Koil


b. Evaporator Tabung Dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
Gambar 2.11 Evaporator Tabung dan Pipa ekspansi kering

c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara

Gambar 2.12 Evaporator Kecil dengan Pendingin Udara


2.2 Siklus Carnot
Siklus Carnot adalah proses termodinamik yang dialami oleh zat kerja
(working substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses
isotermal dan dua proses adiabatik. Pada proses isotermal pertama, yang terjadi
pada temperatur lebih tinggi, zat mengalami ekspansi dan menyerap kalor.

Proses isotermal kedua, yang terjadi pada temperatur rendah, zat mengalami
kompresi dan melepas kalor. Garis isotermal pertama dan kedua dihubungkan
oleh dua proses adibatik. adiabatik pertama zat mengalami ekspansi, sedangkan
adibatik kedua zat mengalami kompresi.
Gambar 2.13 Siklus Carnot
Secara termodinamika, proses siklus carnot terdiri dari 4 tahap yaitu :
 Ekspansi isothermal reversible, dimana material ( working substance)
menyerap kalor Q1 dari reservoir kalor pada temperatur T1 dan sistem
melakukan kerja.
 Ekspansi adiabatic reversible, dimana working substance berkurang
temperaturnya dari T1 menjadi T2 dan sistem melakukan kerja.
 Kompresi isothermal reversible, dimana working substance melepaskan
kalor Q2 ke reservoir dingin dengan tempertaur T 2 dan kerja dikenakan
terhadap sistem.
 Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance dikembalikan ke
keadaan awal (semula), temperatur sistem berubah dari T2 menjadi T1 dan kerja
dikenakan terhadap sistem.
Siklus carnot hanya bekerja pada aliran tertutup dan pada sistem aliran steady
pada gas atau uap aliran fluida yang bekerja. Efisiensi thermal siklus carnot adalah
sebagai berikut :
T
nth , carnot =1− L
TH
2.3 Prestasi Refrigerasi

a. Judul Penelitian
ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA
DENGAN VARIASI REFRIGERAN
b. Peneliti
Amrullah, Zuryati Djafar, Wahyu H. Piarah
c. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat suatu percobaan
pengembangan mesin refrigerasi dengan menggunakan refrigeran yang
berbeda sehingga dapat diamati kinerja kompresor, kinerja evaporator,
COP dan diharapkan penelitian ini dapat memperlihatkan instalasi
pengujian sebagai media pembelajaran dalam menerapkan prinsip kerja
mesin refrigerasi.
d. Parameter yang diukur
Ada beberapa parameter pengukuran dalam penelitian ini seperti kinerja
evaporator, kompresor, kondensor dan COP.
e. Perbandingan Refrigeran
Adapun data spesifikasi dari Refrigeran R-12 dan Refrigeran R-134a.
f. Pengambilan Data
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental pada setting 8
mesin refrigerasi dengan melakukan pengambilan data untuk tekanan dan
temperatur R-12 dan R-134a yang diukur pada saluran masuk dan keluar
kompresor selama 300 menit. Penentuan nilai entalpi pada setiap titik
dengan menggunakan program REFPROP (REFerence fluid PROPerties).
Program ini digunakan untuk menghitung sifat termodinamika dan
transport dari suatu fluida dan campurannya [Eric, 2010]. Pengolahan data
dilakukan untuk menentukan kinerja dari komponen mesin refrigerasi dan
nilai COP.
g. Hasil dan Pembahasan
Data hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Kinerja evaporator, kompresor, kondensor dan COP
menggunakan R-12

Tabel 2. Kinerja evaporator, kompresor, kondensor dan COP menggunakan R-


134a
Gambar 2.14 Kinerja kompresor selama 300 menit
Kinerja kompresor pada mesin refrigerasi merupakan selisih
entalpi yang dapat diketahui dari temperatur dan tekanan yang diukur pada
kondisi masuk dan keluar kompresor. Bila suatu gas dikompresi berarti
ada energi mekanik dari luar yang diberikan kepada gas. Energi tersebut
diubah menjadi energi panas sehingga temperatur gas akan naik jika
tekanan semakin tinggi [4]. Pada gambar 2.14, nilai kalor (qw) untuk R-
134a lebih tinggi dibanding nilai kalor (qw) untuk R-12. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Refrigeran R-134a lebih baik dari R-12.

Gambar 2.15 Kinerja kompresor selama 300 menit


Kinerja evaporator pada mesin refrigerasi dapat diketahui dengan
menentukan selisih dari entalpi pada kondisi masuk kompresor dan masuk
evaporator. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.15, nilai qe untuk
R134a lebih tinggi dibanding R12. Hal tersebut menunjukkan R134a
memiliki nilai kalor yang lebih baik dibanding R-12.
Gambar 2.16 COP selama 300 menit
Pada gambar diatas ditunjukkan nilai COP untuk R-134a dan R-12
mengalami kenaikan selama 300 menit. Nilai COP pada R-134a lebih
tinggi dibanding COP pada R-12. Hal ini menunjukkan bahwa R-134a
mengkonsumsi energi yang rendah dibanding penggunaan R-12 untuk
penyerapan daya pendinginan ruang yang sama untuk didinginkan.
Penggantian refrigeran pada sistem pendingin dengan instalasi yang sama
dapat memberikan hasil performansi yang berbeda, hal ini disebabkan
karena perbedaan masa jenis refrigeran sehingga laju aliran massa
refrigeran juga berbeda.
h. Kesimpulan
Adapun simpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah
Penggunaan refrigeran yang berbeda pada suatu mesin refrigerasi
menunjukkan bahwa refrigeran R-134a lebih baik dibanding R-12. Hal ini
dapat dilihat setelah 300 menit untuk R-134a, kinerja kompresor 29.4
kJ/kg, kinerja evaporator 144.5 kJ/kg, COP 4.9 sedangkan untuk R-12,
kinerja kompresor 21.8 kJ/kg, kinerja evaporator 12.3 kJ/kg, COP 4.6.

2.4 Efek Refrigerasi (ER)


Efek refrigerasi (ER) merupakan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran di
dalam evaporator untuk setiap satu satuan massa refrigeran, terjadi pada proses 4
ke 1.
Satuan efek refrigerasi (ER) adalah BTU/lbm. Jadi dengan demikian maka
besarnya efek refriogerasi (ER) adalah :
ER = h1 – h4 (BTU/lbm)
Dimana;
h1 = enthalpy refrigeran pada titik 4 (sesi masuk evaporator, BTU/lbm).
h4 = enthalpy refrigeran pada titik 1 (sesi keluar evaporator, BTU/lbm).

Harga ER dari suatu sistim refrigerasi sangat penting artinya karena


menunjukkan banyaknya kalor yang bias diserap oleh refrigeran di dalam
evaporator untuk setiap pound (lbm) penguapan refrigeran.Dengan mengetahui
harga ER dan besarnya massa refrigeran yang dapat diuapkan tiap satu satuan
waktu pada evaporator, maka dapat ditentukan besarnya kapasitas pendinginan
(Cooling Capasity) dari sistim refrigerasi tersebut, demikian pula sebaliknya.
2.5 Kerja Kompresi (Wk)
Besarnya kerja kompresi (Wk) sama dengan selisih enthalpi uap refrigeran
yang keluar. kompresor dengan enthalpi uap refrigeran yang masuk ke kompresor
pada proses 1–2.

Wk = h2 – h1 (kJ/kg)
dimana :
h1 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)

Hubungan tersebut diturunkan dari persamaan energi dalam keadaan tunak


(steady flow energy equation) yaitu : q + h1 = h2 + Wk pada proses kompresi
adiabatik reversibel dengan perubahan energi kinetik dan energi potensial
diabaikan. Perbedaan entalpinya merupakan besaran negatif yang menunjukkan
bahwa kerja diberikan kepada sistem.
2.6 Daya Aktual Kompresor (Pk)
Daya aktual kompresor dapat diperoleh dengan rumus :

Pk=Ma x Wca
Keterangan :
Ma = Massa udara (kg/s)
Wca = Kerja aktual kompresor
Wca dapat diperoleh dengan rumus :
Wca=Cpa(T 2−T 1)
Cpa = Koefisien pada temperature actual

2.7 Kalor Buang Kondensor


Kalor yang dibuang oleh refrigerant di kondensor sama dengan kalor yang
diserap oleh refrigerant di evaporator dinyatakan dengan rumus :
qk =( h2−h 3)
Keterangan : qk = Kalor yang dibuang kondensor (kj/kg)
h2 = Entalpi refrigerant saat masuk kondensor (kj/kg)
h3 = Entalpi refrigerant saat keluar kondensor (kj/kg)

2.8 Kalor Buang Total Kondensor


Kalor total yang dilepas kondensor ( heat rejection) dapat diperoleh dengan
rumus :
Qk=ṁ ref x qk=ṁ ref (h 2−h 3)
Keterangan : qk = kalor buang kondensor (kj/kg)
ṁref= Laju massa refrigerant (kg/s)
2.9 COP ( Coefficient of Performance)
Effisiensi sebuah mesin pendingin sering dinyatakan dengan istilah COP
(Coefficient Of Performance). COP didapatkan dari perbandingan antara
Kapasitas Pendinginan (Qo) dgn Konsumsi Arus Kompressor (W).
COP = Qo /W

Atau

h 1−h 4
COP =
h 2−h 1

Semakin besar nilai COP semakin effisien sebuah mesin pendingin.


2.10 Keseimbangan Kalor Pada Kondeser
Di dalam kondeser refrigran akan melepaskan sejumlah kalor, dan kalor
tersebut aka diserap oleh udara
𝑚𝑟̇𝑒𝑓 (ℎ2 − ℎ3) = 𝑚𝑢̇ 𝑑𝐶𝑝𝑢𝑑(𝑇2 − 𝑇1)

2.11 Termokopel
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer
dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan
Elektronika yang berkaitan dengan Suhu (Temperature). Prinsip kerja
Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya
terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Cara kerjanya adalah ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki
suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua
persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika
persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2.
Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada
tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan
Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang
dapat dimengerti oleh kita.

Gambar 2.17 Skematik Cara Kerja Termokopel

Gambar 2.18 Termokopel

2.12 Pressure Gauge


Secara sederhana pressure gauge dapat didefinisikan suatu alat untuk
membaca tekanan dengan pengamatan langsung. Prinsip kerja dari pressure
gauge dibedakan berdasarkan tipenya, tetapi pada dasarnya yaitu fluida menekan
pressure element diatas maka akan terjadi perubahan bentuk seperti melengkung
dan berputar, ataupun memendek yang kemudian diubah menjadi gerakan pada
penunjuk dan dikalibrasi untuk menunjukan rentang tekanan tertentu.
Pada dasar nya cara penggunaan pressure gauge sudah sangat umum sekali
dilingkungan pekerjaan kontruksi terlebih lagi plambing, namun masih banyak
orang belum terlalu mengerti untuk membaca pressure gauge dilapangan. Bila
dicermati dalam pembacaan pressure gauge adalah bagaimana membedakan
satuan tekanan yang tertera pada pressure gauge yang digunakan. Sebagai contoh
satuan yang biasa digunakan adalah : 1. MPa, 2. psi, 3. bar (Kg/cm2), ini adalah
satuan yang sering kali digunakan pada pressure gauge. Dengan penjelasan 1 bar
= 0,1 MPa dan 1 bar = 14,5 Psi, biasanya penggunaan satuan tekanan pressure
gauge dilapangan adalah satuan bar. Jadi apabila dilapangan jarum pressure
gauge menunjukan 1 Mpa maka bila dikonversikan akan menjadi 10 bar, hasil
tersebut sudah sangat cukup untuk melakukan pengetesan instalasi pipa
dilapangan apabila menggunkan pipa berbahan PVC.

Gambar 2.19 Pressure Gauge


BAB III
METODOLOGI

Sistem pengkondisian udara yang akan uji di assembling sedemikian


seperti pada gambar dibwah ini:

Gambar 3.1 Assembling Alat Uji

3.1 Alat Uji

Gambar 3.2 Assembling Alat Uji


Adapun komponen alat uji sistem pengkondisian uadara adalah sebagai berikut:
1. Kompresor
2. Kondenser/Helical Heat Exchanger
3. Evaporator
4. Pompa air
5. Reservoar
6. Pressure gauge
7. Termokopel digital
3.2 Alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
3.2.1 Pompa Vakum
Digunakan untuk mengosongkan refrigeran dari sistem sehingga dapat
menghilangkan gas-gas yang tidak terkondensasi seperti udara dan uap air Hal ini
perlu dilakukan agar tidak mengganggu kerja mesin refrigerasi. Uap air yang
berlebihan dapat memperpendek umur operasi filter drier dan penyumbatan pada
bagian sisi tekanan rendah seperti pada katup ekspansi. Adanya gas-gas yang
tidak terkondensasi dalam sistem akan menghalagi perpindahan panas di
kondenser dan evaporator dan menaikkan tekanan keluaran. Adanya air juga
menyebabkan korosi, penimbunan kerak dan menyebabkan pelumas menjadi asam

Gambar 3.3 Pompa vakum


(http://www.jaya-ac.blogspot.com/, diakses tanggal 2 April 2012)

3.2.2 Gauge Manifold


Digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran baik pada saat pengisian maupun
pada saat beroperasi. Pada gauge manifold yang dapat dilihat adalah tekanan
evaporator dan tekanan kondenser. Ada dua jenis gauge manifold yaitu gauge
manifold dua laluan dan empat laluan (Gambar 9)

Gambar 3.4 Gauge Manifold


(http://www.jaya-ac.blogspot.com/, diakses tanggal 2 April 2012)
3.2.3 Alat Ukur Temperatur/Termokopel
Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur dan sebaiknya kemampuan
pengukuran temperaturnya sekitar -50oC sampai 1300oC. Sensor pada termometer
ini dipasang pada media yang akan diukur misalnya pipa refrigeran atau udara.

Gambar 3.5 Termokopel

3.2.4 Digital AC Clamp Meter (Tang Ampere)


Digital AC Clamp Meter digunakan untuk mengukur arus listrik pada saat
melakukan perawatan atau perbaikan AC. Untuk mengukur arus listrik caranya
cukup masukkan salah satu kabel (positif atau negative) ke dalam mulut tang
ampere. Lihat hasil yang terukur pada skala tang ampere. Selain itu digunakan
untuk mengetahui tekanan refrigerant di dalam system pendingin. Nilai arus listrik
yang terukur pada tang ampere bisa digunakan sebagai patokan tekanan
refrigerant di dalam system.

Gambar 3.6 Digital AC Clamp Meter


3.3 Pengisian Refrigeran
Sebelum alat uji digunakan terlebih dahulu diisi refrigeran. Tahapan
pengisian refrigeran yaitu:
1. Memvakum sistem, untuk menghilangkan udara yang terdapat dalam
sistem dilakukan dengan menggunakan pompa vakum. Proses vakum
memerlukan waktu antara 10 s/d 15 menit, dengan tekanan mencapai –
30 Psi. Setelah pompa vakum dimatikan, proses vakum ditahan selama
15 menit, untuk mengetahui kebocoran pada tube alat uji.
2. Pengisian refrigeran, yang dilakukan yaitu dengan cara frost line. Dalam
proses pengisian refrigeran menggunakan charging manifold.
3. Current Ampere, disesuaikan dengan spesifikasi AC, yaitu antara 2,8 s/d
3,2A.

Gambar 3.7 Vakum dan Pengisian Refrigeran

3.4 Pengujian dan Pengambilan Data

Gambar 3.8 Diagram Alir Pengujian


Dalam pengujian ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan sebelum
pengambilan data, antara lain:
3.4.1 Pengujian alat uji
Selanjutnya setelah pengisian refrigeran dilakukan, maka berikutnya dapat
dilakukan proses pengujian. Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
a. Bak/reservoir diisi dengan air, kemudian pompa dihidupkan untuk
mengalirkan air kedalam heat exchanger, hingga air mengalir keluar dari
bagian saluran output heat exchanger.
b. Kompresor dihidupkan selama 15 menit untuk melakukan running
mesin.
c. Jika kerja kompresor sudah bekerja secara normal, maka matikan
kompresor.

3.4.2 Pengambilan data


Setelah itu dilakukan pengujian dengan langkah selanjutnya yaitu
pengambilan data. Adapun prosedur pengambilan data adalah sebagai berikut:
a. Data yang pertama yaitu menguji dengan laju aliran massa air (Terlampir).
Untuk mendapatkan laju aliran massa air dengan mengatur ball valve dan
gate valve. Pengukuran dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch
b. Kemudian data dicatat pada form yang telah tersedia. Data yang dicatat
meliputi tekanan dan temperatur. Ada 4 (empat) titik tekanan yang harus
dicatat yaitu, tekanan input dan output pada kondenser dan evaporator.\
Sedangkan untuk temperatur yang menjadi data yaitu temperatur input dan
output dari kondenser dan evaporator, temperatur air dalam reservoir dan
heat exchanger serta temperatur lingkungan.
c. Pengambilan data di atas dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.
d. Proses di atas diulang untuk pengambilan data dengan laju aliran massa air
( m ) yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan


Adapun data yang didapat dari pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
D Temperatur w w
Tekanan (psi)
e (°C) Ku a a
b at k kt
i Ar t u
t ko eva us u (s
evap
A konde nd por (A ( e
orato air
i nsor ens ato m m k
r
r or r pe e o
( re) ni n
L t) )
P
M 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6
)
5 2 2 2 2 3
3
1 15 15 0 9 4 9 9 0 0,
9 5 0
2 0 0 , , , , , , 18
0
5 6 4 5 9 2
5 2 2 2 3 3
1 6
1 15 15 2 9 3 9 0 0 0, 1
, 9 0
5 2 2 , , , , , , 18 0
8 0
4 1 5 6 6 4
5 2 2 2 3 3
9
1 1 15 15 3 9 3 9 0 0 0, 1
0
5 0 2 2 , , , , , , 18 5
0
3 2 4 7 2 3
2 1 1 15 15 5 2 2 2 3 3 0, 2 1
, 5 0 2 2 4 9 3 9 0 0 18 0 2
2 , , , , , , 0
4 7 3 5 9 1 0
2 2 2 3 3 1
1 1 15 15 5 9 3 9 0 0 0, 2 5
5 0 2 2 5 , , , , , 18 5 0
7 4 5 6 1 0
5 2 2 2 3 3 1
1 15 15 5 9 3 9 0 0 0, 3 8
9
4 2 2 , , , , , , 18 0 0
4 5 5 2 6 0 0
5 2 2 2 3 3 2
1 1 15 15 3 9 3 9 0 0 0, 3 1
4 0 2 2 , , , , , , 18 5 0
6 3 8 4 8 2 0
5 2 2 2 3 3 2
1 1 15 15 4 9 3 9 0 0 0, 4 4
3
4 0 2 2 , , , , , , 18 0 0
2 2 8 4 7 1 0
5 2 2 2 3 3 2
1 1 15 15 4 9 3 9 0 0 0, 4 7
5 1 2 2 , , , , , , 18 5 0
4 8 5 5 8 1 0
r
a 1 1 1
9
t 4 5 5
,
a , 1, 1,
7
r 3 7 7
7
a 3 7 7
8
t 3 8 8
a

Adapun data yang telah di olah dari pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.2 Tabel Hasil Pengolahan

h1 h2 h3 h4 ER ṁref
wk (kJ/kg) Pk (kJ/s) qk (kJ/kg) Qk (kJ/s) COP W (kg/s)
(kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kg/s)

230,915 295,917 75,020 75,020 155,895 65,002 0,00000082 357,867 220,897 0,000181 2,398 0,000053
4.2 Pengolahan Data
Diketahui :
a. I = 0,18 A
b. V = 220 volt
c. Cos  = 0.8
d. CPair = 4.22 kj/kg.k
e. W = 263,529 kW
f. P1 = 83,120 kPa
g. P2 = 1046,471 kPa

1. Mencari nilai h1, h2, h3 dan h4


Diketahui : P1 = 83,120 kPa
P2 = 1046,471 kPa
(Menggunakan tabel Saturated R-22 )

P1 h1 = hg

82,700 230,8700
83,120 H1
101,300 232,8500

H1  230,87 83,120  82, 7



232,85  230,87 101,3  82, 7

H1  230,87
 0, 02
1,98

H1  230,87  0, 0396

H1  0, 0396  230,87

H1  230, 9147
(Menggunakan tabel Saturated R-22 )

P1 s1 = sg

82,700 1,0122
83,120 x
101,300 1,0019

x  1, 0122 83,12  82,7



1, 0019  1, 0122 101,3  82, 7

x  1, 0122
 0, 02
0, 0103

x  1, 0122  0, 00232

x  0, 00232  1, 0122

x  1, 012

(Menggunakan tabel Superheated R-22 pada tekanan 1000 kPa)


s2 h2

0,9893 286,9700
1,0120 x
1,0126 294,8600

x  286,97 1, 0120  0,9893



294,86  286,97 1, 0126  0,9893

x  286,97
 0.97
7,89

x  286,97  7,68

x  7, 68  286,97

x  294, 6458 = h pada tekanan 1000 kPa


2
(Menggunakan tabel Superheated R-22 pada tekanan 1200 kPa)
s2 h2

0,9898 292,4200
1,0120 x
1,0131 300,5100

x  292, 42 1, 0120  0,9898



300,51  292, 42 1, 0131  0,9898

x  292, 42
 0.95
8, 09

x  292, 42  7, 7

x  7, 7  292, 42

x  300,1167 , = h2 pada tekanan 1200 kPa

(Menggunakan tabel Superheated R-22 )


P h2

1000 294,6458
1046 x
1200 300,1167

x  294, 6458 1046  1000



300,1167  294, 6458 1200  1000

x  294, 64
 0, 23
5, 47

x  294, 6458  1, 25

x  1, 254  294, 6458

x  295,917 , = h pada tekanan 1057 kPa


2
(Menggunakan tabel Saturated R-22 )
P h3

1043,9 74,9100
1046 x

1191,9 81,2500

x  74,91 1057,19  1043,9



81, 25  74,91 1191,9  1043,9

x  74,91
 0, 089
6,34

x  74,91  0,569

x  0,569  74,91

x  75, 0201 , h = h
3 4

Jadi nilai h1, h2, h3, dan h4 adalah

H1 230,915
H2 295,917

H3 75,020
H4 75,020

2. Efek refrigrasi
ER  h1  h4
........................................................................................(1)
Ket:

ER = Efek Refigeresi (kJ/kg)


h1 = Entalpi (kJ/kg)

h4 = Entalpi (kJ/kg)

ER  230,915  75, 020


ER  153.608kj / kg
3. Kerja kompresi
Wk  h2  h1
.........................................................................................(2)
Ket:

Wk = kerja kompresi (kJ/kg)


h1 = Entalpi (kJ/kg)

h4 = Entalpi (kJ/kg)

Wk  295,917  230,915
Wk  65, 002 kj/kg

4. Kalor buang condenser


qk  h2  h3
.........................................................................................(3)
Ket:

qk = kalor buang kondenser (kJ/kg)


h2 = Entalpi (kJ/kg)

h3 = Entalpi (kJ/kg)

qk  295,917  75, 020


qk  220,897 kj/kg

5. Laju aliran massa refrigerant


 

m (h2  h3 )  m CPair (t 2  t1 )
ref air
......................................................(4)

 mair CP air (t2  t1 )
m ref

( h2  h3 ) .......................................................................(5)

Ket:

ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/menit)


CPair =Kapasitas panas
h2 = Entalpi (kJ/kg)

h3 = Entalpi (kJ/kg)

t1 = Temperatur (oC)

t2 = Temperatur (oC)


0, 000107  4, 22  0, 400
m ref

220,897

m ref
 0, 00000082
kj/s

6. Laju aliran massa kerja spesifik


W  mref  (h2  h1 )
..........................................................................(6)
Ket:

W = daya total kompresor (kW)

ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/menit)


h1 = Entalpi (kJ/kg)

h4 = Entalpi (kJ/kg)

W  0, 00000082  65, 002


W  0, 000053 kg/s

7. Daya actual kompresor


Pk  V  I  COS
.............................................................................(7)
Ket:

Pk = daya aktual kompresor (kJ/s)

V = tegangan arus listrik (volt)


I = arus listrik (A)

cos ɵ = faktor daya listrik


Pk=220 volt × 0,18 A × cos(0,8)
Pk=39,596 Kj /s
8. Kalor buang total condenser

Qk  mref  qk
...................................................................................(8)
Ket:
Qk = kalor buang total kondenser (kJ/s)
ṁref = laju aliran massa refrigeran (kg/menit)
qk = kalor buang kondenser (kJ/kg)
Qk  0, 00000082  220,897
Qk  0, 000181 kj/s

9. Coefficient Of Performance (COP)


ER
COP 
WK
........................................................................................(9)

Ket:
COP = Coefficient of Performance
ER = Efek refrigerasi ( Kj/Kg)
Wk = Kerja Kompresi (kg/kg)

155,895
COP 
65, 002
COP  2,398

10. EER (energy efficiency ratio)


EER=COP X 3,4 1
EER=2,398 X 3,4 1
EER=8,177
Dimana :
EER =  energy efficiency ratio
COP = Coefficient of Performance
Data Grafik Hasil Percobaan :

Kondenser
60
50
Temperatur

40
input
30
output
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Waktu

Evavorator
35
30
Temperatur

25
20 input
15 output
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu

Air
31
Temperatur

30.5
input
30
output
29.5
29
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu
4.3 Analisa dan Pembahasan
Refrigrasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk merubah suhu
pada suatu tempat hingga suhu ditempat tersebut mencapai suhu tertentu.
Tujuan pengkondisian udara ialah untuk menyesuaikan temperatur pada suatu
ruangan atau material. Dari data yang diperoleh dari praktikum sistem
pengkondisian udara diatas, kita dapat mengetahui proses pengkondisian
udara. Kita dapat mengetahui efek refrigrasi, kerja kompresor, kalor buang
kondensor dan lainnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengkondisian udara,
diantaranya adalah laju aliran massa, temperatur, debit, entrophy, entalphy,
serta kuat arus juga mempengaruhi suatu sistem pengkondisian udara.
Nilai efek refrigerant sangatlah dipengaruhi oleh besar nilai entalphy.
Sedangkan nilai daya aktual dipengaruhi oleh besarnya tegangan, kuat arus.
Dari grafik temperatur vs waktu diatas yang didapat dari hasil perhitungan
data praktikum dapat dilihat pada condenser dan juga evaporator terjadi
sedikit perubahan temperatur dan juga tekanan. Hal ini diakibatkan karena
adanya losses pada proses awal kerja sampai akhir kerja dari sistem tersebut,
yang dimana pada teoritisnya tekanan dan temperatur haruslah konstan
seiring berjalannya waktu.
Pada saat melakukan praktikum ada kalanya data yang diambil tidaklah
akurat. Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan praktikan dalam membaca
alat ukur yang dikarenakan praktikan kurang teliti atau kurang seriusnya saat
pengambilan data. Serta kesalahan yang terjadi oleh alat uji yang dipakai
karena sudah lama umur pemakaian alat uji tersebut sehingga mengakibatkan
kurang akuratnya proses kerja alat uji tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Sistem pengkondisian udara
ini diantaranya yaitu:

1. Nilai COP dipengaruhi oleh besar nilai Kerja kompresor (Wk), dan besar
nilai efek refrigrasi (ER).
2. Efisiensi refrigrasi, sangat dipengruhi oleh entalphy dan entrophy.
3. Efektifitas condenser, mempengaruhi kerja dari evaporator, karena fungsi
condenser menurunkan temperature refrigerant.
4. Efektifitas evaporator berperan sebagai alat yang mengkondisikan udara
pada ruangan tertentu.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum Sistem pengkondisian udara ini
diantaranya yaitu:
1. Diharapkan dapat melakukan praktikum pengganti setelah pandemi covid-
19 ini berakhir agar mahasiswa dapat lebih memahami prestasi turbin air.
DAFTAR PUSTAKA

Cengel, A. Yunus & Boles, A. Michael, Thermodynamics An Engineering


Approach, Eight Edition, McGraw-Hill, New York 2014.
Arfan,Muhammad & Rifky. Perbandingan Koefisien Prestasi (CoP) pada
Refrigerator dengan Refrigeran CFC R12 dan HC R134a untuk Panjang Pipa
Kapiler yang Berbeda. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,
Jakarta.2013.
Stocker.W.f.,Jones,.J.W., Ahli Bahasa Hara Supratman, Refrigerasi Dan
Pengkondisian Udara, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1994
Sumanto, Dasar-Dasar Mesin Pendingin, Andi Offset, Yogyakarta, 1994.
https://www.katailmu.com/2013/10/pressure-gauge-seluk-beluk-pressure.html
http://blog.ub.ac.id/rahmadpurnairawan/2013/03/04/pressure-gauge/
https://teknikelektronika.com/pengertian-termokopel-thermocouple-dan-prinsip-
kerjanya/

Anda mungkin juga menyukai