PENDAHULUAN
2. Kondensasi
Pada proses kondensasi, refrigerant dirubah dari gas menjadi cair dan
didinginkan dari temperatur yang tinggi di dalam kondensor menjadi
temperatur lebih rendah. Refrigerant yang bertemperatur dan bertekanan tinggi
itu dipancarkan dalam kondensor menjadi cairan dan disalurkan ke receiver
dryer untuk disaring. Hal itu juga dinamakan proses kondensasi panas. Panas
yang tinggi dari refrigerant itu dapat dikeluarkan oleh kondensor
sehingga refrigerant menjadi dingin. Pada proses kondensasi menggunakan
alat yang disebut kondensor. Ada beberapa jenis kondensor yang biasa
digunakan, antara lain :
3. Ekspansi
Pada proses ekspansi, tekanan cairan refrigerant diturunkan oleh katup
ekspansi. Hal itu disebut proses ekspansi, dimana gas bertekanan itu
dikabutkan dengan mudah dalam evaporator sehingga refrigerant menjadi gas,
dan expansion valve ini mengatur aliran cairan refrigerant sambil menurunkan
tekanannya. Cairan refrigerant yang dikabutkan ini dalam evaporator diatur
oleh tingkat pendinginan yang harus dilakukan dibawah temperatur
pengabutan. Untuk itu, penting untuk mengontrol jumlah refrigerant yang
dibutuhkan dengan melakukan pengecekan yang benar. Ada 3 jenis katup
ekspansi, yaitu :
4. Evaporasi
Pada proses evaporasi, refrigerant dirubah dari cairan ke gas dalam
evaporator. Cairan refrigerant dikabutkan oleh hisapannya sendiri dimana saat
proses evaporasi panas latent dibutuhkan dari udara disekitar evaporator. Udara
melepaskan panas untuk didinginkan, dan dialirkan ke dalam ruang dalam
kendaraan oleh kipas pendingin sambil menurunkan temperatur ruangan itu.
Cairan refrigerant itu disalurkan dari expansion valve di dalam evaporator
kemudian sekaligus menjadi uap refrigerant, dan perubahan itu terjadi berulang
kali dari kondisi cair ke gas. dalam kondisi seperti diatas, tekanan dalam
evaporator juga harus dibuat tetap rendah. Karena itu, gas dari refrigerant yang
dikabutkan haruslah dikurangi secara terus menerus keluar evaporator oleh
hisapan kompresor. Proses ini terus-menerus sehingga pendinginan udara didalam
kabin akan terjadi selama AC dihidupkan. Evaporator dibagi dalam beberapa
golongan sesuai dengan refrigerant yang ada di dalamnya, yaitu :
Proses isotermal kedua, yang terjadi pada temperatur rendah, zat mengalami
kompresi dan melepas kalor. Garis isotermal pertama dan kedua dihubungkan
oleh dua proses adibatik. adiabatik pertama zat mengalami ekspansi, sedangkan
adibatik kedua zat mengalami kompresi.
Gambar 2.13 Siklus Carnot
Secara termodinamika, proses siklus carnot terdiri dari 4 tahap yaitu :
Ekspansi isothermal reversible, dimana material ( working substance)
menyerap kalor Q1 dari reservoir kalor pada temperatur T1 dan sistem
melakukan kerja.
Ekspansi adiabatic reversible, dimana working substance berkurang
temperaturnya dari T1 menjadi T2 dan sistem melakukan kerja.
Kompresi isothermal reversible, dimana working substance melepaskan
kalor Q2 ke reservoir dingin dengan tempertaur T 2 dan kerja dikenakan
terhadap sistem.
Kompresi adiabatic reversible, dimana working substance dikembalikan ke
keadaan awal (semula), temperatur sistem berubah dari T2 menjadi T1 dan kerja
dikenakan terhadap sistem.
Siklus carnot hanya bekerja pada aliran tertutup dan pada sistem aliran steady
pada gas atau uap aliran fluida yang bekerja. Efisiensi thermal siklus carnot adalah
sebagai berikut :
T
nth , carnot =1− L
TH
2.3 Prestasi Refrigerasi
a. Judul Penelitian
ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA
DENGAN VARIASI REFRIGERAN
b. Peneliti
Amrullah, Zuryati Djafar, Wahyu H. Piarah
c. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat suatu percobaan
pengembangan mesin refrigerasi dengan menggunakan refrigeran yang
berbeda sehingga dapat diamati kinerja kompresor, kinerja evaporator,
COP dan diharapkan penelitian ini dapat memperlihatkan instalasi
pengujian sebagai media pembelajaran dalam menerapkan prinsip kerja
mesin refrigerasi.
d. Parameter yang diukur
Ada beberapa parameter pengukuran dalam penelitian ini seperti kinerja
evaporator, kompresor, kondensor dan COP.
e. Perbandingan Refrigeran
Adapun data spesifikasi dari Refrigeran R-12 dan Refrigeran R-134a.
f. Pengambilan Data
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental pada setting 8
mesin refrigerasi dengan melakukan pengambilan data untuk tekanan dan
temperatur R-12 dan R-134a yang diukur pada saluran masuk dan keluar
kompresor selama 300 menit. Penentuan nilai entalpi pada setiap titik
dengan menggunakan program REFPROP (REFerence fluid PROPerties).
Program ini digunakan untuk menghitung sifat termodinamika dan
transport dari suatu fluida dan campurannya [Eric, 2010]. Pengolahan data
dilakukan untuk menentukan kinerja dari komponen mesin refrigerasi dan
nilai COP.
g. Hasil dan Pembahasan
Data hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Kinerja evaporator, kompresor, kondensor dan COP
menggunakan R-12
Wk = h2 – h1 (kJ/kg)
dimana :
h1 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
Pk=Ma x Wca
Keterangan :
Ma = Massa udara (kg/s)
Wca = Kerja aktual kompresor
Wca dapat diperoleh dengan rumus :
Wca=Cpa(T 2−T 1)
Cpa = Koefisien pada temperature actual
Atau
h 1−h 4
COP =
h 2−h 1
2.11 Termokopel
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer
dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan
Elektronika yang berkaitan dengan Suhu (Temperature). Prinsip kerja
Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya
terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Cara kerjanya adalah ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki
suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua
persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika
persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2.
Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada
tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan
Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang
dapat dimengerti oleh kita.
Adapun data yang telah di olah dari pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.2 Tabel Hasil Pengolahan
h1 h2 h3 h4 ER ṁref
wk (kJ/kg) Pk (kJ/s) qk (kJ/kg) Qk (kJ/s) COP W (kg/s)
(kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kg/s)
230,915 295,917 75,020 75,020 155,895 65,002 0,00000082 357,867 220,897 0,000181 2,398 0,000053
4.2 Pengolahan Data
Diketahui :
a. I = 0,18 A
b. V = 220 volt
c. Cos = 0.8
d. CPair = 4.22 kj/kg.k
e. W = 263,529 kW
f. P1 = 83,120 kPa
g. P2 = 1046,471 kPa
P1 h1 = hg
82,700 230,8700
83,120 H1
101,300 232,8500
H1 230,87
0, 02
1,98
H1 230,87 0, 0396
H1 0, 0396 230,87
H1 230, 9147
(Menggunakan tabel Saturated R-22 )
P1 s1 = sg
82,700 1,0122
83,120 x
101,300 1,0019
x 1, 0122
0, 02
0, 0103
x 1, 012
0,9893 286,9700
1,0120 x
1,0126 294,8600
x 286,97
0.97
7,89
x 286,97 7,68
x 7, 68 286,97
0,9898 292,4200
1,0120 x
1,0131 300,5100
x 292, 42
0.95
8, 09
x 292, 42 7, 7
x 7, 7 292, 42
1000 294,6458
1046 x
1200 300,1167
x 294, 64
0, 23
5, 47
x 294, 6458 1, 25
1043,9 74,9100
1046 x
1191,9 81,2500
x 74,91
0, 089
6,34
x 74,91 0,569
x 0,569 74,91
x 75, 0201 , h = h
3 4
H1 230,915
H2 295,917
H3 75,020
H4 75,020
2. Efek refrigrasi
ER h1 h4
........................................................................................(1)
Ket:
h4 = Entalpi (kJ/kg)
h4 = Entalpi (kJ/kg)
Wk 295,917 230,915
Wk 65, 002 kj/kg
h3 = Entalpi (kJ/kg)
m (h2 h3 ) m CPair (t 2 t1 )
ref air
......................................................(4)
mair CP air (t2 t1 )
m ref
( h2 h3 ) .......................................................................(5)
Ket:
h3 = Entalpi (kJ/kg)
t1 = Temperatur (oC)
t2 = Temperatur (oC)
0, 000107 4, 22 0, 400
m ref
220,897
m ref
0, 00000082
kj/s
W mref (h2 h1 )
..........................................................................(6)
Ket:
h4 = Entalpi (kJ/kg)
Ket:
COP = Coefficient of Performance
ER = Efek refrigerasi ( Kj/Kg)
Wk = Kerja Kompresi (kg/kg)
155,895
COP
65, 002
COP 2,398
Kondenser
60
50
Temperatur
40
input
30
output
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu
Evavorator
35
30
Temperatur
25
20 input
15 output
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu
Air
31
Temperatur
30.5
input
30
output
29.5
29
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu
4.3 Analisa dan Pembahasan
Refrigrasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk merubah suhu
pada suatu tempat hingga suhu ditempat tersebut mencapai suhu tertentu.
Tujuan pengkondisian udara ialah untuk menyesuaikan temperatur pada suatu
ruangan atau material. Dari data yang diperoleh dari praktikum sistem
pengkondisian udara diatas, kita dapat mengetahui proses pengkondisian
udara. Kita dapat mengetahui efek refrigrasi, kerja kompresor, kalor buang
kondensor dan lainnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pengkondisian udara,
diantaranya adalah laju aliran massa, temperatur, debit, entrophy, entalphy,
serta kuat arus juga mempengaruhi suatu sistem pengkondisian udara.
Nilai efek refrigerant sangatlah dipengaruhi oleh besar nilai entalphy.
Sedangkan nilai daya aktual dipengaruhi oleh besarnya tegangan, kuat arus.
Dari grafik temperatur vs waktu diatas yang didapat dari hasil perhitungan
data praktikum dapat dilihat pada condenser dan juga evaporator terjadi
sedikit perubahan temperatur dan juga tekanan. Hal ini diakibatkan karena
adanya losses pada proses awal kerja sampai akhir kerja dari sistem tersebut,
yang dimana pada teoritisnya tekanan dan temperatur haruslah konstan
seiring berjalannya waktu.
Pada saat melakukan praktikum ada kalanya data yang diambil tidaklah
akurat. Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan praktikan dalam membaca
alat ukur yang dikarenakan praktikan kurang teliti atau kurang seriusnya saat
pengambilan data. Serta kesalahan yang terjadi oleh alat uji yang dipakai
karena sudah lama umur pemakaian alat uji tersebut sehingga mengakibatkan
kurang akuratnya proses kerja alat uji tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Sistem pengkondisian udara
ini diantaranya yaitu:
1. Nilai COP dipengaruhi oleh besar nilai Kerja kompresor (Wk), dan besar
nilai efek refrigrasi (ER).
2. Efisiensi refrigrasi, sangat dipengruhi oleh entalphy dan entrophy.
3. Efektifitas condenser, mempengaruhi kerja dari evaporator, karena fungsi
condenser menurunkan temperature refrigerant.
4. Efektifitas evaporator berperan sebagai alat yang mengkondisikan udara
pada ruangan tertentu.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum Sistem pengkondisian udara ini
diantaranya yaitu:
1. Diharapkan dapat melakukan praktikum pengganti setelah pandemi covid-
19 ini berakhir agar mahasiswa dapat lebih memahami prestasi turbin air.
DAFTAR PUSTAKA