Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM PASIR SEBAGAI SUMBER

BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN SAINS DAN MOTORIK HALUS


ANAK USIA DINI

Ayu Asmah dan Mustaji


Peneliti Pada Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
(mustaji_2005@yahoo.com)
Abstrak:
Lingkungan alam dengan sifatnya yang relatif menetap beserta segala isinya yang ala-
miah merangsang anak dalam bermain, perkembangan dan pembelajaran yang tak terba-
tas serta bermakna. Salah satu bahan alam yang mudah dikenal dan dekat dengan anak
adalah pasir. Fenomena yang terjadi sekarang pada pembelajaran anak usia dini yaitu
banyaknya penggunaan media instan, sehingga menyebabkan anak kurang berinteraksi
dengan lingkungan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) pengaruh peman-
faatan lingkungan alam pasir terhadap kemampuan sains anak, (2) pengaruh pemanfaa-
tan lingkungan alam pasir terhadap kemampuan motorik halus anak, (3) pengaruh pe-
manfaatan lingkungan alam pasir secara bersama-sama terhadap kemampuan sains dan
motorik halus anak. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pe-
manfaatan lingkungan alam pasir berpengaruh terhadap kemampuan sains dan motorik
halus anak. Disarankan kepada lembaga Taman Kanak-Kanak untuk mengembangkan
program pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar.

Kata kunci: Lingkungan Alam Pasir, Kemampuan Sains, Kemampuan Motorik Halus.

Abstract:
Natural Environment which character is constant relatively and all the natural contents
that often stimulate children to play, development and learning unlimited but useful. One
of the natural things which easy to know is sand. The phenomenon happens nowadays
among the learning to the pre- school children is the most of the instant medias are used,
so that the students lack of interaction with the nature.This research purposes are: (1) the
Ž ŽŒ• ˜• •‘Ž œŠ—• —Š•ž›Š• Ž—Ÿ’›˜—–Ž—• Šœ Š œ˜ž›ŒŽ ˜• •ŽŠ›—’—• ˜— Œ‘’••›Ž— œ œŒ’Ž—ŒŽ Š‹’•’-
•’Žœð ûXü •‘Ž Ž ŽŒ• ˜• •‘Ž œŠ—• —Š•ž›Š• Ž—Ÿ’›˜—–Ž—• Šœ Š œ˜ž›ŒŽ ˜• •ŽŠ›—’—• ˜— Œ‘’••›Ž— œ
—Ž –˜•˜› œ”’••œð ûYü •‘Ž Ž ŽŒ• ˜• œŠ—• —Š•ž›Š• Ž—Ÿ’›˜—–Ž—• •ŽŠ›—’—• Šœ Š œ˜ž›ŒŽ ˜• •ŽŠ›—-
’—• •˜ Š›•œ Œ‘’••›Ž— œŒ’Ž—ŒŽ Š—• —Ž –˜•˜› Š‹’•’•’Žœï ŠœŽ ˜— •‘Ž ›ŽœŽŠ›Œ‘ ›Žœž•• Š‹˜ŸŽð ’•
ŒŠ— ‹Ž œž––Š›’£Ž• •‘Š• •‘Ž žœŽ ˜• œŠ—• —Š•ž›Ž Ž—Ÿ’›˜—–Ž—• ‘Šœ •‘Ž Ž ŽŒ• •˜ •‘Ž œŒ’Ž—ŒŽ
Š—• œ˜•• –˜•˜›’Œ Š‹’•’•¢ ˜• •‘Ž ™›Ž, œŒ‘˜˜• Œ‘’••›Ž—ï œ •‘Ž •˜••˜ ’—• ŠŒ•ð ’• œ Š•Ÿ’ŒŽ• •˜ •‘Ž
kindergarten school to improve the learning program by using natural environment as
the studying source.

Key words: Sand Nature Environment, Science Ability, Fine Motor Skills

13
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

A. PENDAHULUAN serta mempersiapkan kemampuan


Anak usia dini berada pada masa berpikir secara teliti.
keemasan (golden age) yang berarti ber- Secara garis besar, Piaget (dalam
bagai aspek perkembangan anak, yang Suparno, 2001:24) mengelompokkan
meliputi kemampuan perilaku (nilai- tahap-tahap perkembangan kognitif
nilai agama dan moral, sosial dan anak menjadi empat tahap, yaitu: (1)
emosional), dan kemampuan dasar tahap sensorimotor, (2) tahap praop-
û‹Š‘ŠœŠð ”˜•—’•’•ð •Š— œ’”&–˜•˜›’”ü erasional, (3) tahap operasi konkret,
sedang mengalami kematangan untuk dan (4) tahap operasi formal. Anak
berkembang. Kemampuan kognitif usia TK berada pada tahap praopera-
merupakan salah satu aspek perkem- sional dengan rentang usia 2-7 tahun.
bangan anak yang sedang mengalami Perkembangan utama yang terjadi se-
kematangan dan perlu dikembangkan. lama awal masa awal anak ini berkisar
Kematangan pada kemampuan kog- pada seputar penguasaan dan pengen-
nitif berhubungan erat dengan usia dalian lingkungan, para ahli psikologi
kronologis (usia kalender), sedangkan melabelkan bahwa masa ini sebagai
pengembangan kemampuan kognitif “usia penjelajah” (Sujiono, 2007:2.4).
pada anak lebih kepada pemberian Pelabelan ini menunjukkan bahwa
stimulasi yang tepat sehingga akan anak-anak ingin mengetahui keadaan
tercapai optimalisasi potensial pada lingkungannya, bagaimana mekanis-
masing-masing anak. menya, bagaimana perasaannya dan
Pengembangan kognitif adalah bagaimana anak dapat menjadi bagian
suatu proses berpikir berupa kemam- dari lingkungan.
puan untuk menghubungkan, me- Pengembangan kemampuan kog-
nilai dan mempertimbangkan sesuatu nitif anak usia dini rentang usia TK
(Departemen Pendidikan Nasional, (4-6 tahun), meliputi pengembangan
2007:3). Di dalam Pedoman Pengem- sains permulaan dan matematika per-
bangan Program Pembelajaran di Ta- mulaan. Belajar sains sejak usia dini
man Kanak-Kanak yang diatur di Per- dimulai dengan memperkenalkan
aturan Menteri Pendidikan Nasional alam dan lingkungan. Hal tersebut
No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar akan memperkaya pengalaman anak
Pendidikan Anak Usia Dini, dijelaskan dan dapat menambah pengetahuan
bahwa pengembangan kemampuan anak secara alamiah. Anak belajar ber-
kognitif bertujuan agar anak mampu eksperimen, bereksplorasi, dan meng-
mengolah perolehan belajarnya, da- investigasi lingkungan sekitarnya.
pat menemukan bermacam-macam Hasilnya, anak akan mampu memban-
alternatif pemecahan masalah, mem- gun suatu pengetahuan yang nantinya
bantu anak untuk mengembangkan menjadi pengalaman baru dan dapat
kemampuan logika matematis dan digunakan pada masa selanjutnya.
pengetahuan akan ruang dan waktu, Pada dasarnya pembelajaran sains
serta mempunyai kemampuan untuk untuk anak usia dini bertujuan agar
memilah-milah, mengelompokkan, anak mampu secara aktif mencari in-

14
formasi tentang apa yang ada di seki- atif.
tarnya (Sujiono, 2007:12.3). Hal terse- Peran guru di dalam pembelajaran
but sejalan dengan sifat pembawaan bukan semata-mata memberikan in-
anak sejak lahir, yaitu dorongan rasa formasi, melainkan juga mengarahkan
ingin tahu atau mencari tahu tentang dan memberi fasilitas belajar (directing
apa yang dilihat, didengar dan dirasa- and facilitating the learning) agar proses
kan di lingkungannya. belajar lebih memadai. Sebagaimana
Pada usia empat tahun, koordinasi yang dikemukakan oleh Siregar dan
motorik halus anak secara substansial Nara (2010:12) bahwa pembelajaran
sudah mengalami kemajuan dan ge- merupakan usaha yang dilaksanakan
rakannya sudah lebih cepat, bahkan secara sengaja, terarah dan terencana,
cenderung ingin sempurna. Perkem- dengan tujuan yang telah ditetapkan
bangan anak akan semakin meningkat terlebih dahulu, serta pelaksanaannya
dengan memberikan stimulasi sesuai terkendali, dengan maksud agar ter-
dengan karakteristik anak. Cara mem- jadi belajar pada individu anak didik.
beri stimulasi yang baik menurut Fro- Berdasarkan hal tersebut, guru mem-
bel (Departemen Pendidikan Nasio- liki peranan yang penting dalam me-
nal, 2007) ialah dengan metode yang rencanakan pembelajaran, mencipta-
banyak memberi kesempatan kepada kan lingkungan pembelajaran sebagai
anak untuk sibuk aktif mengerjakan, upaya untuk agar terjadi belajar pada
membuat dan menciptakan sesuatu individu anak didik.
atas inisiatif sendiri (ekspresi). Salah Lingkungan memiliki dampak
satu bentuk pengajaran Frobel adalah ¢Š—• œ’•—’ ”Š— •Ž›‘Š•Š™ ‹Ž›–Š’— •Š-
alat permainan untuk ber-frobel (ke- lam pendidikan anak usia dini. Menu-
trampilan tangan) dengan mengguna- rut Undang-Undang No. 20 Tahun
kan pasir atau tanah liat. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Na-
Pengembangan kemampuan sains sional Pasal 1 menyatakan bahwa pem-
dan motorik halus anak dapat berkem- belajaran merupakan proses interaksi
bang dalam lingkungan yang men- anak didik dan sumber belajar pada
dukung, tetapi dapat pula dihambat suatu lingkungan belajar. Lingkungan
dalam lingkungan yang tidak mendu- sebagai sumber belajar dapat diartikan
kung. Lingkungan yang tidak menye- sebagai kesatuan ruang dengan semua
diakan keterbukaan wahana bagi anak benda dan keadaan makhluk hidup
untuk bereksplorasi dan berekspresi (termasuk di dalamnya manusia dan
dapat mempengaruhi sifat kreatif na- perilakunya serta makhluk hidup lain-
nya), sehingga memungkinkan anak
tural anak tidak berkembang maksi-
usia dini untuk belajar tentang infor-
mal. Sebagaimana yang ditekankan
masi, orang, bahan dan alat (Andrian-
oleh Dwirahmah (2013) bahwa mun-
to, 2011:7).
culnya sifat kreatif anak didik apabila Menurut Wilson dan Ellis (da-
adanya wahana yang memberikan ru- lam Mawson, 2010) pentingnya ling-
ang gerak bagi berkembangannya kre- kungan merupakan ciri utama dari

15
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

sistem masa Reggio Emilia bagi anak butkan contoh dari lingkungan yaitu
usia dini dimana itu dianggap sebagai ruang kelas, ruang laboratorium, per-
“guru ketiga”. Anggapan itu didasar- pustakaan, kebun percobaan, tempat
kan pada pandangan para pendidik magang, workshop, dan ruang studio.
Reggio (2006:19) bahwa lingkungan Berdasarkan pendapat tersebut dapat
œ’” œŽ”˜•Š‘ •Ž‹’‘ •Š›’ œŽ”Ž•Š› œŽ‹žŠ‘ diartikan lingkungan sebagai sumber
wadah sederhana untuk belajar dan belajar adalah situasi sekitar untuk
mengajar, sebaliknya lingkungan da- menyampaikan pesan. Potensi ling-
pat dilihat sebagai komponen utama kungan sebagai sumber belajar sang-
dari hubungan belajar dan mengajar. at banyak, diantaranya menyediakan
Pendapat ini menunjukkan bahwa tempat bagi anak untuk bereksplorasi
lingkungan mempunyai peran yang dan menemukan hal-hal baru.
penting sebagai area bermain bagi Semua lingkungan yang ada di
anak-anak untuk membantu dalam sekitar anak dapat digunakan sebagai
mengungkap pengetahuan melalui sarana untuk mengoptimalkan kegiat-
kegiatan yang dilakukan. an pendidikan anak usia dini, baik itu
Montessori (dalam Sudono, indoor maupun outdoor. Memanfaat-
2006:17) lingkungan pembelajaran kan lingkungan indoor maupun out-
dipersiapkan sedemikian rupa se- door akan dapat menambah keseim-
hingga menarik perhatian, minat anak bangan dalam kegiatan belajar, yang
dan berkesan bagi anak. Sehingga tim- artinya bahwa belajar tidak hanya da-
bul rasa keingintahuan anak terhadap pat dilakukukan di dalam ruangan,
lingkungan di sekitarnya. namun juga di luar ruangan (Zaman,
Sumber belajar dalam arti yang se- 2007:9.12). Pembelajaran di luar ruang-
an disebut dengan meaningfull learning
luas-luasnya adalah semua yang dapat
karena aktivitas anak bisa lebih me-
memberikan masukan dan informasi
ningkat dengan memungkinkannya
maupun pengertian pada anak, yaitu menggunakan beragam cara, seperti
hal-hal yang dapat memudahkan pem- mengamati, bertanya, mengeksplorasi,
belajaran anak (Sudono, 1995:10). Se- membuktikan sesuatu, berkreasi dan
gala sesuatu yang menarik minat anak lain sebagainya (Utomo, 2013).
dan menimbulkan rasa ingin tahu juga Pedoman Kurikulum Pendidik-
merupakan hal-hal dari sumber bela- an Awal (Curriculum Guidance for the
jar. Dengan kata lain bahwa sumber Foundation Stage) menekankan bahwa
belajar diartikan sebagai sarana yang lingkungan di luar ruangan merupa-
bisa memfasilitasi anak untuk melaku- kan bagian dari lingkungan belajar
kan kegiatan dalam memperoleh pe- anak seperti halnya lingkungan di da-
ngalaman. lam ruang (Bilton, 2005:xvii).
•Šœ’ ”Šœ’ œž–‹Ž› ‹Ž•Š“Š› –Ž—ž - Lingkungan di luar ruangan
rut Mustaji (2013:1) adalah pesan (mes- memberikan kekayaan tersendiri bagi
sage), orang (men), bahan (software), anak untuk mengenal tekstur, warna,
alat (hardware), teknik (technique), dan aroma, dan suara-suara, jauh lebih ber-
lingkungan (œŽ4’—•). Mustaji menye- makna dibandingkan hanya menga-

16
laminya di dalam ruangan saja (Mari- lam Jarret, dkk., 2010) hanya ada satu
yana, dkk., 2010:100). Memanfaatkan zat yang anak modern dapat menggu-
lingkungan di luar ruangan tidak ha- nakannya dengan cukup bebas, yaitu
nya berperan sebagai tempat bermain pasir. Dengan pasir anak-anak dapat
saja melainkan juga sebagai sarana mencampur, mengaduk, menumpuk,
anak untuk mengekspresikan keingi- menimbun, menggali, mengisikan,
nannya, menunjukkan ketertarikan menuangkan, menghaluskan pasir
serta rasa ingin tahu yang tahu. dengan alat bermain pasir dan mem-
Jenis lingkungan yang dapat di- bentuk serta bermain pura-pura mem-
manfaatkan sebagai kegiatan belajar buat kue, rumah, jalan, jembatan, dan
terdiri dari lingkungan alam, ling- kolam.
kungan sosial, dan lingkungan bu- Piaget (dalam Jarret, dkk., 2011)
daya. Dari ketiga jenis lingkungan menyebut pasir sebagai “mental com-
tersebut, lingkungan alam adalah plexity”, yaitu sebagai bahan multi-
lingkungan yang mudah dikenal dan guna yang dapat dimanfaatkan dalam
dipelajari oleh anak usia dini. Sifatnya berbagai kegiatan bermain pada anak
yang relatif menetap, memudahkan usia dini, diantaranya bermain fungsi
anak untuk mengamati perubahan-pe- (misal melompat pada bak pasir atau
rubahan yang terjadi dan dialami da- mengisi dan memindahkan pasir),
lam kehidupan sehari-hari, termasuk mengkonstruksi (misal membangun
juga proses terjadinya. istana pasir), bermain drama (misal
Lingkungan alam terdiri atas se- bermain pura-pura membuat kue).
gala sesuatu yang sifatnya alamiah Berdasarkan pendapat tersebut bahwa
seperti air, tanah, pasir, batu-batuan, bermain pasir dapat mengembangkan
tumbuh-tumbuhan, hewan, sungai, pengetahuan dan imajinasi anak da-
iklim dan suhu udara. Bermain dengan lam mengesksplorasinya.
bahan yang sifatnya alamiah anak-anak Sudono (2006:79) mengatakan tu-
menemukan kepuasan. Bagi Froebel, juan bermain pasir yaitu mengenalkan
taman bermain bagi anak-anak harus- penggunaan pasir sebagai alat yang
lah bersifat “alamiah” (Mariyana, dkk., berguna, mengembangkan kesena-
2010:99). Sesuai dengan kemampuan- ngan untuk bereksplorasi pada anak,
nya, anak-anak dapat mengamati pe- menumbuhkan rasa apresiasi ter-
rubahan-perubahan yang terjadi dan hadap alat yang terdekat untuk berek-
dialami dalam kehidupan sehari-hari, spresi, menanamkan rasa bersyukur
termasuk juga proses terjadinya. Ling- dengan adanya lingkungan hidup ser-
kungan alam merangsang anak untuk ta memeliharanya dan mengembang-
bermain, perkembangan, dan pembe- kan kemampuan berbahasa, penam-
lajaran dengan cara yang tak terbatas bahan kosa kata, penyusunan kalimat.
(Wilson, 2008:4). Menggunakan pasir anak belajar ber-
Salah satu jenis bahan alam yang main dengan dirinya sendiri, dengan
sangat disukai anak untuk bermain benda-benda yang ada di sekitarnya,
adalah pasir. Menurut Montessori (da- dengan orang lain, dengan seorang te-

17
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

man, atau bermain dalam kelompok. secara aktif terus-menerus mendapat-


Herrington dan Lesmeister (dalam Jar- kan pengetahuan (Triharso, 2013:40).
ret, dkk., 2010) menyebutkan bahwa Anak usia dini memiliki rasa ing-
rancangan di lingkungan pasir bagi in tahu dan sikap antusias yang kuat
anak usia dini memenuhi beberapa dari terhadap segala sesuatu serta memiliki
yang dibutuhkan oleh anak, yaitu ber- sikap berpetualang serta minat yang
main pasir memberi anak-anak kesem- kuat untuk mengeksplorasi lingkung-
patan untuk mengeksplorasi berbagai an. Hal ini seperti yang diungkapkan
variasi perubahan (mencampur pasir oleh Solehuddin (dalam Eliyawati,
dengan air dan dibentuk, memindah- 2005:145) bahwa rasa ingin tahu dan
kan pasir dari satu tempat ke tempat sikap antusias yang kuat terhadap se-
lain), memberikan kesempatan (fleksi- gala sesuatu merupakan ciri anak usia
bel), dan memberikan tantangan yaitu dini. Pengenalan terhadap lingkungan
kesempatan bagi anak untuk berlatih alam sebagai sumber belajar merupa-
ketrampilan motorik halus dan ber- kan pengalaman yang positif untuk
main peran. mengembangkan potensi anak.
Penggunaan pasir sebagai sum- Salah satu pendekatan pada anak
ber belajar bagi anak terlihat seder- usia dini untuk merangsang dan
hana, selain memberikan manfaat mengembangkan kemampuan sains
untuk memberikan pengetahuan juga anak adalah dengan kegiatan ber-
memberi manfaat yang besar terhadap main yang dilakukan di lingkungan-
perkembangan psikomotorik anak- nya dengan menggunakan sarana,
•Ž›ž•Š–Š œ’” –˜•˜›’” ‘Š•žœï Ž›–Š’— alat permainan yang edukatif dan me-
pasir dapat melatih koordinasi antara manfaatkan berbagai sumber belajar.
jari tangan dan lengan anak. Ketika Menurut Sujiono (2010:34) bahwa keg-
anak menggali pasir dengan sekop iatan bermain dapat membantu anak
atau membentuk pasir menggunakan mengenal tentang diri sendiri, dengan
berbagai bentuk cetakan, maka dapat siapa ia hidup, serta lingkungan tem-
pat di mana ia hidup.
melatih otot tangan, koordinasi mata,
Fenomena yang terjadi sekarang
dan motorik halus anak (Raihan,
adalah banyaknya bahan permainan
2011).
instan yang akhirnya menjauhkan
Menurut Piaget (dalam Crosser,
anak untuk berinteraksi dengan ling-
2008) dalam teori kontruktivis percaya
kungan alam. Sebagaimana yang dike-
bahwa pengetahuan akan dibangun mukakan Balke (dalam Crosser, 2008)
secara aktif oleh anak melalui persepsi budaya anak-anak terancam oleh me-
dan pengalaman lingkungan. Anak dia massa dan kelebihan produksi
yang bersentuhan dengan alam akan mainan plastik siap pakai dan yang
lebih baik dalam memaknai dunia tidak menuntut apa-apa dari anak.
mereka sehingga anak perlu mendap- Menurut Balke bahwa pasir, sangat co-
atkan kesempatan berinteraksi dengan cok dengan sifat eksploratif dan imaji-
lingkungan, yang akan membuat anak natif anak-anak.

18
Kenyataan di lapangan dalam lain (Sujiono, 2007). Hal-hal tersebut
pembelajaran anak usia dini saat ini, sekarang telah tergantikan oleh fungsi
menunjukkan dalam proses pembe- buku kegiatan yang menjadi subyek
lajaran sains lebih banyak dilakukan utama dalam kegiatan anak-anak.
dengan menggunakan metode cera- Anak-anak kurang mendapatkan ke-
mah dari guru, contoh pada kegiat- sempatan untuk melakukan proses
an eksperimen percampuran warna. berpikir ilmiah dalam pembelajaran
Guru menjelaskan proses percam- sains.
puran warna tanpa melibatkan anak Kegiatan sains melalui kemam-
secara aktif untuk melakukan proses ™žŠ— –Ž—•Š–Š•’ð –Ž—•”•Šœ’ ”Šœ’ð
percampuran. Anak hanya sebagai menyimpulkan dan mengkomunikasi-
penonton dan pendengar, pada akh- kan dapat melakukan aktivitas sains
irnya anak diberikan lembar kerja dan secara langsung, dimana anak terlibat
mengerjakan kegiatan dari apa yang aktif dalam pembelajaran sains bu-
telah disampaikan oleh guru. Anak kan hanya transfer pengetahuan oleh
tidak mendapatkan kesempatan untuk guru kepada anak tetapi lebih bersifat
ikut aktif dalam proses perolehan hasil konstruk pengetahuan melalui berba-
dan memperoleh hal-hal baru. Dengan gai aktivitas proses sains. Anak juga
kata lain pendekatan pada kegiatan
memperoleh pengalaman belajar yang
sains lebih banyak berorientasi pada
lebih luas dan lengkap. Kegiatan pem-
guru (teacher centered).
belajaran sains tersebut menempatkan
Menurut Silbermen (dalam Har-
anak sebagai subyek dengan kata lain
tono, 2008) menyatakan bahwa di da-
pendekatan yang berorientasi pada
lam pembelajaran, jika anak hanya me-
anak (student centered). Hal tersebut
lihat dan mendengar sesungguhnya
relevan dengan pendapat Nugraha
anak hanya menerima sedikit dari apa
(2008:119) bahwa pembelajaran sains
yang telah dilihatnya yaitu mencapai
pada anak usia dini seharusnya tertuju
50%. Sedangkan jika anak mengalami
pada pendekatan yang berbasis anak,
dan terlibat langsung di dalamnya
pendekatan yang mendorong, mem-
tingkat penerimaannya sebesar 80%.
beri kesempatan dan menyediakan
Begitu juga pada keterlibatan anak di
ruang yang lebar bagi anak untuk ter-
dalam kegiatan sains, pada dasarnya
libat dalam proses pembelajaran.
untuk mengembangkan kemampuan
Bentuk kegiatan motorik halus
kognisi dan motoriknya, serta anak be-
pun sekarang lebih banyak menggu-
lajar untuk mengenal lingkungannya. nakan alat tulis yang berupa pensil
Pembelajaran sains pada anak usia atau krayon serta lembar kerja atau
dini dalam melakukan proses berpikir buku kegiatan. Hal ini menjadikan
ilmiah, anak belajar untuk memahami anak ku- rang bereksplorasi dengan
fenomena, menjawab pertanyaan, me- sumber belajar yang ada di lingkungan
nemukan informasi yang lebih banyak terutama lingkungan alam. Pengem-
tentang sesuatu dan mempertanyakan bangan motorik halus tidaklah harus
kesimpulan yang diperoleh oleh anak selalu menggunakan peralatan menu-

19
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

lis, akan tetapi dengan menggoreskan menyelidikinya. Mengenalkan sains


jari-jari ke pasir sebenarnya mereka sejak usia dini untuk menumbuhkan
bereksplorasi untuk perkembangan kesadaran terhadap lingkungan san-
sensori-motor yang berhubungan gat penting. Anak akan terus memiliki
dengan pancaindra. Sifat pasir yang rasa ingin tahu dan mengeksplorasi
multiguna yaitu mudah dibentuk dan lingkungannya. Sifat ingin tahu meru-
dirubah, anak dapat menghasilkan pakan dasar bagi anak untuk berpikir
karya seni sesuai dengan imajinasi dan ilmiah.
ekspresinya. Sains dapat diartikan sebagai ilmu
Selama ini kegiatan sains pada pengetahuan yang mengkaji fenom-
anak usia dini lebih banyak menggu- ena alam dalam kehidupan sehari-
nakan air dan tanaman sebagai sum- hari. Pada anak usia dini fenomena
ber belajar untuk melakukan eksperi- yang terjadi adalah di sekitar anak.
men. Kenyataannya pasir pun bernilai Menurut Montessori (dalam Sudono,
tinggi dalam pendidikan. Kekayaan 2006:3) menyatakan bahwa sebe-
untuk bereksperimen dengan pasir narnya lingkungan atau alam sekitar
tak ternilai harganya. Banyak hal yang yang mengundang anak untuk me-
dapat digali dari pemanfaatan pasir nyenangi pembelajarannya. Kegiatan
sebagai sumber belajar, tidak hanya yang dapat dilakukan adalah dengan
digunakan sebagai bahan untuk keg- melakukan percobaan, pengamatan
iatan mencipta berbagai bentuk bagi dan mengeksplorasi dengan fenomena
anak usia dini. Bermain menggunakan di sekitarnya.
pasir juga memberikan peluang bagi Di dalam Peraturan Menteri Pen-
anak untuk belajar konsep pengeta- didikan Nasional No. 58 Tahun 2009
huan (Crosser, 2008). Tentang Standar Pendidikan Anak
Berdasarkan latar belakang di atas, Usia Dini, pengembangan pembela-
maka peneliti tertarik untuk melaku- jaran sains pada anak usia dini meru-
kan penelitian yang berjudul “Pen- pakan salah satu bagian dari lingkup
garuh Pemanfaatan Lingkungan Alam perkembangan kognitif untuk anak
Pasir sebagai Sumber Belajar Terhadap usia 4-6 tahun. Jamaris (dalam Yulian-
Kemampuan Sains dan Motorik Halus ti, 2010:24) menyatakan bahwa pada
Anak Usia Dini”. hakikatnya sains dapat ditanamkan
pada anak sedini mungkin. Hal terse-
B. KAJIAN DAN PEMBAHASAN but akan memperkaya pengalaman
Sains anak dan anak mampu membangun
Sains untuk anak usia dini menu- suatu pengetahuan yang nantinya da-
rut Carson seperti yang dikutip oleh pat digunakan pada masa kedepan-
Nugraha (2005) adalah segala ses- nya.
uatu yang menakjubkan, sesuatu yang Menurut penelitian Eshach dan
ditemukan dan dianggap menarik Fried (dalam Trundle, 2009) menya-
serta memberi pengetahuan atau me- takan bahwa pembelajaran sains
rangsangnya untuk mengetahui dan pada anak usia dini sangatlah pent-

20
ing untuk aspek perkembangannya, sederhana, (3) melakukan kegiatan
dan pendidikan anak usia dini adalah membandingkan, memperkirakan,
awal bagi mereka untuk belajar sains. –Ž—•”•Šœ’ ”Šœ’”Š— œŽ›•Š –Ž—•”˜–ž-
Aspek yang dapat dikembangkan di nikasikan tentang hal yang diamati, (4)
dalam pembelajaran sains untuk anak meningkatkan kreativitas dan inovasi
usia dini yaitu perkembangan motorik anak.
kasar dan halus, kognisi, sosial, baha- Tujuan pengembangan pembe-
sa, dan moral. lajaran sains secara umum menurut
Menurut National Science Teacher Leeper (dalam Nugraha, 2008:26) agar
Association (NSTA) (dalam Suyanto, anak-anak memiliki kemampuan me-
2010) salah satu standar sains untuk mecahkan masalah yang dihadapi,
TK - Kelas 4 SD adalah sains sebagai memiliki sikap-sikap ilmiah, menda-
cara penyelidikan (scienceas inquiry). patkan pengetahuan dan informasi
Standar ini menyatakan pentingnya ilmiah, dan menjadikan anak-anak
melatih anak melakukan “penyelidik- lebih berminat dan tertarik untuk
an” terhadap berbagai fenomena menghayati sains yang berada dan
alam. ditemukan di lingkungan dan alam
Eshach dan Fried (dalam Trundle, sekitarnya.
2009) menyatakan bahwa pengalaman Berdasarkan tujuan pembelajaran
sains sejak dini sangat penting untuk sains yang diuraikan oleh para ahli di
anak-anak, karena pengalaman ini atas, dapat diartikan bahwa tujuan
membantu mereka memahami ling- pembelajaran sains bagi anak usia dini
adalah membantu melekatkan aspek-
kungan mereka, belajar bagaimana
aspek yang terkait dengan ketrampi-
untuk mengumpulkan dan mengatur
lan proses sains, menumbuhkan mi-
informasi, membuat dan menguji ide- nat pada anak untuk mengenal dan
ide, dan memelihara sikap positif terh- memperlajari benda-benda serta keja-
adap ilmu pengetahuan. dian di luar lingkungannya, sehingga
Kemampuan yang dapat dikem- pengetahuan dan gagasan tentang
bangkan dalam sains menurut Susan- alam sekitar dalam diri anak menjadi
to (2011:63) yaitu: (1) mengeksplorasi berkembang.
berbagai benda yang ada disekitar, (2) Nugraha (2008:27) menyatakan un-
melakukan berbagai percobaan seder- tuk dapat sukses dalam program pem-
belajaran sains, dimensi utama yang
hana, (3) mengkomunikasikan apa
harus ada sebagai sasaran pokoknya,
yang telah diamati dan diteliti.
yaitu dimensi produk, dimensi proses,
Menurut Sujiono (2007:12.3) secara
dan dimensi sikap sains. Pembelajaran
khusus permainan sains di PAUD ber- sains untuk anak usia dini lebih dite-
tujuan agar anak memiliki kemam- kankan pada proses daripada produk.
puan (1) dalam mengamati perubahan- Untuk anak usia dini ketrampilan
perubahan yang terjadi di sekitarnya, proses sains hendaknya dilakukan se-
(2) melakukan percobaan-percobaan cara sederhana sesuai dengan prinsip

21
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

pembelajaran bagi anak usia dini yaitu Manfaat pengembangan sains


sambil bermain. di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kegiatan sains memungkinkan pengembangan sains yang diberikan
anak melakukan eksplorasi terhadap sejak usia dini untuk melatih anak
berbagai benda, baik benda hidup menghubungkan sebab dan akibat dari
maupun benda tak hidup yang ada eksplorasi yang dilakukan, sehingga
disekitarnya. Anak belajar menemu- membantu anak untuk berpikir secara
kan gejala benda dan gejala peristiwa logis dalam menyelesaikan masalah
dari benda-benda tersebut. yang dihadapi.
Sains juga melatih anak menggu- Teori konstruktivis percaya bahwa
nakan lima inderanya untuk menge- pengetahuan akan dibangun secara
nal berbagai gejala benda dan gejala aktif oleh anak melalui persepsi dan
peristiwa. Anak dilatih untuk meli- pengalaman langsung dengan ling-
hat, meraba, membau, merasakan dan kungannya. Menurut Piaget (dalam
mendengar. Semakin banyak keterli- Yulianti, 2010:28), anak akan mema-
batan indera dalam belajar, anak se- hami pengetahuan melalui interaksi
makin memahami apa yang dipelajari. dengan objek yang ada di lingkungan
Anak memperoleh pengetahuan baru sekitarnya.
hasil penginderaanya dengan berbagai Dari pandangan konstruktivis,
benda yang ada disekitarnya. Pengeta- sains untuk anak usia dini harus me-
huan yang diperolehnya akan berguna ngajak anak bermain dan mengeks-
sebagai modal berpikir lanjut. Melalui plorasi lingkungannya. Di dalam ber-
proses sains, anak dapat melakukan main, ketika anak mengeksplorasi
percobaan sederhana. Percobaan terse- dan bereksperimen maka anak akan
but melatih anak menghubungkan se- mendapatkan pemahaman baik dari
bab dan akibat dari suatu perlakuan keterampilan proses dan juga konsep
sehingga melatih anak berpikir logis. sains, bukan hanya sekedar berfokus
Kegiatan sains pada anak usia dini pada hasil akhir dari suatu jawa-
menurut Suyanto (dalam Yulianti, 2010: ban yang benar. Kesempatan untuk
melakukan eksplorasi dan eksperimen
26) memiliki manfaat, yaitu : (1) Eks-
berulang-ulang, banyaknya bahan-
plorasi dan investigasi, yaitu kegiatan
bahan yang dapat dimanipulasi anak
untuk mengamati dan menyelidiki ob- dan tersedianya waktu untuk bertanya
jek serta fenomena alam, (2) Mengem- •Š— –Ž•Š”ž”Š— ›Ž Ž”œ’ œŠ—•Š• ™Ž—•’—•
bangkan ketrampilan proses sains untuk mendukung kesuksesan dan
dasar, seperti melakukan pengamatan, menciptakan kemampuan memecah-
mengukur, mengkomunikasikan ha- kan masalah bagi anak.
sil pengamatan, dan sebagainya, (3) Melalui kegiatan bermain, semua
Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa panca indra anak dapat berfungsi
senang dan mau melakukan kegiatan sehingga akan memberi rangsang-
inkuiri atau penemuan, (4) Memahami an pada kemampuan penalarannya.
pengetahuan tentang berbagai benda Dwirahmah (2013) pada jurnal Pen-
baik ciri, struktur maupun fungsinya. didikan Anak Usia Dini mengung-

22
kapkan kegiatan di TK dilaksanakan konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan
dengan cara bermain sesuai dengan koordinasi otot tubuh yang satu de-
prinsip TK yaitu”bermain sambil be- ngan yang lainnya (Departemen Pen-
lajar, dan belajar sambil bermain”, hal didikan Nasional, 2007:7).
ini adalah cara yang paling efektif, Menurut Hurlock (1998:111) awal
karena anak dapat mengembangkan masa kanak-kanak dapat dianggap
berbagai kreativitas anak, termasuk sebagai “saat belajar” untuk bela-
meningkatkan penalaran dan mema- jar ketrampilan. Apabila anak-anak
hami keberadaan lingkungan. tidak diberi kesempatan mempelajari
Bruner (dalam Sujiono, 2010:32) ketrampilan tertentu, perkemban-
bermain memberikan motivasi anak gannya sudah memungkinkan dan
melakukan kegiatan dalam memecah- ingin melakukannya karena berkem-
kan masalah melalui penemuannya bangnya keinginan untuk mandiri,
sendiri. Kegiatan yang dilakukan itu maka mereka tidak saja akan kurang
merupakan bentuk dari pendekatan memiliki dasar ketrampilan yang telah
pembelajaran pada anak didik (student dipelajari oleh teman-teman sebaya-
centered). Menurut Nugraha (2008:119) nya tetapi juga akan kurang memiliki
menyebutkan bahwa dalam pembela- motivasi untuk mempelajari berbagai
jaran sains pada anak usia dini sehar- ketrampilan pda saat diberi kesempat-
usnya tertuju pada pendekatan yang an.
berbasis anak, pendekatan yang men- Perkembangan motorik diartikan
dorong, memberi kesempatan dan me- sebagai perkembangan dari unsur ke-
nyediakan ruang yang lebar bagi anak matangan dan pengendalian gerak
untuk terlibat dalam proses pembela- tubuh. Ada tiga unsur yang menen-
jaran. tukan dalam perkembangan motorik
yaitu otak, saraf dan otot (Departemen
Motorik Halus Pendidikan Nasional, 2007:9). Ketika
Motorik halus adalah gerakan motorik bekerja, ketiga unsur tersebut
yang hanya melibatkan bagian-bagian melaksanakan masing-masing peran-
tubuh tertentu yang dilakukan oleh nya secara interaksi positif, artinya un-
otot-otot kecil, seperti ketrampilan sur-unsur yang satu saling berkaitan,
menggunakan jari jemari tangan dan saling menunjang, saling melengkapi
gerakan pergelangan tangan yang te- dengan unsur yang lainnya untuk
pat (Sujiono, 2007:1.14). Gerakan mo- mencapai kondisi motoris yang lebih
torik halus tidak membutuhkan tena- sempurna keadaannya.
Karakteristik ketrampilan mo-
ga, namun membutuhkan koordinasi
torik halus (Departemen Pendidikan
mata dan tangan serta ketelitian.
Nasional, 2007:11) sebagai berikut:
Pencapaian ketrampilan motorik a) Usia 3 tahun, kemampuan gerak-
halus lebih lama bila dibandingkan an halus anak belum terlalu berbeda
dengan ketrampilan motorik kasar, dari kemampuan gerakan halus pada
karena motorik halus membutuhkan masa bayi; b) Usia 4 tahun, koordinasi
kemampuan yang lebih sulit misalnya motorik halus anak secara substan-

23
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

sial sudah mengalami kemajuan dan bermain pura-pura membuat kue).


gerakannya sudah lebih cepat, bahkan Pasir merupakan jenis bahan ala-
cerderung ingin sempurna; c) usia 5 miah yang disukai anak untuk ber-
tahun, koordinasi motorik halus anak main. Selain mudah didapatkan, pasir
sudah lebih sempurna lagi; d) akhir adalah sumber belajar sederhana yang
masa kanak-kanak (usia 6 tahun), ia bernilai tinggi dalam pendidikan. Pa-
telah belajar bagaimana menggunakan sir memiliki tekstur lembut yang enak
jari jemari dan pergelangan tangannya dipegang dan digenggam oleh anak.
untuk menggerakkan ujung pensil. Selain itu, bahan ini bersifat multigu-
na karena mudah diubah bentuknya
Lingkungan Alam Pasir ke bentuk lain sehingga dapat meng-
Lingkungan alam merupakan hasilkan sebuah karya seni sesuai daya
satu-satunya jenis lingkungan yang imajinasi anak.
sifatnya menetap, sehingga mudah Anak-anak memiliki hubungan
dikenal dan dipelajari oleh anak. Se- yang alamiah dengan pasir. Tak hanya
suai dengan kemampuannya, anak menyenangkan, permainan sensori ini
usia dini dapat mengamati perubah- sangat penting bagi perkembangan
an-perubahan yang terjadi dan diala- anak. Crosser dalam sebuah artikel
mi dalam kehidupan sehari-hari, ter- Early Childhood (2008), mengemuka-
masuk juga proses terjadinya. kan: “There is no right way to use sand.
Lingkungan alam terdiri dari sega- It invites participation; it permits children
la sesuatu yang sifatnya alamiah, salah to make and test hypotheses; it stretches
satunya yang disenangi anak-anak the imagination; it provides a potentially
untuk bermain adalah pasir. Menurut soothing sensory experience; and it is an
Montessori (dalam Jarret, dkk., 2010) excellent avenue for children to learn phys-
hanya ada satu zat yang anak mo- ical, cognitive, and social skills”.
dern dapat menggunakannya cukup Bermain pasir memberi pelu-
bebas, dan itu adalah pasir. Sifat pasir ang bagi anak untuk belajar konsep
multiguna yaitu mudah dibentuk dan pengetahuan. Keasyikan anak-anak
dirubah kebentuk yang lain, memberi- meremas, mengaduk, mencetak,
kan kebebasan pada anak untuk ber- menggambar, atau menulis di atas
eksplorasi dalam menggunakannya. pasir, tersimpan banyak manfaat bagi
Piaget (dalam Jarret, dkk., 2011) perkembangan mereka.
menyebut pasir sebagai “mental com- Manfaat lingkungan pasir se-
plexity”, yaitu sebagai bahan multi- bagai sumber belajar bagi anak usia
guna yang dapat dimanfaatkan dalam dini menurut Montolulu (2005:7.13)
berbagai kegiatan bermain pada anak ‹Š•’ ™Ž›”Ž–‹Š—•Š— œ’”𠔘•—’•’•ð
usia dini, diantaranya bermain fungsi sosial dan emosional anak, yaitu: (1)
(misal melompat pada bak pasir atau Perkembangan motorik kasar terjadi
mengisi dan memindahkan pasir), ketika mengangkut pasir berulang-
mengkonstruksi (misal membangun ulang anak-anak mengembangkan
istana pasir), bermain drama (misal kekuatan, keseimbangan dan daya

24
tahan tubuhnya; (2) ukuran, timban- pada anak usia dini merupakan cara
gan, hitungan, memecahkan masalah, yang efektif untuk mengembangkan
mengamati, dan bereksplorasi meru- kemampuan sains anak. Menurut
pakan kegiatan-kegiatan yang menun- Piaget (dalam Jarret, dkk., 2010) bahwa
jang perkembangan kognitif anak; (3) bermain dengan menggunakan pasir
perkembangan sosial dan emosional anak-anak belajar banyak konsep yang
terjadi ketika anak bermain dengan ri-
penting, misal anak-anak dapat belajar
ang gembira, rukun dan sabar, meng-
sains dan konsep matematika.
hasilkan sesuatu yang membangga-
kan dan menimbulkan perasaan puas, Pembelajaran sains melalui in-
meningkatkan percaya diri dan harga teraksi secara langsung dengan alam
diri. menurut Suyanto (2010) merupakan
Bermain pasir memberi kesibu- pendekatan Open Inquiry yang be-
kan yang sangat mengasyikkan. Ada rarti bahwa pembelajaran tidak hanya
sesuatu yang alami dan mendasar ten- mengajarkan konsep sains tetapi lebih
tang bermain pasir, motivasi kesenan- mengajak anak melakukan eksplorasi
gan dan rasa puas serta keberhasilan
terhadap fenomena alam melalui in-
ada dalam kegiatan ini. Herrigton dan
teraksi langsung dengan obyek.
Lesmeister (dalam Jarret, dkk., 2010)
dalam sebuah artikel Play In The Sand- Menurut Montessori (dalam Jar-
pit, mengemukakan: “Present the seven ›Ž4ð •””ïð XVWVü ‹Ž›–Š’— •Ž—•Š— –Ž—•-
c’s of optimal design for landscaping child- gunakan pasir telah menjadi hal yang
care centers, and they suggest that sand ar- universal bagi anak-anak. Tekstur pa-
ŽŠœ •ž• •• œŽŸŽ›Š• ˜• •‘Ž–ñ œŠ—• ™•Š¢ •’ŸŽœ sir yang butirannya tidak mudah teru-
children an opportunity to explore change rai dibandingkan dengan bahan lain,
(sand can be changed by mixing with water sehingga kualitas taktil pasir cocok
and shaping, and it can be moved from one dengan penekanan sensorik pendidi-
place to another); chance (open-endedness kan anak usia dini yang direkomen-
˜› Ž¡’‹’•’•¢üò Š—• Œ‘Š••Ž—•Ž û˜™™˜›•ž—’•¢ dasikan oleh Froebel, Montessori, dan
•˜ ™›ŠŒ•’ŒŽ —Ž –˜•˜› œ”’••œ Šœ Ž•• Šœ ›˜•Ž ’Š•Ž• û•Š•Š– Š››Ž4ð •””ïð XVWVüï
play). They also note that children will
spend more time in sand areas where they
are allowed to mix sand and water than in Metode
areas where they are not allowed to play A. Pendekatan Penelitian
with the two materials”. Pendekatan yang digunakan da-
Lingkungan alam pasir memberi- lam penelitian ini adalah kuantitatif.
kan peluang bagi anak untuk beresk-
Penelitian kuantitatif merupakan
plorasi pada fenomena yang ada di pa-
pendekatan yang digunakan untuk
sir, dengan mengamati perubahan dan
melakukan percobaan sederhana yang mengetahui hubungan antar variabel
dapat mendorong rasa ingin tahu anak dalam penelitian, menguji teori, dan
terhadap alam. Pemanfaatan lingkun- mencari generalisasi yang mempunyai
gan alam pasir dalam pembelajaran nilai prediktif (Sugiyono, 2012;14).

25
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

Adapun desain hubungan antara pok B TK Negeri Pembina Kabupaten


variabel sebagai berikut: Pasuruan yang beralamat di Jl. Bader
Kalirejo No. 2 Bangil Pasuruan, ber-
jumlah 42 anak yang terbagi menjadi
Y1 dua kelompok.
Sampel menurut Sugiyono
(2012:81) adalah bagian dari jumlah
X dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam pe-
nelitian ini adalah anak didik kelom-
Y2 pok B1 dengan jumlah 21 anak, yang
digunakan sebagai kelompok kontrol
yaitu kelompok yang pembelajarannya
tidak menggunakan lingkungan pasir
alam pada kegiatan sains dan motorik
B. Desain Penelitian halus. Untuk kelompok eksperimen
Pola pelaksanaan penelitian quasi adalah anak didik kelompok B2 de-
eksperimental yang digunakan ada- ngan jumlah 21 anak, yaitu kelompok
lah Nonequivalent Control Group Design yang pembelajarannya dengan meng-
(Sugiyono, 2012:79), dapat diilustrasi- gunakan lingkungan alam pasir pada
kan sebagai berikut: kegiatan sains dan motorik halus.

D. Teknik Pengumpulan Data


Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang mengguna-
Pada pola di atas dapat diketahui kan pengamatan terhadap objek pene-
bahwa efektivitas perlakuan ditunjuk- litian (Riyanto, 2007). Terkait dengan
kan oleh perbedaan antara (O1-O2) penelitian ini, maka teknik observasi
digunakan untuk mengumpulkan
pada kelompok eksperimen dengan
data tentang variabel penelitian yaitu
(O3-O4) pada kelompok pembanding.
pemanfaatan lingkungan alam pasir
dalam kemampuan sains dan motorik
halus anak usia dini yang dikaitkan
C. Populasi dan Sampel
dengan kegiatan pembelajaran anak
Menurut Sugiyono (2012:80) popu- usia dini.
lasi adalah wilayah generalisasi yang Dokumen merupakan catatan
terdiri dari obyek/subyek yang mem- peristiwa yang sudah berlalu, bisa ber-
punyai kualitas dan karakteristik ter- bentuk tulisan, gambar, atau karya-
tentu yang ditetapkan oleh peneliti karya monumental dari seseorang
untuk dipelajari dan kemudian ditarik (Sugiyono, 2012:240).
kesimpulannya. Populasi dalam pe- Dokumen pada penelitian ini ada-
nelitian ini adalah anak didik kelom- lah semua kegiatan pada saat awal pe-

26
nelitian sampai dengan akhir peneli- pasir berpengaruh terhadap pencapai-
tian, berupa dokumen berbentuk foto an perkembangan kemampuan sains
hasil karya anak, foto kegiatan, video anak. Pendapat ini juga didukung oleh
kegiatan, dan hasil observasi. Crosser dalam sebuah artikel Early
Chilhood (2008) yang berjudul “Mak-
ing The Most of Sand Play”. Beliau me-
E. Instrumen Penelitian
nyatakan bahwa bermain pasir mem-
Instrumen penelitian menurut Pur-
beri peluang bagi anak untuk belajar
wanto (2010:183) adalah merupakan
konsep pengetahuan.
alat atau sarana untuk memudahkan
Lingkungan alam pasir memberi-
pekerjaan peneliti dalam mengum-
kan banyak manfaat bagi perkembang-
pulkan data dengan cara melakukan
an anak usia dini salah satunya adalah
pengukuran. Dalam penelitian ini ins-
kemampuan sains sederhana. Hal ini
trumen yang digunakan berupa pedo-
seperti yang kemukakan oleh Raihan
man observasi kemampuan sains dan
(2011) dalam Parent Guide, yaitu ber-
motorik halus anak.
main pasir menambah pengetahuan
anak mengenai berbagai bentuk, ukur-
F. Teknik Analisis Data
an, perubahan wujud, sehingga me-
1. Pengujian instrumen dengan
ningkatkan kecerdasan anak. Juga re-
menggunakan teknik uji validi-
levan dengan pendapat para ahli pada
tas dan reliabilitas.
sebuah jurnal yang berjudul “Play in
2. Uji prasyarat analisis yang di-
The Sandpit” yang dikemukakan oleh
gunakan adalah normalitas dan
Š™’Œð ž••’•Š— û•Š•Š– Š››Ž4ð •””ïð
homogenitas.
2010) dengan bermain di daerah pasir
sesungguhnya anak-anak belajar kon-
G. Pengujian Hipotesis
sep-konsep penting misalnya, belajar
Untuk pengujian hipotesis per-
sains dan matematika dengan prinsip-
tama dan kedua menggunakan One
prinsip yang berkaitan dengan massa
Way Analysis of Variance (ANOVA Satu
dan kapasitas ketika mereka tuangkan
Jalur). Hipotesis ketiga menggunakan
dan ukuran pasir.
teknik Multivariate Analysis of Variance
Anak-anak memiliki hubungan
(MANOVA). MANOVA digunakan
yang alamiah dengan lingkungan
untuk uji hipotesis tentang pengaruh
alam pasir. Lingkungan tersebut tidak
dari dua variabel dependent (Ghozali, hanya sekedar menyenangkan, tetapi
2013:88). juga menstimulasi perkembangan
anak melalui permainan sensori. Hal
tersebut sependapat dengan reko-
HASIL DAN PEMBAHASAN mendasi dari Froebel, Montessori, dan
A. Pengaruh Pemanfaatan Lingkung- Piaget (dalam Jarret, dkk., 2010) bah-
an Alam Pasir Terhadap Kemampuan wa kualitas taktil pasir cocok dengan
Sains Anak penekanan sensorik pendidikan anak
Hasil analisis statistic uji Anova, usia dini.
menunjukkan bahwa lingkungan alam Pembelajaran sains yang dilaku-

27
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

kan di lingkungan alam pasir mem- bagian dari lingkungan alam yang
berikan banyak kesempatan pada berunsur abiotik (benda mati) dan dis-
anak untuk bereksplorasi terhadap ukai anak untuk bermain. Teksturnya
obyek dengan mengamati perubahan yang lembut dan bersifat multiguna
dan melakukan percobaan sederhana. yaitu mudah dibentuk dan dirubah
Pembelajaran sains yang dilakukan di sehingga merangsang anak untuk
lingkungan alam ini sependapat de- bereksplorasi dengan menggunakan-
ngan Suyanto (2010) yang menyebut- nya. Dengan menggunakan lingkung-
kan bahwa pembelajaran sains yang an alam pasir sebagai sumber belajar
dilakukan secara langsung dengan bagi anak sebenarnya membantu anak
alam merupakan penedekatan Open memperbaiki struktur kognitif yang
Inquiry yaitu pembelajaran tidak ha- ada dan membangun yang baru. Selain
nya mengajarkan tentang konsep sains itu, dengan memanfaatkan lingkungan
tetapi lebih mengajak anak melakukan alam pasir kepada anak sebenarnya
eksplorasi terhadap fenomena alam memperkaya pengalaman belajar
melalui interaksi langsung dengan anak bahwa pembelajaran tidak hanya
obyek. dilakukan di dalam ruangan (indoor)
Pemanfaatan lingkungan alam tetapi juga bisa memanfaatkan ling-
pasir dalam pembelajaran pada anak kungan di luar ruang (outdoor). Hal
usia dini merupakan cara yang efektif tersebut seperti yang dikemukakan
untuk mengembangkan kemampuan oleh Hymes (dalam Fox, 2008) pada
sains anak. Lingkungan alam meru- sebuah artikel yang berjudul “Back To
pakan satu-satunya jenis lingkungan Basic” yang menyatakan bahwa ling-
yang sifatnya menetap, sehingga akan kungan outdoor merupakan perluasan
mudah dikenal dan dipelajari oleh dari lingkungan indoor.
anak. Hal tersebut sejalan dengan Berdasarkan hasil penelitian di TK
pendapat Suyanto dalam (2010) dalam Negeri Pembina Kabupaten Pasuruan,
sebuah jurnal Pendidikan Anak Usia peneliti menyimpulkan bahwa ling-
Dini, menyatakan pengenalan sains kungan alam pasir memberikan ba-
pada anak TK bukan mengajarkan
nyak konstribusi pada kemampuan
konsep sains pada anak, tetapi lebih
mengajak anak melakukan eksplorasi sains anak. Dengan melakukan pem-
terhadap fenomena alam melalui in- belajaran di lingkungan alam pasir,
teraksi langsung dengan obyek. De- anak mengalami proses menemukan
ngan berinteraksi dengan lingkungan, dari kegiatan mengamati yang dilaku-
sesungguhnya melatih anak untuk kan, anak dapat menyebutkan perbe-
mengobservasi, memanipulasi obyek, daan dua jenis benda yang diamati.
melakukan percobaan sederhana dan Hal ini relevan dengan pendapat Sum-
dilanjutkan dengan mengkonstruk- aji (dalam Nugraha, 2008:26) bahwa
si pengetahuan sesuai dengan pola pengembangan pembelajaran sains
pikirnya. pada anak berdampak pada mening-
Pasir merupakan salah satu katnya kecerdasan dan pemahaman

28
anak tentang alam beserta isinya serta pada uji F hitung menunjukkan hasil
segala ragam rahasia yang tidak per- \ð\Z\ •Š— œ’•—’ ”Š— •Ž‹’‘ ”ŽŒ’• •Š›’
nah habis. Serta juga relevan dengan 0,05 (0,003 < 0,05) yang berarti bahwa
lingkungan alam pasir berpengaruh
teori konstruktivis (Triharso, 2013) terhadap perkembangan kemampuan
bahwa pengetahuan akan dibangun motorik halus. Hal tersebut relevan
secara aktif oleh anak melalui persepsi dengan pendapat Herrington dan Les-
dan pengalaman langsung dengan –Ž’œ•Ž› û•Š•Š– Š››Ž4ð •””ïð XVWVü ™Š•Š
lingkungannya. sebuah artikel yang menyebutkan
manfaat lingkungan pasir bagi anak-
Kesimpulan dari hasil hipotesis
anak adalah memberikan kesempatan
pada pengaruh lingkungan alam pa- kepada anak untuk mengeksplorasi
sir sebagai sumber belajar terhadap berbagai variasi perubahan (mencam-
kemampuan sains, berdasarkan hasil pur pasir dengan air dan dibentuk),
analisis uji Anova atau F pada tabel memberikan tantangan yaitu kesem-
4.8 didapat nilai F hitung 7,757 den- patan bagi anak untuk berlatih ke-
•Š— —’•Š’ œ’•—’ ”Š— Š•Š•Š‘ VðVVW ûVðVVW trampilan motorik halus.
< 0,05), maka H0 ditolak dan H1 di- Pemanfaatan lingkungan dalam
terima. Jadi ada pengaruh lingkungan menstimulasi perkembangan mo-
alam pasir sebagai sumber belajar ter- torik halus anak sangat berper-
hadap kemampuan sains anak. anan penting. Hal ini relevan dengan
Dalam penelitian pemanfaatan teori dasar Montessori (dalam Rule
lingkungan alam pasir ini, lebih di- dan Stewart, 2002) pada sebuah jurnal
tekankan pada keaktifan anak dalam yang berjudul ŽŒ•œ ˜• ›ŠŒ•’ŒŠ• ’•Ž
bereks-plorasi terhadap lingkungan Materials on Kindergartners’ Fine Mo-
tersebut. Untuk kegiatan sains pada tor Skills”, yaitu menekankan bahwa
kelompok eksperimen setelah per- pemanfaatan lingkungan merupakan
lakuan, mampu mendorong rasa ke- alat utama bagi anak usia dini untuk
ingintahuan anak terhadap fenomena memperbaiki ketrampilan motorik ha-
di lingkung-an alam serta mengung- lus. Lingkungn memberikan kesem-
kap sebab akibat, dengan kegiatan patan untuk melakukan kegiatan yang
mengamati dengan menggunakan nyata dengan tujuan yang praktis.
kaca pembesar, mengungkapkan se- Pasir merupakan salah satu ba-
bab mengapa pasir basah lebih mudah han main yang paling umum di du-
dibentuk daripada pasir kering, me- nia. Hal ini didukung oleh pendapat
ngungkapkan sebab jika pasir kering ˜—•Žœœ˜›’ û•Š•Š– Š››Ž4ð •””ïð XVWVü
dicampur dengan air, dan membuat bermain dengan menggunakan pasir
adonan dari pasir ke-ring dengan air. telah menjadi hal yang universal bagi
anak-anak. Sifat pasir yang multiguna
yaitu mudah dibentuk dan dirubah
B. Pengaruh Pemanfaatan Lingkun-
kebentuk yang lain, sehingga mem-
gan Alam Pasir Terhadap Kemam- berikan kesempatan kepada anak un-
puan Motorik Halus Anak tuk dapat menghasilkan sebuah karya
Hasil analisis statistik melalui seni sesuai dengan daya imajinasi

29
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

anak. Sejalan dengan pendapat Frobel ring dan basah dalam hal dibentuk,
(Departemen Pendidikan Nasional, dan (4) mengungkapkan sebab dan
2007) bahwa alat permainan untuk ke- akibat dari pasir kering dicampur air.
trampilan tangan bagi anak usia dini Indikator motorik halus terdiri dari,
adalah pasir (1) menggambar di atas pasir dengan
Untuk memberikan pembelajaran menggunakan jari, (2) menggambar
motorik halus sesuai dengan karak- dengan teknik menabur, (3) meniru
teritik usia anak secara optimal, ser- membuat bentuk geometri, dan (4)
ta memperhatikan prinsip-prinsip membuat bentuk sesuai dengan ide.
mengembangkannya. Koran Pen- Ketercapaian indikator di atas
didikan (2013) menyebutkan prinsip dapat diketahui ketika anak-anak
mengembangkan motorik halus yaitu melakukan kegiatan dengan aktif da-
dengan memberikan kebebasan pada lam mengeskplorasi pasir. Anak-anak
anak untuk berekspresi, melakukan memperoleh pengalaman belajar se-
pengaturan waktu dan media agar ŒŠ›Š •Š—•œž—• •Š•Š– ‹Ž›‹Š•Š’ Š”•’ -
•Š™Š• –Ž›Š—•œŠ—• ”›ŽŠ•’ •Šœ Š—Š”ð tas. Hal ini relevan dengan pendapat
memberikan bimbingan agar anak da- Silbermen (dalam Hartono, 2008) jika
pat menemukan cara yang baik dalam anak mengalami dan terlibat lang-
dengan berbagai media sesuai dengan sung di dalam kegiatan pembelajaran
perkembangannya, menumbuhkan tingkat penerimaannya sebesar 80%.
keberanian dengan memberikan mo- Dengan kata lain bahwa pembelajaran
tivasi positif, memberikan dalam sua- dilakukan dengan pendekatan student
sana yang menyenangkan. centered yaitu pendekatan yang ber-
basis anak, pendekatan yang mendo-
C. Pemanfaatan Lingkungan Alam rong, memberi kesempatan dan me-
Pasir Secara Bersama-sama Berpen- nyediakan ruang yang lebar bagi anak
garuh Terhadap Kemampuan Sains untuk terlibat dalam proses pembela-
dan Motorik Halus Anak jaran (Nugraha, 2008:119).
Dalam penelitian ini telah dibuk- Hasil penelitian lingkungan alam
tikan bahwa lingkungan alam pasir pasir ini, relevan dengan Crosser (2008)
memberikan pengaruh terhadap ke- pada sebuah artikel Early Childhood
mampuan sains dan motorik halus yang menyatakan bahwa bermain pa-
anak. Adapun indikator kegiatan pada sir memberi peluang bagi anak untuk
kemampuan sains anak terdiri dari, (1) belajar konsep pengetahuan (dalam
–Ž—ž—“ž””Š— Š”•’ •Šœ ¢Š—• ‹Ž›œ’•Š• penelitian ini termasuk dalam ke-
eksploratif yaitu dengan melakukan mampuan sains) dan keasyikan anak-
percampuran pasir dengan air yaitu anak meremas, mengaduk, mencetak,
membuat adonan, (2) melakukan ke- menggambar, atau menulis di atas
giatan eksploratis dengan mengamati pasir, tersimpan banyak manfaat bagi
bentuk pasir menggunakan lup, (3) perkembangan mereka dalam peneli-
mengungkapkan perbedaan pasir ke- tian ini disebut kemampuan motorik

30
halus). pengembangan holistik anak-anak dis-
Pembelajaran di lingkungan alam emua domain perkembangan (adaptif,
pasir, syarat dengan dunia anak yaitu estetika, kognitif, komunikasi, senso-
bermain dan berisi kegiatan-kegiatan rimotor, dan sosioemosional); (3) cen-
yang memberikan rasa senang kepa- derung lebih bervariasi, kompleks, dan
da anak. Hasil penelitian ini menun- kreatif daripada bermain di jenis-jenis
jukkan bahwa pembelajaran yang pengaturan luar ruangan; (4) menum-
diberikan melalui bermain dan ke- buhkan kecerdasan naturalistik anak-
giatan-kegiatan yang menyenangkan anak, (5) mendukung pembelajaran
tersebut, berpengaruh nyata terhadap dengan semua jenis gaya belajar dan
perkembangan kemampuan sains kemampuan, (6) memiliki kecen-
anak. Demikian pula, pembelajaran di derungan lebih sedikit kecelakaan dan
lingkungan alam pasir menunjukkan perkelahian pada anak-anak.
pengaruh nyata terhadap perkem- Dalam konteks belajar, kejadian-
bangan kemampuan motorik halus kejadian tersebut adalah yang lazim
anak. disebut dengan belajar dan anak mem-
Berdasarkan hasil analisis pada peroleh pengalaman belajar diperoleh
Tabel 4.12 menunjukkan nilai F hitung anak melalui interaksi dengan ling-
untuk Hotelling Trace sebesar 6,117 kungannya. Begitu besar pengaruh
•Š— œ’•—’ ”Š—œ’ ™Š•Š VðVVVï Š• ’—’ ‹Ž- lingkungan alam terhadap pencapai-
rarti terdapat hubungan antara setiap an perkembangan kemampuan sains
faktor dengan dua variabel dependent dan motorik halus anak. Maka, tugas
yaitu kemampuan sains dan motorik guru adalah menyediakan lingkung-
halus anak. Hasil penelitian ini didu- an yang menyenangkan, bermakna
kung oleh pendapat Piaget (dalam dan dapat memfasilitasi multisensorik
Yulianti, 2010:28) yang menyatakan anak dengan menyiapkan dan me-
bahwa anak akan memahami penge- ngelolah lingkungan belajar, sehingga
tahuan melalui interaksi dengan objek dapat memberikan tangsangan ber-
yang ada di lingkungan sekitarnya. bagai indra anak secara baik. Menurut
Pencapaian perkembangan sains bagi Hymes (dalam Fox, 2008) menyatakan
perkembangan motorik halus anak bahwa penggunaan lingkungan out-
dapat menentukan sains sebagai door harus dilakukan secara seksama
produk bagaimana mengembangkan sebagaimana lingkungan indoor, serta
ketrampilan kemampuan motorik ha- harus mendorong motorik dan ke-
lus. trampilan sosial serta membantu anak
Sebba (dalam Wilson, 2008: 6) memperbaiki struktur kognitif yang
menyebutkan bahwa dengan meman- ada dan membangun yang baru.
faatkan lingkungan alam sebagai sa- Hasil penelitian ini sejalan deng-
rana bermain bagi anak-anak mem- an temuan dari Froebel, Montessori,
berikan banyak manfaat, diantaranya: •Š— ’Š•Ž• û•Š•Š– Š››Ž4ð •””ïð XVWVü
(1) memberikan jauh lebih banyak yang mengemukakan bahwa nilai
kesempatan untuk pengembangan pendidikan bermain pasir bermanfaat
dan pembelajaran, (2) mendorong pada perkembangan kognitif, motorik

31
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

dan sosial, mendukung hasil dari pe- perlancar belajar. Jangkauan belajar
nelitian ini. Pemanfaatan lingkungan juga menjadi lebih luas (distance learn-
alam pasir sebagai sumber belajar ing) dan lebih cepat (access to internet or
bagi anak usia dini pada penelitian ini learning through computer), yang pada
juga mendukung teori konstruktivis akhirnya penerapan teknologi pem-
dengan menggunakan pasir mengun- belajaran memiliki kontribusi yang
dang partisipasi anak, memungkink- besar dalam belajar. Apakah yang di-
an anak untuk membuat dan menguji –Š”œž• •Ž”—˜•˜•’ ™Ž–‹Ž•Š“Š›Š— ’•žõ
hipotesis, membentangkan imajinasi, Teknologi pembelajaran adalah suatu
dan juga memberikan pengalaman in- proses yang kompleks dan terpadu
•›Š ’ ž—•ž” ‹Ž•Š“Š› ”Ž•›Š–™’•Š— œ’”ð yang melibatkan orang, prosedur,
kognitif, dan sosial. ide, peralatan, dan organisasi, untuk
Bermain di lingkungan alam pasir menganalisis masalah, mencari cara
yang berada di luar ruangan (outdoor) pemecahan masalah, melaksanakan,
mendorong anak untuk menentukan mengevaluasi dan mengelola pemeca-
arah dan jalan bermain sendiri. Kebe- han masalah dalam situasi di mana
basan ini yang kemudian membuka kegiatan belajar itu mempunyai tu-
jalan bagi anak untuk membangun juan yang terkontrol.
konsep-konsep pembangunan. Menu- Dalam teknologi pembelajaran,
rut Piaget (dalam Crosser, 2008), anak- pemecahan masalah itu berupa kom-
anak memiliki dorongan batin untuk ponen sistem pembelajaran yang te-
membangun pemahaman tentang lah disusun dalam fungsi disain atau
dunia mereka saat mereka mengek- seleksi, dan dalam pemanfaatan, serta
splorasi dan berinteraksi dengan ba- dikombinasikan sehingga menjadi
han. Konsep tentang cara kerja dunia sistem pembelajaran yang lengkap.
yang dibangun secara bertahap dan Komponen-komponen ini meliputi:
menjadi semakin kompleks sebagai pesan, orang, bahan, peralatan, teknik
anak memasuki lingkungan belajar dan latar. Komponen-komponen terse-
yang kaya dan melatih kebebasannya but disebut juga sebagai komponen
untuk bermain. sumber belajar.
Penyediaan sumber belajar (learn-
ing resources) yang memadai bagi set-
B. KAJIAN LITERATUR iap sekolah atau mungkin gugus seko-
Media dan Pembelajaran lah (school cluster) akan memberikan
Berkenaan dengan perkemban- arti penting bagi peningkatan proses
gan teknologi pembelajaran, peranan pembelajaran. Sumber belajar yang
media menjadi sangat penting. Me- dimanfaatkan oleh sekolah atau dapat
dia pembelajaran yang berupa mesin juga dilakukan secara bersama (sha-
(teknologi) dipandang sebagai aplika- ring resources) akan lebih memperce-
si ilmu pengetahuan dapat berwujud pat pemerataan dan persebarluasan
media elektronik atau mesin pembe- kualitas hasil pembelajaran. Hal ini
lajaran lainnya menempati posisi stra- dapat terlaksana dengan baik apabila
tegis dalam mempermudah dan mem-

32
mendukung teori konstruktivis deng- eksperimen dan kelompok kontrol
an menggunakan pasir mengundang yang dapat dilihat dari perolehan rata-
partisipasi anak, memungkinkan anak ›Š•Š ”Ž•žŠ ”Ž•˜–™˜” •Š— •Š›Š• œ’•—’ -
untuk membuat dan menguji hipote- kan yang dihasilkan. Perkembangan
sis, membentangkan imajinasi, dan kemampuan sains anak pada kelom-
juga memberikan pengalaman in- pok eksperimen lebih baik daripada
•›Š ’ ž—•ž” ‹Ž•Š“Š› ”Ž•›Š–™’•Š— œ’”ð kelompok kontrol.
kognitif, dan sosial. 2. Pemanfaatan lingkungan alam
Bermain di lingkungan alam pasir pasir berpengaruh terhadap kemam-
yang berada di luar ruangan (outdoor) puan motorik halus anak. Hal ini di-
mendorong anak untuk menentukan tunjukkan dengan perbedaan perkem-
arah dan jalan bermain sendiri. Kebe-
bangan kemampuan motorik halus
basan ini yang kemudian membuka
anak pada kelompok eksperimen dan
jalan bagi anak untuk membangun
kelompok kontrol yang dapat dilihat
konsep-konsep pembangunan. Menu-
dari perolehan rata-rata kedua ke-
rut Piaget (dalam Crosser, 2008), anak-
anak memiliki dorongan batin untuk •˜–™˜” •Š— •Š›Š• œ’•—’ ”Š— ¢Š—• •’-
membangun pemahaman tentang hasilkan. Perkembangan kemampuan
dunia mereka saat mereka mengeks- motorik halus pada anak kelompok
plorasi dan berinteraksi dengan ba- eksperimen lebih baik daripada ke-
han. Konsep tentang cara kerja dunia lompok kontrol.
yang dibangun secara bertahap dan 3. Pemanfaatan lingkungan alam
menjadi semakin kompleks sebagai pasir secara bersama-sama berpe-
anak memasuki lingkungan belajar ngaruh terhadap kemampuan sains
yang kaya dan melatih kebebasannya dan motorik halus anak usia dini. Hal
untuk bermain. ini ditunjukkan dengan adanya per-
bedaan perkembangan kemampuan
C. SIMPULAN DAN SARAN sains dan motorik halus anak yang sig-
Simpulan —’ ”Š— Š—•Š›Š ”Ž•˜–™˜” Ž”œ™Ž›’–Ž—
Berdasarkan diskusi hasil pene- dan kelompok kontrol
litian BAB V sesuai dengan rumus-
an permasalahan dan tujuan yang Saran
diharapkan dalam penelitian, maka Berdasarkan hasil analisis dan
pada BAB VI dirumuskan simpulan penjelasannya, maka pada penelitian
yang sesuai dengan penelitian tentang
ini dapat diberikan beberapa saran se-
pengaruh lingkungan alam pasir ter-
bagai berikut:
hadap kemampuan sains dan motorik
halus anak., sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga PAUD
1. Pemanfaatan lingkungan alam Sebagai lembaga pendidikan
pasir berpengaruh terhadap kemam- awal bagi anak usia dini, dalam me-
puan sains anak. Hal ini ditunjukkan nyediakan sarana dan prasarana bagi
dengan perbedaan perkembangan ke- pembelajaran anak usia dini sebaiknya
mampuan sains anak pada kelompok tidak hanya menggunakan media ins-

33
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

tan atau siap pakai, akan tetapi juga PUSTAKA ACUAN


mengembangkan program pembe- Andrianto, Dedy. 2011. Memanfaatkan
lajaran dengan memanfaatkan ling- Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Be-
kungan alam sebagai sumber belajar. lajar Anak Usia Dini, Jakarta: Direk-
torat Jenderal Pendidikan Anak Usia
2. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Dini.
Untuk mengembangkan kemam-
puan sains dan motorik halus anak Bilton, Helen. 2005. Learning Outdoors,
disarankan mengembangkan pem- London: David Fulton Publishers
belajarannya dengan memanfaatkan
lingkungan alam yang dekat dengan Crosser, Sandra. 2008. Making The Most
of Sand Playï û‘4™ñ&& ›•¢Œ‘’••-
anak-anak, sehingga pengalaman be-
hoodnews.com/earlychildhood/ar-
lajar secara langsung dan bermakna
•’Œ•Ž Ÿ’Ž ™¡õ ›•’Œ•Ž ½\Xð •’Š”œŽœ
pada anak dapat terpenuhi. 20 Nopember 2013)

3. Bagi Peneliti Lanjut Departemen Pendidikan Nasional. 2003.


Untuk peneliti selanjutnya yang Undang-Undang RI No. 20 Tentang
tertarik pada kasus penelitian yang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
sama, dapat melakukan penelitian di Departemen Pendidikan Nasional.
tempat yang berbeda, baik dari sisi
sarana dan prasarana, model pembe- Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
lajaran. Hal ini dapat dijadikan sebagai Pedoman Pembelajaran Bidang Pengem-
pembanding, apakah hasil penelitian bangan Seni, Jakarta: Departemen Pen-
yang dihasilkan nantinya memiliki didikan Nasional.
kesamaan atau perbedaan, dengan
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
demikian pada akhirnya jika semakin
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengem-
banyak hasil penelitian yang sama,
bangan Kognitif, Jakarta: Departemen
maka kesimpulan penelitian ini dapat Pendidikan Nasional.
melengkapi penelitian yang akan da-
tang untuk menarik kesimpulan pene- Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
litian yang lebih umum Standar Pendidikan Anak Usia Dini,
Jakarta: Departemen Pendidikan Na-
sional.

Dwirahmah, Erina, 2013. “Peningkatan


Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiri
Dalam Pembelajaran Sains, Jurnal Pen-
didikan Anak Usia Dini. Volume 7 No.
2 November 2013, halaman 277-290.

Eliyawati, Cucu. 2005. Pemilihan dan

34
Pengembangan Sumber Belajar Anak cejournal/, diakses Pebruari 2012)
Usia Dini, Departemen Pendidikan
Nasional. Mustaji, 2013. Media Pembelajaran, Sura-
baya: Unesa University Press
Fox, Jill Englebright. 2008. Back-to-Basics:
Play in Early Childhood, Montolalu. 2005. Bermain dan Permainan
(http://www.earlychildhoodnews. Anak, Jakarta: Universitas Terbuka.
com/earlychildhood/article_view.
Šœ™¡õ ›•’Œ•Ž ½XZVð •’Š”œŽœ XV Š—ž- Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembe-
ari 2014) lajaran Sains Anak Usia Dini., Jakarta:
Danendra.
Hartono. 2008. Strategi Pembelajaran Ac-
tive Learningð û‘4™ñ&&œ•’•Š•šŠ•Š–ï Raihan, Rini. 2011. Pengembangan Ke-
wordpress.com/2008/01/09/strategi- trampilan Menulis Anak Usia Dini Mela-
pembelajaran-active-learning/, di- lui Belajar Visual Pasir dan Jari,
akses 4 Nopember 2013) (http://riniraihan.wordpress.
com/2011/06/06/pengembangan-ke-
Hurlock, Elizabeth. 1998. Psikologi Perkem- terampilan-menulis-anak-usia-dini-
bangan, Jakarta: Erlangga melalui-belajar-visual-pasir-dan-jari/,
diakses 27 September 2013)
Š››Ž4ð ••Šð ŽŽð •ŠŒŽ¢ ›Ž—Œ‘ð ž•ž—ž£ð
Nermin, and Mizrap Bulunuz. 2010. Riyanto, Yatim. 2012. Metodologi Penelitian,
Play In The Sandpit, Surabaya: SIC
( h t t p://w ww.j ournalofplay.org /
sites/www.journalofplay.org/files/ Rule, Audrey and Stewart, Roger. 2002.
pdf-articles/3-2-article-play-in-the- ŽŒ•œ ˜• ›ŠŒ•’ŒŠ• ’•Ž Š•Ž›’Š•œ ˜—
sandpit_0.pdf, diakses 13 Juli 2014) Kindergartners’ Fine Motor Skills”, Ear-
ly Childhood Education Journal, Vol.
Koran Pendidikan. 2013. Tujuh Prinsip 30, No. 1, Fall 2002.
Pengembangan Motorik Halus,
û‘4™ñ&&™Šž•—’›Š—™Ž—•’•’”Š—–&
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2011.
view/3173/tujuh-prinsip.html, diakses
28 Nopember 2013) Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor:
Ghalia Indonesia
Mariyana, Rita, Nugraha, Ali dan Rach-
mawati, Yeni. 2010. Pengelolaan Ling- Sudono, Anggani. 2006. Sumber Belajar dan
kungan Belajar, Jakarta: Kencana Pre- Alat Permainan, Jakarta: PT. Gramedia
nada Media Group
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuan-
titatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Mawson, Brent, 2010. —Ÿ’›˜—–Ž—•Š• ’— ž-
Alfabeta
ences on independent collaborative play,
Vol. 1, No. 2, 2010, page 4, Sujiono, Bambang. 2007. Metode Pengem-
(www.education.monash.edu.au/ire- bangan Fisik, Jakarta: Universitas Ter-

35
Jurnal KWANGSAN Vol. 2 - Nomor 1, Nopember 2014

buka (http://ilmuwanmuda.wordpress.
Sujiono, Yuliani Nurani, Tampiomas, Cle- com/pemanfaatan-lingkungan-seba-
ony, dan Syamslatin, Evira. 2007. Me- gai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-
tode Pengembangan Kognitif, Jakarta:
dini/, diakses)
Universitas Terbuka

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Pen- Wilson, Ruth. 2008. Nature and Young Chil-
didikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. In- dren, Routledge: New York
deks

Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Yatim, Riyanto. 2007. Metodologi Penelitian
Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Ja- Kualitatif dan Kuantitatif, Surabaya:
karta: PT. Indeks Unesa University Press.

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan


Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar
Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius
Sains, Jakarta: PT. Indeks
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak
Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Zaman, Badru. 2007. Media dan Sumber Be-
Aspeknya), Jakarta: Kencana Prenada lajar TK, Jakarta: Universitas Terbuka
Media Group

Suyanto, Slamet. 2010. Pengenalan Sains


Untuk Anak TK Dengan Pendekatan
Open Inquiry, Jurnal Universitas Neg- **************************************
eri Yogyakarta.

Triharso, Agung. 2013. Permainan Kreatif


dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, Yo-
gyakarta: ANDI

Trundle, Kathy Cabe. 2009. Teaching Sci-


ence During The Early Childhood Years,
(http://ngl.cengage.com/images/ad-
vertisements/marketing_downloads/
PRO0000000028/SCL22-0429A_AM_
Trundle.pdf, diakses 25 Agustus
2013)

Utomo, Prestiadi. 2013. Pemanfaatan Ling-


kungan Sebagai Sumber Belajar Anak
Usia Dini,

36

Anda mungkin juga menyukai