Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit Tubuh


1. Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis karena
memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari total berat badan
berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua kompertemen
utama, yaitu CIS dan CES.
a. Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi
sebagai media tempat aktivitas kima sel berlangsung. Cairan ini
menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water
TBW) dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
b. Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun 30%
dari TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terdiri atas cairan
intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan
intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan,
sedangkan cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan.

Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut tersusun


atas ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan positif disebut kation, contohnya natrium (Na+), kalium
(K+), Kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan
negative disebut anion, contohnya klorida (Cl-), sulfat (SO 2-), fosfat
(PO 3-), dan bikarbonat (HCO- ).

Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia, keseimbangan


elektrolit, dan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES.Kation dan anion berperan
dalam pertukaran ini. (Lyndon Saputra, 2013).
B. Fisiologi Pengaturan Cairan, Elektrolit dan Asam-Basa
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable.Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi
tiga subdivisi:
1. Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2. Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut
plasma darah (8%).
3. Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan didalam dan
diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan
dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga dikeluarkan
melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.

Table 2.1 Elektrolit-elektrolit Utama

Elektrolit-elektrolit Fungsi Lokasi


utama Intraseluler Ekstraseluler
(mEq/L) (mEq/L)
Sodium ( Na+) Fungsi neuromuscular dan 12 145
manjemen cairan (elektrolit
ekstraseluler paling banyak)
Potassium (K+) Fungsi neuromuscular dan 150 4
jantung (elektrolit intraseluler
paling banyak)
Kalsium ( Ca++) Struktur tulang, fungsi 5 <1
neuromuscular dan
penggumpalan darah.
Magnesium ( Mg++) Transportasi aktif Na+ dan 40 2
K+, fungsi neuromuscular.
Klorida (Cl-) Osmolalitas, keseimbangan 103 4
asam basa.
- Pembentukan ATP, 4 75
Fosfat (HPO4 ) keseimbangan asam basa.

Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran


untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam
hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk
menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam
jumlah sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal
atau lambung dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk
mengurangi atau menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan
untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik menjadi
efektif, organ atau system yang bertanggung jawab untuk penyerapan dan
ekskresi (gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekresi (renal)
harus berfungsi dengan baik.

c. Keseimbangan asam basa

Penyangga kimia, system pernapasan, dan system renal merupakan


mekanisme kunci untuk mengatur keseimbanagan asam basa dalam
tubuh manusia. Penyangga adalah senyawa yang mengatur pH tubuh
dengan menerima atau melepaskan ion H+.Salah satu penyangga
terpenting dalam tubuh manusia adalah bikarbonat.
1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima
oleh sel darah merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan
dibawah pengaruh karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera
dikonversi menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3-)
dan H+.
4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalam
plasma menuju paru-paru.
5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat
berinteraksi dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan
pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah kedalam jaringan untuk
respirasi sel (Bennita, 2013).

Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:

1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah merah, dimana


selanjutnya dikonversi menjadi oksihemoglobin.

2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel darah merah.

3) Setelah berada dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung


dengan H+ bebas (dari hasil formasi oksihemoglobin) untuk
membentuk asam karbon.

4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah


menjadi air dan CO2.

5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru,


dimana ia akan dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi (Bennita,
2013).
System penyangga memfasilitasi keseimbangan asam basa, pengeluaran
karbon dioksida dari tubuh, dan transportasi oksigen keberbagai jaringan
tubuh untuk digunakan dalam respirasi seluler.

Peran paru-paru dalam mejaga keseimbangan asam basa dalam keadaan


normal telah disekripsikan sebelumnya.Jika terdapat kelebihan asam
dalam tubuh (asidosis), paru-paru menyumbang dengan menyebabkan
pernapasan dalam dan cepat untuk mengeluarkan kelebihan itu.Hal
sebaliknya terjadi ketika terjadi kelebihan jumlah basa dalam tubuh
(alkalosis) (Bennita, 2013).

Ginjal mengontrol keseimbanagn asam basa dengan mengeksresi atau


menahan H+ dan HCO3- dari tubuh untuk melawan asidosis atau
alkalosis.Ginjal merespon asidosis dengan meningkatkan pengeluaran H+
dari tubuh melalui eksesi urin dan dengan menahan HCO3-.Bikarbonat
yang disimpan oleh ginjal disirkulasikan dalam darah dan tersedia untuk
menetralkan ion H+ bebas yang beredar dalam darah.Dalam kasus
alkalosis, hal sebaliknya terjadi.Ion hydrogen ditahan, dan bikarbonat
dikeluarkan melalui urin. Pengaturan renal dari Ph merupakan proses
yang lambat, namun hasilnya adalah perbaikan ketidakseimbangan asam
basa yang efesien jangka panjang dan, tidak sepert system pernapasan dan
memulihkan pH secara total ke kisaran normal (Bennita, 2013).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan, Elektrolit


dan Asam-Basa

Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mempengaruhi


proses metabolism dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan mempercepat
proses, memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan
benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh
kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).
a. Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal
jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa secara efisien juga terpengaruh. Dikarenakan
usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga
menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang
telah disebutkan sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan
sangat tua.
b. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke
intraseluler.
d. Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan

D. Pengaturan Keseimbangan Cairan


a. Rasa Dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada
akhirnya meimbulkan produksi angiostensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensai haus.
2) Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga.
b. Antidiuretik hormone (ADH)
ADH dibentuk dihipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.Hormone ini meningkatkan
reabsorbsi air pada duktus kolingentes sehingga dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormone ini disekresi oleh kelenjr adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbs natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serium dan
system rennin-angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfunsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan
darah, konstraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal.Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan
efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortiroid
Meningkatkan respon natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah (Tarwoto
dan Wartonah,2011).

E. Gangguan Dalam Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa


a. Ketidakseimbangan cairan
1) Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi
proporsi antara keduanya (cairandan elektrolit) mendekati
normal.Hipovolume dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau
deficit volume cairan (fluid volume deficit atau FVD).
Pada saat tubuh kekurangan cairan dan elektrolit, tekanan osmotic
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial dapat masuk ke
ruang intravaskuler.Hal ini menyebabka ruang interstisial kosong
dan cairan intrasel masuk kedalamnya.

Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya


kekurangan asupan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut
(misalnya protein dan klorida atau natrium).kelebihan asupan zat
terlarut dapat menyebabkan eksresi atau pengeluaran urine secara
berlebih serta pengeluaran keringat yang banyak dalam waktu yang
lama.
Dehidrasi dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan pada
hipotalamus, kelenjar gondok, dan ginjal.Selain itu dehidrasi juga
dapat terjadi pada pasien yang mengalami diare dan muntah secara
terus menerus.
Secara umum, dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah isotonic yang hilang.
b) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang
c) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menyebabkan


penurunan volume ekstrasel (hipovolume) dan perubahan
hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:

a) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari
berat badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang
berlebihan dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan,
saluran kemih, paru, atau pembuluh darah.
b) Dehidrasi sedang
Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan sebesar 5-10%
dari berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum dalam
tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar 4-6 liter
atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum mencapai
159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat mengalami
hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).

2) Hipervolemia

Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai


dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang
ekstraseluler.Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi
atau deficit volume cairan (fluid volume acces atau FVE).Kelebihan
cairan didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu
peningkatan volume darah dan edema.

Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau
edema pitting, edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting
adalah edema yang muncul didaerah perifer. Penekanan daerah
edema, akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika
tekanan dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan
kejaringan melalui titik tekan.Edema pitting tidak menunjukkan
kelebihan cairan yang menyeluruh.Edema nonpitting tidak
menunjukkan kelebiahan cairan ekstrasel karena umumnya
disebabkan oleh infeksi dan trauma yang menyebakan pengumpulan
serta pembekuan cairan dipermukaan jaringan. Kelebihan cairan
vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik cairan dan akan menekan
cairan ke permukaan interstisial.

Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada


edema anasarka, tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam
sehingga menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler
paru. Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas
ronki basah.

Kelebihan cairan ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut.


a) Edema perifer atau edema pitting
b) Asites
c) Kelopak mata bengkak
d) Suara napas ronki basah
e) Penambahan berat badan yng tidak normal (Lyndon Saputra,
2013).

b. Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa


1) Hiponatremia (<134 mEq/L)

Adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam cairan ekstrasel


yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Pada kondisi ini,
kadar natrium serum < 136 mEq/L dan berat jenis urin <
1,010.

Penurunan kadar natrium menyebabkan cairan berpindah dari ruang


ekstrasel ke cairan intrasel sehingga menjadi bengkak.

Tanda dan gejala hiponatremia meliputi rasa haus berlebihan,


denyut nadi cepat, hipotensi postural, konvulsi, membrane mukosa
kering, cemas, postural dizziness, mual, muntah, dan
diare.Hiponatremia umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan
tubuh secara berlebihan, misalnya ketika terjadi diare atau muntah
terus menerus dalam jangka waktu lama.

2) Hipernatremia (>146 mEq/L)

Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam cairan


ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrsel.
Pada kondisi ini, kadar natrium serum >144 mEq/L dan berat jenis
urine > 11,30. Peningkatan kadar natrium menyebabkan cairan
intrasel bergerak keluar sel.

Tanda dan gejala hipernatremia meliputi kulit dan mukosa bibir


kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit membengkak, oliguria
atau anuria, konvulsi, suhu tubuh tinggi, dan lidah kering serta
kemerahan. Hipernatremia bisa disebabkan oleh asupan natrium
yang berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare, disfagia, poliuria
karna diabetes insipidus, dan kehilangan cairan berlebihan dari
paru-paru.

3) Hipokalemia (<3,4 mEq/L)


Hipokalemia adalah keadaan kekurangan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan kalium berpindah keluar sel. Pada
kondisi ini, kadar kalium serum < 3,5 mEq/L. pada pemeriksaan
EKG terdapat gelombang T datar depresi segmen ST. hipokalemia
ditandai dengan kelemahan, keletihan, dan penurunan kemampuan
otot. Selain itu kondisi ini juga ditandai denga distensi usus,
penurunan bising usus, denyut jantung (aritmia) tidak beraturan,
penurunan tekanan darah, tidak napsu makan, dan muntah-muntah.

4) Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang.
Tanda dan gejala hiperkalemia meliputi rasa cemas, iritabilitas,
hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas system pencernaan,
kelemahan, dan aritmia.Hiperkalemia ini berbahaya karena dapat
menghambat transmisi impuls jantung dan dapat menyebabkan
serangan jantung.
Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
dan asidosis metabolic. Ketika terjadi hiperkalemia, salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menormalkan kadar kalium
adalah dengan pemberian insulin karena insulin dapat membantu
mkalium masuk kedalam sel.

5) Hipokalsemia( <8,6 mg/ dL atau 4,5 mEq/L)


Hipokalsemia adalah kondisi kekurangan kalsium dalam cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum <4,5 mEq/L serta
terjadi pemanjangan interval Q-T pada pemeriksaan EKG.
Hipokalsemia ditandai dengan terjadinya kram otot dan kram perut
kejang (spasme) dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,
gangguan kardiovaskuler dan osteoporosis.

6) Hiperkalsemia( >10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L)


Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.

Hiperkalsemia ditandai dengan penurunan kemampuan otot, mual,


muntah, anoreksia, kelemahan dan letargi, nyeri pada tulang, dan
serangan jantung.Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar ogondok dan mengkonsumsi
vitamin D secara berlebihan.

7) Hipomagnesemia (<1,3 mEq/L)

Hipomagnesia adalah kondisi kekurangan kadar magnesium


dalam darah. Pada kondisi ini, kadar magnesium serum ≥ 1,4
mEq/L. Hipomagnesia ditandai dengan iritabilitas, tremor,
hipertensi, disorientasi, konvulsi, halusinasi, kejang, dan kram pada
kaki dan tangan, reflek tendon profunda yang hiperaktif, serta
takikardia. Kondisi ini umunya disebabkan oleh konsumsi alcohol
yang berlebihan, malnutrisi, gagal hati, absorbs usus yang buruk,
dan diabetes mellitus.

8) Hipermagnesemia (>2,5 mEq/L)


Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Pada kondisi ini, nilai kadar magnesium serum ≥ 3,4 mEq/L.
hipermagnesia ditandai dengan depresi pernapasan, aritmia jantung,
dan depresi reflex tendon profunda.

9) Hipokloremia (≥95 mEq/L)

Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida dalam serum.


Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95 mEq/L. Hipokloremia
ditandai dengan gejal yang menyerupai alkalosis metabolic yaitu,
kelemahan, apatis, gangguan mental, pusing, dank ram. Kondisi ini
dapat terjadi karena tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal secara
berlebihan, misalnya karena muntah, diare, dieresis, atau
pengisapan nasogastrik.

10) Hiperkloremia (> 105 mEq/L)

Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida dalam


serum.Pada kondisi ini, nilai ion klorida > 105 mEq/L.
hiperkloremia sering dikaitkan dengan hipernatremia, terutama pada
kasus dehidrasi dan masalah ginjal.

Hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga


menyebabkan ketidakseimbanagn asam basa. Jika berlangsung
lama, kondisi ini akan menyebabkan kelemahan, letrgi, dan
pernapasan kusmaul.

11) Hipofosfatemia(<2,5 mg/Dl)

Hipofosfatemia adalah kondisi penurunan kadar ion fosfat didalam


serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat < 2,8 mg/dl. Hiposfatemia
antara lain ditandai dengan anoreksia, parastesia, kelemahan otot,
dan pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena pengosumsian alcohol
secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, dan ketoasidosis
diabetes.

12) Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)

Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat


didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau >
3,0 mEq/L. Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan
peningkatan eksitabilitas system saraf pusat, spasme otot, konvulsi
dan tetani, peningkatan gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau
pada saat kadar parathormon menurun.

13) Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam


basa yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2.Oleh
karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan peningkatan
[H+].Hal ini menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada asidosis
respiratorik dapat disebabkan antara lain oleh penyakit obstruksi
paru (misalnya asma dan enfisema), perdarahan, trauma kepala, dan
tindakan menahan napas. Asidosis respiratorik memiliki tanda-tanda
klinis sebagai berikut.

a) Gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi


b) Terdapat tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran, dan disorientasi.
c) pH plasma <7,35
d) pCO2 tinggi (>45 mmHg)

14) Acidosis Metabolic (pH<7.35, HCO - ≤ 20 mEq/L, CO ≤23 mEq/L


BE <2 mEq/L)
Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH yang bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan
penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3-
secara berlebihan atau oleh penimbunan asam nonkarbonat.
Asidosis metabolic dapat disebabkan oleh penurunan bikarbonat
(misalnya karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya
karena gangguan fungsi ginjal).
Gejala asidosis metabolic antara lain:
• pH plasma <7,35 dengan nilai HCO3-< 22 mEq/L.
• PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
• Pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan dalam )
• Kelelahan (malaise)
• Disorientasi
15) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam
basa yang ditandai dengan kenaikan ph karena pengeluaran CO2
berlebih akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat disebabkan oleh
kondisi demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin.
Gejala klinis alkalosis respiratorik antara lain:
a) pH > 7,45
b) Penglihatan kabur
c) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
d) Kemampuan konsentrasi terganggu
e) Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)

16) Alkalosis metabolic (pH>7.45, HCO 3->28 mEq/L, BE >2 mEq/L)


Alkalosis metabolic adalah keadaan penurunan jumlah ion hydrogen
dalam plasma yang disebabkan oleh defisiensi relative asam-asam
non bikarbonat.Pada kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak
diimbangi dengan peningktan CO2.

Gejala klinis alkalosis metabolic antara lain:


• Nilai bikarbonat plasma > 26 mEq/L dan pH> 7,45
• Apatis
• Ganggun mental, misalnya letargi, bingung, dan gelisah
• Lemah
• Kram
• Pusing

Referensi :
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia.
Tangerang: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai