PENDAHULUAN
1
Belajar merupakan suatu kegiatan cukup urgen dalam upaya penyampaian tujuan
Pendidikan, tanpa belajar seseorang tidak mungkin bisa menjadi orang yang terdidik dengan kata
lain orang yang terdidik adalah oarang yang selalu gemar belajar. Berdasarkan realita yang ada
di depan mata, pendidikan saat ini cenderung bersipat progmatism, yang mana siswa di anggap
sebagai sebuah gelas yang kosong yang hanya bisa di isi tanpa perduli terhadap potensi yang di
milikinya. Untuk itu perlu kiranya mengembangkan proses pembelajaran termasuk upaya dalam
mengembangkan proses pembelajaran yaitu, 1). Membangun proses belajar sebagai proses yang
di arahkan kepada siswa bukan sekedar keinginan guru atau orang tua yang menuang di gelas
kosong. 2). Kemampuan belajar berdasarkan regulasi diri mempunyai hubungan dengan motifasi
dan prestasi belajar siswa. 3). Terkait dengan fungsi Pendidikan, kemampuan belajar berdasar
regulasi diri mampu mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat. Untuk membantu
terselenggara suatu proses pembelajaran yang baik di perlukan adanya suatu teori belajar. Salah
satunya teori belajar Humanistik, teori ini mempelajari perilaku belajar peserta didik dan
mengembangkan potensi yang ada di dalam diri setiap inividu. Penggunaan teori belajar yang
salah juga bisa mengakibatkan terjadinya hambatan dalam prosespembelajaran.
2
Akan sangat jelas perbedaan motivasi manusia dan motiasi yang di miliki binatang. Hierarki
kebutuhan motivasi aktualisasi diri, Maslow menggambarkan motivasi manusia yang
berkeinginan bersama, manusia lain, berkompetensi dikenali, sekaligus juga menggambarkan
motivasi dalam level yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.
Secara luas definisi teori belajar humanisttik ialah sebagai aktifitas jasmani dan rohani
guna memaksimalkan proses perkembangan. Sedangkan secara sempit pembelajaran di artikan
sebagai upaya menguasai khazanah ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pembentukan
keperibadian secara menyeluruh.
Dalam teori humanistik, manusia memegang kendali terhadap kehidupan dan perilaku
mereka,serta berhak untuk mengembangkan sikap dan keperibadian mereka, serta di dalam teori
humanistik belajar bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya manusia. Keberhasilan
belajar di tandai bila peserta didik mengenali dirinya dan lingkungan sekitarnya dengan baik.
Proses belajar harus bermuara pada diri manusia, teori belajar ini yang paling mendekati dunia
filsafat dari pada dunia pendidikan, meskipun teori ini sangat menekankan pada isi dari proses
belajar dalam kenyataan, teori ini lebih banyak bicara tentang pendidikan dan peroses belajar
dalam bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal, dari pada belajar seperti apa adanya yang sering terjadi dalam keseharian. Peserta
didik di hadapkan pada target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal mungkin.
Teori humanistik berupaya mengerti tingkah laku belajar menurut pandangan peserta didik
bukan dari pandangan pengamat.
Teori belajar humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu di pengaruhi dan
di bimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan ada pengalaman-pengalaman
mereka. Teori humanistik ini cocok untuk di terapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan hati nurani, perubahan sikap,dan analisis terhadap fenomena sosial,
psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
1. Kolb
3
Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut.
a. Tahapan Pengalaman Konkret
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut
mengalami suatu kejadian.
b. Pengalaman Aktif dan Reflektif
Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan observasi terhadap suatu kejadian
dan mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c. Konseptualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal
yang pernah di amatinya.
d. Eksperimentasi Aktif
Pada tahap akhir, siswa mampu mengaplikasi suatu aturan umum ke situasi yang baru.
2. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut.
a. Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru. Mereka cendrung berpikiran terbuka dan mudah di ajak berdialog.
b. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya, mereka cendrung sangat berhati-hati mengambil
langkah dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cendrung konservatif,yaitu
mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat, baik atau buruk suatu keputusan.
c. Tipe siswa teoretis biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnyasangat subjektif.
d. Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari
segala hal.
3. Habermas
Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belajar Teknis (Teehnical Learning)
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berintraksi dengan alam sekelilingnya,
mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan
dan pengetahuan yang di butuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (Practical Learning)
4
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar berintraksi.Akan tetapi, pada tahap ini lebih
dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.
c. Belajar Emansipatoris ( Emancipatoris Learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman, kesadaran yang sebaik mungkin
tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan bagi Habermas, pemahaman dan
kesadaran terhadap transpormasi kultural ini dianggap tahap belajar yang paling tinggi.
4. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Kratwohl menunjukkan apa yang di kuasai oleh siswa yang mencangkup Tiga
kawasan berikut ini.
a. Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat dan menghafal);
2) Pemahaman (menginterpretasikan);
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah);
4) Analisi (menjabarkan suatu konsep);
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya);
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Peniru (menirukan gerak);
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak);
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar);
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar);
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu);
2) Merespons (aktif berpartisipasi);
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);
4) Pengorganisasian (Menghubung-hubungkan nilai-nilai yang di percayai);
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pada hidup).
5
5. Arthur Combs (1912-1967)
Arthur Combs bersama dengan Donald snygg, mereka banyak mencurahkan perhatian
pada dunia pendidikan. meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering di
gunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak di sukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh, melainkan karena mereka enggan,dan merasa
tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu hanyalah ketidak
mampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Apabila ingin merubah perilaku seorang guru harus memahami perilaku siswa dengan
mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut, berusaha mengubah keyakinan atau
pandangan siswa yang ada.
6. Abraham Maslow
Teori maslow di dasarkan pada Asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal, 1)
suatu usaha yang positif untuk berkembang, 2) kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis.
7. Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
a) Kognitif (kebermaknaan)
b) Experiential (pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai, seperti
mempelajari mesin dengan tujuan memperbaiki mesin. Experiential Learning menunjuk pada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar Experiential Learning
mencangkup keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan
adanya efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah guru perlu memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekurangan yang wajar untuk belajar, siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
6
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya, pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna
bagi siswa.
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Aplikasi teori Humanistik lebih menunjuk ada ruh atau spirit selama proses
pembelajaranyang mewarnai metode-metode yang di terapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan sebagai pelaku
7
utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Adapun proses
umumnya di lalui oleh siswa yaitu sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan belajar
2. Mengusahakan partisipasi siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai prosespembelajaran secara mandiri.
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya, melakukan apa
yang di inginkan, dan menanggung resiko perilaku yang di tunjukan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko
perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi di berikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
8
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN TEORI HUMANISTIK
Kelebihan teori humanistik yaitu, teori ini cocok cocok untuk di terapkan dalam materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan keperibadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap penomenal sosial. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku serta sikap atas kemauan
sendiri. Siswa di harapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapaat orang lain
dan mengatur peribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang
lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Adapun kekurangan teori humanistik yaitu siswa yang tidak mau memahami potensi
dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya
populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut
membahas keperibadian. Psikolog humanistik yang terfokus pada manusia sehat dari pada
manusia yang bermasalah,juga telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat. Meskipun
demikian, kritik terhadap teori humanistik tetap mempunyai beberapa argumentasi sebagai
berikut.
1. Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada
sisi buruk dari sifat alamiah manusia.
2. Teori humanistik, seperti halnya teori psokodinamik, tidak bisa di uji dengan mudah.
3. Banyak konsep dalam psokologi humanistik, seperti orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya.
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasaan terhadap nilai individualistis.
5. Teori humanistik ini di kritik karena sukar di gunakan dalam konteks yang lebih praktis.
6. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, yaitu guru lebih mengarahkan siswa untuk
berfikir induktif mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
9
KESIMPULAN
Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia,
yang mana proses belajar di anggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungan dan dirinya
sendiri, siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi dengan sebaik-baiknya. Prestasi belajar merupakan buah atau hasil dari proses
belajar, oleh karena itu dengan meningkatnya prestasi dapat di Katakan bahwa proses belajar
berhasil yang kemudian di sertai dengan perubahan dalam diri siswa.
SARAN
Pembelajaran menurut teori humanistik ini sangat cocok untuk di terapkan pada materi
pembelajaranyang bersifat pembentukan keribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Dan juga guru sebagai Fasilitator lebih memberi perhatian terhadap
siswa yang tidak mau memahami dirinya yang akan ketinggalan dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Thobroni, M. 2016. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz media.
Burhanudin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Perni, Ni Nyoman. 2018. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran. ADI
WIDYA: jurnal Pendidikan Dasar. 3(!).
https:/ejournal.ihdn.ac.ad/index.php/AW/article/view/889
Racman, Ratna syif’a. 2008. Psikologi Humanistik dan Aflikasinya dalam pendidikan. el-
Tarbawi. /(1):99. https://journal.uii.ac.id/tarbawi/article/download/191/180
10
Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta Taufik, Moh. Alqhoswatu, 2020, KONSEP BELAJAR MENUTUT
TEORI HUMANISTIK (MEMANUSIAKAN MANUSIA) 4(2), 171-189.
http://jurnal.stit-almuslihuun.ac.id/index.php/jurnal/article/view/56
11