Anda di halaman 1dari 2

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan singkatan dari

"Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan
umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara.
Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan
Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan
untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan
kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat
yang akan terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih,
tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur
dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara
pemilu.
Namun, banyak orang beranggapan bahwa Pemilu 2009 lalu terdapat berbagai macam kekurangan
dan ketidaksempurnaan terkait asas Luber dan Jurdil tersebut. Banyak media massa yang
melaporkan terjadinya berbagai pelanggaran dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik
yang bersifat administratif maupun pidana. Pemilu yang dilakukan dengan cara konservatif tersebut
dirasa sudah tidak efektif dan efisien untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, BPPT menawarkan
sebuah metode baru terkait penyelenggaraan sebuah Pemilihan, yang nantinya akan dilakukan
secara elektronik, biasa disebut electronic voting atau e-voting.
Electronic voting adalah suatu metode pemungutan suara dan penghitungan suara dalam suatu
pemilihan dengan menggunakan perangkat elektronik. Tujuan dari electronic voting adalah
menyelenggarakan pemungutan suara dengan biaya hemat dan penghitungan suara yang cepat
dengan menggunakan sistem yang aman dan mudah untuk dilakukan audit. ‚ Dengan  e-
voting Perhitungan suara akan lebih cepat, bisa menghemat biaya pencetakan surat suara,
pemungutan suara lebih sederhana, dan peralatan dapat digunakan berulang kali untuk Pemilu dan
Pilkada,‚ ujar Kepala BPPT, Marzan A. Iskandar dalam Rapat Koordinasi KPU-BPPT, Cisarua
(4/5).
Memang e-voting bukanlah sebuah hal yang baru, India, Amerika Serikat, telah melakukan Pemilu
Parlemen dengan cara tersebut. Tidak hanya di luar negeri, di Bali, tepatnya di Kabupaten
Jembrana, telah dilakukan puluhan kali e-voting untuk Pemilihan Kepala Dusun.
‚Mahkamah Konstitusi juga menilai pasal 88 UU 32/2004 adalah konstitusional sepanjang
penggunaan metode e-voting itu tidak melanggar asas luber jurdil,‚ ujar Ketua Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Abdul Hafiz Anshary, saat membuka acara Rapat Koordinasi tersebut. Dia juga
menambahkan bahwa untuk menerapkan e-voting dibutuhkan perencanaan yang menyeluruh,
terkait dana, sumber daya manusia, perangkat lunaknya, dan kesiapan teknologi itu sendiri.
Terkait penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan Pemilu, BPPT juga
merekomendasikan kepada KPU agar dilakukan pelatihan bagi personil KPU untuk dapat
mengoperasikan sistem data center yang saat ini sudah siap dan beroperasi normal. Kiranya harus
disiapkan tenggat waktu bagi para personil KPU, untuk dapat mengoperasikan data center tersebut.
‚Ada tiga bidang yang perlu untuk dilakukan pelatihan yaitu bidang aplikasi, prosedur dan
infrastruktur,‚ tambah Marzan.

Marzan mengatakan bahwa bukanlah hal mudah untuk melaksanakan sebuah pemilihan secara
elektronik, oleh karena itu dibutuhkan sebuah standar electronic voting system untuk mendukung
perancangan, pembangunan dan pengujian sistem e-voting. Selain itu diperlukan juga adanya
lembaga penguji independen yang menguji sistem e-voting, untuk meyakinkan kepada publik bahwa
sistem ini bisa berjalan baik.

Senada dengan Kepala BPPT, Abdul Hafiz Anshary, juga mengharapkan bahwa kerjasama yang
berlangsung selama ini antara BPPT dengan KPU dalam hal penggunaan teknologi informasi
terkait e-voting, mengenai hal-hal yang bisa digunakan dalam pengembangan pelaksanaan Pemilu
yang lebih baik dapat terus dilanjutkan. ‚Jangan teknologi mengikuti undang-undang, tapi undang-
undanglah yang harus mengikuti kemajuan teknologi,‚ tutup Kepala BPPT.  (SP/humas)

Anda mungkin juga menyukai