Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Material dan Energi Indonesia

Vol. 05, No. 01 (2015) 17 – 23


© Departement Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran

KAJIAN PERGERAKAN FLUIDA BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS


RAPAT MASSA DAERAH PORONG SIDOARJO

EDDY SUPRIYANA ‡
Program Studi Geofisika – FMIPA Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor, Sumedang 45363

Abstrak. Daerah terdampak di sekitar radius tanggul lumpur Sidoarjo (LUSI), terutama di bagian Baratnya
terjadi amblasan dan bualan gas yang keluar ke permukaan, hal ini diantaranya disebabkan adanya
kekosongan rongga pada lapisan tanah di bawah permukaan yang diduga karena pergerakan massa lumpur di
sekitar area tersebut sehingga kontruksi lapisannya tidak kuat menyangga beban yang ada di permukaan.
Untuk dapat memprediksi arah gerakan lumpur dibawah permukaan, diperlukan studi geofisika yakni metoda
gravity yang bersifat monitoring (time lapse) yang dikorelasikan dengan kajian geologi daerah tersebut.
Pengamatan ini telah dilakukan di beberapa perioda tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Berdasarkan data
medan gravitasi (Δg) di beberapa perioda tersebut dengan spasi titik amat cukup rapat sehingga dengan
menggunakan pendekatan empiris (Green’s function) dapat diproses menjadi sebaran rapat massa (Δρ) di
kedalaman tertentu. Hasil proses berupa peta sebaran densitas (Δρ) di kedalaman 1500 meter, diharapkan
dapat menginformasikan beberapa zona yang terdampak dengan nilai densitas (Δρ) berkisar antara 1,1 gr/cc
– 2,1 gr/cc dimana konturnya mengikuti pola cekungan Jawa Timur yang menunjukan nilai densitas rendah
ke arah Utara ditempati oleh endapan laut dangkal dan cenderung nilai densitas tinggi menuju ke arah
Selatan – Tenggara yang merupakan endapan volkanik (gunungapi).

Kata kunci : Lumpur Sidoarjo (LUSI), Monitoring, Gravity, Rapat massa


Abstract. Affected areas around the radius of the embankment mud (LUSI), especially in its Western happen
subsidence and gas to the surface, it was partly due to a void cavity in the soil layer below the surface which
is allegedly due to the movement of masses of mud around the area so layer construction is not strong to
support the load on the surface. To be able to predict the direction of movement of mud below the surface,
the method required gravity geophysical studies that are monitoring (time lapse) that correlated with
geological study of the area. This observation has been made in some period of 2010 to 2011. Based on data
of the gravitational field (Δg) in some periods of the spaced points very short so by using an empirical
approach (Green's function) can be processed into the distribution of mass density (Δρ) in certain depth. The
process results in the form of a map of the distribution of density (Δρ) at a depth of 1500 meters, is expected
to inform some of the zones affected by the density (Δρ) ranging between 1.1 g / cc - 2.1 g / cc in which the
contours follow the pattern of the East Java basin showed a low density values to the north is occupied by a
shallow sea sediment and tend to score higher density toward the South - Southeast is a volcanic sediment
(volcano).
Keywords : Mud of Sidoarjo (LUSI), Monitoring, Gravity, Density

1. Pendahuluan
Luapan Lumpur Sidoarjo merupakan akibat dari aktivitas fluida (lumpur) bawah permukaan yang
keluar melalui rekahan atau lubang-lubang. Hal ini dapat dilakukan melalui analisa karakteristik
dari lumpur tersebut berdasarkan nilai rapat massanya. Kajian ini dilakukan melalui pengumpulan
data gayaberat di daerah sekitar Lumpur Sidoarjo yang meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Porong, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Jabon, termasuk didalamnya beberapa desa
terdampak yang cukup parah, seperti desa Siring Barat yang terletak di bagian Barat tanggul, desa
Glagaharum di bagian Timur Tanggul, desa Kedungbendo dan desa Kalidawir di bagian Utara
tanggul, dan dibagian Selatan tanggul adalah desa Kedungcangkring yang sampai bulan Juni 2011
masih belum diselesaikan masalah administrasinya oleh pihak BPLS. Tanggal 07 Februari 2011,


email : e.supriyana@phys.unpad.ac.id
17
18 Eddy Supriyana

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia melalui BadanGeologi (No.
200/04/BGL/2011 Tanggal 26 Januari 2011) mengundang berbagai pihak Instansi maupun
Institusi termasuk di dalamnya Perguruan Tinggi Unpad.

Terkait dengan kondisi struktur dan geometri di sekitar area tanggul Lumpur Sidoarjo termasuk di
3 kecamatan tersebut diprediksi sangat tidak stabil, dan berpotensi akan semburan gas atau bable-
bable, maka untuk mengeliminir hal-hal yang tidak diinginkan, digunakanlah metoda yang paling
tepat yakni dengan menggunakan metoda gayaberat, yang sebelumnya sejak tahun 2009 sudah
dilakukan penelitian dan monitoring menggunakan metoda gayaberat dengan spasi pengambilan
data regional dan selanjutnya lebih dikembangkan lagi dengan spasi pengambilan datanya
dirapatkan (spasi 50m) sehingga akan cukup efektif dalam memberikan informasi mengenai
kondisi bawah permukaan yang beresolusi vertikal lebih baik, terutama di area dekat dengan
tanggul lumpur. Permasalahannya adalah bagaimana melokalisir daerah–daerah terdampak LUSI
berdasarkan analisis sebaran dan pergerakan lumpur bawah permukaan di sekitar 3 kecamatan
tersebut.

Pengetahuan mengenai sebaran dan pergerakan massa lumpur di kedalaman 1500m ini penting
karena dengan pengetahuan tersebut diharapkan dapat memberi kontribusi berupa informasi
kepada pemerintah pusat maupun pemda setempat didalam penanganan dampak bencana akibat
luapan lumpur Porong di Kabupaten Sidoarjo.

Secara geologi daerah Porong, Sidoarjo merupakan bagian cekungan Jawa Timur yang tertutup
oleh batuan sedimen yang berumur Kuarter sampai Halosen, dengan kedalaman mencapai 6000
meter, oleh karena itu kajian geologi daerah tersebut harus di korelasikan dengan study geofisika.
Metoda gayaberat yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjangkau kedalaman sampai ±
3000 meter, dengan metoda ini dapat dilakukan analisis mengenai cekungan batuan alas, struktur
geologi dan perkiraan arah perubahan massa dimana ketiga hal tersebut di atas, satu sama lainnya
tidak dapat dipisahkan, ditambah dengan deformasi bawah permukaan yang mengkontrol
munculnya tembusan gas maupun bualan air dan gas.

Dengan melalui penelitian ini dapat dilakukan analisis dan memprediksi kondisi struktur lapisan
tanah dan pergerakan massa lumpur di bawah permukaan berdasarkan data gayaberat secara
berkala (detail). Sehingga kemudian dapat memberikan gambaran mengenai perubahan massa
yang berkaitan dengan luapan Lumpur Porong dan dikorelasikan dengan zona-zona struktur
geologi yang kemungkinan teraktifkan adanya beban lumpur porong. Selain perubahan massa
yang dapat terindikasi secara kualitatif juga dapat memperkirakan zona aliran lumpur bawah
permukaan berdasarkan indikasi zona lemah atau penurunan rapat massa.

2. Metode
Dalam penelitian ini digunakan metode 4-D mikrogravity dimana titik-titik ukurnya berbentuk grid
yang diukur dalam beberapa lapse, minimal dua lapse. Berdasarkan data pengukuran tiap lapse
tersebut akan diperoleh sebaran Δg (perubahan/perbedaan nilai gayaberat) terhadap posisi dan
waktu yang merepresentasikan sebaran Δρ berdasarkan fungsi Green, seperti pada persamaan (1).
Sebagai dasar kajian untuk mengetahui adanya anomali gayaberat di bawah permukaan,
diambil komponen vertikal gayaberat yakni dari persamaan yang dapat dituliskan sebagai
berikut:
Kajian Pergerakan Fluida Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa Rapat Massa Daerah Porong Sidoarjo 19

  
 ( ,  ,  )( z   ) (1)
gz ( x, y, z )  G    [( x   ) ddd
0 
2
 ( y   ) 2  ( z   ) 2 ]3 / 2

Berdasarkan pengukuran secara berulang persamaan (1) menjadi :


  
 ( ,  ,  , t )( z   )
g ( x, y, z, t )  G    x      y     z     d .d .d .......(2)
2 2 2 3/ 2
0   
(2)

Dimana :
g = perubahan gayaberat yang diamati
(α,β,γ) = kontras rapat massa di bawah permukaan
G = konstanta gayaberat umum
x,y,z = titik koordinat yang diukur
Δt = Time-lapse

Berdasarkan nilai perubahan gayaberat (g) yang diperoleh maka perubahan (pergerakan) rapat
massa  yang mengindikasikan adanya dinamika lumpur. Karena nilai Δg memiliki orde µGal
maka digunakan microgravity. Pengukuran dilakukan dengan sistem loop tertutup pada titik-titik
bench marks (BM) pada waktu beberapa periode. Dari data tersebut maka akan diperoleh:

gobs(t1)xyz - gobs(t2)xyz = Δg (x,y,z,Δt) (3)

Monitoring diartikan untuk memprediksi gerakan lumpur berdasarkan sifat fisik kondisi struktur
batuan sebagai landasannya yaitu rapat massa. Gerakan tersebut dapat diamati melalui perubahan
nilai gravitasi yang terukur pada waktu yang berbeda (time-lapse). Dalam penyelidikan ini
membutuhkan waktu sekitar 25 hari untuk setiap lapse pengukuran. interval pengukuran antar
lapse sekitar 3 bulan. Pengukuran gravitasi menggunakan gravimeter yang mempunyai spesifikasi
peralatan sangat mudah operasional pengukurannya, hasil pengukuran akan langsung diperoleh
nilai gravitasi absolutnya (satuan mgal), dan tidak sampai ke perhitungan BA (Anomali Bouguer).
Sedangkan pengukuran ketinggiannya digunakan GPS Leica yang mempunyai ketelitian sangat
akurat.

Untuk satu kali pengukuran gravitasi presisi (microgravity) dan ketinggian dilakukan selama ±3-4
minggu pada titik BM yang mempunyai koordinat tetap (jika didukung dengan cuaca cerah dan
posisi BM yang sudah jelas). Pengukuran tersebut dilakukan 3 kali pembacaan secara berulang
pada lopping tertutup untuk masing-masing BM. Cara tersebut bertujuan untuk meminimalisir atau
mengkoreksi apabila terjadi perubahan pembacaan yang cukup mencolok diantara inteval jarak
BM tersebut. Selanjutnya data tersebut disusun dalam tabulasi sesuai waktu pengukuran, diplot
dan dibuatkan peta kontur nilai gravitasi absolut sementara, yang bertujuan untuk melakukan
cheking data yang telah dihimpun. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh 2 atau 3 sebaran nilai
delta medan gravitasi (g) untuk dilakukan ke jenjang pengolahan gravitasi yang lebih detail
sesuai dengan target penelitian.

Metodologi penelitian ini dikembangkan berdasarkan pada pengamatan visual lapangan seperti
munculnya tembusan-tembusan gas dan tekanan air tanah, laporan laporan maupun peta geofisika
atau geologi daerah Porong yang telah dipublikasikan. Pengukuran gayaberat dan elevasi mengacu
20 Eddy Supriyana

pada pengukuran sebelumnya pada titik pengukuran yang sama dengan spasi 250 sampai 500
meter dan pada periode berikutnya lebih detail menjadi spasi 50 meter. Pengukuran gayaberat
dilakukan secara looping tertutup, artinya pengukuran gayaberat di mulai dari titik pangkal
lapangan dan kembali ke titik pangkal lapangan, Titik pengukuran ditempatkan pada lokasi yang
stabil, mudah terjangkau dan mudah dikenal, yaitu halaman kantor kelurahan, sekitar mesjid,
pertigaan jalan maupun sekitar jembatan. Penempatan titik pengamatan demikian akan digunakan
untuk pengukuran secara priodik dan berfungsi sebagai monitoring gayaberat. Penambahan jumlah
titik pengamatan kearah Kecamatan Sidoarjo, Sidokare dan Candi dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran struktur lebih luas kearah utara dan kemungkinan hubungannya dengan
kondisi struktur bagian selatan.

Gambar 1. Overlap Anomali Bouguer Regional dengan Foto Udara Porong Sidoarjo.

Gambar 2. Peta Titik Amat (●) Monitoring Gravity (±>230 ttk BM) di Sekitar Area LUSI
(Perioda 2).
Kajian Pergerakan Fluida Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa Rapat Massa Daerah Porong Sidoarjo 21

Gambar 3. Peta Titik Amat (●) Monitoring Gravity (±230 ttk BM) di Sekitar Area LUSI
(Perioda 1)

Di sekitar lokasi yang tampak di peta pada gambar 2 dan 3 di atas kami melakukan survey dan
membuat titik amat elevasi sebanyak ± 230 titik amat pengukuran dengan menggunakan metoda
gayaberat (Alliod) dan GPS Leica yang tersebar dengan radius 12 km dari pusat semburan lumpur
termasuk di area padat perumahan penduduk.

3. Hasil dan Pembahasan

Pelaksanaan proses untuk sebaran nilai densitas diarahkan di kedalaman sekitar 1500 meter,
diharapkan dapat melengkapi dan memberikan informasi terhadap penelitian sebelumnya bahwa di
sekitar kedalaman antara 1000 meter – 2000 meter di area Lumpur Sidoarjo (LUSI) diduga sebagai
sumber luapan lumpur yang bergerak ke arah sumur Banjar Panji 1 dan pusat semburan lumpur
yang sampai dengan saat ini masih aktif.

Peta kontur sebaran densitas (ρ) di kedalaman 1500 meter hasil proses ditampilkan dalam gambar
4, yang dicombine bersama sebaran titik amat gravity, peta wilayah beberapa kecamatan, dan desa
terdampak luapan lumpur Sidoarjo (LUSI).

Berdasarkan sebaran nilai densitas yang diperoleh berkisar dari 1,1 gr/cc – 2,1 gr/cc dengan kontur
mengikuti pola cekungan Jawa Timur yang menunjukan nilai densitas rendah ke arah Utara yang
ditempati oleh endapan laut dangkal dan cenderung nilai densitas tinggi menuju ke arah Selatan –
Tenggara yang merupakan endapan volkanik (gunungapi).

Nilai densitas 1,8 gr/cc berada di posisi dekat pusat semburan lumpur di dalam tanggul, diduga
sebagai material lumpur yang terakumulasi dari berbagai endapan yang mendapat tekanan dari
arah Baratlaut (Siring Barat). Bila dikorelasikan dengan hasil pengamatan di permukaan di sekitar
area Siring Barat, Gedang dan Tanggulangin terhadap sebaran nilai densitas yang tampak dipeta
sebarannya bahwa di ketiga area tersebut ditemukan adanya bualan air atau gas dan amblasan,
sehingga dapat diduga dengan besarnya nilai rapat massa : 1,10 gr/cc – 1,75 gr/cc adalah
merupakan nilai densitas air atau lumpur yang mengalami pergerakan massa dan tekanan melalui
kanal sesar menuju ke arah luapan LUSI sehingga area tersebut mengalami pengosongan pore
space bawah permukaan yang merupakan penyebab terjadinya amblasan.
22 Eddy Supriyana

Density Value depth 1500m @ Surface


13 - 23 Juni 2011
-7.5

10
11 9
8

Kec. CANDI 7 6 5
12 4
-7.505 15 14
13 3
2
1

66 65 64
63 62 61 60 59
58
gr/cc
21 20 19
27 26 25 24

-7.51
57
56
55
33
32
31
30
29
28 23 22 18 17 16

205 206 Ds.GEMPOLSARI


207 208
209
54 53
52
51 Kec.Tanggulangin 210
211
212 213 214 215 216217
218
50
49
48
88
8990
91 92
219 220
221 222223 224
225 226
227
2.4
Kab. SIDOARJO
87 228
47
229
46
45
44 43
42
41
85
84
86 230
231
232233
234 235
236 237 238 2.3
40
39
83

-7.515 80
81
82
38
37 36
35 34 2.2
79
107
106
105104
2.1
78
103
102 239 204 203 202
101 77 76 75
74 73 201 200
199
108 10099 93
72 71
70
69 68
67 240 198 197
989796 241
196
195
194 193
109 9594 242
192 191

2
190 189 188
110 243
187

244
111
112
-7.52 113
245
1.9
114 246
247
115 248
116
117 Siring Glagaharum
249

250
1.8
118 251
119 252
120
121
253
254
1.7
122 136 137 138
271
270
269 255
-7.525 123124 139140 141 142 143144 268
267
125 145

1.6
135
126127 128 129 130
131 266
300 265264
263
256
132 262 261
133 299 257
179 178 260
134 186185 298 272 259
258
184 183 182 181 180
297
273

294
296
295
274
275
1.5
Gedang 290
293
276

1.4
277
292
289 278
291
288 279

-7.53 399
280

1.3
287
281

Kec. PORONG 398


285 284
286
283 282

397
1.2
177 176
175
174 173
172 171
170
169
Besuki 1.1
301

-7.535 168
167 166 165
164
302
303
163
304
305 1
Mindi 396 306
307

Ds. Kedungsolo 308


309 0.9
310
311
Keboguyang
-7.54 162
395
312
313
0.8
161 160 157 156 383 394
159 158
155 314
154 153 384 393
152 151
150
149
148
147
146 380
381
382

386
385
392
315
316
0.7
400 317
379 387
391 318
401
388
390 402 319
377
376 389 403 320
362 361
364 363 360 359
367366365 358 357356355 354 353352 351350 349348
347346 345 344343342 341 340339
369 368 328 327 326 325324323 322
338337336 335334 333332331 330 329321
371370
374 373 378
-7.545 372

375
Kedungcangkring Kec. JABON
112.695 112.7 112.705 112.71 112.715 112.72 112.725 112.73

-7.55

-7.555

112.695 112.7 112.705 112.71 112.715 112.72 112.725 112.73 112.735 112.74

Gambar 4. Peta sebaran densitas di kedalaman 1500 m, combine dengan sebaran titik amat
gravity, peta wilayah beberapa kecamatan, dan desa terdampak luapan lumpur Sidoarjo (LUSI).

Berdasarkan hasil interpretasi Gambar 4 dapat diperoleh beberapa area yang diduga sebagai
berikut:

A. Bagian Barat tanggul LUSI, zona tidak stabil dan rawan amblas yakni :
1. Siring Barat dengan sebaran nilai rapat massa : 1,1 gr/cc – 1,7 gr/cc
2. Kec. Tanggulangin dengan sebaran nilai rapat massa : 1,25 gr/cc – 1,60 gr/cc.
3. Desa Gedang dengan sebaran nilai rapat massa : 1,30 gr/cc – 1,70 gr/cc.
4. Mindi bagian Utara denga sebaran nilai rapat massa : 1,30 gr/cc – 1,50 gr/cc

Diprediksi zona ini mempunyai potensi adanya bualan air dan gas atau lumpur yang pergerakan
massanya menerobos melalui kanal / sesar menuju ke pusat semburan.

B. Bagian Utara tanggul LUSI, di sekitar Desa Gempolsari, yang mempunyai potensi endapan
lumpur dan amblasan dengan indikasi penurunan sebaran nilai rapat massa 1,50 gr/cc – 1,75
gr/cc, zona ini relatif tidak menampakan memberikan kontribusi pergerakan lumpur ke arah
luapan lumpur di dalam tanggul, diduga ada buffer berupa sesar juga linement serarah
Baratlaut – Tenggara.
Kajian Pergerakan Fluida Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa Rapat Massa Daerah Porong Sidoarjo 23

C. Bagian Timur – Tenggara tanggul LUSI, di sekitar Desa Glagaharum, Desa Besuki dan Desa
Keboguyang, yang mempunyai potensi endapan lumpur dengan sebaran nilai rapat massa :
1,60 gr/cc – 2,1 gr/cc, zona relatif stabil, dan diduga ada buffer sehingga potensi lumpur tidak
bergerak ke arah tanggul lumpur, hal tersebut didukung dengan adanya pola penekukan
maupun pergeseran atau offset yang dipengaruhi oleh struktur geologi dan mungkin juga
teraktivasi yang disebabkan adanya beban lumpur karena terletak di lereng Jawa Timur.

D. Bagian Selatan tanggul LUSI, di sekitar Desa Kedungcangkring, Kecamatan Jabon dan kali
Porong, merupakan zona yang mempunyai potensi lumpur terakumulasi dengan luapan LUSI,
hanya dibeberapa area (Mindi Selatan dan Babatan) diduga masih mempunyai Buffer yang
relatif dapat menstabilkan struktur dengan nilai rapat massa tinggi yakni : 1,90 gr/cc – 2,10
gr/cc. yang diduga merupakan endapan volkanik dari gunung Penanggungan

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sebaran nilai rapat massa menunjukkan bahwa ada zona lemah di bagian
Barat /Utara dan zona kuat di bagian Selatan. Dimana zona lemah tersebut mencapai kedalaman
sampai 1500 meter. Zona lemah tersebut menerus sampai ke daerah Siringbarat dan Tanggulangin.
Sementara keberadaan zona kuat berada di bagian Selatan yang ditunjukkan oleh kekuatan lintasan
Jalan Tol Porong yang tidak mengalami retakan maupun kerusakan jalan. Sehingga berdasarkan
analisis rapat massa (ρ) tersebut dapat memberikan gambaran bahwa lokasi ke arah Selatan kolam
Lumpur Sidoarjo diduga relatif stabil.

Ucapan terima kasih


Dengan selesainya penelitian ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada teman-teman di Pusat Survey Geologi (PSG), Badan Geologi Bandung dan
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Jakarta yang telah bekerjasama dalam
penelitian ini.

Daftar Pustaka
1. Antonio, G. Camacho, et al., 1999, Gravity Inversion by Means of Growing Bodies, Jurnals
Geophysics, Vol. 65 No. 1, p. 95 – 101.
2. Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity & Magnetic Application, Cambridge
University Press.
3. Hare, J.L., Fergusson, J.F., Aiken, C.L.V., Brady, J.L., 1999, The 4-D Microgravity Method
for Waterflood Surveillance : A Model Study for The Prudhoe Bay Reservoir, Alaska,
Geophysics, Vol. 64 No. 1.
4. Kadir, W.G.A., 1999, Survey Medan gravitasi 4 Dimensi dan Dinamika Sumber Bawah
Permukaan; Suatu Pendekatan Teoritis, Proceeding HAGI XXIV, Surabaya.
5. Supriyana, E., 2004, Estimasi Distribusi Rapat Massa dan Saturasi Air Berdasarkan Anomali
Mikrograviti 4D dan Applikasinya Untuk Daerah Geothermal Kamojang-Garut, Thesis
Magister Program Pascasarjana UI..
6. Schön, J.H., 1996, Seismic Exploration, Physical Properties of Rocks; Fundamentals Theory
and Principles of Petrophysics, Pergamon, Vol. 18.

Anda mungkin juga menyukai