Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah : Penulisan ilmiah

Dosen Pengampu : Muh.Ikhsan Akbar SKM.M,Kes

“DAMPAK KEBIJAKAN PSBB TERHADAP PENURUNAN


ANGKA KEJADIAN COVID 19”

Oleh :

Nei intan

K201702032

Pemintan Kesehatan Lingkungan

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih


dan Maha Penyayang. Saya panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “​DAMPAK
KEBIJAKAN PSBB TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEJADIAN

COVID 19​”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapat bantuan dari berbagai informasi agar bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada Bapak dosen yang telah
berkontribusi memberikan tugas dalam pembuatan makalah
ini.Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Konawe Utara, 20JUNI 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.........................................................i

DAFTAR ISI......................................................................ii

BAB I.................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................3

A. Latar Belakang..........................................................3

B. Rumusan Masalah....................................................3

C. Tujuan......................................................................4

BAB II...............................................................................5

PEMBAHASAN...............................................................5

A. Definisi covid 19 dan Etiologi covid 19..................5

B. Dampak kebijakan PSBB..........................................6


C. Penularan covid 19 ................................................6

D. Gejala dan diagnosa Pencegahan covid 19..............8

BABIII.............................................................................11

PENUTUP.......................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak teridentifikasinya Virus Corona jenis baru (Novel Corona
Virus/2019-nCoV/ COVID-19) di China pada awal Januari 2020 lalu, virus
tersebut telah menyebar dan menyebabkan ratusan ribu korban di berbagai
belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Virus yang dapat menyebabkan
sindrom gangguan pernafasan akut yang berujung pada kegagalan fungsi
paru-paru dan kematian ini setidaknya per-26 April 2020 telah menginfeksi
sekitar 2.991.073 orang dan menyebabkan kematian sekitar 206.822 orang.
Namun begitu, ada sekitar 877.126 orang yang dinyatakan telah sembuh dari virus
tersebut. ​(“Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi
Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa,” n.d.)

Di Indonesia sendiri, hasil update informasi pada 26 April 2020


menunjukan total jumlah kasus positif COVID-19 telah mencapai 8.882 kasus,
dengan korban meninggal sebanyak 743 orang, dan juga korban yang sembuh
sebanyak 1.107 orang. Data-data yang disebutkan di atas tentunya merupakan data
yang tercatat di pemerintah, dan bisa saja secara kenyataan di lapangan jumlahnya
melampaui angka tersebut karena banyaknya kasus-kasus yang tidak atau belum
dilaporkan kepada pemerintah.

Kemudian di indonesia menerapkan kebijakan PSBB adalah singkatan


dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar
bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB tercatat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020.

​Maka dari itu, penulis membuat karya tulis yang berjudul


“Dampak kebijakan PSBB terhadap penurunan angka kejadian covid19”,
bagaimana cara penularan, dan apa yang harus kita lakukan untuk
pencegahan covid 19.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh tujuan


penulisan sebagai berikut :

a. Mengetahui epidemiologi covid 19


b. Mengetahui etiologi covid 19
c. Mengetahui penularan dan dampak kebijakan PSBB terhadap angka
kejadian covid 19
d. Mengetahui gejala dan diagnose covid 19
e. Mengetahui pencegahan covid 19
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
​COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak
diketahui sebelum wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada Desember 2019.
COVID-19 sekarang menjadi pandemi yang menyerang banyak negara
secara global.
Covid 19 merupakan salah satu jenis penyakit yang bisa menular
yang mana pertamanya penyakit ini berasal dari binatang akan tetapi dia
menjangkit ada manusia bahkan bisa menyebar dari satu manusia ke
manusia yang lain dan penyakit covid 19 ini menyerang pada sistem
pernafasan. Virus corona sendiri memiliki diameter yaitu 125 nanometer
atau 0,125 mikrometer yang mana ukuran ini di temukan oleh seorang
yang bernama Anthony R. fehr dan Stanley Perlman.
​Gambar1:​ ​Tampilan render VR organ paru-paru pasien COVID-19. Foto: Dok. George
Washington University Hospital/Surgical Theater

Corona virus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan


penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus
diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona
yang paling baru ditemukan menyebabkan penyakit coronavirus
COVID-19. Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus.
Virus corona adalah kelompok virus terbesar dalam ordo
Nidovirales.Semua virus dalam ordo Nidovirales adalah non-segmented
positive-sense RNA viruses. Virus corona termasuk dalam familia
Coronaviridae, sub familia Coronavirinae, genus Betacoronavirus,
subgenus Sarbecovirus. Pengelompokan virus pada awalnya dipilah ke
dalam kelompok-kelompok berdasarkan serologi tetapi sekarang berdasar
pengelompokan filogenetik. Lebih jauh dijelaskan bahwa subgenus
Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-nCoV.
Bat-SL-CoV awalnya ditemukan di Zhejiang, Yunan, Guizhou, Guangxi,
Shaanxi dan Hubei, China.
Pengelompokan yang lain memperlihatkan bahwa virus corona grup
beta meliputi Bat coronavirus (BcoV), Porcine hemagglutinating
encephalomyelitis virus (HEV), Murine hepatitis virus (MHV), Human
coronavirus 4408 (HCoV-4408), Human coronavirus OC43
(HCoV-OC43), Human coronavirus HKU1 (HCoV-HKU1), Severe acute
respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV) dan Middle Eastern
respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).
Virus corona berbentuk bulat dengan diameter sekitar 125 nm
seperti yang digambarkan dalam penelitian menggunakan cryo-electron
microscopy. Partikel virus corona mengandung empat protein struktural
utama, yaitu protein S (spike protein) yang berbentuk seperti paku, protein
M (membran protein), protein E (envelope protein), dan protein N
(nucleocapside protein). Protein S (~150 kDa),(7) protein M (~25–30
kDa),(8) protein E (~8–12 kDa),(9) sedangkan protein N terdapat di dalam
nukleokapsid.Analisis filogenetik mengungkapkan bahwa virus corona
termasuk dalam subgenus Sarbecovirus dari genus Betacoronavirus,
dengan panjang cabang yang relatif panjang untuk kerabat terdekat
bat-SL-CoVZC45 dan bat-SL-CoVZXC21, dan secara genetik berbeda
dari SARS-CoV.
Khususnya, pemodelan homologi mengungkapkan bahwa virus
corona memiliki struktur receptor-binding domain yang sama dengan
SARS-CoV, meskipun terdapat variasi asam amino pada beberapa residu
utama. Meskipun virus corona lebih dekat ke bat-SL-CoVZC45 dan
bat-SL-CoVZXC21 di tingkat genom keseluruhan, tetapi melalui analisis
filogenetik dari receptor-binding domain ditemukan bahwa virus corona
lebih dekat dengan garis keturunan SARS-CoV. Dewasa ini WHO
memberi nama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab penyakit COVID-19.

China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus


Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit
baru ini pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan
tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi
pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China.

Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis The
Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang merawat
beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang
diketahui pada 1 Desember 2019.Informasi awal mula munculnya Covid-19
masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember, dokter di Rumah Sakit
Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan demam persisten untuk
pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan virus menyerupai sindrom
penapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS).

Pada 30 Desember 2019, Ai Fen, dokter yang juga kepala departemen ruang
gawat darurat rumah sakit tersebut, mengunggah gambar laporan laboratorium di
media sosial Tiongkok. Gambar itu diposting ulang dan diedarkan oleh dokter
lain, Li Wenliang.
Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang beroperasi
di Pasar Ikan Huanan.Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19
sudah muncul sebelumnya. Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi
Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China
adalah pada 8 Desember. Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada
inisiatif negara-negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan
kesehatan global tersebut.
Menurut data Pemerintah China yang dilihat South China Morning Post,
seorang penduduk Provinsi Hubei berusia 55 tahun kemungkinan menjadi orang
pertama yang terjangkit Covid-19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal itu dan
seterusnya, satu hingga lima kasus baru dilaporkan setiap hari.Angka penduduk
di China yang terjangkit Covid-19 menunjukkan tren eksponensial. Pada 15
Desember 2019, jumlah total infeksi mencapai 27.
Peningkatan kasus Covid-19 harian mencapai dua digit untuk pertama
kalinya dilaporkan juga terjadi di China pada 17 Desember 2020. Tiga hari
berikutnya, jumlah total kasus penduduk China terkonfirmasi Covid-19 telah
mencapai 60 orang.
B. Cara penularan dan dampak kebijakan PSBB terhadap angka
kejadian covid 19
Orang dapat terkena COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus.
Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari
hidung atau mulut yang dikeluarkan ketika orang dengan COVID-19
batuk, bersin atau berbicara. Orang-orang dapat terkena COVID-19 jika
mereka menghirup tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter
dari orang lain. Tetesan ini dapat mendarat di benda dan permukaan di
sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang
dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan ini, kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau
membersihkannya dengan alkohol.
COVID-19 diketahui paling mudah menyebar melalui kontak erat
dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Batuk atau bersin orang yang
terinfeksi mengeluarkan percikan dan, jika terlalu dekat, virus inidapat
masuk melalui napas .
ADDIN ZOTERO_ITEM CSL_CITATION
{"citationID":"vQvbTjsY","properties":{"formattedCitation":"(\\uc0\\u822
0{}PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar,
peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam
rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan
di berbagai daerah. Aturan PSBB tercatat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Sekretaris Jenderal Kementerian
Kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulisnya mengatakan PSBB
melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19. \\uc0\\u8216{}Pembatasan
tersebut meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum,
pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan
pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan
keamanan,\\uc0\\u8217{} kata dia. Kriteria wilayah yang menerapkan
PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat
penyakit COVID-19 secara signifikan dan cepat serta memiliki kaitan
epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.
Bagaimana Pelaksanaan PSBB? PSBB dilaksanakan selama masa inkubasi
terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.
Permenkes itu menjelaskan, sekolah dan tempat kerja diliburkan kecuali
kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait: 1.
pertahanan dan keamanan 2. ketertiban umum 3. kebutuhan pangan 4.
bahan bakar minyak dan gas 5. pelayanan kesehatan 6. perekonomian 7.
keuangan 8. komunikasi 9. industri 10. ekspor dan impor 11. distribusi
logistik, dan kebutuhan dasar lainnya. Pada pembatasan kegiatan
keagamaan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang
dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak
setiap orang. Di luar itu, kegiatan keagamaan dilakukan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dan fatwa atau
pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh pemerintah Untuk
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum dilaksanakan dalam
bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak orang. Kegiatan
tersebut terkecuali bagi: 1. supermarket, minimarket, pasar, toko atau
tempat penjualan obat-obatan dan peralatan medis kebutuhan pangan,
barang kebutuhan pokok, barang penting, bahan bakar minyak gas dan
energi. 2. fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka
pemenuhan pelayanan kesehatan. 3. tempat atau fasilitas umum untuk
pemenuhan kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk kegiatan
olahraga. Kemudian pada pembatasan kegiatan sosial dan budaya
dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan
sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi
yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan. Pembatasan
moda transportasi dikecualikan untuk: 1. moda transpotasi penumpang
baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan
menjaga jarak antar penumpang 2. moda transpotasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam
rangka menegakkan kedaulatan negara, dan mempertahankan keutuhan
wilayah, dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta
berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-undangan.
\\uc0\\u8216{}Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PSBB harus
berkoordinasi dengan instansi terkait termasuk aparat penegak hukum,
pihak keamanan, penanggung jawab fasilitas kesehatan, dan instansi
logistik setempat,\\uc0\\u8217{} kata Oscar. Beda PSBB, Karantina, dan
Lockdown Menurut Kemenkes PSBB sejatinya berbeda dengan karantina
wilayah (lockdown), di mana masyarakat tidak diperkenankan untuk
beraktivitas di luar rumah. \\uc0\\u8216{}Dalam tindakan karantina,
penduduk atau masyarakat di rumah, wilayah tertentu kawasan RT, RW,
atau kawasan kelurahan, atau satu kabupaten, kota,\\uc0\\u8217{} ujar
Oscar. \\uc0\\u8216{}Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah
sakit, tentu tidak boleh keluar. Ini yang membedakannya dengan
PSBB,\\uc0\\u8217{} kata Oscar melanjutkan. Lebih lanjut, ia berharap
pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai penularan dari hulunya.
\\uc0\\u8216{}Pelaksanaan ini tak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, namun juga masyarakat, agar bisa terlaksana dengan
baik,\\uc0\\u8217{} katanya, seperti dikutip Antara News. Baca juga:
PSBB Surabaya, Sidoarjo dan Gresik Segera Diusulkan Pemprov Jatim
Meski berbeda dengan karantina, tetapi Oscar mengatakan PSBB bersifat
lebih ketat daripada imbauan jaga jarak social (social distancing).
\\uc0\\u8216{}PSBB kita harapkan lebih ketat daripada social distancing.
Sifatnya bukan imbauan, tapi penguatan pengaturan kegiatan penduduk
dan penegakan hukum, tentunya dengan instansi berwenang sesuai UU
yang berlaku,\\uc0\\u8217{} kata dia. Oscar berharap pelaksanaan PSBB
dapat memutus rantai penularan dari hulunya, dan dilaksanakan selama
masa inkubasi terpanjang. Namun, tak menutup kemungkinan untuk
diperpanjang dengan indikasi penyebaran yang tinggi. \\uc0\\u8216{}Dan
tentunya pelaksanaan ini tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
namun juga masyarakat agar bisa terlaksana dengan baik,\\uc0\\u8217{}
pungkasnya. Baca juga: Daftar Wilayah yang Terapkan PSBB, dari Jakarta
hingga Pekanbaru Tinjau Cek Poin PSBB Jakarta, Kapolda: Aktivitas
Warga Belum Turun Baca juga artikel terkait PSBB atau tulisan menarik
lainnya Dipna Videlia Putsanra (tirto.id - Sosial Budaya) Penulis: Dipna
Videlia Putsanra Editor: Agung DH Subscribe Now Arti PSBB atau
Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dibuat untuk mencegah
penyebaran virus corona # Populer COVID-19 sebagai Dalih Sikap
Otoriter Sejumlah Pemimpin Eropa1 Indonesia Anggota DK PBB, tapi
Sulit Bereskan Kasus Pelanggaran HAM2 Baca selengkapnya di artikel
\\uc0\\u8216{}Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran Corona di
Indonesia\\uc0\\u8217{}, https://tirto.id/eMXT,\\uc0\\u8221{}
n.d.)","plainCitation":"(“PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial
Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa
segera dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB tercatat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulisnya
mengatakan PSBB melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk
tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19.
‘Pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda
transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek
pertahanan dan keamanan,’ kata dia. Kriteria wilayah yang menerapkan
PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat
penyakit COVID-19 secara signifikan dan cepat serta memiliki kaitan
epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau negara lain.
Bagaimana Pelaksanaan PSBB? PSBB dilaksanakan selama masa inkubasi
terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.
Permenkes itu menjelaskan, sekolah dan tempat kerja diliburkan kecuali
kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait: 1.
pertahanan dan keamanan 2. ketertiban umum 3. kebutuhan pangan 4.
bahan bakar minyak dan gas 5. pelayanan kesehatan 6. perekonomian 7.
keuangan 8. komunikasi 9. industri 10. ekspor dan impor 11. distribusi
logistik, dan kebutuhan dasar lainnya. Pada pembatasan kegiatan
keagamaan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang
dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas, dengan menjaga jarak
setiap orang. Di luar itu, kegiatan keagamaan dilakukan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dan fatwa atau
pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh pemerintah Untuk
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum dilaksanakan dalam
bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak orang. Kegiatan
tersebut terkecuali bagi: 1. supermarket, minimarket, pasar, toko atau
tempat penjualan obat-obatan dan peralatan medis kebutuhan pangan,
barang kebutuhan pokok, barang penting, bahan bakar minyak gas dan
energi. 2. fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka
pemenuhan pelayanan kesehatan. 3. tempat atau fasilitas umum untuk
pemenuhan kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk kegiatan
olahraga. Kemudian pada pembatasan kegiatan sosial dan budaya
dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan
sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi
yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan. Pembatasan
moda transportasi dikecualikan untuk: 1. moda transpotasi penumpang
baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan
menjaga jarak antar penumpang 2. moda transpotasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam
rangka menegakkan kedaulatan negara, dan mempertahankan keutuhan
wilayah, dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta
berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-undangan.
‘Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PSBB harus berkoordinasi
dengan instansi terkait termasuk aparat penegak hukum, pihak keamanan,
penanggung jawab fasilitas kesehatan, dan instansi logistik setempat,’ kata
Oscar. Beda PSBB, Karantina, dan Lockdown Menurut Kemenkes PSBB
sejatinya berbeda dengan karantina wilayah (lockdown), di mana
masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah. ‘Dalam
tindakan karantina, penduduk atau masyarakat di rumah, wilayah tertentu
kawasan RT, RW, atau kawasan kelurahan, atau satu kabupaten, kota,’
ujar Oscar. ‘Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah sakit,
tentu tidak boleh keluar. Ini yang membedakannya dengan PSBB,’ kata
Oscar melanjutkan. Lebih lanjut, ia berharap pelaksanaan PSBB dapat
memutus rantai penularan dari hulunya. ‘Pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat, agar bisa
terlaksana dengan baik,’ katanya, seperti dikutip Antara News. Baca juga:
PSBB Surabaya, Sidoarjo dan Gresik Segera Diusulkan Pemprov Jatim
Meski berbeda dengan karantina, tetapi Oscar mengatakan PSBB bersifat
lebih ketat daripada imbauan jaga jarak social (social distancing). ‘PSBB
kita harapkan lebih ketat daripada social distancing. Sifatnya bukan
imbauan, tapi penguatan pengaturan kegiatan penduduk dan penegakan
hukum, tentunya dengan instansi berwenang sesuai UU yang berlaku,’
kata dia. Oscar berharap pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai
penularan dari hulunya, dan dilaksanakan selama masa inkubasi
terpanjang. Namun, tak menutup kemungkinan untuk diperpanjang dengan
indikasi penyebaran yang tinggi. ‘Dan tentunya pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat agar bisa
terlaksana dengan baik,’ pungkasnya. Baca juga: Daftar Wilayah yang
Terapkan PSBB, dari Jakarta hingga Pekanbaru Tinjau Cek Poin PSBB
Jakarta, Kapolda: Aktivitas Warga Belum Turun Baca juga artikel terkait
PSBB atau tulisan menarik lainnya Dipna Videlia Putsanra (tirto.id -
Sosial Budaya) Penulis: Dipna Videlia Putsanra Editor: Agung DH
Subscribe Now Arti PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona # Populer COVID-19
sebagai Dalih Sikap Otoriter Sejumlah Pemimpin Eropa1 Indonesia
Anggota DK PBB, tapi Sulit Bereskan Kasus Pelanggaran HAM2 Baca
selengkapnya di artikel ‘Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran
Corona di Indonesia’, https://tirto.id/eMXT,”
n.d.)","noteIndex":0},"citationItems":[{"id":12,"uris":["http://zotero.org/us
ers/local/jaMhtII5/items/P8XPZ78F"],"uri":["http://zotero.org/users/local/j
aMhtII5/items/P8XPZ78F"],"itemData":{"id":12,"type":"article-newspape
r","abstract":"Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran Corona di
Indonesia\n\nBaca selengkapnya di artikel \"Arti PSBB yang Dibuat untuk
Cegah Penyebaran Corona di Indonesia\",
https://tirto.id/eMXT","container-title":"Dipna Videlia Putsanra - 13 April
2020 Baca selengkapnya di artikel \"Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah
Penyebaran Corona di Indonesia\", https://tirto.id/eMXT","title":"PSBB
adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang
diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan
Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah.
Aturan PSBB tercatat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2020. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam
keterangan tertulisnya mengatakan PSBB melingkupi pembatasan
sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi COVID-19. “Pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah
dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan
di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya,
pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus
terkait aspek pertahanan dan keamanan,” kata dia. Kriteria wilayah yang
menerapkan PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan
kematian akibat penyakit COVID-19 secara signifikan dan cepat serta
memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau
negara lain. Bagaimana Pelaksanaan PSBB? PSBB dilaksanakan selama
masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti
penyebaran. Permenkes itu menjelaskan, sekolah dan tempat kerja
diliburkan kecuali kantor atau instansi strategis yang memberikan
pelayanan terkait: 1. pertahanan dan keamanan 2. ketertiban umum 3.
kebutuhan pangan 4. bahan bakar minyak dan gas 5. pelayanan kesehatan
6. perekonomian 7. keuangan 8. komunikasi 9. industri 10. ekspor dan
impor 11. distribusi logistik, dan kebutuhan dasar lainnya. Pada
pembatasan kegiatan keagamaan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
keagamaan yang dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas,
dengan menjaga jarak setiap orang. Di luar itu, kegiatan keagamaan
dilakukan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dan
fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh
pemerintah Untuk pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
dilaksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak
orang. Kegiatan tersebut terkecuali bagi: 1. supermarket, minimarket,
pasar, toko atau tempat penjualan obat-obatan dan peralatan medis
kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang penting, bahan bakar
minyak gas dan energi. 2. fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain
dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan. 3. tempat atau fasilitas
umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk
kegiatan olahraga. Kemudian pada pembatasan kegiatan sosial dan budaya
dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan
sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi
yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan. Pembatasan
moda transportasi dikecualikan untuk: 1. moda transpotasi penumpang
baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan
menjaga jarak antar penumpang 2. moda transpotasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam
rangka menegakkan kedaulatan negara, dan mempertahankan keutuhan
wilayah, dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta
berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-undangan.
“Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PSBB harus berkoordinasi
dengan instansi terkait termasuk aparat penegak hukum, pihak keamanan,
penanggung jawab fasilitas kesehatan, dan instansi logistik setempat,” kata
Oscar. Beda PSBB, Karantina, dan Lockdown Menurut Kemenkes PSBB
sejatinya berbeda dengan karantina wilayah (lockdown), di mana
masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah. \"Dalam
tindakan karantina, penduduk atau masyarakat di rumah, wilayah tertentu
kawasan RT, RW, atau kawasan kelurahan, atau satu kabupaten, kota,\"
ujar Oscar. \"Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah sakit,
tentu tidak boleh keluar. Ini yang membedakannya dengan PSBB,\" kata
Oscar melanjutkan. Lebih lanjut, ia berharap pelaksanaan PSBB dapat
memutus rantai penularan dari hulunya. \"Pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat, agar bisa
terlaksana dengan baik,\" katanya, seperti dikutip Antara News. Baca juga:
PSBB Surabaya, Sidoarjo dan Gresik Segera Diusulkan Pemprov Jatim
Meski berbeda dengan karantina, tetapi Oscar mengatakan PSBB bersifat
lebih ketat daripada imbauan jaga jarak social (social distancing). \"PSBB
kita harapkan lebih ketat daripada social distancing. Sifatnya bukan
imbauan, tapi penguatan pengaturan kegiatan penduduk dan penegakan
hukum, tentunya dengan instansi berwenang sesuai UU yang berlaku,\"
kata dia. Oscar berharap pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai
penularan dari hulunya, dan dilaksanakan selama masa inkubasi
terpanjang. Namun, tak menutup kemungkinan untuk diperpanjang dengan
indikasi penyebaran yang tinggi. \"Dan tentunya pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat agar bisa
terlaksana dengan baik,\" pungkasnya. Baca juga: Daftar Wilayah yang
Terapkan PSBB, dari Jakarta hingga Pekanbaru Tinjau Cek Poin PSBB
Jakarta, Kapolda: Aktivitas Warga Belum Turun Baca juga artikel terkait
PSBB atau tulisan menarik lainnya Dipna Videlia Putsanra (tirto.id -
Sosial Budaya) Penulis: Dipna Videlia Putsanra Editor: Agung DH
Subscribe Now Arti PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona # Populer COVID-19
sebagai Dalih Sikap Otoriter Sejumlah Pemimpin Eropa1 Indonesia
Anggota DK PBB, tapi Sulit Bereskan Kasus Pelanggaran HAM2 Baca
selengkapnya di artikel \"Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran
Corona di Indonesia\",
https://tirto.id/eMXT"}}],"schema":"https://github.com/citation-style-lang
uage/schema/raw/master/csl-citation.json"} (“PSBB adalah singkatan dari
Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan
Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah.
Aturan PSBB tercatat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2020. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam
keterangan tertulisnya mengatakan PSBB melingkupi pembatasan
sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi COVID-19. ‘Pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah
dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan
di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya,
pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus
terkait aspek pertahanan dan keamanan,’ kata dia. Kriteria wilayah yang
menerapkan PSBB adalah memiliki peningkatan jumlah kasus dan
kematian akibat penyakit COVID-19 secara signifikan dan cepat serta
memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau
negara lain. Bagaimana Pelaksanaan PSBB? PSBB dilaksanakan selama
masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti
penyebaran. Permenkes itu menjelaskan, sekolah dan tempat kerja
diliburkan kecuali kantor atau instansi strategis yang memberikan
pelayanan terkait: 1. pertahanan dan keamanan 2. ketertiban umum 3.
kebutuhan pangan 4. bahan bakar minyak dan gas 5. pelayanan kesehatan
6. perekonomian 7. keuangan 8. komunikasi 9. industri 10. ekspor dan
impor 11. distribusi logistik, dan kebutuhan dasar lainnya. Pada
pembatasan kegiatan keagamaan, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
keagamaan yang dilakukan di rumah dan dihadiri keluarga terbatas,
dengan menjaga jarak setiap orang. Di luar itu, kegiatan keagamaan
dilakukan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dan
fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui oleh
pemerintah Untuk pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
dilaksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak
orang. Kegiatan tersebut terkecuali bagi: 1. supermarket, minimarket,
pasar, toko atau tempat penjualan obat-obatan dan peralatan medis
kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang penting, bahan bakar
minyak gas dan energi. 2. fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain
dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan. 3. tempat atau fasilitas
umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk lainnya termasuk
kegiatan olahraga. Kemudian pada pembatasan kegiatan sosial dan budaya
dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan orang dalam kegiatan
sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan lembaga adat resmi
yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-undangan. Pembatasan
moda transportasi dikecualikan untuk: 1. moda transpotasi penumpang
baik umum atau pribadi dengan memperhatikan jumlah penumpang dan
menjaga jarak antar penumpang 2. moda transpotasi barang dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam
rangka menegakkan kedaulatan negara, dan mempertahankan keutuhan
wilayah, dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta
berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-undangan.
‘Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PSBB harus berkoordinasi
dengan instansi terkait termasuk aparat penegak hukum, pihak keamanan,
penanggung jawab fasilitas kesehatan, dan instansi logistik setempat,’ kata
Oscar. Beda PSBB, Karantina, dan Lockdown Menurut Kemenkes PSBB
sejatinya berbeda dengan karantina wilayah (lockdown), di mana
masyarakat tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah. ‘Dalam
tindakan karantina, penduduk atau masyarakat di rumah, wilayah tertentu
kawasan RT, RW, atau kawasan kelurahan, atau satu kabupaten, kota,’
ujar Oscar. ‘Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah sakit,
tentu tidak boleh keluar. Ini yang membedakannya dengan PSBB,’ kata
Oscar melanjutkan. Lebih lanjut, ia berharap pelaksanaan PSBB dapat
memutus rantai penularan dari hulunya. ‘Pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat, agar bisa
terlaksana dengan baik,’ katanya, seperti dikutip Antara News. Baca juga:
PSBB Surabaya, Sidoarjo dan Gresik Segera Diusulkan Pemprov Jatim
Meski berbeda dengan karantina, tetapi Oscar mengatakan PSBB bersifat
lebih ketat daripada imbauan jaga jarak social (social distancing). ‘PSBB
kita harapkan lebih ketat daripada social distancing. Sifatnya bukan
imbauan, tapi penguatan pengaturan kegiatan penduduk dan penegakan
hukum, tentunya dengan instansi berwenang sesuai UU yang berlaku,’
kata dia. Oscar berharap pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai
penularan dari hulunya, dan dilaksanakan selama masa inkubasi
terpanjang. Namun, tak menutup kemungkinan untuk diperpanjang dengan
indikasi penyebaran yang tinggi. ‘Dan tentunya pelaksanaan ini tak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga masyarakat agar bisa
terlaksana dengan baik,’ pungkasnya. Baca juga: Daftar Wilayah yang
Terapkan PSBB, dari Jakarta hingga Pekanbaru Tinjau Cek Poin PSBB
Jakarta, Kapolda: Aktivitas Warga Belum Turun Baca juga artikel terkait
PSBB atau tulisan menarik lainnya Dipna Videlia Putsanra (tirto.id -
Sosial Budaya) Penulis: Dipna Videlia Putsanra Editor: Agung DH
Subscribe Now Arti PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang
dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona # Populer COVID-19
sebagai Dalih Sikap Otoriter Sejumlah Pemimpin Eropa1 Indonesia
Anggota DK PBB, tapi Sulit Bereskan Kasus Pelanggaran HAM2 Baca
selengkapnya di artikel ‘Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran
Corona di Indonesia’, https://tirto.id/eMXT,” n.d.) ​PSBB diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Pedoman PSBB dalam rangka penanganan corona virus diseases 2019
(Covid-19).Dalam Permenkes tersebut, disebutkan bahwa PSBB adalah
pembatasan kegiatan tertentu bagi penduduk dalam satu wilayah yang diduga
terinfeksi virus corona. Tujuannya, untuk mencegah adanya penyebaran virus
corona yang lebih besar lagi.Dalam Pasal 2 Permenkes itu, disebutkan bahwa
sebuah wilayah baru bisa ditetapkan dalam status PSBB, jika keadaan Jumlah
kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara
signifikan dan cepat ke beberapa wilayah Ada kesamaan dalam hal pola
penyebaran penyakit dengan wilayah atau negara lain.
Menurut kementrian kesehatan (Kemenkes) PSBB tak sepenuhnya
membatasi seluruh kegiatan masyarakat, pembatasan tersebut hanya berlaku
untuk aktivitas tertentu saja di suatu wilayah yang terduga terinfeksi Covid-19.
Banyak pelajar dan mahasiswa yang diliburkan oleh pemerintah dengan
memberlakukan belajar dan bekerja didalam rumah, membatasi kegiatan
keagamaan, pembatasan moda transportasi, pembatasan kegiatan ditempat umum
dan meliburkan tempat kerja dan kegiatan lainnya khusus terkait aspek
pertahanan keamanan. Namun walaupun sudah adanya kebijakan yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat, penerapan PSBB membuat tenaga kerja di
Indonesia hampir kehilangan pekerjaannya. Karena pada situasi seperti ini usaha
diberbagai sektor ekonomi akan menghadapi kerugian besar, yang akan
mengancam operasi dan kesehatan para pekerja terutama pada
perusahaan-perusahaan kecil, dalam hal ini jutaan pekerja rentan kehilangan
pekerjaan. Sedangkan penduduk disuatu Negara sangat sering mengonsumsi
barang dan jasa untuk dapat memenuhi kehidupan sehari-harinya, akan tetapi
hanya sebagian masyarakat yang secara langsung terlibat dalam kegiatan
memproduksi suatu barang dan jasa.

​Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Coronavirus Disease


(Covid-19) hari keenam berimbas terhadap aktivitas ekonomi di Makassar,

Sulawesi Selatan​.​Dengan adanya pendemi viruscorona, penduduk usia


produktif akan diperhadapkan dengan ancaman virus yang sewaktu-waktu dapat
terjangkit hingga membunuh, walaupun tingkat resiko kematian penderita
Covid-19 pada usia produktif memiliki persentase 0.2% namun tetap perlu
adanya kewaspadaan. Kelompok usia produktif (16-35 tahun) rata-rata memiliki
resiko kematian yang jauh dari kelompok usia tidak produktif (70-79 tahun)
hasilnya masih sangat jauh dari usia yang mendominasi, walaupun dampak yang
ada tidak terlalu signifikan akan tetapi jumlah penduduk dan kualitas SDM masih
jauh dari Eropa dan Negara Asia lainnya.
Menurut Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UN-DESA)
menemukan bahwa jutaan pekerja beresiko kehilangan pekerjaannya ketika
hampir 100 Negara menutup perbatasan nasional mereka, yang berarti ekonomi
global 0.9% pada akhir 2020, atau bahkan lebih tinggi jika pemerintah gagal
dalam memberikan dukungan pendapatan dan membantu meningkatkan belanja
konsumen. Ketika sektor jasa, terutama Industri yang melibatkan interaksi fisik
seperti perdagangan ritel, reaksi, perhotelan dan transportasi secara garis beras
industri-industri semacam itu mencakup lebih dari seperempat dari semua
pekerjaan di negara-negara tersebut. Ketika suatu bisnis kehilangan pendapatan,
maka pengangguran cenderung meningkat tajam, yang akan mengubah
guncangan sisi penawaran dan sisi permintaan yang lebih luas lagi bagi
perekonomian. Dengan latar belakang itu, UN-DESA bergabung dengan paduan
suara diseluruh sistem PBB yang menyerukan paket stimulus fiskal yang
dirancang dengan baik yang memprioritaskan pengeluaran kesehatan dan
mendukung rumah tangga yang paling terkena dampak pendemi

E. Gejala dan diagnose covid 19

​Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan
kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi
beberapa pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau, atau
ruam pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala
ini biasanya ringan dan mulai secara bertahap. Beberapa orang menjadi
terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala yang sangat ringan. Kebanyakan
orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu perawatan di rumah
sakit. Sekitar 1 dari 5 orang yang mendapat COVID-19 sakit parah dan
mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang
memiliki masalah medis mendasar seperti tekanan darah tinggi, masalah
jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker, memiliki risiko lebih tinggi
terkena penyakit serius. Namun, siapa pun dapat terkena COVID-19.
Orang-orang dari segala usia yang mengalami demam dan / atau batuk
yang berhubungan dengan kesulitan bernafas / sesak nafas, nyeri / tekanan
dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera
mencari perhatian medis. Jika memungkinkan, disarankan untuk
memanggil penyedia layanan kesehatan atau fasilitas terlebih dahulu,
sehingga pasien dapat diarahkan ke klinik yang tepat.pengobatan covid
19.
COVID-19 menyebabkan gejala ringan seperti pilek, sakit tenggorokan,
batuk, dan demam. Bagi beberapa orang, gejalanya bisa lebih parah, dan
menimbulkan radang paru-paru atau sulit bernapas. Sejumlah kecil kasus
penyakit ini menyebabkan kematian.

Langkah awal dalam menegakkan diagnosis COVID-19 adalah dengan anamnesis


serta menilai risiko epidemiologi dan riwayat kontak pasien.

1. Anamnesis

Gejala pasien COVID-19 umumnya akan timbul setelah masa inkubasi 2-14
hari. Demam, lemas, dan batuk kering merupakan gejala COVID-19 yang paling
sering ditemukan. Selain itu, beberapa pasien juga mengalami nyeri tenggorokan,
mialgia, dispnea, dan batuk berdahak. Gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah, dan diare juga dapat timbul pada pasien COVID-19. Namun, pada
beberapa pasien bisa saja asimptomatik. Beberapa kasus menunjukkan gejala

berat, seperti ​pneumonia​ dan ​acute respiratory syndrome distress.​ Pasien

dengan gejala demam ≥38⁰C atau gejala penyakit saluran pernapasan dapat
dicurigai atau dilakukan pengawasan terhadap COVID-19 apabila pasien memiliki
salah satu riwayat berikut:

▪ Riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan


transmisi lokal 14 hari sebelum timbul gejala
▪ Riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di
Indonesia 14 hari sebelum timbul gejala

▪ Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel


COVID-19

Riwayat medis dan pengobatan pasien juga perlu dievaluasi untuk mengetahui
progresivitas penyakit dan prognosis pasien. Berikut ini merupakan beberapa
riwayat pasien yang dapat memperburuk keadaaan pasien:

▪ Usia >50 tahun

▪ Demam tinggi ≥39°C

▪ Pasien imunokompromais

▪ Hipertensi
▪ Diabetes Mellitus
▪ Keganasan

▪ Penyakit kardiovaskular

▪ Penyakit paru-paru

▪ Disfungsi koagulasi dan organ

▪ Wanita hamil[10,13-15]

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien COVID-19 harus diawali dengan pemeriksaan keadaan
umum dan tanda-tanda vital pasien. Pemeriksaan toraks dan status generalis dapat
diikuti selanjutnya. Sampai sekarang belum ditemukan tanda khusus untuk
COVID-19. Keadaan umum dan tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan
pertama dan utama dalam menentukan triase pasien. Pasien COVID-19 umumnya
memiliki temperatur ≥38°C.Pada pasien dengan komplikasi,

seperti ​pneumonia​, ​sepsis​, maupun syok septik, akan ditemukan tanda sebagai

berikut:

▪ Perubahan status mental/kesadaran

P​erubahan kesadaran umumnya menandakan penurunan perfusi pada otak sehingga

membutuhkan penanganan segera. Selain itu, pasien anak dengan penurunan kesadaran,
ketidakmampuan menyusui, maupun kejang dengan gejala pernapasan dapat digolongkan
sebagai pneumonia/infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat.

▪ Takipnea ,​Pada pasien remaja/dewasa, frekuensi napas > 30 x/menit merupakan salah
satu tanda dari pneumonia berat. Pada pasien anak, peningkatan frekuensi napas dapat
didasarkan berdasarkan usia:

▪ < 2 bulan: ≥ 60 x/menit

▪ 2 – 11 bulan: ≥ 50 x/menit

▪ 1 – 5 tahun: ≥ 40 x/menit

▪ > 5 tahun: ≥ 30 x/menit

▪ Pasien hipotensi merupakan salah satu tanda utama dari komplikasi syok septik.

▪ Denyut jantung meningkat atau menurun dapat menunjukkan kompensasi kardiovaskular


pada penurunan perfusi atau disfungsi organ jantung yang sering ditemukan pada

pasien ​sepsis​ maupun syok septik.

▪ CRT > 2 detik menandakan penurunan perfusi perifer yang sering ditemukan pada
keadaan syok.
▪ Penurunan saturasi oksigen SpO​2​ < 90% merupakan tanda penurunan perfusi dan dapat
digolongkan sebagai pneumonia berat.[20]

▪ Pemeriksaan Toraks

Kelainan pemeriksaan fisik toraks pada COVID-19 sampai sekarang masih belum
jelas. Pemeriksaan thoraks dapat dievaluasi untuk mengetahui kondisi pasien
COVID-19.

▪ Studi mengenai suara paru pada COVID-19 sampai sekarang masih sangat beragam dan
terbatas. Terdapat kasus yang menunjukkan tanpa adanya perubahan suara paru. Akan
tetapi, studi-studi lain juga ada yang melaporkan terdapatnya ​wheezing​ dan ronkhi basah
halus pada auskultasi paru, seperti halnya pneumonia viral pada umumnya.

● Pemeriksaan Generalisata

Pemeriksaan tenggorokan pada beberapa kasus COVID-19 dapat ditemukan


hiperemis pada faring minimal. Selain itu, ruam-ruam samar juga dapat terlihat
pada beberapa kasus. Pemeriksaan generalisata pada pasien COVID-19 juga dapat
dilakukan untuk mengetahui progresivitas penyakit.

G.Pencegahan covid 19
Anda dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi atau menyebarkan
COVID-19 dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan sederhana:
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan Anda dengan
gosok berbasis alkohol atau cuci dengan sabun dan air. Mencuci
tangan dengan sabun dan air atau menggunakan gosok tangan
berbasis alkohol membunuh virus yang mungkin ada di tangan
Anda.
2. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter antara diri Anda dan orang
lain. Ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara, mereka
menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau mulut mereka
yang mungkin mengandung virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda
dapat menghirup tetesan, termasuk virus COVID-19 jika orang
tersebut menderita penyakit tersebut.
3. Hindari pergi ke tempat yang ramai. Mengapa? Di mana
orang-orang berkumpul bersama dalam kerumunan, Anda lebih
mungkin untuk melakukan kontak dekat dengan seseorang yang
memiliki COIVD-19 dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik 1
meter.
4. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut. Mengapa? Tangan
menyentuh
banyak permukaan dan dapat mengambil virus. Setelah
terkontaminasi, tangandapat memindahkan virus ke mata, hidung,
atau mulut Anda. Dari sana, virus dapat masuk ke tubuh Anda dan
menginfeksi Anda.
5. Pastikan Anda, dan orang-orang di sekitar Anda, mengikuti
kebersihan pernapasan yang baik. Ini berarti menutupi mulut dan
hidung Anda dengan siku atau jaringan yang tertekuk saat Anda
batuk atau bersin. Kemudian segera buang tisu bekas dan cuci
tangan Anda. Mengapa? Tetesan menyebarkan virus. Dengan
mengikuti kebersihan pernapasan yang baik, Anda melindungi
orang-orang di sekitar Anda dari virus seperti flu, flu dan
COVID-19.
6. Tetap di rumah dan isolasi diri bahkan dengan gejala kecil
seperti batuk, sakit kepala, demam ringan, sampai Anda pulih.
Minta seseorang membawakan Anda persediaan. Jika Anda harus
meninggalkan rumah, kenakan masker untuk menghindari
menulari orang lain. Mengapa? Menghindari kontak dengan orang
lain akan melindungi mereka dari kemungkinan COVID-19 dan
virus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai