Anda di halaman 1dari 3

Tugas PPKn Analisa Kinerja Lembaga Negara

Kelompok 6

Kelas 10 MIPA 4

Nama:

 Aubert
 Ezra
 Kennard
 Louis
 V. Darryl
 Winston
Analisa Kinerja Lembaga

Berita

Mutu Kerja Lembaga Legislatif

Menurunnya kualitas DPR RI dan DPRD provinsi/kabupaten/kota sudah sering disampaikan


oleh berbagai kalangan. Beberapa parameter untuk mengukurnya adalah,

Pertama, tingkat kehadiran yang rendah pada rapat paripurna atau rapat- rapat komisi dan
badan serta panitia khusus (pansus) dan panitia kerja (panja). Ada yang beralasan hal ini
terjadi karena jadwal rapat komisi, badan, pansus, atau panja kerap berbenturan.

Kedua, produktivitas DPR dari periode ke periode juga rendah, selalu gagal merampungkan
Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Pada Prolegnas 2014- 2019 yang ditetapkan DPR
terdapat 183 RUU yang harus diselesaikan. Memasuki 2017, baru 14 RUU yang diselesaikan.

Ketiga, kualitas UU yang dihasilkan DPR sangat rendah. Banyak UU yang baru disahkan
sudah harus direvisi karena kalah dalam uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK). Kemudian
diketahui di MK, untuk judicial review dan sengketa pilkada, juga transaksional; amat sangat
memprihatinkan.

Keempat, DPR lebih memprioritaskan bongkar pasang UU yang mestinya dibuat untuk
jangka panjang. Seperti UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) versi terakhir
yang disahkan setelah Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, baru berusia dua tahun, akan
disempurnakan lagi. UU Pemilu dan UU Pilpres setiap akan pemilu selalu dibongkar pasang.
Ini menunjukkan besarnya kepentingan yang jadi pertimbangan dan bukan upaya membentuk
tatanan secara sistemis. Hal itu juga menghabiskan dana, waktu, dan pemikiran. Sebagai
perbandingan, UU mengenai pemilihan anggota Kongres AS terakhir kali diubah tahun 1967,
atau 50 tahun lalu, yakni Uniform Congressional District Act yang mengharuskan semua
anggota Kongres dipilih berdasarkan sistem single member district.

Kelima, kualitas fungsi pengawasan sangat mengecewakan. Banyak anggota DPR dan DPRD
provinsi/kabupaten/kota yang justru menjadi terpidana korupsi atau suap dalam megaskandal
yang tak terbayangkan besarnya. Anehnya, seseorang yang sudah dipecat partainya bisa tetap
duduk sebagai pimpinan DPR RI.

Konsentrasi anggota DPR juga terganggu oleh penugasan partai untuk memenangkan calon
kepala/wakil kepala daerah dari partainya. Setiap lima tahun terdapat 34 pilkada gubernur,
416 pilkada bupati, dan 98 pilkada wali kota. Akibatnya, jarang muncul pemikiran besar dari
anggota DPR/DPRD yang dapat menjadi referensi dalam isu-isu spesifik. Dialog yang terjadi
dalam rapat dengar pendapat dengan mitra kerja hanya di tataran normatif; jarang muncul ide
kebijakan yang cemerlang dari lingkungan DPR.

Perdebatan tajam yang konseptual, dilengkapi paper dan counter paper terhadap isu yang
strategis dan fundamental sifatnya, seperti soal rasio gini Indonesia yang belum ideal, utang
negara yang terus membengkak, masuknya Indonesia dalam kerja sama Masyarakat Ekonomi
ASEAN, Kemitraan Trans-Pasifik, agresivitas China di Laut China Selatan, perubahan dunia
terkait terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, dampak pembangunan infrastruktur
besar-besaran di Indonesia terhadap perekonomian Indonesia di masa depan, dan lain-lain,
tidak muncul. Yang sering muncul adalah politicking dan gegap gempita di sekitar pilkada
dan pemilu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mutu Lembaga Legislatif",
https://nasional.kompas.com/read/2017/03/14/18180051/mutu.lembaga.legislatif?page=all.

Analisa

Jika dilihat dari artikel tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa lembaga legislative di
Indonesia tidak berkerja dengan baik. Mereka tidak dapat mengerjakan tugas mereka dengan
baik. Contohnya mereka harusnya membuat undang-undang yang dapat digunakan dalam
jangka panjang. Banyak undang-undang yang baru saja diresmikan, kemudian harus langsung
direvisi karena tidak dapat berjalan baik. Namun itu juga ada sangkutan dengan MK
(Mahkamah Konstitusi) mengapa mereka mengesahkan undang-undang tersebut. Jika
lembaga legislative terus bekerja seperti ini, mereka dapat menyebabkan kerugian yang besar.
Kerugian di bidang dana, waktu, dan pemikiran. Waktu yang harusnya mereka dapat gunakan
untuk melakukan hal yang lain yang lebih produktif mereka gunakan untuk merevisi
kesalahan mereka. Saat mereka tidak membenarkan kesalahan mereka, mereka berusaha
menyelesaikan RUU. Namun dalam 3 tahun mereka hanya menyelesaikan 14 dari 138.

Saat ini banyak anggota DPR dan DPRD yang lebih memfokuskan tugas yang diberi oleh
partai mereka. Salah satunya adalah memengkan calon kepala daerah partai mereka. Tidak
sedikit juga anggota yang tidak hadir rapat dan memberi berbagai alasan. Jika mereka hadir
rapat, saat ini jarang sekali ada anggota yang memberi ide atau gagasan yang cemerlang.

Anda mungkin juga menyukai