Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun oleh :
Nama : Erna Sari
NIM : 2018.C.10a.0966
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.R
Dengan Diagnosa Medis Aneurisma Otak Dan Kebutuhan
Rasa Aman dan Nyaman Di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Mengetahui:
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. R Dengan Diagnosa Medis Aneurisma Otak Dan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Diruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Aneurisma Otak.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.
Erna Sari
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penjulisan ........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................4
2.1.1 Definisi Fraktur Femur........................................................................…4
2.1.2 Anatomi Fisiologi .................................................................................4
2.1.3 Etiologi..................................................................................................11
1.1.4 Klasisfikasi............................................................................................13
2.1.5 Patofisiologi ( patway )..........................................................................13
2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan gejala)..................................................19
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................19
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................20
2.1.9 Penatalaksanaan medis..........................................................................20
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia...............................................................21
2.2.1 Definisi Nyeri........................................................................................21
2.2.2 Anatomi Fisiologi ................................................................................22
2.2.3 Etiologi..................................................................................................22
2.2.4 Klasisfikasi............................................................................................23
2.2.5 Patofisiologi ( patway )..........................................................................25
2.2.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan gejala)..................................................25
2.2.7 Komplikasi.............................................................................................26
iv
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................26
2.2.9 Penatalaksanaan medis..........................................................................26
2.3 Menajemen Asuhan keperawatan..................................................................27
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................27
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................28
2.3.3 Intervensi Keperawatan......................................................................28
2.3.4 Implementasi Keperawatan................................................................29
2.3.5. Evaluasi Keperawatan..........................................................................29
BAB 3 ASUAHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengakajian....................................................................................................30
3.2 Dianosa .........................................................................................................32
3.3 Intervensi.......................................................................................................33
3.4 Implementasi & Evaluasi Keperawatan........................................................35
BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................36
saran.....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................38
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aneurisma Serebral adalah suatu kelainan cerebrovaskular dimana terjadi
penggembungan pada dinding pembuluh darah akibat dari menipis dan
melemahnya pembuluh darah pada otak sehingga dinding pembuluh darah
menjadi lebar. Penggembungan ini terjadi akibat dari tekanan darah yang relatif
tinggi mengalir menuju pembuluh darah pada otak. Kondisi ini biasa terjadi di
persimpangan atau percabangan arteri pada otak yang biasa disebut dengan
lingkaran willis (Circle of Willis)
Stroke atau cerebrovascular disease menurut World Health Organization
(WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di
otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”. Klasifikasi
penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya: berdasarkan kelainan
patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke
disebut juga infark atau non-hemorrhagic disebabkan oleh gumpalan atau
penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya sudah
mengalami proses aterosklerosis. Tipe kedua adalah hemorrhagic stroke
merupakan kerusakan atau "ledakan" dari pembuluh darah di otak, perdarahan
dapat disebabkan lamanya tekanan darah tinggi dan aneurisma otak (Arifianto et
al., 2014).
Jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai
negara terbanyak yang mengalami stroke di seluruh Asia. Prevalensi stroke di
Indonesia mencapai 8,3 dari 1000 populasi. Angka prevalensi ini meningkat
dengan meningkatnya usia. Data nasional Indonesia menunjukkan bahwa stroke
merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu 15,4%. Didapatkan sekitar 750.000
insiden stroke per tahun di Indonesia, dan 200.000 diantaranya merupakan stroke
berulang (Irdelia et al., 2014).
Hubungan antara peningkatan risiko stroke dan dislipidemia secara
konsisten telah dibuktikan dengan berbagai penelitian epidemiologi. Peningkatan
risiko stroke dihubungkan dengan Low Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi,
1
2
kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah, dan rasio kolesterol
LDL dan HDL yang tinggi dan akan diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang
lain. Penelitian Robert H. Glew dan kawan-kawan (2004) di Nigeria menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan rasio kolesterol
LDL dan HDL dengan kejadian stroke (Agusti et al., 2014).
Berdasarkan uraian diatas, salah satu upaya preventif dan promotif yang
dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus Aneurisma Otak
menunjukkan adanya pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri pada
pasien, salah satunya adalah Ayudianingsih (2009) disebutkan bahwa teknik
relaksasi nafas dalam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
nyeri pada pasien Angina Pictoris antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol di Rumah Sakit Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.R dengan diagnosa medis Aneurisma
Otak dan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman di Ruang Nusa Indah RSUD dr
Doris Sylvanus Palangka raya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana rencana keperawatan yang
dapat dilakukan pada pasien penderita Aneurisma Otak dan bagaimana asuhan
keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Tn.R dengan diagnosa medis
Aneurisma Otak dan Kebutuhan dasar Rasa Aman dan Nyaman di ruang Nusa
Indah RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal
tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berfungsi
mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
2. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah
berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau
kedudukan tubuh.
3. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima
semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang
berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar
tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
4. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi
pada pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau
dinding pembuluh darah yang lemah itu terdapat di otak.
2.1.3.2 Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai
pembuluh darah.
2.1.3.3 Terjadi peradangan pada aorta
2.1.3.4 Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan
2.1.3.5 Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang
menyebabkan kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh
dan mata.
2.1.3.6 Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi,
orang dengan tingkat stres tinggi maupun perokok.
2.1.4 Klasifikasi
7
2.1.4.1 Aneurisma sejati adalah lapisan yang melibatkan ketiga lapisan dinding
arteri ( intima , media , dan adventitia ). Aneurisma sejati
termasuk aterosklerotik , sifilis , dan aneurisma bawaan, serta aneurisma
ventrikel yang mengikuti infark miokard transmural (aneurisma yang
melibatkan semua lapisan dinding jantung yang dilemahkan juga dianggap
5
aneurisma sejati).
2.1.4.2 Aneurisma palsu, atau pseudoaneurisma , adalah kumpulan darah yang
benar-benar keluar dari arteri atau vena, tetapi terkurung di sebelah
pembuluh oleh jaringan di sekitarnya. Rongga yang dipenuhi darah ini
pada akhirnya akan menjadi trombosis (bekuan) yang cukup untuk
menutup kebocoran, atau pecah dari jaringan di sekitarnya.
2.1.4.3 Pseudoaneurysms dapat disebabkan oleh trauma yang menusuk arteri,
seperti luka pisau dan peluru, sebagai akibat dari prosedur
bedah perkutan seperti angiografi koroner atau pencangkokan arteri, atau
penggunaan arteri untuk injeksi.
2.1.4.4 Arteri dan vena , dengan arteri menjadi lebih umum.
2.1.4.5 Jantung , termasuk aneurisma arteri
koroner , aneurisma ventrikel , aneurisma sinus Valsava , dan aneurisma
setelah operasi jantung .
2.1.4.6 Aorta , yaitu aneurisma aorta termasuk aneurisma aorta
toraks dan aneurisma aorta perut .
2.1.4.7 Otak , termasuk aneurisma otak , aneurisma berry ,
dan aneurisma Charcot-Bouchard .
2.1.4.8 Kaki, termasuk arteri poplitea.
2.1.4.9 Ginjal , termasuk aneurisma arteri ginjal dan aneurisma intraparechymal.
2.1.4.10 Kapiler , khususnya aneurisma kapiler .
2.1.5 Patofisiologi (Pathway)
Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh
darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau
proses penyakit. Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung
bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi prediposisi genetik,
merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
8
Arteri berdilatasi
Aneurisme Intrakranial
Aneurisme pecah
Stroke Hemoragik
Perdarahan dlm otak atau
pada ruang subarachnoid
10
PK ↑ TIK ↑ TIK
↑ tahanan vaskuler
Menghalangi
↓ aliran darah ↓ suplay O2 di
aliran darah
serebral otak
serebral
Metabolism
↓ perfusi jar. Perubahan Perfusi anaerob
otak Serebral
↑ Akumulasi
Iskemia jar. otak asam laktat
Nyeri (sakit)
kepala
Kerusakan serebral
Nyeri akut
Deficit Risiko
neurologik cedera
Perubahan
sensori/persepsi
12
Keamanan adalah suatu kondisi aman, dan tentram, bebas dari cedera fisik dan
psikologis serta suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
2.2.2 Fisiologi nyeri
2.2.2.1 Reseptor Nyeri
a. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan.
b. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan.
c. Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin,
serotinin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim
proteolitik.
2.2.2.2 Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
a. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot bermielin
halus, garis tengah 2-5 um, kecepatan 6-30 m/detik.
b. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin,
garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.
2.2.3 Etiologi Nyeri
Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin, yang
tersebar pad akulit dan mukosa, khususnya pada vicera, persendian, dinding
arteri, hati dan kadung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti bradikinin, histamin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan ukuran
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk
waktu singkat. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan (Smletzer, 2009).
Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivasi sistem saraf simpatis yang
akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis
dan dilatasi pupil. Secara verbal klien yang mengalami nyeri akan
melaporkan adanya ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang
dirasakan. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya juga akan
memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis,
mengerang kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai
(Andarmoyo, 2013).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung lama,
intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
Manisfestasi klinis yang tampak pada nyeri kronis sangat berbeda
dengan yang diperlihatkan oleh nyeri akut. Dalam pemeriksaan tanda-
tanda vital, sering kali didapatkan masih dalam batas normal dan tidak
disertai dilatasi pupil. Manisfestasi yang biasanya muncul berhubungan
dengan respon psikososial seperti rasa keputusasaa, kelesuan,
penurunan libido, penurunan berat badan, perilaku menarik diri,
iritabel, mudah tersinggung, marah dan tidak tertarik pada aktivitas
fisik. Secara verbal klien mungkin akan melaporkan adanya
ketidaknyamanan, kelemahan dan kelelahan (Andarmoyo, 2013).
1. Penilaian Respon Intensitas Nyeri
Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan
skala sebagai berikut (Potter & Perry, 2006):
2. Skala Deskriptif
16
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1 – 3 : Nyeri ringan
4 – 6 : Nyeri sedang
7 – 10 : Nyeri berat
Gambar 2.3 Pengukuran Numerical Rating Scale (NRS) (Potter &
Perry, 2006)
2.2.5 Patofisiologi (Patway)
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
mengalami nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler . Peningkatan kadar
K + ekstraseluler akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein
pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga
menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan
seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng
nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya dapat
menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga
mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan
terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka
akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H
+ yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat
dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka
melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP),
yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin),
diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan
migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl &
Lang, 2000)
2.2.6 Manifestasi Klinis tanda dan Gejala
Tanda dan gejala nyeri ada bermacam–macam perilaku yang tercermin dari
18
pasien. Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon
psikologis berupa :
1. Suara: Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas
2. Ekspresi wajah: Meringis
3. Menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup
rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir
4. Pergerakan tubuh: Kegelisahan, mondar – mandir, gerakan menggosok
atau berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilisasi, otot
tegang.
5. Interaksi sosial: Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus
aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohamad, 2012).
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Gangguan pola istirahat tidur
2.2.7.2 Syok neurogenik
2.2.8 Pemeriksaan penunjang
2.2.8.1 Pemeriksaan darah lengkap
2.2.8.2 CT scan
2.2.8.3 MRI
2.2.8.4 EKG
2.2.9 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua (Potter & Perry, 2006) yaitu :
a. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis efektif untuk nyeri sedang
dan berat. Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan
nyeri biasanya menggunakan obat analgesic yang terbagi menjadi dua
golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik.
Penatalaksanaan nyeri dengan farmakologis yaitu dengan
menggunakan obat-obat analgesik narkotik baik secara intravena
maupun intramuskuler. Pemberian secara intravena maupun
intramuskuler misalnya dengan meperidin 75 – 100 mg atu dengan
morfin sulfat 10 – 15 mg, namun penggunaan analgesic yang secara
terus menerus dapat mengakibatkan ketagihan obat. Namun demikian
19
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri,
suhu meningkat.
2.3.2 Dagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
2.3.3 Perencanaan Keperawatan
a) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
b) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, 1. Menentukan sejauhmana nyeri
kualitas, lokasi, frekuensi, dan yang dirasakan dan untuk
skala nyeri memudahkan member
2. Monitor tanda-tanda vital, intervensi selanjutnya.
perhatikan takikardia, 2. Dapat mengidentifikasi rasa
hipertensi, dan peningkatan sakit dan ketidaknyamanan
pernafasan. 3. Membantu pasien menjadi
3. Ajarkan tehnik distraksi dan rileks, menurunkan rasa nyeri,
relaksasi serta mampu mengalihkan
4. Beri posisi yang nyaman perhatian pasien dari nyeri yang
untuk pasien dirasakan
5. Beri Health Education (HE) 4. Mengurangi rasa sakit,
tentang nyeri meningkatkan sirkulasi, posisi
6. Kolaborasi dalam pemberian semifowler dapat mengurangi
terapi analgesik seperti tekanan dorsal.
5. Pasien mengerti tentang nyeri
yang dirasakan dan
21
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian tgl 29 juni 2020 pkl 10.00 WIB didapatkan
hasil
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
3.1.1.1 Identitas pasien
Nama : Tn.R
Umur : 53 tahun
Suku/bangsa : Indonesia
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : kristen
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : SWASTA
Alamat : jl. Bukit Raya
Tanggal masuk : 28 Juni 2020
Tanggal pengkajian : 29 Juni 2020
Diagnosa medis : Aneurisma Otak
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan utama
Pasien mengatakan “nyeri dan yang saya rasakan sakit seperti tertusuk-
tusuk terutama pada saat saya menggerakkan kepala saya” skala nyeri yang di
rasakan yaitu pada rentang 7 (skala Sedang) dengan waktu yang tidak menentu ±
12 menit.
3.1.2.2 Riwayat penyakit sekarang
pada tanggal 27 Juni 2020 pasien mengatakan saat itu pasien sedang
berada di rumah dan sedang membersihkan rumah tiba-tiba merasakan sakit
kepala dan sampai pingsan kulit tampak pucat dan tidak mampu berdiri, pasien
dibawa keluarganya ke puskesmas terdekat setelah dari puskesmas pasien dibawa
21
23
langsung ke rumah sakit RSUD dr Doris Sylvanus Palangka raya ketika di IGD
pasien dinyatakan mengalami aneurisma otak dari IGD pasien mendapatkan terapi
infus RL ; D5 % 20 tetes/menit dan inj. Ketorolac 30 mg/8 jam (iv), inj.
Ranitidine 1 ampl/12 jam (iv). Setelah itu pasien diputuskan untuk rawat inap di
ruang Nusa Indah untuk perawatan lebih lanjut.
3.1.2.3 Riawayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sebelumnya
3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit keluarga seperti
penyakit keturunan DM, Hipertensi, stroke, dan penyakit menular
HIV/AIDS, Hepatitis.
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum
24
Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri Pasien
berharap cepat sembuh, identitas diri pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga dan istri, Harga diri pasien tidak malu dengan keadaan sekarang,
peran diri pasien sebagai seorang ibu dan istri. Tidak Ada Masalah
Keperawatan.
3.1.4.6 Aktivitas sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah
sakit tidak dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri skala aktivitas tingkat 3
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres
Pasien mengatakan jika ada masalah, Ia selalu menceritakan kepada
keluarga.dan istri. Tidak Ada Masala keperawatan.
3.1.4.8 Nilai Pola Keyakinan
Klien mengatakan tidak ada tindakan medis yang berhubungan dengan
keyakinan yang dianut. Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.5 Sosial-Spiritual
Kemampuan berkomunikasi secara verbal dan non verbal, pasien dapat
berkomunikasi dengan baik, bahasa sehari-hari bahasa Indonesia, hubungan
dengan keluarga baik dan harmonis, hubungan dengan teman/petugas
kesehatan/orang lain baik pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam
pemberian tindakan keperawatan, hubungan dengan orang lain baik. Orang
berarti/terdekat Istri & keluarga, kebiasaan menggunakan waktu luang sebelum
sakit, pasien bekerja dirumah dan meluangkan waktu untuk keluargas esudah
sakit, pasien hanya berbaring ditempat tidur, kegiatan beribadah sebelum sakit,
pasien beribadah 1x setiap minggu
3.1.6 Data penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Tanggal 15 Mei 2020
Pemeriksaan Laboratorium
ERNA SARI
NIM : 2018.C.10a.0966
30
Impuls ke otak
Persepsi nyeri
Trauma langsung
Data subjektif :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian Gangguan
kaki dan betis Terputusnya kontinuitas Imobilitas Fisik
Data objektif : syaraf
terjadi nyeri
Tidak dapat mengerakkan bahu
gerakan pasif deformitas di Nyeri
bagian Kepala
Aktivitas menurun
31
Prioritas Masalah
1. Nyeri berhubungan dengan kontinuinitas kulit, jaringan dan sendi
ditandai dengan Pasien tampak meringis, hasil TTV :TD 110/70 mmHg,
N : 80 x/mnt, RR :23x/mnt, S : 36,5ºC.
2. Hambatan imobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan pergerakan akibat nyeri dan trauma lanngsung ditandai
dengan pasien mengatakan Pasien mengatakan nyeri pada bagian kepala,
terjadi bahu tidak dapat digerakkan.
32
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan merupakan bagian dari pemeliharaan kesehatan.
Asuhan keperawatan medical pada Tn.R dengan Gangguan rasa aman dan
nyaman dalam pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar
keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan implementasi ditetapkan bersama
pasien Tn,R Dimana masalah yang di temukan pada kasus Tn.R dengan diagnosa
nyeri dan gangguan mobilitas fisik. Dimana dalam setiap masalah yang diangkat
berbanding lurus dengan teori baik dalam tahap pengkajian, masalah diagnosa
keperawatan yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan
dilakukan setelah semua kegiatan intervensi diimplementasikan dengan hasil
masalah, sehingga pasien masih harus mendapatkan perawatan baik dirumah sakit
maupun selama dirumah dan dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan
menjaga kesehatan.
1.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan Aneurisma Otak
Serta sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan
pendahuluan selanjutnya.
4.2.2 Bagi Rumah sakit RSUD dr. Doris Sylvanus
Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya ruang
(Nusa Indah), penulisan laporan pendahuluan ini di dapat sebagai referensi bagi
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Aneurisma
Otak, serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih
baik, khususnya pada pasien dengan dengan Lupus Aneurisma Otak.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa
yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
36
37
DAFTAR PUSTAKA
38