Makalah Labiopalatochisis
Makalah Labiopalatochisis
KONGENITAL:LABIOPALATOSCHIZIS
A. Definisi
LabioPalatoskisi adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palatosisis
(sumbing palatum), dan labiosisis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya jaringan
lunak (struktur tulang) untuk menyatu selama perkembangan embroil. (Aziz Alimul Hidayat,
2006)
Labio Palatoskisis adalah penyakit congenital anomaly yang berupa adanya Kelainan
bentuk pada struktur wajah.(Suriadi, S.Kp. 2001)
C. Manifestasi Klinis
PadaLabioSkisis :
Tampak ada celah pada tekak(uvula) , palato lunak, dan keras atau foramen
incisive
Adanya rongga pada hidung
Distorsi hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
Kesulitan dalam menghisap atau makan
Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan
Gangguan komunikasi verbal
Celah bibir dan kebanyakan keadaan celah palatum tampak pada saat
lahir dan penampilan kosmetik merupakan keprihatinan yang timbul segera
pada orangtua.Tidak ada kesukaran minum ASI atau botol pada bayi dengan
bibirsumbing yang kurang berat dengan palatum utuh.Pada sumbing yang
luas, dan terutama bila disertai celah palatum, muncul duamasalah; mengisap
mungkin tidak efektif dan saliva serta susu dapat bocor kedalam
rongggahidung, dan mengakibatkanr efleks gag atau tersedak ketika bayi
bernapas.
Bicara dapat terhambat dan bila berkembang, dapat ada hipernasalitas dan
artikulasi yang jelek.Sebagai akibat defisiensi pada fungs iototpalatum mole, fungsi
tuba eustachii dapat terganggu, dan keterlibatan telinga tengah memalui otitis akut
berulang atau otitis media menetap dengan efusilazim terjadi.
D. Klasifikasi
Klasifikasi menurut struktur – struktur yang terkena menjadi :
a. Palatum primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum
dibelahan foramen incivisium.
b. Palatum sekunder : meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap
foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang – kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Klasifikasi menurut organ yang terlibat :
1. Celah bibir (labioskizis)
2. Celah di gusi (gnatoskizis)
3. Celah dilangit (Palatoskizis)
4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit –
langit (labiopalatoskizis).
Klasifikasi menurut lengkap/ tidaknya celah yang terbentuk :
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat, beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
1. Unilateral iincomplete : Jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan
tidak memanjang ke hidung
2. Unilateral complete : Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung
3. Bilateral complete : Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
(A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral (C) Celah bibir bilateral
dengan celah langit-langit dantulang alveolar, (D) Celah langit-langit. (Stoll et al. BMC Medical
genetics. 2004, 154.)
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
Kesulitan berbicara – hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya
celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang
keluar menjadi sengau.
Maloklusi( – pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol,
alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah
sering terjadi erupsi.
Masalah pendengaran – otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah
pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi
otitis media rekurens sekunder.
Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap
dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.
Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara
dini, akan mengakibatkan distress pernafasan
Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat
mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga
kuman – kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.
Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan
palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu.
Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung “ alar cartilago ” dan
kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris
wajah.
Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang
tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek
distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri
odontal.
Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan
lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan
terjadinya crosbite.
Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta
terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen
- Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun tidak
terdapat skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa prenatal untuk celah
bibir baik unilateral maupun bilateral, memungkinkan dengan USG pada usia
janin 18 minggu. Celah palatum tersendiri tidak dapat didiagnosa pada
pemeriksaan USG prenatal. KEtika diagnosa prenatal dipastikan, rujukan kepada
ahli bedah plastik tepat untuk konseling dalam usaha mencegah.
- Setelah lahir, tes genetic mungkin membantu menentukan perawatan terbaik
untuk seorang anak, khususnya jika celah tersebut dihubungkan dengan kondisi
genetik. Pemeriksaan genetik juga memberi informasi pada orangtua tentang
resiko mereka untuk mendapat anak lain dengan celah bibir atau celah palatum.
b. Radiologi
- Pemeriksaan radiologi dilakukan dewngan melakukan foto rontgen pada
tengkorak. Pada penderita dapat ditemukan celah processus maxilla dan
processus nasalis media.
G. Pathway
(terlampir)
H. Penatalaksanaan
Tujuan dan intervensi bedah dan pembedahan adalah memulihkan struktur anatomi,
mengoreksi cacat dan memungkinkan anak mempunyai fungsi yang normal dalam menelan,
bernapas dan berbicara. Pembedahan biasanya dilakukan ketika anak berumur ± 3 bulan, tetapi
pada beberapa rumahsakit dilakukan segera setelah lahir.
1. Identitas klien
Nama : an. X
Usia : 2 jam
Jenis kelamin : laki-laki
Agama: -
Diagnosa medis : labiopalatoschizis
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Setelah lahir terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut dan tampak sulit
menyusui.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
P : perlu dilakukan pengkajian ulang
Q : perlu dilakukan pengkajian ulang
R : celah di bibir dan langit-langit mulut
S : perlu dilakukan pengkajian ulang
T : sejak lahir selama 2 jam
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : -
d. Riwayat Kesehatan keluarga : -
e. Riwayat Pekerjaan : -
f. Peran sosial : -
g. Pola aktivitas : -
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sadar penuh
b. Antropometri
Lingkar perut : 45 cm
BBL : 2500 gram
c. TTV
RR : 46x/menit
HR : 120x/menit
TD : -
Suhu : 37,80C
d. Inspeksi : terdapat celah pada bagian bibir dan langit-langit mulut
e. Palpasi: -
f. Perkusi : -
g. Auskultasi : -
4. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa Pra Operasi:
1. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan/
kesukaran dalam makan sekunder akibat kecacatan dan pembedahan.
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan kondisi anak terlahir cacat.
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan teknik pemberian makan dan
perawatan di rumah.
4. Resiko tinggi terjadi aspirasi berhubungan dengan ketidak mampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari Palatoskisis.
Diagnosa Pasca Operasi:
1. Resti infeksi berhubungan dengan terpaparnya lingkungan dan prosedur invasi
yang di tandai dengan adanya luka operasi tertutup kasa.
2. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
5. IntervensidanRasional
DiagnosaKeperawatanPraOperasi:
1. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan atau tidak efektif dalam meneteki ASI berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan/ kesukaran dalam makan sekunder akibat kecacatan dan
pembedahan.
Tujuan: Setelah mendapatkan tindakan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
tidak pucat
turgor kulit membaik
kulit lembab, perut tidak kembung
bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat.
Intervensi Rasional
1. Bantu ibu dalam menyusui, bila ini adalah 1. Membantu ibu dalam memberikan Asi
dan posisi puting yang stabil membentuk
keinginan ibu. Posisikan dan stabilkan
kerja lidah dalam pemerasan susu.
puting susu dengan baik di dalam rongga 2. Karena pengisapan di perlukan untuk
menstimulasi susu yang pada awalnya
mulut.
mungkin tidak ada
2. Bantu menstimulasi refleks ejeksi Asi 3. Membantu kesulitan makan bayi,
mempermudah menelan da mencegah
secara manual / dengan pompa payudara
aspirasi
sebelum menyusui 4. Mempermudah dalam pemberian Asi
5. Untuk mencegah terjadinya
3. Gunakan alat makan khusus, bila
mikroorganisme yang masuk
menggunakan alat tanpa puting. (dot, spuit 6. mendapatkan nutrisi yang seimbang
asepto) letakan formula di belakang lidah
4. Melatih ibu untuk memberikan Asi yang
baik bagi bayinya
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan, apabila di pulangkan
6. kolborasi dengan ahli gizi.
Intervensi Rasional
1. Berikan kesempatan untuk 1. Mendorong koping keluarga
mengekspresikan perasaan 2. Meredam sikap sensitif orangtua terhadap
2. tunjukan sikap penerimaan terhadap bayi sikap sensitif orang lain
dan keluarga 3. Mendorong penerimaan terhadap bayi
3. tunjukan dengan perilaku bahwa anak 4. Untuk mendorong adanya pengharapan
adalah manusia yang berharga 5. Membantu orangtua mendiskusikan
4. gambarkan hasil perbaikan bedah terhadap kekhawatirannya, berbagi pengalaman
defek,gunakan foto hasil yang memuaskan swehingga timbulnya sifat menerima
5. anjurkan pertemuan dengan orang tua lain terhadap bayi
yang mempunyai pengalaman serupa dan 6. Untuk mencegah terjadinya defek pada
dapat menghadapinya dengan baik. bayi
6. menganjurkan orangtua untuk selalu
menjaga kesehatan bayinya
Intervensi Rasional
1. Jelaskan prosedur operasi sebelum dan 1. Agar orang tua mengetahui prosedur
sesudah operasi operasi dan menyetujui operasi yang
2. Jelaskan dan demonstrasikan kepada dilakukan pada anaknya.
keluarga cara perawatan, pemberian 2. Agar pengetahuan ibu bertambah tentang
makanan dengan alat, cara mencegah cara perawatan anak pada bibir sumbing.
infeksi, cara mencegah aspirasi, cara
pengaturan posisi, dan cara membersihkan
mulut setelah makan.
Intervensi Rasional
1. Atur posisi kepala dengan mengangkat a. Agar minuman atau makanan yang masuk
kepala waktu minum atau makan dan tidak masuk ke saluran hidungdan anak
gunakan dot yang panjang. tidak tersedak.
2. Gunakan palatum buatan (bila perlu) b. Agar memudahkan anak untuk menete
3. Lakukan penepukan punggung setelah ASI.
pemberian makanan c. Agar anak tidak tersedak.
4. Monitor status pernafasan selama d. Memantau status pernapasan selama
pemberian makan seperti prequensi nafas, makan agar terlihat kemampuan makan
irama, serta tanda-tanda adanya aspirasi. bayi.
DiagnosaPascaOperasi:
1. Resti infeksi berhubungan dengan terpaparnya lingkungan dan prosedur invasi yang di
tandai dengan adanya luka operasi tertutup kasa.
Tujuan: Setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
Luka terjaga kesterilan.
Tidak ada luka tambahan
Intervensi Rasional
1. Atur posisi miring ke kanan serta kepala 1. Agar memudahkan masuknya makanan
agak ditinggikan pada saat makan atau minuman.
2. Lakukan monitor tanda adanya infeksi 2. Agar cepat terdeteksi apabila ada infeksi
seperti bau, keadaan luka, keutuhan jahitan, dengan mengenali tanda-tanda infeksi.
3. Lakukan monitor adanya pendarahan dan 3. Agar memantau adanya komplikasi atau
edema tidak.
4. Lakukan perawatan luka pascaoperasi 4. Agar luka tetap terjaga kebersihannya
dengan aseptic dan terhindar dari infeksi.
5. Hindari gosok gigi kurang lebih 1-2 5. Agar tidak terjadi pendarahan atau jaitan
minggu lukanya bisa putus.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37882/4/Chapter%20II.pdf
Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: Jakarta: EGC.
ArtonodanPrihartiningsih.2008.
LabioplastiMetodeBarskyDenganPemotonganTulangVomerPadaPenderitaBibirSumbi
ngDuaSisiKomplit Di BawahAnestesiUmum.Maj Ked Gi : 15(2) : 149-152.
Cleft Lip and Palate Association of Malaysia. 2006. SumbingBibir Dan SumbingLelangit.
http://www.infosihat.gov.my/penyakit/kanak-kanak/sumbing.pdf