Anda di halaman 1dari 8

ALLAH MEMBERI PERTUMBUHAN BAGI MANUSIA

Allah membentuk manusia dengan dasyat dan ajaib. Ditenun dalam rahim seorang wanita dan
diberikan pertumbuhan menjadi manusia yang baik. Seluruh pertumbuhan manusia ada dalam
pengetahuan Allah. Bahkan, kehidupan sehari-hari dan masa depan yang akan dilaluinya.
Allah tidak hnya memberikan pertumbuhan secara jasmani, tetapi juga memberikan
perkembangan kemampuan sesuai dengan usianya. Allah memberikan perkembangan melalui
banyak aspek dalam kehidupan manusia.
Manusia saling memengaruhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Manusia juga
mengetahui dan mempelajari banyak pengalaman yang menentukan pertumbuhannya setiap hari.
Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa pengetahuan Alah

TUJUAN ALLAH MEMBERIKAN PERTUMBUHAN


 Allah memberi pertumbuhan kepada manusia dengan tujuan :
 Agar manusia mengalami segala perbuatan ajaib Allah (maz 139:13-16)
 Agar manusia menyadari bahwa Allah sangat dekat dan mengasihi manusia sehingga
manusia harus hidup bergantung kepada sang pencipta
 Agar manusia memiliki harkat dan martabat mulia, lebih tinggi dari segala makhluk di
bumi ini.
 Agar manusia setiap hari bertumbuh mengenal penciptanya melalui semua pengalaman
hidupnya

Dalam 1 Korintus 3:6-7 :


“Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang
memberi pertumbuhan.”
Rasul Paulus menuliskan pentingnya kebersamaan dalam mewujudkan pekerjaan Tuhan di dunia
ini. Ada yang menanam dan ada yang menyiram. Tergantung kesempatan dan apa yang disuruh
Tuhan.
Yang terpenting adalah bahwa Allah yang memberi pertumbuhan; karena memang untuk
membuat orang bertumbuh, Allah yang akan lakukan. Kita tidak sanggup membuat orang
bertumbuh.
Sebab itu mari kita menyiapkan diri, apakah menanam atau menyiram… dua-duanya sama
baiknya dan sama-sama penting.
Terkadang kita berperan untuk menanam memberitakan Injil dan tidak sampai, atau belum
waktunya untuk menolong mereka langsung menerima Kristus.
Terkadang ada orang yang sudah dengar Injil, lantas Tuhan memakai kita meneguhkan mereka
berdoa terima Yesus.
Tuhan juga memakai kita untuk menyiram… memfollow up orang-orang yang sudah percaya,
agar mereka tetap dalam pertumbuhan yang Allah sedang kerjakan dalam hidup mereka.
Hal ini membuat mereka semakin dewasa dan paling tidak mereka akan sama dengan kita
hatinya, bahkan kita doakan dan berharap agar orang-orang yang sedang kita layani menjadi
lebih baik dari kita.
Apapun peran kita, kita adalah satu tim yang baik, yang membuat orang-orang tertarik dan
percaya kepada Yesus. Mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Yesus, teguh dalam iman dan
pengharapan, serta hidup dalam kasih.

PERTUMBUHAN IMAN

1)      Pengertian Pertumbuhan dan Iman


            Kata pertumbuhan berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘hidup’ dan ‘bertumbuh
sempurna’.  Pertumbuhan juga diartikan untuk menyatakan sesuatu keadaan kemajuan.  Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pertumbuhan berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya
‘bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak dewasa, menjadi tumbuh besar.’[1]
Secara etimologi Iman (bahasa  Yunani: πίστιν– pisti) adalah rasa percaya kepada Tuhan. Iman
sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai kepercayaan (kata
benda).[2]
Arti kata ‘Iman’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan.
[3] Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam kepercayaan kepada Allah. Iman kepada Allah
berarti iman kepada FirmanNya[4] kata Iman (Faith) memiliki arti sebagai suatu kebenaran yang
objektif, yang diwahyukan yang dipercaya (Fides qual) atau penyerahan diri secara pribadi kepada
Allah (Fidesque)[5].
            Pengertian iman dalam Perjanjian Lama, yakni: Perkataan ‘iman’ dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Ibrani ‘aman’  yang dapat diterjemahkan dengan ‘firmness’ atau keteguhan,
kekokohan dan ketetapan.[6]
Dalam Perjanjian Baru, perkataan yang dipergunakan menerangkan ‘iman’ atau ‘kepercayaan’
adalah ‘pistis’ (bahasa Yunani), berasal dari kata Pisteno, yang artinya ‘saya percaya’ atau ‘saya
mempercayai’[7]
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat. Dasar keyakinan ini adalah Firman Allah (Ibrani 11:1). Dalam Ibrani 11:1
dikatakan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman mengandung unsur ilahi dan kemanusiaan. Iman adalah
karunia Allah dan juga tindakan manusia. Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4: 20-21).
Tujuan iman adalah iman kepada Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
  Menurut Arthurpink sebagaimana dikutip Wofford, “iman adalah dimana ketaatan adalah bunga
dan buah yang indah yang terjadi jika iman itu telah dinyatakan dalam kenyataan.”[8]
Menurut Andrew iman adalah: “Kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar.  Apabila
Allah menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi, iman itu bersukacita walaupun tidak melihat
tanda-tanda apapun mengenai hal itu.  Bagi iman semuanya sama-sama pasti.  Iman selalu hanya
menurut pada apa yang telah dikatakan Allah serta bersandar pada kuasa dan kesetiaanNya untuk
menggenapi firmanNya.[9]
Pengertian Iman menurut Thomas H. Groome, “Iman sebagai yang utama, maksudnya disini
adalah iman merupakan inti manusia yang mendasar, disposisi fundamental dan membentuk
segala sesuatu yang datang setelah iman.” 
            Definisi Iman menurut Ichwei G. Indra, “dalam Ibr. 11:1 ada dua hal tentang iman, yakni
pertama iman adalah ‘dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Kedua iman adalah bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.”[10]
Thomas H. Groome, dalam Daniel Nuhamara mengklaim bahwa, iman Kristen sebagai suatu
pengalaman yang nyata mempunyai tiga dimensi yang esensial, yakni:1). Suatu keyakinan /
kepercayaan; 2). Suatu hubungan memercayakan diri; 3).Suatu kehidupan yang dijalani dalam
kasih agape.[11]
1.      Iman sebagai kepercayaan (Believing)
Iman Kristen lebih dari sekedar kepercayaan, walaupun demikian harus dikatakan bahwa iman
Kristen mempunyai dimensi kepercayaan apabila ia mendapatkan perwujudannya dalam
kehidupan manusia. Aktivitas dari iman Kristen menghendaki agar didalamnya ada suatu
keyakinan dan percaya tentang kebenaran-kebenaran yang diakui sebagai esensi dalam iman
kristiani. Dimensi iman sebagai kepercayaan tertuju pada dimensi kognitif.
2.      Iman sebagai keyakinan (Trusting)
Dimensi iman sebagai keyakinan tertuju pada dimensi afektif yaitu mengambil mengambil
bentuk dalam hubungan memercayakan diri, serta yakin akan Allah yang pribadi, yang
menyelamatkan melalui Yesus Kristus.
3.      Iman sebagai tindakan (Doing)
Iman Kristen sebagai suatu respons terhadap kerajaan Allah dalam Yesus Kristus, harus
mencakup pelaksanaan kehendak Allah. Dimensi tindakan ini memperoleh perwujudan dalam
kehidupan yang dijalani dalam kasih agape, yakni mengasahi Allah dengan jalan mengasihi
sesama manusia.

2)      Dasar – Dasar Pertumbuhan Iman


            Yang dimaksud dengan ‘dasar-dasar iman’ disini adalah cara-cara yang
dapat  menumbuhkan / menguatkan iman. Menurut Ichwei G. Indra, dalam Alkitab sedikitnya
terdapat 7 cara yang dapat menguatkan iman[12], yakni:.
1.    Ucapan syukur kepada Allah (Mzm 50:23)
Salah satu cara untuk dapat menguatkan iman adalah dengan menaikkan pujian dan
menyampaikan ucapan syukur kepada Allah.
2.    Mengakui Dosa Kepada Allah (Mzm.32:3, 5)
Ketika Daud memberitahukan dosa dan salahnya kepada Allah, ia bukan hanya beroleh
pengampunan dosa, tetapi imannya juga dikuatkan.
3.    Berdoa Kepada Allah (Yes.40:31)
Berdoa adalah hal yang paling penting, apalagi saat menantikan Tuhan dengan tenang dan teratur
didalam doa. Tanpa berdoa, iman tidak akan ada.
4.    Berpegang pada Firman Allah (Roma 10:17)
Iman timbul dari pendengaran, jika menginginkan iman tumbuh dan dikuatkan, renungkanlah
dan berpeganglah selalu pada Firman Allah.
5.    Gunakanlah Iman (Mat.25:29)
Iman harus digunakan, maka kehidupan akan berkemenangan setiap hari.
6.    Saksikanlah Iman (Rm.10:10)
Maksudnya adalah kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah.
7.    Layanilah dengan Iman (Yak.2L:17)
Bekerja terus dan melayani Tuhan dan sesama dengan bersandar kepada pimpinan Roh kudus
yang senantiasa memberikan kekuatan iman.

Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan iman adalah suatu proses dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya (Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu mendengar,
menerima dan memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus
10:17), selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran Firman Tuhan mengakar dan
bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah (Matius 3:8).
Nacy Poyah mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup di dalam iman kepada Kristus bagaikan
tunas yang baru, terus bertumbuh dan berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan
Allah, sehingga hidup umat berkenan kepada Allah dalam segala hal dan terus mengarah kepada
Kristus (Efesus 4:13-16). Berbuah dalam kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan
namaNya (Yohanes 15:7; Efesus 2:10)”.[13]
1.      Iman timbul karena seseorang mendengar Firman Kristus 
Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus. (Rom. 10:17)
2.      Iman timbul dari Berita Injil:
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku
melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh,
dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (Filp 1:27).
Bagaimana iman dapat tumbuh, sebagai contohnya dapat dilihat pada kisah seorang wanita yang
sakit pendarahan selama 12 tahun (Mark. 5:25-29) Adalah di situ seorang perempuan yang sudah
dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai
tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada
faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita
tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan
menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari
penyakitnya. Kalimat “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,” menjelaskan darimana
iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa Yesus
menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu memiliki
harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh asalkan dia ketemu
Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
(ayat 28).
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen ‘Hidup dalam Anugrah-Nya’ dirangkum beberapa cara
untuk menumbuhkan iman agar dapat terus hidup dalam Yesus Kristus dan bahkan berbuah
sesuai dengan yang diharapkan-Nya, yakni sebagai berikut:
1.      Berdoa
Martin Luther menyebut doa adalah nafas hidup orang percaya. Dalam doa dapat menyampaikan
pengakuan akan kuasa dan kemuliaan serta kekudusan Tuhan, pergumulan sebagai orang
beriman, dan juga memohon pengampunan dosa kepadaNya.
2.      Membaca Firman Tuhan.
Manusia mengenal Allah yang menyatakan diriNya dalam sejarah keselamatan melalui Firman dan
karyaNya. KaryaNya dinyatakan melalui para nabi dan utusannya, dan dikumpulkan dalam Alkitab.
Membaca Alkitab adalah upaya dalam mengenal Allah, menggali yang kehendak Allah.
3.      Beribadah. Ibadah adalah pengabdian hidup dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama.
Ibadah adalah aktivitas hidup beriman. Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada
Tuhan.[14]
Fowler dalam Thomas H. Groome, mengindikasikan bahwa ada enam tahap yang berbeda yang
dapat dikenali dan dilihat dalam kemampuan beriman manusia yang berkembang, dimana setiap
tahap memiliki strukturnya sendiri, setiap tahapan saling berhubungan secara hierarki dan
berurutan.
Adapun keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:”[15]
1.      Tahapan Pertama: Iman intuitif (Proyektif)
Tahapan dimana iman seseorang kira-kira dari usia empat sampai delapan tahun, iman
kepercayaan dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniru suasana hati, contoh dan tindakan –
tindakan iman orang-orang lain yang dapat dilihat, terutama orang tua.  
2.      Tahapan Kedua: Mitis / Harfiah
Tahapan ini terjadi kira-kira antara usia tujuh atau delapan sampai sebelas atau dua belas tahun.
Tahapan ini adalah tahapan iman afiliatif dimana seseorang datang dengan lebih sadar untuk
bergabung dan menjadi anggota komunikasi iman.
3.      Tahapan ketiga: Sintetis / Konvensional
Tahapan ini biasanya mulai pada usia 11 atau 12 tahun, bisa bertahan secara permanen. Pada
tahap ketiga, iman menafsirkan, menghubungkan diri dengan dan membuat makna keluar dari
kehidupan sesuai dengan petunjuk. Tahapan ini adalah tahapan konvensional atau bersifat
menyesuaikan diri.
4.      Tahapan keempat:  Individual / Reflektif
Tahapan ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40 tahun, dan banyak orang dewasa tidak pernah
mencapai tahap ini. Tahapan ini adalah kemampuan baru untuk berdiri sendiri, dan kelompok
miliknya dipilih berdasarkan refleksi dan bukan hanya diterima.
5.      Tahapan kelima: Iman Konjungtif
Kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya. Iman pada tahap kelima
melibatkan pemakaian kembali pola-pola komitmen dan cara-cara membuat masa lampau, hal
tersebut adalah untuk memperoleh kembali kebenaran-kebenaran lama dengan cara yang baru.
6.      Tahapan keenam: Iman yang Mengacu Pada Universalitas
Orang yang berada pada tahapan keenam ini tinggal di dunia sebagai orang yang hadir untuk
mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri “Menggunakan dan digunakan untuk
mengubah realitas masa kini ke arah keadaan yang sebenarnya yang transenden.
Dalam istilah spiritual, tahap keenam adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan
Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan.
Melalui pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan yang disampaikan dalam persekutuan yang
beribadah, pengetahuan yang benar tentang anak Allah semakin mendalam, dan berkat kuasa
Roh Kudus iman jemaat semakin bertumbuh.  Dalam kitab Roma 10:17 dikatakan:  “Jadi, iman
timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan.”
Kolose 2:6-7 adalah nasehat agar berakar dalam Kristus, bertambah teguh, jangan goyah,
bertumbuh dengan baik. Berikut ini adalah tahapan iman yang bertumbuh, yakni:
1.      Iman yang berpengalaman (experience)
Selama percaya dan berdoa, dia memiliki pengalaman yang baru.
2.      Iman yang memiliki kepribadian (personal)
Orang percaya yang dewasa, adalah orang yang menjadi hamba Yesus Kristus dikuasai olehNya
dan kepribadiannya seperti kepribadian Yesus.
3.      Iman Komunitas (community)
Orang beriman tidak hidup sendiri, tetapi hidup serasi dalam kehidupan iman.
4.      Iman yang dimiliki (owned)
Iman yang bisa mengorbankan diri dan menyerahkan diri untuk orang lain. Kehidupan yang
berkoban yang mencapai tahap pelayanan.
5.      Iman Internasional (world)
Orang yang memiliki iman seperti ini adalah orang yang mengkhawatirkan dunia dengan
imannya.[16]
Robert J. Keeley, [17]memaparkan program yang menolong orang dewasa menemukan cara
untuk terhubung dengan anak-anak secara sistematis akan bermanfaat dan tidak bertentangan
dengan bimbingan pribadi..
1.      Mengenal Firman Tuhan
Salah satu hal yang mengagumkan tentang Alkitab adalah seseorang dapat membaca Firman
Tuhan, dan tanpa bantuan orang lain, menemukan siapa Tuhan dan mengenal Yesus Kristus
sebagai juruselamat. Alkitab adalah kitab yang begitu kaya dan menakjubkan sehingga kita dapat
selalu belajar darinya dan makin mengenal Tuhan dan diri sendiri. Penggunaan tafsiran,
penelitian, kajian arkeologis, dan buku sejarah akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam
dan menyeluruh mengenai waktu dan tempat dari setiap kisah yang ditulis.  Melalui Alkitab
dapat belajar melihat orang-orang dan kisah-kisah tersebut sebagai orang-orang riil dan
pengalaman mereka sebagai pengalaman riil. Pemahaman ini merupakan bagian penting dari
persiapan untuk melayani anak-anak, karena jika ingin menghdirkan Firman Tuhan sebagai
dokumen yang hidup dan memberi hidup kepada anak-anak, kita perlu mengenal kebenaran itu.
2.      Mengenal Anak-anak
Untuk melayani anak-anak, terlebih dahulu harus memahami mereka, kebutuhan khusus mereka,
dan kemampuan mereka, kita dapat belajar tentang anak-anak dalam Alkitab. Ada sejumlah
perikop dimana anak-anak memainkan peran dan perikop lainnya ketika Yesus berbicara tentang
anak-anak. Namun, Alkitab tidak ditulis sebagai buku pelajaran mengenai perkembangan anak,
jadi perlu memperhatikan pendapat psikolog dan pakar pendidikan mengenai anak-anak. Banyak
hal mengenai cara belajar dan cara berpikir anak telah ditulis. Teori perkembangan kognitif
menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk berpikir terus bertumbuh dan berubah seiring dengan
pertambahan usia. Kita juga perlu memahami bagaimana anak-anak berubah secara emosional,
sosial dan moral sementara mereka bertumbuh menjadi dewasa.
Robert J. Keeley menguraikan enam prinsip dalam pelayanan kepada anak-anak, antara lain:
1.      Iman anak-anak perlu dipupuk melalui seluruh komunitas iman, bukan hanya melalui orang
tua si anak.
2.      Anak-anak perlu menjadi bagian dari seluruh kehidupan berjemaat yang utuh.
3.      Anak-anak perlu tahu bahwa Tuhan itu misterius
4.      Kisah-kisah dalam Alkitab adalah kunci untuk menolong anak-anak mengenal Tuhan, dan
mengenal diri mereka sebagaimana adanya.
5.      Iman dan perkembangan moral sama penting, tetapi keduanya tidak sama.
6.      Anak-anak harus menjadi bagian dalam ibadah jemaat[18]

Bertumbuh dalam iman adalah tujuan setiap orang percaya, bertumbuh dalam iman adalah
kehendak Allah dalam hidup orang percaya. Namun sering sekali iman kita tidak dapat
bertumbuh dengan baik dan benar karena ada hambatan atau rintangan yang menghalangi.
Berikut akan diuraikan aspek-aspek penghambat dalam pertumbuhan iman, yakni:
1.      Dosa
Menurut Charles Ryrie, defenisi dosa tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan,
kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, penyimpangan terhadap hukum dan kesenjangan
meninggalkan jalan yang benar.[19]
2.      Tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan
3.      Tidak percaya kepada Firman Allah.
4.      Hidup dalam daging
Orang Kristen duniawi mengikuti keinginan daging (Gal.5:19-21). Menurut Charles Ryrie cara
orang Kristen duniawi merusak empat hal dalam hidup orang percaya, yaitu: 1). Persekutuanl; 2).
Sukacita; 3). Cara hidup; 4).Dosa-dosa mengakibatkan kurangnya kepercayaan dalam doa.[20]

Anda mungkin juga menyukai