Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH VARIASI KEPADATAN PADA PERMODELAN FISIK

MENGGUNAKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG


TERHADAP STABILITAS LERENG

Herlien Indrawahyuni, As’ad Munawir, Ifone Damayanti


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT. Haryono 16, Malang 65145, Indonesia
Email : iponk_jaya@yahoo.com

ABSTRAK

Ketidakstabilan suatu lereng dapat menyebabkan bahaya kelongsoran yang merugikan banyak pihak. Untuk
mencegah bahaya kelongsoran itu maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan stabilitas lereng
tersebut yaitu dengan peningkatan kepadatan dari tanah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh variasi kepadatan dan jenis tanah terhadap beban maksimum yang dapat ditahan oleh
tanah yang dibentuk model lereng. Penelitian ini dilakukan dengan membuat model lereng dalam sebuah
box (embankments) yang sederhana kemudian diberi beban menggunakan dongkrak hidrolik.Tanah yang
digunakan adalah tanah pasir berlempung dengan indeks plastisitas 18 %. Variasi kepadatan yang dilakukan
adalah dengan cara menggilas menggunakan silinder beton sebanyak 0 kali (tanpa pemadatan), 5 kali gilasan,
10 kali gilasan, 15 kali gilasan, dan 20 kali gilasan. Masing-masing pemadatan dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali. Pada penelitian ini juga dilakukan uji kuat geser langsung untuk mengetahui nilai kohesi (c)
dan sudut geser (ф), dan uji kepadatan dengan Sand Cone untuk mengetahui berat volume kering tanah (γd).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan variasi jumlah lintasan penggilas menyebabkan
peningkatan berat volume kering dan kemampuan menahan beban eksisting. Selain itu nilai kohesi dan sudut
geser dalam yang ada juga mengalami peningkatan. Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variasi kepadatan yang berupa variasi jumlah lintasan penggilas
berpengaruh terhadap peningkatan nilai berat volume kering (γd), kemampuan menahan beban hancur
(eksisting) serta parameter kekuatan geser tanah yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam tanah (ф). Dan dapat
dikatakan bahwa model lereng yang ditingkatkan kepadatannya akan lebih stabil, untuk tidak mengalami
keruntuhan karena pengaruh beban luar (eksisting) tersebut.

Kata kunci : kepadatan, pasir berlempung, permodelan fisik,

PENDAHULUAN Untuk mencegah terjadinya


Adanya beban-beban gravitasi luar bahaya kelongsoran dan memperoleh
seperti bangunan-bangunan rumah, solusi yang aman, maka perlu diadakan
gedung, atau jembatan serta rembesan investigasi yang cermat terhadap kondisi
(seepage) pada lereng tanah cenderung kestabilan lereng dari suatu jenis tanah.
menyebabkan ketidakstabilan Dalam hal ini simulasi model lereng dari
(instability) pada lereng alami (natural suatu jenis tanah diperlukan untuk
slope), pada lereng yang dibentuk dengan mengetahui bentuk bidang longsoran
cara penggalian, dan pada lereng tanggul yang terjadi pada lereng tersebut. Bentuk
serta bendungan tanah (earth dams). bidang longsor yang terjadi bisa
Ketidakstabilan pada lereng alami, bermacam-macam, dapat berupa
ataupun lereng galian dan lereng lingkaran, kurva bukan lingkaran,
timbunan ini dapat menyebabkan resiko translasi, atau bentuk gabungan dari tipe-
kelongsoran yang tentunya dapat tipe tersebut. Pengamatan terhadap
mengakibatkan terjadinya musibah atau faktor- faktor yang mempengaruhi
bencana alam yang banyak memakan keruntuhan lereng seperti sudut
korban jiwa maupun material. kemiringan lereng, ketinggian lereng atau

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 192
jenis tanah, kepadatan dan sifat-sifat fisik merupakan faktor yang berpengaruh
tanah lainnya juga perlu dilakukan, untuk didalam analisis perhitungan angka
mengetahui seberapa besar pengaruh keamanan.
faktor-faktor tersebut terhadap tipe Jenis tanah yang diwakili oleh
keruntuhan bidang longsor yang terjadi. distribusi ukuran butiran, bentuk butiran
Setelah itu perhitungan stabilitas tanah, dan jumlah serta jenis mineral
lereng dilakukan guna memeriksa yang ada pada tanah mempunyai
keamanan dari lereng tersebut. Proses pengaruh besar terhadap harga volume
yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan kering maksimum tersebut.
adalah menghitung dan membandingkan Tingkat kepadatan tanah diukur
tegangan geser yang terbentuk sepanjang dengan berat volume kering tanah yang
permukaan tergelincir terhadap kuat dipadatkan. Sehingga nilai dari berat
geser yang dimiliki dari tanah yang volume kering tanah ini yang nantinya
ditinjau. Proses ini dinamakan analisis dihubungkan dengan nilai beban
stabilitas lereng. Sedangkan nilai eksisting maksium yang dapat ditahan.
perbandingan antara kuat geser yang Untuk memperjelas ruang lingkup
dimiliki tanah dengan tegangan geser penelitian, maka pembatasan masalah
yang terjadi dikenal dengan angka diberikan sebagai berikut :
keamanan (safety factor) atau FS. • Penelitian hanya dilakukan di
Untuk keperluan tersebut maka Laboratorium Mekanika Tanah
peneliti ingin menyelidiki hubungan Jurusan Sipil Universitas
salah satu faktor yang mempengaruhi Brawijaya yang meliputi uji-uji
keruntuhan lereng yaitu kepadatan tanah berat jenis, uji geser langsung
dan juga jenis tanah terhadap stabilitas tanah yang diuji, uji batas-batas
lereng. Karena seperti kita ketahui Atterberg serta uji pembebanan
peningkatan kepadatan tanah atau hingga mencapai keruntuhan.
pemadatan tanah berfungsi meningkatkan • Penelitian dilakukan pada suhu
kekuatan tanah. Pemadatan tanah juga kamar 250.
dapat mengurangi besarnya penurunan • Tanah yang digunakan adalah
tanah yang tidak diinginkan dan tanah homogen isotropis, berupa
meningkatkan kemantapan lereng tanah urugan dengan jenis tanah
timbunan (embankments). Penyelidikan pasir berlempung dengan symbol
ini diwujudkan dalam pembuatan suatu SC menurut sistem unified.
model lereng tanah dengan variasi • Penelitian tidak termasuk
kepadatan yang diberi beban luar hingga rembesan air dalam tanah yang
terjadi keruntuhan. Selanjutnya, diujicobakan.
gambaran bidang longsorpun dapat • Sudut kemiringan lereng
dilihat dan diamati serta didapatkan juga ditetapkan 600
nilai beban maksimum yang dapat • Ketinggian model lereng 45 cm
ditahan oleh model lereng tersebut.
• Penempatan beban hanya pada
Setelah itu hasil penelitian dianalisis dan satu posisi dan merupakan beban
dilihat bagaimana hubungan antara
merata
kepadatan dan jenis tanah dengan beban
• Pemadatan tanah ditetapkan
eksisting maksimum yang dapat ditahan.
dengan memberikan 5 variasi
Nilai beban maksimum yang dapat
jumlah lintasan penggilas dengan
ditahan ini tentunya sangat erat kaitannya
3 kali pengulangan.
dengan nilai angka keamanan yang
mewakili stabilitas suatu lereng. Karena • Karena beberapa faktor di
nilai beban maksimum tersebut lapangan tidak dapat dikondisikan
dalam skala permodelan,
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 193
sehingga hanya beberapa faktor geser tanah sepanjang bidang longsor.
penting seperti kemiringan lereng, Faktor yang perlu dilakukan dalam
ketinggian lereng dan pemeriksaan tersebut adalah menghitung
pembebanan yang dapat dan membandingkan tegangan geser
dimodelkan. yang terbentuk sepanjang permukaan
• Dasar dari model lereng keras, retak yang paling mungkin dengan
yaitu berupa dasar dari kekuatan geser dari tanah yang
embankment yang digunakan. bersangkutan. Proses ini dinamakan
analisis stabilitas lereng (slope stability
Berdasarkan uraian diatas, maka analysis). Lereng dapat tidak stabil akibat
dapat dirumuskan masalah yang akan dari bencana alam yang berupa banjir,
dibahas adalah sebagai berikut: gempa bumi, ataupun gunung meletus.
1. Termasuk jenis kelongsoran Dilain pihak ketidakstabilan lereng dapat
apakah yang terjadi pada disebabkan lereng yang terlalu tinggi.
timbunan dari suatu jenis tanah Analisis stabilitas lereng harus
pasir berlempung? berdasarkan model yang akurat mengenai
2. Bagaimana pengaruh variasi kondisi material bawah permukaan,
kepadatan dan jenis tanah kondisi air tanah dan pembebanan yang
terhadap beban eksisting mungkin bekerja pada lereng. Tanpa
maksimum yang dapat ditahan? sebuah model geologi yang memadai,
analisis hanya dapat dilakukan dengan
TUJUAN menggunakan pendekatan yang kasar
Adapun maksud dari penelitian sehingga kegunaan dari hasil analisis
ini untuk mengamati pola keruntuhan dapat dipertanyakan.
yang terjadi pada model lereng timbunan Menurut Smaalen (1980),
dari jenis tanah pasir berlempung yang penyebab keruntuhan lereng yang
mempunyai kepadatan tertentu. potensial tergantung pada :
Sedangkan tujuan dari penelitian ini a. Sifat fisik tanah (kepadatan,
adalah untuk mengetahui hubungan tegangan geser, c dan ф)
antara kepadatan terhadap beban Dimana nilai-nilai tersebut
eksisting maksimum yang dapat ditahan didapatkan dari tes di
dari suatu lereng. laboratorium. Sifat fisik tanah
tersebut dapat diubah dengan
TINJAUAN PUSTAKA melakukan pemadatan tanah
Analisis Stabilitas Lereng sehingga nilai-nilai kepadatan,
Suatu permukaan tanah yang tegangan geser c dan ф dapat
miring dengan sudut tertentu terhadap dinaikkan, tetapi permeabilitas
bidang horizontal dan tidak dilindungi tanahnya menurun.
biasanya dinamakan sebagai lereng tak b. Tekanan Air Tanah
tertahan (unrestrained slope). Bila Dapat ditinjau dari tinggi muka
permukaan tanah tidak datar, maka air tanah dan biasanya
komponen berat tanah yang sejajar diasumsikan dalam keadaan kritis.
dengan kemiringan lereng akan c. Pembebanan
menyebabkan tanah bergerak kearah Pembebanan yang dilakukan pada
bawah. Bila komponen berat tanah sisi atas lereng dimasukkan dalam
tersebut cukup besar, kelongsoran lereng perhitungan
dapat terjadi. Dengan kata lain, gaya d. Bentuk Lereng
dorong (driving force) melampaui gaya
perlawanan yang berasal dari kekuatan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 194
Kegunaan dari perhitungan tentu 1. Keruntuhan pada lereng (slope
saja untuk menemukan bentuk failure)
lereng yang aman 2. Keruntuhan pada kaki lereng (toe
failure)
Berdasarkan pernyataan Smaleen 3. Keruntuhan dibawah kaki lereng
tersebut, maka pembentukan model (base failure)
lereng harus memperhatikan hal-hal Keruntuhan pada lereng (slope
diatas kecuali pembebanan, agar tidak failure) terjadi karena sudut lereng sangat
terjadi keruntuhan lereng sebelum model besar dan tanah yang dekat dengan kaki
tersebut diuji. lereng tersebut memiliki kekuatan yang
Analisis stabilitas lereng adalah tinggi. Keruntuhan pada kaki lereng
untuk menentukan nilai faktor keamanan terjadi ketika tanah yang berada di atas dan
dari bidang longsor yang potensial. di bawah kaki lereng bersifat homogen.
Asumsi yang dipakai dalam analisis Sedangkan keruntuhan dasar lereng
tersebut yaitu : terutama diakibatkan sudut lereng yang
a. Kelongsoran lereng terjadi di kecil dan tanah yang berada di bawah kaki
sepanjang permukaan bidang lereng lebih halus dan lebih plastis
longsor tertentu dan dapat daripada tanah di atasnya
dianggap sebagai masalah bidang
dua dimensi. a. Keruntuhan pada lereng
b. Masa tanah yang longsor
dianggap berupa benda yang
massif tanah yang
c. Tahanan geser dari massa tanah kekuatannya
pada setiap titik sepanjang bidang tinggi
longsor tidak tergantung dari
orientasi permukaan longsoran,
atau dengan kata lain kuat geser
b. Keruntuhan pada kaki lereng
tanah dianggap isotropis.
d. Faktor keamanan didefinisikan
sebagai perbandingan kuat geser
rata-rata dari tanah denagan tanah homogen
tegangan geser rata-rata
sepanjang bidang longsor yang
potensial. Jadi, lereng dalam c. Keruntuhan pada dasar lereng

keadaan akan longsor pada saat


angka keamanan Fs = 1.
Umumnya, harga 1,5 untuk angka
tanah yang lebih halus
keamanan terhadap kekuatan
geser dapat diterima untuk
perencanaan stabilitas lereng
Gambar 1. Tipe-tipe Keruntuhan
Tipe Keruntuhan Lereng PadaLereng
Penyelidikan yang pernah diadakan (Sumber : Murthy, 1977: 500)
di Swedia menegaskan bahwa bidang
keruntuhan lereng tanah menyerupai bentuk
busur lingkaran Tipe keruntuhan lereng Angka Keamanan
yang normal terjadi dapat dibagi atas : Faktor keamanan didefinisikan sebagai
perbandingan antara gaya geser yang

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 195
menahan kelongsoran dan gaya yang gesernya terdiri tahanan kohesi, sudut
menggerakan atau menyebabkan geser dalam dan tegangan efektif maka
kelongsoran. Dengan τ adalah tahanan metode yang pas digunakan adalah
geser maksimum yang dapat dikerahkan metode potongan Fellenius (Swedish
oleh tanah, τd adalah tegangan geser yang Circle Method). Analisis stabilitas lereng
terjadi akibat gaya berat tanah yang akan cara Fellenius (1927) menganggap gaya-
gaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri
longsor, F adalah faktor keamanan dari sembarang irisan mempunyai
Menurut teori Mohr-Coulomb, resultan nol pada arah tegak lurus bidang
tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan longsornya. Dengan anggapan ini,
oleh tanah, di sepanjang bidang longsor keseimbangan arah vertikal dari gaya-
dinyatakan oleh : gaya yang bekerja dengan
τ = c + σ tan ф........... (1) memperhatikan tekanan air pori adalah :
Dengan c = kohesi, σ = tegangan Ni + Ui = Wi cos θi ......... (5a)
normal, dan ф = sudut geser dalam tanah. Atau
Nilai-nilai c dan ф adalah parameter kuat Ni = Wi cos θi – Ui ........(5b)
geser tanah di sepanjang bidang longsor. = Wi cos θi – uiai ........(5c)
Dengan cara yang sama, dapat
dituliskan persamaan tegangan geser Dimana faktor aman didefinisikan
yang terjadi (τd) akibat beban tanah dan sebagai, F dengan
beban-beban lain pada bidang Mr = Jumlah momen dari tahanan geser
longsornya: sepanjang bidang longsor
τd = cd + σ tan фd ..........(2) Md = Jumlah momen dari berat massa
dengan cd dan фd adalah kohesi dan sudut tanah yang longsor
geser dalam yang terjadi atau yang Lengan momen dari berat massa tanah
dibutuhkan untuk keseimbangan pada tiap irisan adalan R sin θ, maka
bidang longsornya.
= ...... (6)
Subsitusikan persamaan (1) dan
R = jari-jari lingkaran bidang longsor
(2) maka diperoleh persamaan faktor
n = jumlah irisan
aman,
Wi = berat massa tanah irisan ke-i
...... (3) θi = sudut
Dengan cara yang(2-4) sama, momen
Persaman (2) dapat pula dituliskan dalam yang menahan tanah yang akan longsor,
bentuk : adalah
cd + σ tan фd = +σ ...... (4) =
...(7)
Untuk maksud memberikan faktor aman
terhadap masing-masing komponen kuat Karena itu, persamaan untuk faktor
geser, faktor aman dapat dinyatakan oleh: keamanannya menjadi,
Fc dan Fф, dengan Fc = faktor aman pada
komponen kohesi dan Fф = faktor aman F=
pada komponen geser dalam tanah.
Umumnya faktor aman stabilitas lereng .......(8)
atau faktor aman terhadap kuat geser Bila terdapat air pada lerengnya,
tanah diambil lebih besar atau sama tekanan air pori pada bidang longsor
dengan 1,2. tidak berpengaruh pada Md, karena
Untuk suatu bidang longsor yang ditinjau resultan gaya akibat tekanan air pori
yang berbentuk busur lingkaran yang lewat titik pusat lingkaran. Subsitusi
melalui lapisan tanah dimana tahanan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 196
persamaan (1-7) ke persamaan (1-10)
diperoleh,

F=
......(9)
Dengan :
F = faktor aman
c = kohesi tanah
ф = sudut geser dalam tanah
ai = panjang bagian lingkaran pada
irisan ke -i
Wi = berat irisan tanah ke-i Gambar 3. Tempat Kedudukan Pusat
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i Lingkaran Kritis
θi = sudut (Sumber : Murthy, 1977:504)
(Hardiyatmo, 2003:360)
METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang


digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi Jenis Tanah
Identifikasi jenis tanah ini terdiri
dari :
- Analisis butiran tanah dengan
saringan no. 4, 10, 20, 40, 60,
Gambar 2. Gaya-gaya yang Bekerja 100 dan 200
Pada Irisan - Analisis Hidrometer
(Sumber : Hardiyatmo, 2003:360) - Uji nilai batas-batas Atterberg
untuk penentuan nilai LL, PL
Untuk keperluan praktis, Fellenius dan PI
memberikan pedoman untuk menentukan - Uji berat jenis untuk
pusat lingkaran kritis. Pusat lingkaran mengetahui nilai Gs
kritis akan berada di sepanjang garis OC
(gambar 3) dimana titik C mempunyai 2. Pembuatan Model Lereng
koordinat H dibawah kaki lereng dan 4,5 Pada penelitian ini dibuat 5 buah
H horizontal dari kaki lereng. Titik O benda uji untuk setiap jenis
dapat ditentukan dengan bantuan Tabel kepadatan lereng, yaitu model
1. lereng tanah pasir yang dicampur
dengan sedikit lempung. Dan
Tabel 1. Harga-harga α dan β dilakukan 3 kali pengulangan
Kemiringan Sudut untuk percobaan pemadatan yang
α β
lereng Lereng sama. Adapun model yang
0,6 : 1 600 290 400 merupakan benda uji yang akan di
0
1 :1 45 280 370 buat adalah sebagai berikut :
0
1,5 : 1 33,8 260 350
2 :1 26,60 250 350
0
3 :1 18,4 250 350
0
5 :1 11,3 250 350

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 197
Hasil Penelitian
3cm
Tabel 2. Kohesi
Hasil Test Direct Shear c
(Kohesi) (kg/cm2)
Gambar 4. Model Lereng Percobaan Ket.
c1 c2 c3
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) rata-rata
Dalam penelitian ini digunakan Tanpa
kerangka pembebanan atau Pemadatan 0.001 0.008 0.001 0.003
Pemadatan
embankment yang terbuat dari 5x gilasan 0.008 0.008 0.010 0.009
pelat baja yang diatasnya terbuka, Pemadatan
kecuali sisi depannya terbuat dari 10x
kaca dengan ketebalan 8 mm dan gilasan 0.01 0.013 0.010 0.011
sisi belakang terbuat dari pelat Pemadatan
15x
baja. Ukuran kerangka tersebut
gilasan 0.03 0.030 0.050 0.037
panjang x lebar x tinggi sebesar Pemadatan
90 x 50 x 60 cm3. 20x
3. Pengambilan sampel untuk uji gilasan 0.03 0.034 0.051 0.038
geser langsung untuk
mendapatkan nilai c dan ф
4. Pengambilan sampel untuk uji Tabel 3. Sudut Geser Dalam
kadar air dan sandcone untuk Hasil Test Direct Shear (Sudut
mendapatkan nilai γd Geser Dalam) ф(0)
Ket.
rata-
5. Pengujian beban dengan ф1 (0) ф2 (0) ф3 (0) rata
menggunakan dongrak hidrolik Tanpa
Pemadatan 40.23 39.98 39.90 40.037
Pemadatan
HASIL DAN PEMBAHASAN 5x gilasan 40 41.48 40.95 40.809
Pemadatan
10x gilasan 40.23 41.99 41.28 41.166
Analisis Bahan Pemadatan
Adapun hasil dari identifikasi 15x gilasan 41.47 43.47 42.90 42.613
jenis tanah adalah sebagai berikut : Pemadatan
• Berat Jenis = 2,63 20x gilasan 43.65 43.90 43.90 43.817
• Batas Cair = 55,8 %
• Indeks Plastis = 18 % Tabel 4. Kadar Air
• Komposisi Pasir = 70 % Tes Kadar Air w(%)
Keterangan
• Komposisi Lempung = 30 % rata-
w1(%) w2(%) w3(%) rata
• Kadar air rata-rata = 9,4 % Tanpa
Dengan data seperti yang disebutkan Pemadatan 9.16 9.10 8.95 9.07
diatas, maka berdasarkan system Unified Pemadatan
tanah digolongkan tanah jenis pasir 5x gilasan 9.21 9.04 9.10 9.12
berlempung dengan symbol SC. Pemadatan
10x gilasan 9.26 9.18 9.20 9.21
Pemadatan
15x gilasan 9.54 9.43 9.36 9.44
Pemadatan
20x gilasan 9.89 9.65 9.57 9.70

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 198
Tabel 5. Berat Volume Kering Tanah
(γd)
γd
Hasil Uji Sandcone (gr/cm3)
Keterangan
γd1 γd2 γd3 rata-
(gr/cm3) (gr/cm3) (gr/cm3) rata
Tanpa
Pemadatan 1.176 1.158 1.163 1.166
Pemadatan
5x gilasan 1.324 1.322 1.323 1.323
Pemadatan
10x gilasan 1.342 1.342 1.331 1.338
Pemadatan
Gambar 5. Grafik Hubungan Jumlah
15x gilasan 1.364 1.370 1.373 1.369 Lintasan Penggilas dengan Beban Hancur
Pemadatan
20x gilasan 1.400 1.392 1.396 1.396 Meningkatnya kemampuan tanah
dalam menahan beban hancur yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah
Tabel 6. Beban Luar Maksimum (Beban gilasan, berkaitan dengan terjadinya
Hancur) perubahan nilai berat volume kering
q tanah. Peningkatan jumlah gilasan tanah
Hasil Uji Beban (kg/cm2) yang diberikan menyebabkan
Keterangan
q1 q2 q3 rata-
2 2
(kg/cm ) (kg/cm ) (kg/cm ) 2
rata
meningkatnya berat volume kering tanah
Tanpa yang ada. Hal ini dapat dilihat dari grafik
Pemadatan 15 15 15 15 pada gambar . Perlu diketahui bahwa
Pemadatan pada tahun 1960, Johnson dan Sallberg
5x gilasan 22 18 20 20 telah meneliti mengenai hubungan
Pemadatan jumlah lintasan penggilas dengan berat
10x gilasan 28 23 25 26
Pemadatan
volume kering. Gambar 7. menunjukan
15x gilasan 35 35 35 35 kurva kepadatan tanah terhadap jumlah
Pemadatan lintasan penggilas. Berat volume kering
20x gilasan 43 40 42 42 dari tanah pada kadar air tertentu akan
meningkat (dengan makin bertambahnya
jumlah lintasan penggilas) sampai pada
Pembahasan suatu titik tertentu. Setelah itu, kepadatan
tanah akan menjadi konstan. Umumnya
Hubungan Variasi Kepadatan Tanah pada 10 sampai 15 lintasan sudah akan
terhadap Beban Maksimum yang menghasilkan berat volume kering
Dapat Ditahan (Beban Hancur) maksimum yang secara ekonomis dapat
dicapai.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan bahwa semakin
banyak jumlah lintasan penggilas yang
diberikan pada tanah maka semakin
tinggi kemampuan tanah menahan beban
hancur. Hal ini dapat terlihat dari grafik
pada Gambar 5.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 199
Tabel 7. Perbandingan Berat Volume
Kering Tanah dan Beban Hancur

Keterangan γd (gr/cm3) q (kg/cm2)

Tanpa
Pemadatan 1.166 15
Pemadatan
5x gilasan 1.323 20
Pemadatan
10x gilasan 1.338 26
Pemadatan
15x gilasan 1.369 35
Pemadatan
Gambar 6. Grafik Hubungan Jumlah 20x gilasan 1.396 42
Lintasan Penggilas dan Berat Volume
Kering
Peningkatan berat volume kering
tanah ini menunjukan kedudukan butiran
akan lebih rapat atau lebih padat
sehingga kemampuan tanah dalam
menahan beban hingga mencapai
keruntuhan tentunya akan meningkat.
Hubungan antara jumlah berat volume
kering (γd) dengan kemampuan tanah
menahan beban hancur dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 7. Kurva kepadatan untuk tanah


lempung berlanau; hubungan antara berat
volume kering dan jumlah lintasan
penggilas tiga-roda dengan berat 9,5 ton
(84,5 kN) bilamana tebal lapisan tanah
lepas yang dipadatkan adalah 9 inci
(228,6 mm) pada kadar air yang berbeda.
(Digambar lagi menurut Johnson dan
Sallberg, 1960).

Gambar 8. Grafik Hubungan Berat


Volume Kering dan Beban Hancur

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 200
Hubungan Tingkat Kepadatan Tanah
terhadap Nilai Kohesi (c) dan Sudut
Geser Dalam Tanah (ф)
Selain untuk meningkatkan berat
volume tanah, usaha pemadatan juga
berpengaruh terhadap peningkatan
kekuatan geser tanah. Peningkatan
kekuatan geser tanah ini juga
berhubungan dengan nilai parameter-
parameter dalam kekuatan geser tanah
pada tanah seperti kohesi (c) dan sudut
geser tahanan tanah (ф). Pada nilai
kepadatan yang berbeda-beda akan
menghasilkan nilai kohesi yang relatif
berbeda seperti yang terlihat pada grafik-
grafik berikut ini.

Gambar 9c. Grafik Hubungan Nilai c


dan γd (pengulangan 2)

Gambar 9a. Grafik Hubungan Nilai c dan


γd (rata-rata)

Gambar 9d. Grafik Hubungan Nilai c


dan γd (pengulangan 3)

Gambar 9b. Grafik Hubungan Nilai c


dan γd (pengulangan 1)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 201
Peningkatan parameter dalam
kekuatan geser tanah, juga terjadi pada
nilai sudut geser dalam tanah. Nilai sudut
geser dalam tanah (ф) meningkat secara
bertahap sesuai dengan kenaikan tingkat
kepadatan tanah (γd). Peningkatan nilai
sudut geser secara keseluruhan dapat
dilihat dari grafik-grafik berikut ini.

Gambar 10c. Grafik Hubungan Nilai ф


dan γd (pengulangan 2)

Gambar 10a. Grafik Hubungan Nilai ф


dan γd (rata-rata)

Gambar 10d. Grafik Hubungan Nilai


Gambar 10b. Grafik Hubungan Nilai
ф dan γd (pengulangan 3)
ф dan γd (pengulangan 1)
Walaupun secara keseluruhan
nilai sudut geser dalam tanah meningkat,
tetapi pada percobaan perulangan 1
terjadi penurunan dan juga kesamaan
nilai kohesi dimana pada sampel yang
sama nilai γd-nya terus meningkat.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 202
Hubungan Nilai Kohesi (c) dan Sudut
Geser Dalam Tanah (ф) terhadap
Kemampuan Beban Hancur
Parameter nilai kohesi (c) dan
sudut geser dalam tanah (ф) yang
berhubungan dengan peningkatan
kekuatan geser tanah tentunya juga
berpengaruh pada stabilitas lereng yang
dalam hal ini kemampuan tanah tersebut
dalam menahan beban hancur.
Grafik-grafik berikut ini
menunjukan peningkatan kemampuan
dalam menahan beban hancur (q) yang
dipengaruhi oleh peningkatan nilai
kohesi (ф) tanah tersebut.

Gambar 11b. Grafik Hubungan Nilai c


dan Beban Hancur (pengulangan 1)

Gambar 11a. Grafik Hubungan Nilai c


dan Beban Hancur (rata-rata)

Gambar 11c. Grafik Hubungan Nilai c


dan Beban Hancur (pengulangan 2)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 203
Gambar 11d. Grafik Hubungan Nilai c Gambar 12a. Grafik Hubungan Nilai ф
dan Beban Hancur (pengulangan 3) dan Beban Hancur (rata-rata)

Dari keempat grafik diatas, grafik Nilai-nilai ф dan beban hancur (q)
11c memiliki bentuk grafik yang berbeda yang ditunjukan pada gambar 12a.
dari 3 grafik yang lainnya. Hal ini merupakan nilai rata-rata dari perulangan
diperkirakan dipengaruhi oleh penurunan 1, 2, dan 3. Dari grafik dapat kita lihat
nilai kadar air yang sempat terjadi pada bahwa secara keseluruhan nilai beban
pengulangan 2 tapi kemudian meningkat hancur yang dapat ditahan meningkat
lagi, sedangkan pada pengulangan 1 dan seiring dengan peningkatan nilai ф-nya.
pengulangan 3 serta hasil rata-rata (untuk
ketiga pengulangan) kadar air tidak
pernah turun dan terus meningkat.
Gambar 11b, 11c dan 11d
memperlihatkan bahwa untuk nilai c
yang sama nilai beban hancur yang ada
ternyata berbeda. Hal ini terjadi karena
pada nilai c yang tidak mengalami
peningkatan atau sama, nilai sudut geser
dalamnya meningkat sehingga kekuatan
geser tanah tetap meningkat walaupun
nilai kohesinya tidak meningkat.
Peningkatan sudut geser dalam (ф) ini
yang mengakibatkan kemampuan tanah
dalam menahan beban hancur juga
meningkat seperti yang diperlihatkan Gambar 12b. Grafik Hubungan Nilai ф
pada gambar grafik berikut. dan Beban Hancur (pengulangan 1)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 204
dapat kita lihat pada gambar - gambar
berikut.

R = 47,2 cm
45cm

90 cm

Gambar 12c. Grafik Hubungan Nilai ф Gambar 13a. Gambar Bidang Longsor
dan Beban Hancur (pengulangan 2) Pada Tanah yang Tidak Dipadatkan

R = 48,12 cm
45cm

90 cm

Gambar 13b. Gambar Bidang Longsor


Pada Tanah dengan 5 Lintasan Penggilas

Gambar 12d. Grafik Hubungan Nilai ф


dan Beban Hancur (pengulangan 3)
R = 51,41 cm

Hubungan Tingkat Kepadatan Tanah 45 cm


terhadap Bentuk Kelongsoran Lereng
Pada penelitian ini tingkat
kepadatan tanah juga berpengaruh
terhadap bentuk kelongsoran yang
90 cm
terjadi. Pada tanah yang tidak dipadatkan
jenis kelongsoran yang terjadi adalah toe
failure atau kelongsoran yang terjadi Gambar 13c. Gambar Bidang Longsor
pada kaki lereng. Dan pada tanah yang pada Tanah dengan 10 Lintasan
dipadatkan dengan 5 kali - 20 kali gilasan Penggilas
kelongsoran yang terjadi adalah slope
failure atau kelongsoran lereng. Hal ini

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 205
Tabel 8. Nilai Angka Keamanan Model
Lereng dengan Beban Luar
R = 48,68 cm
(Laboratorium)
Keterangan Angka
45 cm No
Pemadatan Keamanan
Tanpa
1 0,342
Pemadatan
5 kali lintasan
2 0,304
90 cm penggilas
10 kali lintasan
Gambar 13d. Gambar Kelongsoran pada 3 0,483
penggilas
Tanah dengan 15 Lintasan Penggilas 15 kali lintasan
4 0,563
penggilas
20 kali lintasan
5 0,475
penggilas
R = 26,16 cm

45 cm
Tabel 9. Nilai Angka Keamanan Model
Lereng dengan Beban Luar ( Teoritis )
Keterangan Angka
No
Pemadatan Keamanan
Tanpa
1 0,760
90 cm Pemadatan
5 kali lintasan
Gambar 13e. Gambar Bidang Longsor 2 0,812
penggilas
pada Tanah dengan 20 Lintasan 10 kali lintasan
Penggilas 3 0,828
penggilas
15 kali lintasan
4 1,015
penggilas
Analisis Angka Keamanan
20 kali lintasan
Analisis angka keamanan pada 5 1,053
penggilas
penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan hasil penelitian (nilai
berat volume kering (γd), nilai kohesi (c),
Tabel 10. Nilai Angka Keamanan Model
nilai sudut geser dalam (ф), dan pola
Lereng tanpa Beban Luar (Teoritis)
bidang longsor) dengan hasil perhitungan
angka keamanan. Analisis angka Keterangan Angka
No
keamanan dilakukan dengan Pemadatan Keamanan
menggunakan metode Fellenius. Dari Tanpa
1 1,597
analisis perhitungan angka keamanan ini Pemadatan
didapatkan nilai angka keamanan untuk 5 kali lintasan
2 1,597
setiap model lereng dengan tingkat penggilas
kepadatan berbeda sebagai berikut : 10 kali lintasan
3 1,629
penggilas
15 kali lintasan
4 1,826
penggilas
20 kali lintasan
5 1,952
penggilas

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 206
Nilai-nilai angka keamanan pada untuk lereng yang tidak
tabel 8, 9 dan 10 didapat dengan cara dipadatkan
memasukan nilai c, ф, dan γd yang 2. Peningkatan Jumlah lintasan
berasal dari hasil penelitian ini. Untuk penggilas (N) dapat
perhitungan nilai faktor keamanan pada meningkatkan berat volume
tabel 8, pola bidang longsor yang kering tanah (γd)
digunakan adalah pola bidang longsor 3. Peningkatan kepadatan tanah
yang terjadi pada saat penelitian dapat meningkatkan tingkat
dilakukan seperti pada gambar 13a, 13b, kohesi tanah (c) dan nilai
13c, 13d dan 13e. Sedangkan untuk sudut geser dalam tanah (ф)
perhitungan pada tabel 9 dan 10, pola 4. Peningkatan nilai γd, c, dan ф
bidang longsor yang digunakan adalah berpengaruh terhadap
pola bidang longsor teoritis sesuai peningkatan kemampuan
dengan teori Fellenius , hanya saja pada menahan beban luar
tabel 10 nilai beban luar tidak 5. Peningkatan nilai γd, c, dan ф
dimasukkan. berpengaruh terhadap tingkat
Dari tabel 8 dapat kita lihat stabilitas lereng
bahwa tingkat kepadatan tanah yang 6. Peningkatan kepadatan tanah
mempengaruhi nilai c, ф, dan γd serta berpengaruh terhadap
nilai q dan pola bidang longsor yang peningkatan nilai angka
terjadi berpengaruh terhadap stabilitas keamana
lereng. Untuk setiap tingkat kepadatn 7. Peningkatan variasi kepadatan
yang berbeda-beda angka keamanannya berpengaruh meningkatkan
juga berbeda-beda. stabilitas lereng yang ditandai
Sedangkan dari tabel 9 dan 10 dengan peningkatan nilai
dapat dilihat bahwa tingkat stabilitas angka keamanan lereng (SF)
lereng secara teoritis meningkat
sebanding dengan peningkatan nilai c, ф,
dan γd yang ada pada tanah. Dimana Saran
peningkatan nilai c, ф, dan γd disebabkan Analisis penelitian ini belum
karena adanya variasi tingkat kepadatan. meliputi semua kondisi yang ada di
Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat lapangan, maka dari itu untuk yang akan
kepadatan tanah akan berpengaruh datang diharapkan penelitian ini :
terhadap tingkat stabilitas lereng tersebut. 1. Menggunakan kadar air yang
sama atau menggunakan kadar
air optimum (OMC) karena
KESIMPULAN DAN SARAN pada penelitian ini kadar air
setiap percobaan berbeda-beda
Kesimpulan atu tidak konstan
Pengaruh variasi kepadatan 2. Memberikan rembesan pada
pada permodelan fisik menggunakan model lereng
tanah pasir dicampur dengan sedikit 3. Memberikan genangan air pada
lempung dengan (komposisi pasir 70%, bagian luar sisi yang berlereng
lempung 30% ) terhadap stabilitas lereng 4. Sebaiknya peralatan yang
ini telah menghasilkan kesimpulan digunakan pada penelitian
sebagai berikut: harus dalam kondisi yang baik
1. Jenis kelongsoran yang terjadi karena selama penelitian ini
adalah slope failure, kecuali terdapat kerusakan pada

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 207
beberapa alat seperti dongkrak Bowoputro, H. (1999). Analisa
hidrolis yang bocor Stabilitas Lereng dengan
5. Melakukan pengulangan Perbandingan Hasil antar
percobaan yang lebih banyak Metode Irisan Sederhana,
lagi agar memproleh tingkat Metode Fellinius, dan Metode
validitas yang tinggi. Bishop dengan Model Lereng
6. Menggunakan metode yang diberi Beban Luar. Skripsi
pemadatan yang lain karena tidak dipublikasikan. Malang:
pada penelitian ini hanya Universitas Brawijaya.
dilakukan metode pemadatan Craig, R.F. (1994). Mekanika Tanah.
dengan cara menggilas Jakarta : PT. Erlangga.
menggunakan silinder beton. Das, Braja M. (1984). Mekanika Tanah
Diharapkan untuk selanjutnya (Prinsip-prinsip Rekayasa
bisa menggunakan metode Geoteknis Jilid 1. PT. Erlangga,
pemadatan dengan menumbuk Jakarta
menggunakan alat proctor yang Das, Braja M. (1984). Mekanika Tanah
dimodifikasi. (Prinsip-prinsip Rekayasa
7. Memberikan variasi kepadatan Geoteknis). Jilid 2. PT. Erlangga,
yang lain karena pada Jakarta
penelitian ini hanya Hardiyatmo, H.Christady. (1994).
menggunakan 5 variasi Mekanika Tanah 1. PT.
kepadatan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hardiyatmo, H. Christady. (1994).
Mekanika Tanah 2. PT.
DAFTAR PUSTAKA Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Murthy, V.N.S. (1977) Soil Mechanics
Anonim, (2008). PE Refresh Course and Foundation Engineering.
Geotechnical Component. ( http: Dahnpat Rai & Sons, New Delhi
www.ce.washington.edu/geotech)
: University of London.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 208

Anda mungkin juga menyukai