Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Secara sosiologis telah terbukti adanya perbedaan perilaku individu yang


menjadi anggota kelompok yang berlainan di masyarakat. Serta adanya keterkaitan
antara keanggotaan dalam kelompok dengan berbagai faktor sosial. Bendix dan
Lipset (1965) telah menghantarkan kita ke berbagai hasil penelitian yang
memaparkan adanya keterkaitan ketidaksamaan kedudukan dalam stratifikasi
dengan berbagai gejala sosial, seperti kestabilan keluarga, keanggotaan dalam
kelompok, kebersamaan, gaya berbusana, sikap politik dan hal yang ada sangkut-
pautnya dengan kesehatan, seperti fertilitas, harapan hidup, dan kesehatan jiwa.
Kaitan faktor sosial dengan kesehatan ini telah lama diamati. Rechelle dan
Kern (1994) berpendapat perhatian terhadap hubungan antara kesehatan dan faktor
sosial, seperti kemiskinan, faktor ekonomi dan pekerjaan telah berkembang di Eropa
semenjak masa kajian medika sosial selama abad XIX. Scambler (1993) juga
mengisahkan bahwa di Inggris abad XIX telah ada kajian yang memaparkan adanya
hubungan antara kelas sosial dan mortalitas, yaitu angka kematian di kalangan
profesional lebih rendah daripada di kalangan tukang, karyawan, dan buruh beserta
keluarganya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa penyakit tidak terdistribusi
secara merata di kalangan penduduk. Dalam kaitannya dengan epidemiologi sosial
Cockerham mengemukakan bahwa menurut hasil penelitian para epidemiolog
terdapat empat variabel yang terkait dengan kesehatan dan harapan hidup, yaitu usia,
gender, ras dan kelas sosial atau status sosio ekonomi (dalam Sunarto, 2014).
Hal ini menjelaskan tentang konsep ekonomi, agama, budaya, suku bangsa
dan gender, serta bagaimana pengaruh aspeksosial ekonomi, agama, budaya, suku
bangsa dan gender terhadap kesehatan.
1. Sosial ekonomi dan kesehatan
2. Agama dan kesehatan
3. Budaya, Suku Bangsa dan kesehatan
4. Gender dan kesehatan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep dan pengaruh Budaya terhadap Kesehatan
2. Bagaimana Konsep dan Pengaruh Suku Bangsa Terhadap Kesehatan

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Konsep dan Pengaruh Budaya terhadap kesehatan
2. Mengetahui Konsep dan Pengaruh Suku Bangsa Terhadap Kesehatan
BAB II
ISI

Saudara mahasiswa, sebagai makhluk yang memiliki kelebihan akal kita


manusia memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri (akal pikiran), interaksi
dan mengolah lingkungan. Dalam mengolah diri manusia melahirkan ilmu dan
keyakinan diri. Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengolah
lingkungan, selain melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi.
Keseluruhan dari kemampuan pengolahan manusia, baik secara individual maupun
kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain dimana ada manusia, disana ada
masyarakat, dan dimana ada masyarakat di sana ada kebudayaan. Oleh karena itu,
manusia adalah makhluk budaya.

A. PENGERTIAN BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat (Soekanto, 2014)
Defenisi budaya menurut Schaefer 2012 (dalam Sunaryo, 2014) adalah
keseluruhan dari adat-istiadat, pengetahuan, objek materi, dan perilaku yang dipelajari
dan ditransmisikan secara sosial. Dalam konsep sosiologi, kata budaya tidak hanya
mengacu pada karya seni atau selera intelektual, tetapi juga mengacu pada seluruh
objek, ide dalam masyarakat, bahasa dan musik.
• Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
• Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.
• Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
• Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara
sosial oleh para anggota masyarakat. Menurut antropologi kebudayaan adalah
seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
• Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat digambarkan
sebagai berikut:
a) Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada
dua budaya yang sama persis.
b) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
c) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

Nah, saudara mahasiswa dari berbagai definisi tersebut, dapat kita peroleh
pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

B. ELEMEN BUDAYA

Elemen budaya membentuk suatu cara bagaimana sebuah masyarakat itu hidup.
Elemen budaya tersebut meliputi empat hal (Sunaryo,2014):
1. Bahasa: Bahasa sangat penting dalam sebuah masyarakat karena bahasa
merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, maupun
gerakan (bahasa isyarat).
2. Norma: dalam kehidupan bermasyarakat, banyak hal tentang apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh,
seseorang tidak diperbolehkan mengambil barang orang lain, tanpa seizin
yang punya. Seseorang boleh minta sesuatu kepada orang lain selama
diizinkan. Norma tidak lain adalah peraturan sosial yang mengatur
tingkah laku individu, baik hal yang boleh dilakukan maupun hal yang
tidak boleh dilakukan. Dengan norma yang berlaku di masyarakat,
seseorang terikat oleh hal-hal yang boleh atau harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh atau tidak harus dilakukan.
3. Nilai: Nilai mempengaruhi tingkah laku manusia, dan digunakan sebagai
tolak ukur guna menilai tingkah laku orang lain. Nilai adalah sesuatu yang
dianggap penting, diharapkan, dan perlu dicapai guna mengatur
kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Nilai juga merupakan sistem
norma masyarakat, yang memiliki kriteria untuk menilai tingkah laku
yang boleh dilakukan dan ditolak oleh masyarakat. Akan tetapi, nilai tidak
dapat menentukan tingkah laku seseorang, namun normalah yang dapat
menentukan tingkah laku seseorang.
4. Kontrol: Kontrol dapat berupa pujian dan denda atau hukuman terhadap
seseorang. Misalnya, seorang mahasiswa memiliki prestasi akademik
yang sangat memuaskan, ia akan mendapat pujian dari bagian pendidikan
dan teman-temannya. Sementara itu, seorang mahasiswa yang melanggar
peraturan lalu lintas, akan ditilang dan dikenakan denda.
C. UNSUR-UNSUR BUDAYA

Kebudayaan memiliki unsur yang bersifat universal. Artinya kebudayaan dapat


dijumpai di mana pun dan di masyarakat apa pun. Beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut.
1. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas
untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d. organisasi kekuatan (politik)

3. Kluckhohn 1953, mengungkapkan tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai


cultural universal (Sunaryo, 2014), yaitu:
a. peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alt produksi, transpor, dan sebagainya);
b. mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya);
c. sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan;
d. bahasa (lisan maupun tertulis);
e. kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya);
f. sistem pengetahuan (pengetahuan alam, dan fisika);
g. religi (sistem kepercayaan).

Unsur budaya universal dapat dikelompokkan ke dalam unsur-unsur yang lebih


kecil yang disebut kegiatan kebudayaan (cultural activity). Misalnya unsur budaya
universal suatu masyarakat adalah pencaharian hidup dan ekonomi., kegiatan
kebudayaannya adalah pertanian, peternakan, sistem produksi, dan sistem distribusi.
Jika unsur budaya universal suatu masyarakat adalah kesenian, kegiatan kebudayaannya
adalah seni tari, seni rupa, dan seni suara.
Kegiatan tersebut dapat dirinci menjadi kegiatan yang lebih kecil lagi, yang disebut
kompleks ciri (trait complex). Misalnya dalam kegiatan kebudayaan bertani dengan cara
menetap, terdapat kompleks ciri, seperti sistem irigasi, sistem mengolah tanah dan
bajak, sistem pemilikan tanah, dan sebagainya.
Kompleks ciri dapat dipecah lagi menjadi unsur yang lebih kecil, yang disebut
ciri (trait). Misalnya kompleks ciri adalah mengolah tanah dengan bajak, cirinya
adalah hewan yang menarik bajak, dan teknik mengendalikan bajak. Selanjutnya ciri
dapat dikelompokkan menjadi unsur kebudayaan terkecil yang disebut item.
Misalnya, cirinya adalah bajak, itemnya adalah mata bajak, tali pengikat kerbau/sapi,
kayu pembuat bajak.

D. WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut D. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:


gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Contoh: Konsep manusia
perlu berpakaian. Didasarkan pada rasa susila yaitu manusia malu jika
telanjang. Dari konsep di atas, didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk
melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin dan tantangan alam, untuk
mempercantik diri serta memenuhi norma agama dan etika.

2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan. Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang dikemukakan,
manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik tekstil, penjahit, toko
pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian dan sebagainya

3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Contoh: Benda hasil budayanya
berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan sebagainya.
E. KOMPONEN BUDAYA

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua


komponen utama:

1) Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau
masyarakat yang nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material
juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.

F. RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN

Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan, yang


seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang dapat didekati
dengan menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk beraneka ragam
kebudayaan yang masing-masing sesuai dengan zaman dan tempatnya. Dalam ilmu
sosial budaya dasar, manusia menempati posisi sentral karena manusia menjadi
subjek dan sekaligus menjadi objek pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana
hubungan manusia dengan alam, sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia,
dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya.

G. BUDAYA KESEHATAN INDONESIA

Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di


daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum
memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup bersih dan disiplin sedangkan
kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum menjadi budaya sehari-hari. Budaya
memeriksakan secara dini kesehatan anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat
dari banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya
promotif dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah
belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah ada yang
terkena demam berdarah.
H. PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI ANEKA BUDAYA
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam maupun dari luar profesi
keperawatan dan bersifat konstan. Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen
peran perawat professional meliputi:

1. Care giver
Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan evaluasi yang
benar, menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data,
merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang
muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukannya.

2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional. Selain itu, perawat juga harus dapat
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, antara lain :
a. Hak atas informasi ; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit/ sarana pelayanan
kesehatan tempat klien menjalani perawatan
b. Hak mendapat informasi yang meliputi antara lain; penyakit yang
dideritanya, tindakan medic apa yang hendak dilakukan, alternative lain
beserta risikonya, dll

3. Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya pula interaksi ini merupakan
dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasinya. Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas

4. Educator
Sebagai pendidik klien perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga klien/keluarga dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
5. Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada,
baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan
peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan system pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan

7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar
menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerja sama, perubahan
yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan
keperawatan kepada klien

8. Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran
ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan
kondisi spesifik lain.
Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial
dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Saudara mahasiswa, sebagai tenaga kesehatan saudara tentu akan berhadapan


dengan banyak orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Saudara
akan dituntut untuk memahami nilai budaya yang ada pada mereka supaya program-
program kesehatan yang saudara kenalkan akan diterima oleh mereka dengan mudah.
Nilai budaya memiliki fungsi, fungsi nilai budaya tersebut adalah dengan memahami
nilai budaya seorang tenaga kesehatan dapat berusaha keras untuk menunjukkan
perilakunya supaya sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya kalau
seorang tenaga medis ditugaskan di masyarakat yang taat beragama, maka dia harus
berusaha untuk menunjukkan penghargaan terhadap nilai agama yang berlaku, baik
dalam tutur kata, pakaian, maupun praktik pelayanan kesehatan itu sendiri.
Sebagai seorang perawat saudara juga harus memahami etika perawatan dalam
menghadapi masyarakat. Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
diyakini oleh profesi keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang
berhubungan dengan pasien, dengan masyarakat, hubungan perawat dengan
teman sejawat maupun dengan organisasi profesi. Prinsip-prinsip etika ini
oleh profesi keperawatan secara formal dituangkan dalam suatu kode etik
yang merupakan komitmen profesi keperawatan akan tanggung jawab dan
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat;
a. Seorang perawat tidak membeda-bedakan pasien
b. Mendapatkan persetujuan melakukan tindakan
c. Mengakui otonomi pasien
d. Mendahulukan tindakan sesuai prioritas masalah
e. Melakukan tindakan untuk kebaikan

I. SUKU BANGSA/ETNISITAS DAN KESEHATAN

Saudara mahasiswa, dalam masyarakat kita data mengenai hubungan


antar-ras, etnisitas, dan kesehatan, andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini
disebabkan karena data kesehatan yang dihimpun tidak memilah-milah
penderita penyakit menurut etnisitas atau rasnya, sejalan dengan
kebijaksanaan yang telah ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa
untuk tidak mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk.
Namun, dalam berbagai masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas
dan ras sehingga data mengenai kesehatan dapat dikaitkan dengan etnisitas
dan ras. Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga
terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian,
misalnya keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih
baik daripada keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan
bahwa warga kelompok minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas
dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan hidup lebih rendah daripada warga
kelompok mayoritas etnis atau ras.
Menurut saudara mahasiswa faktor apa sajakah yang menyebabkan
perbedaan kesehatan antara kelompok mayoritas etnis dan ras dengan
kelompok minoritas? Salah satu faktornya adalah kelas sosial; warga
minoritas cenderung menduduki kelas sosial lebih rendah daripada warga
mayoritas sehingga kurang mampu menanggulangi masalah kesehatan yang
mereka hadapi.
Temuan lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-
ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang dinyatakan
tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer karena alasan medis selalu
lebih banyak daripada jumlah pemuda Kulit Hitam. Perbedaan ini diduga
disebabkan karena orang Kulit Putih lebih mudah menjalankan peran sakit
daripada orang Kulit Hitam.
Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas
etnik yang menetap di Inggris menunjukkan lebih tingginya prevalensi
morbiditas dan mortalitas tertentu di kalangan kelompok etnis tertentu
daripada di kalangan penduduk setempat.Perbedaan sistem medis antara
kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan salah satu faktor
yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan manusia atau
masyarakat yang nyata atau konkret. Termasuk dalam kebudayaan material
ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi:
mangkuk, tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita
rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Ruang lingkup kebudayaan mencakup berbagai aspek kehidupan,
yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan. Budaya yang
dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya akan membentuk
beraneka ragam kebudayaan yang masing-masing sesuai dengan zaman dan
tempatnya. Dalam ilmu sosial budaya dasar, manusia menempati posisi
sentral karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi objek
pengkajian. Kajiannya meliputi bagaimana hubungan manusia dengan
alam, sesama manusia, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia, dan bagaimana
hubungan manusia dengan Tuhannya.

Indonesia sebagai Negara agraris, sebagian besar penduduknya


bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah
dasar dan belum memiliki budaya hidup sehat. Hidup sehat adalah hidup
bersih dan disiplin sedangkan kebersihan dan kedisiplinan itu sendiri belum
menjadi budaya sehari-hari. Budaya memeriksakan secara dini kesehatan
anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat dari banyaknya klien yang
datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan
sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif
dan preventif, misalnya gerakan 3M pada pencegahan demam berdarah
belum terdengar gaungnya jika belum mendekati musim hujan atau sudah
ada yang terkena demam berdarah.
Dalam masyarakat kita data mengenai hubungan antar-ras, etnisitas,
dan kesehatan, andaikatapun ada, sukar ditampilkan. Ini disebabkan karena
data kesehatan yang dihimpun tidak memilah-milah penderita penyakit
menurut etnisitas atau rasnya, sejalan dengan kebijaksanaan yang telah
ditempuh pemerintah selama beberapa dasawarsa untuk tidak
mengumpulkan informasi mengenai etnisitas dan ras penduduk. Namun,
dalam berbagai masyarakat lain tersedia data mengenai etnisitas dan ras
sehingga data mengenai kesehatan dapat dikaitkan dengan etnisitas dan ras.
Data demikian sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait
dengan keadaan kesehatan mereka. Dalam masyarakat demikian, misalnya
keadaan kesehatan kelompok mayoritas etnis atau ras sering lebih baik
daripada keadaan kelompok minoritas. Berbagai studi memperlihatkan
bahwa warga kelompok minoritas cenderung mempunyai angka mortalitas
dan morbiditas lebih tinggi, dan harapan hidup lebih rendah daripada warga
kelompok mayoritas etnis atau ras.

B. SARAN
Setelah melakukan pembelajaran diatas, menurut kami era
globalisasi yang ada di Indonesia, sangat memerlukan berbagai perbaikan.
Adapun bidang dasar yang penting yaitu bidang budaya dan sukku bangsa
terhadap kesehatan agar perubahan era globalisasi yang terjadi nantinya
bisa kita hadapi dengan lebih baik lagi.

Hal ini ditekankan, agar Indonesia bisa semakin maju serta menjadi
ciri khas untuk tetap terjaga dalam pengaruh era globalisasi yang tdak
terhindarkan ini. Saya sangat yakin dan percaya, bahwa Indonesia bisa
menghadapi perkembangan tersebut dan akan memiliki kehidupan
berbangsa yang lebih baik lagi bagi masyarakatnya.

kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu, kami
berharap ini dapat menjadi pembelajaran untuk masyarakat Indonesia,
serta penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
Daftar Pustaka

Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-

6. Jakarta; Kencana Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts.

Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta:
RajawaliPers

Tjiptoherijanti P, Soesetyo B. 1993. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


White K. 2011. Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3.

Jakarta: Rajawali Pers Sunaryo, 2014. Sosiologi: Untuk Keperawatan.

Jakarta: Bumi Medika

https://ridwanhamid.wordpress.com/2014/04/22/agama-dan-

kesehatan/

http://www.

scribd.com/doc/55938723/Agama-Dan-

Kesehatan

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

Effendy, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan


Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Jakarta : Kencana Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk

Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika http://leksi-

ndolu.blogspot.com/
Fakih, Mansour, DR.1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ibrahim, Idi Subandy dan Hanif Suranto, (ed).1998. Wanita dan Media.
Bandung: Remaja Rosdakarya

Illich, Ivan.2009. Matinya Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mosse, Julia Cleves.2012. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka


Annisa Women’s Crisis Center dan Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai