Bab 1234 Dewik PDF
Bab 1234 Dewik PDF
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020
ii
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM
PEMBERIAN
ASUPAN ZINK UNTUK MENCEGAH STUNTING
DI WILAYAH KERJA UPTD PAYANGAN
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang
berjudul “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu dalam Pemberian
Asupan Zink dalam Mencegah Stunting di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Payangan”.
iv
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini;
7. Bapak I Putu Gede Sutrisna, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
ini;
8. Ibu Ni Wayan Sukma Antari, S.Si., M.Si. selaku PA kelas B tingkat IV
Program Studi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali yang telah
memberikan motivasi dalam menyusun proposal ini;
9. Seluruh keluarga terutama Bapak dan Ibu yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya
proposal ini;
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
menyadari dalam penyusunan proposal ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nutrisi Pada Balita .................................................................................8
B. Konsep Status Gizi ..............................................................................................9
C. Konsep Asupan zink ..........................................................................................12
D. Konsep Pengetahuan .........................................................................................16
E. Konsep Sikap .....................................................................................................20
F. Konsep Stunting .................................................................................................20
G. Hubungan Asupan Zink dengan Stunting ..........................................................26
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL
A. Kerangka Konsep ..............................................................................................28
B. Hipotetsis ...........................................................................................................29
C. Variabel Penelitian ............................................................................................29
BAB IV METODE PENELITIAN
vi
A. Desain Penelitian ...............................................................................................32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................32
C. Populasi, Sampel, Sampling ..............................................................................33
D. Metode Pengumpulan Data ..............................................................................35
E. Analisa Data ......................................................................................................38
F. Etika Penelitian ..................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi pada Anak .........................................................9
Tabel 2.2 Makanan yang Mengandung Sumber Zink ............................................14
Tabel 2.3 Penentu Bioavailabilitas Zink dalam Makanan ......................................14
Tabel 2.4 Angka Kecekupan Zink Sehari-hari .......................................................15
Tabel 3.2 Definisi Operasional ..............................................................................30
Tabel 4.1 Pedoman untuk menginterpretasikan hubungan atau koefisien .............42
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa balita merupakan masa keemasan (golden age) yang
mempengaruhi dan menentukan masa depan seseorang. Pada masa ini status
gizi perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya masalah gizi ganda yaitu
gizi lebih dan gizi kurang. Kekurangan zat gizi pada masa balita dapat
menyebabkan rendahnya pertumbuhan tinggi badan yang sering disebut
dengan stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang
disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis yang ditunjukkan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2SD
menurut (WHO Child Growth Standart Median).
Secara global, prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World
Health Organization (WHO). Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga
dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun
2005-2017 adalah 36,4%. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung
statis. Kemenkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, angka stunting sebesar 35,6%.
Namun prevalensi balita pendek pada tahun 2013 mencapai 37,2%. Pada
tahun 2018 angka stunting terjadi sebesar 30,8% (Kemenkes, 2018).
Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan
masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Hal ini menunjukkan kasus
stunting masih menjadi masalah di Indonesia.
Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia
termasuk dalam 17 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu
stunting, wasting dan over weight pada balita (Depkes RI, 2017). Prevalensi
stunting Balita di Bali pada tahun 2016 sebanyak 19,7% (PSG, 2016). Pada
tahun 2017 kejadian stunting sebesar 19,1% (PSG, 2017), dan pada tahun
2018 stunting kembali mengalami peningkatan sebesar 21,7/%. Salah satu
1
2
artinya ada hubungan tingkat kecukupan zink dengan stunting pada balita.
Hasil penelitan ini menjukkan bahwa balita yang mendapatkan kecukupan
asupanzink masih rendah dan hal inilah yang menyebabkan rendahnya
sistem imunitas tubuh sehingga balita sangat mudah terserang berbagai
penyakit dan terganggunya sistem pertumbuhan pada anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh
Prananingrum Ratih (2016) dengan judul “Efektifitas suplementasi zink
dalam peningkatan tinggi badan dan skor Z TB/U pada balita stunting”
mengatakan bahwa suplementasi zink efektif dalam meningkatkan tinggi
badan pada balita stunting. Namun hasil berbeda ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Juliyanti Wike dengan judul “Hubungan
pengetahuan ibu, asupan protein dan asupan zink dengan stunting (pendek)
pada balita usia 12˗˗36 bulan” mengatakan bahwa tidak ada hubungan
asupan zink dengan stunting pada balita usia 12-36 bulan.
Dampak jika defisiensi zink ini tidak berikan pada balita akan
berdampak pada kegagalan dalam pertumbuhan, terganggunya sistem
kekebalan tubuh sehingga anak lebih rentan terhadap penyakit atau terkena
infeksi seperti diare serta keterlambatan kematangan fungsi seksual.
Kekurangan zink kronis dapat mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi
otak serta metabolisme anak. Defisiensi zink dapat terjadi pada saat anak
kekurangan gizi dan makanan yang dikonsumsi berkualitas rendah, atau
mempunyai tingkat kesediaan zink yang terbatas. Defisiensi zink bagi bayi
dan anak berhubungan dengan pola pemberian makanan, gangguan
penyerapan, genetik, dan gangguan metabolisme (Andriani, 2014).
Ibu memegang peranan penting dalam mengatasi masalah gizi,
terutama dalam hal asupan gizi anak, mulai dari penyiapan makanan,
pemilihan bahan makanan. Salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi
adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk
menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi merupakan faktor yang
mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi balita.
5
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu dengan pemberian asupan zink dalam
mencegah stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Payangan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pemberian asupan zink
untuk mencegah stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Payangan;
b. Mengidentifikasi sikap ibu dalam pemberian asupan zink untuk
mencegah stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Payangan;
c. Menganalisis ada atau tidak hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dalam pemberian asupan zink untuk mencegah stunting di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Payangan.
B. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Untuk mengembangkan dan menambah wawasan mengenai pentingnya
mengkonsumsi asupan zink untuk pencegahan stunting.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
1) Dapat memberikan informasi tentang pentingnya
mengkonsumsi asupan zink untuk mencegah stunting di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Payangan.
1) Sebagai acuan dan evaluasi untuk intervensi yang lebih baik lagi
dalam meningkatkan status gizi melalui program-program
lainnya.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khusunya
pada ibu mengenai faktor yang mempengaruhi tingkat asupan
makan pada balita dan diharapkan dapat menambah pengetahuan
7
sehingga asupan makan balita menjadi lebih baik dan status gizi
balita menjadi optimal.
c. Bagi institusi pendidikan
1) Dapat menjadikan bahan kajian pengembangan penelitian
tentang asupan zink untuk mencegah stunting.
2) Dapat menjadi referensi dan bahan pembelajaran tentang asupan
zink untuk mencegah stunting.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar, data
pendukung dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri balita
atau orang tua balita, yang dapat mempengaruhi status gizi balita
diantaranya adalah:
a. Usia
Faktor usia sejatinya akan mempengaruhi kemampuan atau
pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian zat
gizi pada balita.
b. Kondisi fisik
Kondisi fisik adalah faktor internal yang sangat penting
untuk mendapatkan status gizi yang baik dan memadai.
Kondisi fisik yang selalu berada dalam kondisi baik dan
memadai adalah salah satu hal yang sangat menentukan dari
seberapa jauh seseorang bisa menjalani hidupnya dengan
berkualitas, termasuk balita.
c. Infeksi
Infeksi serta demam adalah hal yang dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan, bahkan dapat menimbulkan
kesulitan menelan, serta mencerna makanan. Jika orang tua
kurang cermat dalam menjaga daya tahan tubuh balita dan
mengawasi balita dalam berbagai asupan gizi yang diberikan
ke dalam tubuh balita tidak maksimal maka kemungkinan
balita beresiko terkena infeksi.
3. Kebutuhan gizi pada balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita
diantaranya energi dan protein.Kebutuhan energi sehari anak untuk
tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/kg BB. Untuk tiap 3 bulan
pertumbuhan umur, kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/BB
dan kemudian meningkat lagi menjadi 100 kkal selama tahun
pertama untuk menutupi kebutuhan yang berhubungan dengan
kecepatan pertumbuhan (Fitri dan Wiji, 2019).
10
Kecukupan gizi balita pada usia 6-24 bulan adalah hal yang
sangat penting. Pada fase ini, perkembangan dan pertumbuhan anak
adalah hal yang utama, hal inilah yang membuat semua kebutuhan
gizi anak harus terpenuhi. Anak pada usia ini juga harus
diperkenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI). Salah satu
MPASI yang diperlukan untuk pertumbuhan balita adalah asupan
zink yang cukup (Paramashanti, 2019).
C. Asupan Zink
1. Definisi zink
Zink merupakan zat gizi mikro mineral yang keberadaannya
mutlak dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Zink memiliki peranan penting dalam
proses pertumbuhan, fungsi kognitif, pematangan seks, fungsi
kekebalan (Adriani, 2014).
Zink tersebar di semual sel, jaringan dan organ tubuh. Zink
dibutuhkan untuk pertumbuhan, fungsi otak, pembentukan protein
tubuh, penyembuhan luka, pembentukan sel darah, persepsi rasa,
dan mempengaruhi respon tingkah laku serta emosi anak
(Paramashanti, (2019).
Tubuh mengandung 2 – 2,5 gram zink tersebar dihampir
semua sel. Hampir semua sel yang dalam tubuh manusia
mengandung zink umumnya ada di otak, yang mana zink mengikat
protein dan sebagaian besar lagi berada dalam hati, pankreas, ginjal,
otot, dan tulang.
2. Peranan zink (Nurlinda, 2013) antara lain:
a. Zink berperan dalam sistem kerja lebih dari 10 macam enzim
b. Berperan dalam sintesis Dinukleosida Adenosin (DNA) dan
Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan protein
c. Seng berfungsi pada kompleks enzim yang penting untuk
pertumbuhan, mineralisasi tulang, dan metabolisme energi.
11
3. Fungsi zink
Zink memiliki berbgaia macam fungsi. Zink sangat
dibutuhkan dalam aktivitas lebih dari 90 macam enzim yang
berhubungan dalam metabolism karbohidrat dan energi,
degradasi/sintesis protein, sintesis ama nukleat, biosintesis heme,
transport CO2. Beberapa fungsi zink antara lain:
a. Zink diperlukan dalam pemkembangan reproduksi pria dan
spermkatogenesis, terutama perubahan testoteron menjadi
dehirotosteron yang aktif
b. Zink diperlukan dalam detofikasi alcohol dan metabolism
vitamin A
c. Zink diperlukan dalam sintesis protein pengikat retinol dalam
hati
4. Sumber zink
Adriani, (2014) menyatakan bahwa sumber zink terdapat
pada berbagai jenis bahan pangan. Tiram mengandung zink dalam
jumlah terbesar per takaran sajinya. Namun dalam kehidupan sehari-
hari, daging dan unggas memenuhi mayoritas yang memiliki
kandungan zink dan lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Sumber zink yang lain dan bisa didapatkan dengan mudah antara lain
kacang-kacangan, biji-bijian, gandum, makanan laut, dan produk
susu.
Menurut Dapertemen Pertanian dan Gizi, makanan yang
mempunyai sumber zink seperti tabel berikut:
Tabel 2.2 Makanan yang mengandung sumber zink
Kentang 3
Zink tersedia secara luas dalam makanan, tetapi bioavailabilitas zink
dari beragam makanan sangat bervariasi. Penentu bioavailabilitas
zink dalam makanan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Penentu bioavailabilitas zink dalam makanan
Absorbs yang diperkirakan Jenis diet
Rendah (<15%) 1. Diet tinggi padi-padian/sereal
yang tidak dihaluskan
2. Rasio moral fitat : Zn>15
3. Kalsium >1 g/hari
Sedang (15-35%) 1. Makanan campuran yang
mengandung protein hewani
atau ikan
2. Rasio moral fitat : Zn <10
Tinggi (35-55%) 1. Makanan yang dihaluskan,
rendah serat sereal
2. Rasio moral fitat: Zn <5
3. Protein makanan yang
terutama dari hewani
6. Defisiensi zink
Defisiensi zink dapat terjadi pada saat kurang gizi dan
makanan dikonsumsi berkualitas rendah, atau mempunyai tingkat
ketersedian zink yang terbatas. Defisiensi zink pada bayi dan anak-
anak berhubungan dengan pola pemberian makanan, gangguan
penyerapan menurut Adriani, (2014). Menurut Nurlinda (2013)
akibat dari defisiensi zink ini antara lain:
a. Mengahambat pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan
jaringan. Defisiensi zink ini menyebabkan terganggunya
pertumbuhan anak sehingga akan beresiko anak mengalami
stunting.
b. Fungsi pencernaan terganggu karena gangguan fungsi pankreas,
gangguan pembentukan kilomikron, dan kerusakan permukaan
saluran cerna.
c. Mengganggu metabolisme vitamin A, sering terlihat gejala mirip
kekurangan vitamin A
d. Kekurangan zink akan berakibat fatal, terutama pada
pembentukan stuktur otak, fungsi otak dan menganggu respon
tingkah laku dan emosi.
Berikut tanda dan gelaja yang mungkin dialami oleh anak:
a. Kekebalan tubuh yang lemah
Zink sangat penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh bagi
anak, zink penting untuk transkripsi gen, apoptosis, yang
bertanggujawab untuk membunuh bakteri berbahaya di tubuh,
pertumbuhan set T dan fungsi perlindungan lainnya dari
membrane sel
b. Kinerja neuropsikologis buruk
Seseorang yang memiliki kadar zink yang rendah kemungkin
besar akan mengalami gangguan motorik dan kinerja
neuropsikologis yang buruk. Untuk mengalami pertumbuhan
14
f. Pemberantasan kecacingan
g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam Buku KIA
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dan ASI eksklusif
i. Penyuluhan dan pelayanan KB
2. Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) untuk balita, mikronutrien dan makronutrien
c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
3. Anak Usia Sekolah
a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan
narkoba
4. Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan
mengonsumsi narkoba.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB)
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, dan pola gizi
seimbang
6. intervensi yang dilakukan pemerintah
Sejak akhir tahun 2017, Kementerian PPN/Bappenas
telah meluncurkan “Intervensi Pencegahan Stunting
23
nutrient tipe 2 merupakan bahan pokok konsumsi sel dan sangat penting
untuk fungsi jaringan menurut King (dalam jurnal Prananingrum, 2016).
Zink memiliki beberapa fungsi dalam metabolisme sel, lebih dari 100
enzim membutuhkan zink untuk fungsi atau pengaturan. Keberadaan
zink yang banyak pada jaringan tulang meyatakan bahwa ion tersebut
berperan dalam perkembangan sistem skeletal menurut Adriani, (2014).
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Prananingrum (2016) dengan judul “Efektifitas Sumplementasi Zink
dalam Peningkatan Tinggi Badan dan Skor Z TB/U Pada Balita
Stunting”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
suplementasi zink dalam peningkatan tinggi badan dan skor Z TB/U
pada balita stunting. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen
dengan randomized pretest design. Sebanyak 18 balita stunting yang
diberikan suplemen zink 4 mg 3xseminggu selama 12 minggu.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sumplementasi zink efektif dalam
meningkatkan tinggi badan dan skor Z TB/U balita stunting.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL PENELITIAN
17
18
sehingga dalam pemberian asupan zink diperlukan pengetahuan dan sikap ibu
dalam memberikan asupan yang mengandung zink. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu pendidikan, informasi, pengalaman, sosial ekonomi dan sosial
budaya. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, perhatian, gejala
kejiwaan, pegalaman pribadi, serta pengaruh orang lain yang dianggap penting.
Pada penelitian ini yang diteliti yaitu hubungan pengetahuan dengan sikap ibu
dalam pemberian asupan zink untuk mencegah stunting di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Payangan.
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan hasil yang diharapkan atau hasil yang
diantipasikan dari sebuah partisipasi. Hipotesis juga dapat diartikan jawaban
sementara dari rumusan masalah penelitian yang kebenarannya masih perlu
diuji melalui uji hipotesis dan uji statistik (Swarjana, 2015). Hipotesis pada
penelitian ini adalah Hipotesis alternatif (Ha) pada penelitian ini adalah terdapat
hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian asupan zink untuk
mencegah stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Payangan.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan bagian dari individu atau objek yang dapat
diukur. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel independen ( bebas)
Variabel yang menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap
variabel lain, akibat perubahan yang ditimbulkannya. Dalam penelitian
ini variabel independennya adalah pengetahun dengan sikap ibu dalam
pemberian asupan zink untuk mencegah stunting.
Bab ini akan dibahas mengenai desain, tempat dan, waktu penelitian serta
definisi operasional. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literatur serta dariteori yang
sudah ada.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan
serta menganalisis data. Pemilihan desain akan memberikan berbagai dimensi
dalam proses penelitian, termasuk menghubungkan adanya sebab akibat dari
variabel-variabel penelitian (Swarjana, 2015).
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang mendesain
pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time) dimana
fenomena yang diteliti adalah selama satu periode pengumpulan data (Swarjana,
2018). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dan sikap ibu dengan pemberian asupan zink dalam mencegah stunting di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Payangan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Payangan yang termasuk Wilayah kerja
UPTD Puskesmas Payangan.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2020 dan
POA terlampir.
21
22
C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian Mazhindu and
Scott, (dalam Swarjana, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang memiliki balita di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Payangan. Adapun
jumlah balita yang terdapat di Kecamatan Payangan yaitu sebanyak 3.322
balita.
2. Sampel
Sampel merupakan kumpulan individu-individu atau objek-objek yang
dapat diukur yang mewakili populasi (Swarjana, 2015).
a. Besaran sampel
Menurut (Sugiyono, 2016) besaran sampel ini dapat ditentukan dengan
rumus:
S= λ2.N.P.Q
d2.(N-1) + λ2..P.Q
S = (1,96)2.3.322.0,5.0,5
0,052(3.322-1) + 0,5.0,5
S = 3,1904488
8,3025
S = 0,384
S = 384 responden
Keterangan :
λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel
23
b. Kriteria sampel
Menurut (Nursalam, 2015) kriteria sampel dalam penelitian dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian darisuatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi pada
penelitian ini yaitu :
a) Ibu yang bisa membaca dan menulis
2) Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab antara lain:
a) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
3. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nurmasalam, 2017). Besar sampel
keseluruhan adalah 384 responden.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan non
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengutamakan
ciri atau kriteria tertentu (Swarjana, 2015). Dalam penelitian ini akan
menggunakan consecutive sampling yaitu, teknik pengambilan sampel
dilakukan penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Swarjana,
2015). Pengambilan sampel yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Payangan dengan menggunakan kuesioner yang akan
diberikan kepada responden yang datang ke puskesmas tersebut.
24
D. Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner pada penelitian ini menggunakantipe self-completed
questionnaire, yang mana responden mengisi sendirikuesioner yang diberikan
oleh peneliti (Swarjana, 2015). Kuesioner merupakan pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang dibutuhkan oleh
peneliti (Swarjana, 2017). Tujuan kuesioner diberikan pada penelitian ini
adalah mengidentifikasi pemberian asupan zink, pengetahuan dengan sikap ibu
untuk mencegah stunting.
2. Alat pengumpulan data
a. Data demografis responden
Kuesioner ini berisikian tentang identitas responden, yaitu identitas
ibu yang meliputi inisial nama, umur, usia anak, dan pekerjaanibu serta usia
balita.
b. Lembar kuesioner
Kuesioner pengetahuan mengacu pada pemberian asupanzink
untuk mencegah stunting. Kuesioner sikap pada penelitian ini mengacu
pada sikap ibu dalam pemberian asupan zink. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang telah dimodifikasi dan
dikembangkan lagi oleh peneliti.
Kuesioner pengetahuan menggunakan skala Guttman dimana
untuk menjawab pernyataan positif jawaban benar akan bernilai (1) dan
setiap pertanyaan salah bernilai (0), sedangkan untuk pernyataan negatif
setiap jawaban salah bernilai (1) dan setiap jawaban benar bernilai (0).
Sikap ibu diukur mengunakan skala Likert dimana responden akan diberi 5
alternatif untuk pertanyaan positif yaitu sangat setuju (SS) bernilai 5,
setuju (S) bernilai 4, ragu-ragu (RR) bernilai 3, tidak setuju (TS) bernilai 2
dan sangat tidak setuju (STS) bernilai 1 dan 5 alternatif untuk pertanyaan
25
negatif yaitu sangat setuju (SS) bernilai 1, setuju (S) bernilai 2, ragu-ragu
(RR) bernilai 3, tidak setuju (TS) bernilai 4 dan sangat tidak setuju (STS)
bernilai 5.
c. Uji validitas
Uji validitas merupakan derajat dimana instrument mengukur apa
yang seharusnya diukur, yang dapat dikategorikan menjadi logika (face
validity), content validity, criterion, and construct validity Thomas
(dalamSwarjana, 2005). Uji validitas dilakukan untuk menguji suatu
kuesioner dianggap valid, maka perlu dilakukan uji coba dan analisa. Pada
penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang telah di
modifikasi dari peneliti lain sebagai acuan teori. Uji validitas bertujuan
untuk mengetahui alat ukur yang digunakan sudah valid atau tidak. Peneliti
akan menguji alat yang diukur yang digunakan sebelum melakukan
penelitian. Uji validitas kuesioner ini akan dilakukan di ITEKES Bali
menggunakan uji validitas face validity. Uji face validity ini akan dilakukan
oleh dua orang dosen expert. Jika pertanyaan dalam kuesioner dianggal
relevan, masuk akal serta dengan alasan yang logis, tidak menimbulkan
ambigu maka kuesioner dapat dinyatakan valid.
3. Tahap pengumpulan data
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut:
1. Peneliti menyusun proposal yang telah disetujui oleh kedua
pembimbing;
2. Sebelum penelitian dilakukan peneliti telah mendapat izin dari Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali;
3. Peneliti mengurus surat Ethical Clearane di Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Univesitas Udayana;
26
c. Tabulating
Tabulating atau penyusunan data yang mempermudah dalam analisa data
secara statistik. Tabuling dapat dilakukan dengan cara manual atau
menggunakan software atau program yang telah diinstal atau dapat
diunduh dari situs website dan setelah diinstal pada komputer.
d. Entry
Entry data adalah tahap yang mana jawaban dalam bentuk kode yang
dibuat oleh peneliti dimasukkan kedalam program software. Peneliti
memasukkan data-data yang telah diisi dengan lengkap kedalam suatu
tabel menggunakan program SPSS 20 for windows.
e. Cleaning
Cleaning atau pembersihan data yang merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dimasukkan apakah adanya kesalahan atau tidak.
Sebelum pengolahan data, peneliti harus memerika kembali data yang
sudah dientry apakah ada data yang tidak tepat masuk ke dalam program
komputer. Peneliti akan memeriksa apakah sudah benar kode yang
dimasukkan dan melihat apa ada missing data, agar dapat dilanjutkan
dengan analisa data.
2. Teknik Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah data yang terkait dengan pengukuran satu
variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2015).Analisis yang digunakan
adalah descriptive statistic yang bertujuan untuk mencari distribusi
frekuensi dan proporsi. Beberapa perhitungan descriptive statistic meliputi
nilai terbesar (maksimum), nilai terkecil (minimum), range (perbedaan nilai
terbesar dan nilai terkecil dari frekuensi distribusi), dan central tendency
yang mencakup tiga perhitungan yaitu mean (nilai rata-rata), median (nilai
tengah), modus (nilai yang paling sering muncul) (Swarjana, 2015). Data
29
F. Etika penelitian
Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.
Mengingat penelitian keperawatan harus berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga etika penelitian harus diperhatikan. Beberapa etika penelitian yang harus
diperhatikan diantaranya:
1. Informed consent
Informed consent berarti partisipan punya informasi yang adekuat tentang
penelitian, mampu memahami informasi, bebas menentukan pilihan.Pada saat
penelitian, peneliti memberikan informed consent kepada responden yang
dianggap sesuai dengan kriteria inklusi pada penelitian ini.
2. Anonymity (tanpa nama)
Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
yang tidak memberikan atau mencantumkan nama responden. Nama responden
cukup ditulis dengan inisial.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjelaskan kepada responden tidak akan membocorkan datayang
didapat dari responden. Data akan disimpan selama 5 tahun, setelah itu akan
dimusnahkan.
4. Protection from discomfort (Perlindungan keamanan dan kenyamanan)
32
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, M. (2014). Gizi dan kesehatan balita peranan mikro zinc pada pertumbuhan
balita. Jakarta. Perpustakaan nasional:katalog dalam terbitan.
Depkes. (2017). Pusat data dan informasi kementrian kesehatan Indonesia. diperoleh
pada tanggal 03 November 2019. Dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasibalitap
endek-2016.pdf
Eva, dkk. (2010) Buku saku metodelogi penelitian. Jakarta. CV Trans Info Media.
Fitri Imelda, NWR. (2019). Buku ajar gizi reproduksi dan bukti. Yogyakarta. Katalog
Dalam Terbit
Julianti, W. (2014). Hubungan pengetahuan ibu, asupan protein, asupan zink dengan
stunting (pendek) pada balita usia 12-36 bulan. Jurnal media kesehatan,
7(2), 198-204. Diperoleh pada tanggal 02 November 2019 dari
http://jurnal.poltekkeskemenkesbengkulu.ac.id/index.php/jmk/artikel/view/246
/118
Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia. (2016). Buku saku pemantauan status gizi
tahun 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
34
Nasir, ABD, Muhith.A & Ideputri, M.E. (2018). Buku ajar metodelogi penelitian
kesehatan. Jogyakarta. Nuha medika
Nurlinda, Andi. (2013). Gizi dalam siklus daur kehidupan seri baduta (untuk anak 1-2
tahun). Jogyakarta. Katalog dalam terbita (KDT).
Paramashanti, Astria B. (2019). Gizi bagi ibu hamil & anak.Yogyakarta. PT. Pustaka
baru