Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG POST PARTUM DI PUSKESMAS BASIRIH BARU

DI SUSUN OLEH :

NORLIYANI

NIM : 11409718057

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI / TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN 2020-2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Norliyani

Nim : 11409718057

Tingkat : III

Telah menyelesaikan Laporan Pendahuluan tentang Post Partum pada Ny. L

di Puskesmas Basirih Baru

Banjarmasin, 28 September 2020

Mahasiswa

Norliyani

Mengetahui

Pembimbing Akademi

Ayu Asnuriyari, S.Kep.MM


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali
ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2012).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa
aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2012).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-
obatan (prawiroharjo, 2010).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 2012).

B. ANATOMI
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum.
Eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan
progesteron (Bobak, 2012).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas,mon, berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis
pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.
Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen
lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar
dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia
mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangseksual
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia
minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi
lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia
minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
f. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi
lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap.
g. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia
minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
h. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi
lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
i. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan hymen
j. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium
ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi
ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen
uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal
membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di
daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong
bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus
uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana
terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada
uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen
karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina
dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima,
insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

C. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), penyebab post partum dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Post Partum Dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
2. Post Partum Lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi di
daerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
D. TANDA DAN GEJALA
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal
dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2015).
Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina.
E. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar- N
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak
menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk
semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan p erlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi. 

PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. USG bila diperlukan
3. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
4. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu
catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2012).
G. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan
dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan
pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk
mencegah infeksi.

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:

1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, 1. Kontraksi miometrium, tingkat involusi


TFU. uteri.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, 2. Bentuk insisi, edema.
laserasi, hematoma. 3. Rubra, serosa dan alba.
3. Pengeluaran lochea. 4. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
4. Kandung kemih: distensi bladder. 5. 24 jam pertama  380C.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
setelah partus, TD dan Nadi terhadap menurun 20 mmHg.
penyimpangan cardiovaskuler. Bradikardi: 50-70 x/mnt.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan utama klien saat ini
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keadaan klien meliputi :

a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik
diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.

B. DIAGNOSA
Menurut Judith M. Wilkinson et al (2012) dalam buku Nanda :
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan cara perawatan Vulva.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya
konstipasi.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.
7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurang mengenai sumber informasi
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang
b. Klien terlihat rileks, ekspresi waah tidak tegang, klien
bisa tidur nyaman
c. TTV dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1) Untuk mengetahui skala nyeri dan


1) Kaji karakteristik, skala nyeri.
memberikan tindakan selanjutnya.
2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi 2) sebagai salah satu dasar untuk
reaksi klien terhadap nyeri. memberikan tindakan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan respon
3) Berikan posisi yang nyaman, tidak
klien.
bising, ruangan terang dan tenang.
3) membantu klien rilaks dan

4) Biarkan klien melakukan aktivitas yang mengurangi nyeri.

disukai dan alihkan perhatian klien pada 4) Beraktivitas sesuai kesenangan

hal lain. dapat mengalihkan perhatian klien


dari rasa nyeri.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
cara perawatan Vulva.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,
pengetahuan bertambah.
Kriteria Hasil :
a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Vulva bersih dan tidak inveksi
d. Vital sign dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1) Pantau vital sign 1) Peningkatan suhu dapat


mengidentifikasi adanya infeksi.
2) Kaji daerah perineum dan vulva.
2) Menentukan adakah tanda
peradangan di daerah vulva dan
3) Kaji pengetahuan klien mengenai cara
perineum.
perawatan ibu post partum.
3) Klien mengetahui cara perawatan
4) Ajarkan perawatan vulva bagi klien. vulva bagi dirinya.
4) Klien mengetahui cara perawatan
5) Anjurkan klien mencuci tangan
vulva bagi dirinya.
sebelum memegang daerah vulvanya.
5) Meminimalkan terjadinya infeksi.

6) Lakukan perawatan vulva. 6) Mencegah terjadinya infeksi dan


memberikan rasa nyaman bagi klien.

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang


pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
Tujuan : Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu
menyusui
Kriteria Hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri

INTERVENSI RASIONAL

1) Kaji pengetahuan klien mengenai 1) Mengetahui tingkat pengetahuan


laktasi dan perawatan payudara. klien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
2) Ajarkan cara merawat payudara dan
2) Meningkatkan pengetahuan klien dan
lakukan cara brest care.
mencegah terjadinya bengkak pada
payudara.
3) Jelaskan mengenai memfaat menyusui
3) Memberikan pengetahuan bagi ibu
dan mengenai gizi waktu menyusui.
mengenai memfaat ASI bagi bayi.
4) Jelaskan cara menyusui yang benar 4) Mencegah terjadinya aspirasi pada
bayi.

4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya


konstipasi.
Tujuan : Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan sudah BAB
b. Klien mengatakan tidak konstipasi

INTERVENSI RASIONAL

1) Auskultasi bising usus, apakah 1) Penurunan peristaltik usus


peristaltik menurun. menyebabkan konstipasi.
2) Nyeri abdomen menimbulkan rasa
2) Observasi adanya nyeri abdomen.
takut untuk BAB.
3) Makanan tinggi serat melancarkan
3) Anjurkan klien makan-makanan tinggi
BAB.
serat.
4) Mengkonsumsi air hangat
4) Anjurkan klien banyak minum terutama melancarkan BAB.
air putih hangat.
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan
cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang
perlu untuk memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum
air putih dan pemberian cairan lewat IV.
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik

INTERVENSI RASIONAL

1) Mengkaji keadaan umum klien dan 1) Menetapkan data dasar klien untuk
tanda-tanda vital. mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal.
2) Mengobservasi kemungkinan adanya
2) Agar segera dilakukan rehidrasi
tanda-tanda syok.
maksimal jikaterdapat tanda-tanda
syok.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal


psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.
Tujuan : Istirahat tidur terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi
perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap
anggota keluarga baru. Melaporkan peningkatan rasa
sejahtera istirahat.

INTERVENSI RASIONAL

1) Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan 1) Persalinan / kelahiran yang lama dan
untuk istirahat. Catat lama persalinan sulit khususnya bila terjadi malam
dan jenis kelahiran. meningkatkan tingkat kelelahan.
2) Membantu meningkatkan istirahat,
2) Kaji factor-faktor bila ada yang
tidur dan releksasi, menurunkan
mempengaruhi istirahat.
rangsang.
3) Rencana kreatif yang memperoleh
3) Berikan informasi tentang kebutuhan
untuk tidur dengan bayi lebih awal
untuk tidur/istirahat setelah kembali
serta tidur lebih siang membantu
kerumah.
untuk memenuhi kebutuhan tubuh
serta menyadari kelelahan berlebih,
kelelahan dapat mempengaruhi
penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan reflek secara
psikologis.

7. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi


berhubungan dengan kurang mengenai sumber informasi.
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria Hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan
individu.

INTERVENSI RASIONAL

1) Persepsi klien tentang persalinan dan 1) Terdapat hubungan lama persalinan


kelahiran, lama persalinan dan tingkat dan kemampuan untuk melakukan
kelelahan klien. tanggung jawab tugas dan aktivitas
perawatan dari atau perawatan bayi.
2) Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk
2) Periode post natal dapat merupakan
belajar, bantu klien dan pasangan
pengalaman positif bila penyuluhan
dalam mengidentifikasi hubungan.
yang tepat diberikan untuk
membantu mengembangkan
3) Berikan informasi tentang peran
pertumbuhan ibu maturasi, dan
program latihan post partum progresif.
kompetensi.
3) Latihan membantu tonus otot,
4) Identifikasi sumber-sumber yang meningkatkan sirkulasi,
tersedia missal pelayanan perawat menghasilkan tubuh yang seimbang
berkunjung pelayanankesehatan dan meningkatkan perasaan
masyarakat. sejahtera secara umum.
4) Meningkatkan kemandirian dan
memberikan dukungan untuk
adaptasi pada perubahan multiple.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC

Prawirohardjo sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta PT bina pustaka

Mochtar rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Dewi, Vivian N.L., & Sunarsih, Tri. (2013). Asuhan Kebidanan pada Ibu NIfas. Jakarta :
Salemba Medika

Judith. M. Wilkinson, 2012, EGC : Jakarta. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7.

Anda mungkin juga menyukai