Anda di halaman 1dari 10

Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah penyambungan besi dengan

cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari Las, yakni
sebagai berikut:

Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1),
mendefinisikan bahwa "Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut Maman Suratman (2001:1)
mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu "Salah satu cara menyambung dua bagian
logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas". Sedangkan Sriwidartho, "Las
adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan cara mencairkannya melalui
pemanasan."

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah
menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.

Daftar isi
 1 Proses pengelasan
 2 Sejarah pengelasan
 3 Deskripsi
 4 Jenis-jenis pengelasan dan pemotongan
o 4.1 Las karbit
o 4.2 Las listrik
 4.2.1 Elektrode
o 4.3 Las gesekan
o 4.4 Las termit
 5 Las eksplosi
o 5.1 Las laser
o 5.2 Las sinar elektron
 6 Filler metal
 7 Kampuh Las
 8 Keterampilan operator las
 9 Efek Sinar Las
 10 Referensi
 11 Pranala luar

Proses pengelasan
Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal besi dan karbon
sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan
logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Kalau tepi lempengan logam itu disatukan,
terbentuklah sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan
penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau campuran tersebut sudah dingin, molekul
kawat las yang semula merupakan bagian lain kini menyatu.
Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk menyolder bahan dasar tidak
meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap
ke pori-pori di permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka
terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya di
mana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu 450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu
yang digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.

Sejarah pengelasan
Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal abad ke 20.
Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas acetylena yang
kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih
mulai langka.

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan dalam skala besar.
Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal
sekelas dengan kapal SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di
las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan paku
keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil pengelasan,
seperti uji ‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan).

Deskripsi
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan
atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinu.

Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.

Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya
untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal
bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk
mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan
harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan
kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.

Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya banyak


masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam
penngetahuan.

Karena itu di dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktik, secara
lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan
sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan,
bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian
bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih
dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua
logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut.

Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat
penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya
sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper
tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.

Jenis-jenis pengelasan dan pemotongan


Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam
bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara
konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua golongan,
yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.

Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-
lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti
las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya.

Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut
diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali.

Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih
banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga
berdasarkan cara kerja.

Berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu: pengelasan
cair, pengelasan tekan dan pematrian.

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai


mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. Pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam
induk tidak turut mencair.

Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas
mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah
pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur listrik.

Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan
busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas
secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu
pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya
juga dilakukan secara terpisah.

Dibawah ini klasifikasi dari cara pengelasan:

 Pengelasan cair
o Las gas
o Las listrik terak
o Las listrik gas
o Las listrik termis
o Las listrik elektron
o Las busur plasma
 Pengelasan tekan
o Las resistensi listrik
o Las titik
o Las penampang
o Las busur tekan
o Las tekan
o Las tumpul tekan
o Las tekan gas
o Las tempa
o Las gesek
o Las ledakan
o Las induksi
o Las ultrasonic
 Las busur
o Elektrode terumpan
 Las busur gas
o Las m16
o Las busur CO2
 Las busur gas dan fluks
o Las busur CO2 dengan elektrode berisi fluks
o Las busur fluks
o Las elektrode berisi fluks
o Las busur fluks
o Las elektrode tertutup
o Las busur dengan elektrode berisi fluks
o Las busur terendam
o Las busur tanpa pelindung
o Elektrode tanpa terumpan
o Las TIG atau las wolfram gas

Terdapat berbagai jenis pengelasan yang digunakan dalam proses penyatuan logam. Dalam
beberapa literatur, terdapat hingga 40 bahkan 200 metoda pengelasan. Berikut ini dijelaskan
beberapa metode pengelasan yang dikenal

Las karbit
Las Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang
menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah
membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api
dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.

Las listrik

Pada las listrik, panas yang diperoleh untuk proses pelelehan diperoleh dari perbedaan
tegangan antara ujung tangkai las dengan benda yang akan di las. Kalau elektrode las cukup
dekat dengan benda yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api permanen yang
berasal dari arus listrik. Selama melakukan las listrik, tetesan elektrode lempengan logam
berdiameter tertentu, berjatuhan menjadi kumpulan cairan logam.

Salah satu metode modern dari las listrik adalah las plasma . Plasma adalah gas panas yang
suhunya sedemikian tinggi sehingga elektron luar molekul-molekul gas terpisahkan dan
membentuk ion. Elektrode untuk las plasma dibuat dari bahan yang kuat, misalnya wolfram

Arus listrik mengionisasi gas plasma sehingga terjadi arus tunggal. Sewaktu terbentuk cairan
panas, kawat las bisa ditambahkan.

Las Plasma sangat stabil. Cara ini bisa dijalankan secara automatis, antara lain karena hasil
pengelasan tidak terpengaruh oleh panjang arus. Karena las plasma sangat cepat, ia bisa
digunakan ntuk mamasang lapisan anti karat dan anti aus pada konstruksi baja.
Las Listrik merupakan dasar dari banyak proses las dengan aplikasi khusus. Salah satu yang
paling terkenal adamah las MIG/MAG ( Metal Inert Gas/ Metal Active Gas). Bedanya
dengan las listrik biasa ialah, dari ujung tangkai las juga keluar aliran gas. Dapat beripa gas
karbondioksida yang disebut las CO2, tetapi dapat juga argon atau campuran beberapa gas.
Aliran gas itu melindungi cairan yang meleleh dari udara sekitarnya. Udara mengandung
oksigen yang pada suhi sekitar 1800 derajat Celcius dapat membuat karat.

Elektrode

Elektrode atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan
listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.

Banyak orang yang berpikir bahwa kawat las hanya memiliki satu jenis saja. Apapun barang
yang dilas, maka jenis las dan bentuk kawatnya pun hanya itu-itu saja. Padahal sebenarnya,
terdapat banyak sekali jenis kawat las yang biasa dipanggil elektrode di pasaran. Satu jenis
eletroda ini dipakai khusus untuk suatu pekerjaan pengelasan. Elektrode atau kawat las ini
menentukan seberapa besar arus listrik yang pas untuk suatu pengerjaan pengelasan.
Elektrode sendiri memiliki berbagai kode spesifikasi yang dapat kita lihat pada kardus
pembungkus kawat las. Kebanyakan pengelas biasanya menggunakan insting, pengalaman,
dan kebiasaan dalam menentukan kawat las dan besarnya arus listrik, namun, kita dapat
mengenal beberapa kode yang tertulis dalam bungkus elektrode atau kawat las, khususnya
yang memiliki tipe SMAW.

Kebanyakan masyarakat awam yang tidak memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai
dunia pengelasan berpikir bahwa hanya ada satu kawat las saja. Tidak banyak yang
mengetahui bahwa sebenarnya ada berbagai jenis kawat las yang dipergunakan untuk
melakukan pengelasan untuk jenis material yang berbeda. Perbedaan yang ada di antara
berbagai jenis kawat las listrik atau yang sering juga disebut elektrode ini terletak pada
berbagai hal termasuk juga besaran arus listrik yang akan dipergunakan dalam proses
pengelasan. Material yang berbeda membutuhkan besaran arus listrik yang berbeda pula
untuk memberikan hasil las yang paling pas, sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Standar Kawat Las Listrik

Ada standar tertentu yang dipergunakan oleh para pelaku industri pengelasan untuk bisa
menentukan elektrode yang akan dipakai dan besaran arus listrik yang diperlukan. Standar
yang umum dipakai adalah standar yang ditentukan oleh AWS (American Welding Society),
yang merupakan badan pengelasan resmi di Amerika Serikat. Standar yang ditetapkan oleh
badan ini telah diakui secara luas dan dipergunakan sebagai standar pengelasan di berbagai
negara. Badan ini mengeluarkan standar yang dinyatakan dengan tanda E XXXX yang
berarti:

 E merujuk pada keterangan kawat las listrik alias elektrode


 XX (dua angka pertama) merujuk pada kekuatan tarikan dari kawat las yang
dinyatakan dalam satuan kilo pund square inch atau Ksi. Satuan ini juga sering
dinyatakan dalam lb/in²
 X (angka ketiga) merujuk pada posisi pengelasan yang bisa dilakukan dengan
elektrode tersebut. Angka 1 menunjukkan penggunaan pada semua posisi, angka 2
menunjukkan bahwa kawat las tersebut dapat dipakai pada posisi datar dan horizontal
dan angka 3 menunjukkan bahwa kawat las tersebut hanya dapat dipakai pada posisi
flat saja
 X (angka keempat) merujuk pada jenis pelapis dan arus yang dipergunakan pada
elektrode tersebut

Spesifikasi tersebut berlaku untuk penggunaan pengelasan pada Mild Steel sementara untuk
spesifikasi atau standar untuk proses pengelasan yang lain seperti untuk Low Alloy Steel dan
juga untuk Stainless Steel memiliki berbagai kode tambahan lagi di belakang kode standar
yang telah disebutkan diatas. Para pelaku industri pengelasan wajib mengetahui dengan persis
apa yang tercantum pada kotak kemasan elektrode yang akan mereka beli sehingga mereka
bisa mengetahui kegunaan yang spesifik dari elektrode tersebut.

Kawat Las Listrik Baja

Untuk elektrode yang akan dipergunakan untuk pengelasan baja lunak sendiri terdiri atas
berbagai jenis tergantung dari material yang dipergunakan. Beberapa contoh diantaranya
adalah:

 Elektrode untuk proses pengelasan besi tuang yang terbagi lagi atas beberapa jenis
elektrode yaitu elektrode baja, elektrode nikel, elektrode perunggu dan elektrode
dengan hydrogen rendah
 Elektrode untuk aluminium
 Elektrode untuk pelapis keras yang bertujuan untuk memberikan lapisan yang keras
pada material yang dilas sehingga material tersebut bisa lebih tahan terhadap berbagai
hal. Elektrode jenis ini sendiri terbagi atas 3 macam yaitu elektrode tahan aus,
elektrode tahan pukulan dan elektrode tahan kikisan

Las gesekan

Pada las gesekan, panas timbul sebagai akibat gesekan kedua bagian logam yang akan
disambung dengan berputar dalam kecepatan tinggi . Panas hasil gesekan tersebut akan
melelehkan logam, dan kalau diberikan sedikit tekanan, maka akan terjadi sambungan.
Setelah logam mulai meleleh, koefisien gesekan akan turun dan pertambahan panas akan
berhenti, sehingga bahan tidak mungkin kepanasan.

Untuk mengelas pipa ledeng besar dengan las gesekan, diperlukan las gesekan radikal. Kedua
bagian pipa harus sedikit terpisah sewaktu cincin logam yang mengelilinginya diputar. Pada
saat tertentu, cincin yang berputar itu ditekan. Panas hasil gesekan itu akan melelehkan cincin
bagian dalam serta ujung kedua pipa. Proses pengelasan selesai.

Las gesekan umumnya digunakan dalam industri mobil, untuk menyambung as, komponen
bak persneling dan kolom kemudi. Dengan metode las gesek ini akan lebih mudah untuk
menyambung bahan-bahan yang sulit dilas dengan proses biasa. Misalnya untuk
menghubungkan baja dengan tembaga, tembaga dengan aluminium dan titanium.

Las termit
Las Termit adalah penyambungan/las antara dua batang rel melalui suatu reaksi kimia dengan
menggunakan termit (besioksida dengan bubuk aluminium). Metode ini dilaksanakan dengan
bahan yang sederhana dan menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya seperti berikut:

Fe2O3 + 2 Al → 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ

Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak Al2O3 serta panas yang terjadi cukup
untuk mencairkan besi yang berada disekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi
hasil reaksi dengan rel.

Las eksplosi
Las eksplosi digunakan untuk memasang lapisan anti karat pada logam biasa. Metodanya
dapat digambarkan sebagai berikut. Apabila dua lempengan A dan B akan di las. Kedua
lempengan ditumpuk, dan di luar A diletakkan selapis bahan peledak yang disulut.
Lempengan A akan ditekan keras pada B dan keuda lempengan akan meleleh pada tempat
kontak. Setelah beberapa seratus detik gelombang kejut ledakan itu hilang, bahan akan
mendingin dan bagian A dan B sudah melekat.

Las laser

Dalam proses las laser, digunakan sinar laser dikarenakan laser bersifat mengumpulkan
energy dalam satu titik. Umumnya digunakan untuk mengelas komponen yang mengandung
peralatan-peralatan sensitif terhadap panas. Seperti kotak pacu jantung yang didalamnya
terdapat komponen-komponen elektronika. Keuntungannya, panas hanya terkumpul pada
tempat yang kecil. Untuk pekerjaan seperti itu dipakai laser bahan padat seperti
‘’neodymuim-YAG-laser’’. Bahan yang lebih tebal tidak dapat disambung dengan laser
seperti itu .

Namun disebut-sebut laser CO2 memiliki energi yang lebih banyak untuk setiap milimeter
perseginya. Laser ini dapat melelehkan logam sampai sedalam 15 milimeter.

Las sinar elektron

Selain sinar laser yang digunakan dalam las laser, sinar elektron juga bisa dipakai untuk
memanaskan logam hingga titik leburnya. Bahan yang akan dilas dihujani elektron bermuatan
negatif dari batang logam untuk menyambung, yang akan menuju ke muatan positif dari
bahan yang akan dikerjakan. Sinar elektron yang terdiri atas sejumlah elektron, setelah
bertubrukan dengan logam akan memproduksi panas. Las dengan sinar elektron selain
digunakan dalam industri nuklir, juga digunakan dalam pembuatan mesin jetpesawat terbang.
Namun kelemahannya hanya bisa dipakai di ruangan hampa udara. Molekul udara dapat
mencerai beraikan sinar elektron dan energinya langsung memudar.

Filler metal
Filler metal adalah bahan penambah yang digunakan dalam pengelasan. Metal tersebut
digunakan manakala kampuh cukup lebar dan diperlukan efisiensi sambungan yang sekuat
bahan dasar yang utuh.
Komposisi kimiawi bahan filler untuk GTAW dalam proses pengelasan didasarkan pada
komposisi kimiawi bahan induk. Jadi makin tepat bahan filler terhadap bahan induk, makin
baik. Pemilihan filler metal dalam teknik pengelasan ditentukan oleh faktor faktor dibawah
ini:

 Kuat tarik yang mendekati bahan dasar


 Keuletan ( toughness ) yang mendekati bahan dasar
 Konduktivitas listrik bahan filler
 Konduktivitas termal bahan filler
 Ketahanan terhadap serangan karat ( coorosion resistance )
 Tampak ujud yang baik.

Kampuh Las
Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam las, kampuh las
awalnya adalah berupa kubungan las yang kemudian diisi dengan logam las. Sambungan las
dengan menggunakan alur kampuh dikategorikan kedalam sambungan las tumpul.
Sambungan las tumpul adalah jenis sambungan paling efisien. Sambungan ini dibagi menjadi
dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk kampuh harus menuju kepada penurunan masukan
panas dan penurunan logam las sampai kepada harga terendah dan tidak menurunkan mutu
sambungan. Untuk kampuh-kampuh las pada saat pembakarannya dapat mengisi pada
seluruh tebalnya pelat. Sebelum pengelasan dilaksanakan kampuh las harus melalui proses
pengerjaan awal. Karat, minyak, cat harus dihilangkan. Untuk memperoleh pembakaran yang
baik, pada kampuh V dipakai elektrode dengan diameter yang kecil atau disesuaikan dengan
besar sudut kampuh dan tebal pelat yang akan dilas.

Keterampilan operator las


Mutu dari hasil pengelasan, bergantung pada keahlian operator atau juru ataupun tukang las
sendiri. Cara mengelas yang buruk dapat mengakibatkan kerusakan fatal baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, mulai dari kasus sederhana seperti pipa ledeng yang bocor
ataupun ke hal-hal yang lebih fatal seperti runtuhnya bangunan berkonstruksi baja yang
menggunakan bahan yang di las.

Pada saat pengelasan, kesalahan sering terjadi dan sambungan las jarang sekali jadi. Hal yang
perlu diperhatikan adalah menghindari bara api pada bagian yang di las tanpa mengulangi las
di tempat yang sama. Kalau hal itu terjadi, hubungan akan menjadi rapuh dan terbentuk titik
awal retakan kecil. Selain itu, bagian logam yang bersebelahan dengan bagian yang di las
tidak meleleh tetapi berubah karena panas. Pemanasan yang diikuti dengan pendinginan yang
cepat bisa menghasilkan struktur logam seperti kaca, sehingga mudah retak.

Untuk las konvensional yang menggunakan tenaga manusia, operator las dengan tangkai las
yang menentukan berhasil tidaknya proses pengelasan. Karena operatorlah yang menentukan
suhu cairan logam, memilih diameter elektrode las dengan kekuatan arus listrik dan mengatur
jumlah gas dan tekanan kawat las, serta menentukan campuran kawat las dan posisi tangkai
las. Operator las juga menghadapi situasi lingkungannya, baik musim yang nantinya
berpengaruh pada hasil las, cuaca ekstrim, iklim lokasi yang perlu di las dan tantangan untuk
pengelasan bawah laut. Automatisasi dilakukan dengan bantuan robot las operator terbantu
dengan sistem kontrol las yang diberikan. Robot diprogram sedemikian rupa untuk dapat
memberikan kontrol jalur sambungan yang perlu di las dengan sistem pengikut sambungan
melalui sensor yang diberikan.

Efek Sinar Las


Beberapa Laporan menyebutkan efek samping dari kontak langsung dengan sinar las,
umumnya adalah rasa pedih pada mata dan juga rasa seperti ada pasir di kelopak mata.
Adapun untuk pertolongan pertamanya adalah dengan obat tetes mata ataupun analgesik.

Referensi
 ASM International (2003). Trends in Welding Research. Materials Park, Ohio: ASM
International. ISBN 0-87170-780-2.
 Cary, Howard B (2005). Modern Welding Technology. Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Education. ISBN  0-13-113029-3.
 Hicks, John (1999). Welded Joint Design. New York: Industrial Press. ISBN 0-8311-
3130-6.
 Kalpakjian, Serope (2001). Manufacturing Engineering and Technology. Prentice
Hall. ISBN 0-201-36131-0.
 Lincoln Electric (1994). The Procedure Handbook of Arc Welding. Cleveland:
Lincoln Electric. ISBN  99949-25-82-2.
 Weman, Klas (2003). Welding processes handbook. New York, NY: CRC Press LLC.
ISBN 0-8493-1773-8.

Anda mungkin juga menyukai