Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKHIR

MATERI BAHAN AJAR


PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH

OLEH
EKO NURHAYATI/BK 1
Perilaku Bullying

Saat ini, salah satu bentuk kekerasan fisik dan emosional yang paling umum
pada anak-anak dan remaja adalah bullying. Bullying di kalangan remaja merupakan
masalah global yang membutuhkan perhatian dari berbagai pihak karena dapat
berdampak serius pada korban ataupun pelaku. Kasus-kasus bullying semakin banyak
terjadi disekitar kita,khususnya dilingkungan sekolah menengah pertama.Perubahan
Psikologis yang dialami oleh remaja dimasa remaja, membuatnya cenderung labil
bahkan tidak segan melakukan tindakan bullying kepada sesama teman
disekolah.Perilaku bullying harus mendapat perhatian dari berbagai pihak khususnya
orang tua dan sekolah agar perilaku bullying tidak terjadi lagi di masa depan.
A. Pengertian Perilaku Bullying
Istilah bullying berasal dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti
“banteng”. Dalam kehidupan nyata, banteng merupakan hewan bertanduk yang
sering menjaga daerah kekuasaannya dengan cara “menanduk” jika merasa
terancam oleh lawan-lawannya.Oleh karena itu para pelaku bullying biasanya
sering disebut “bully” (Sejiwa, 2018:2). Menurut Cristiani (dalam
Dwiatmaja,2017:10) Bullying merupakan tindakan dimana seseorang atau lebih
yang seringkali digunakan untuk bahan menyakiti, menghina, menekan,
menjatuhkan mental serta mengontrol orang lain dengan cara kekerasan sehingga
korban bullying biasanya tidak dapat berbuat apa-apa dan menerima segala bentuk
perilaku dari orang lain. Secara harfiah, kata bully berarti mengertak dan
mengganggu orang yang lebih lemah. Istilah bullying kemudian digunakan untuk
menunjukan perilaku agresif seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan
secara berulang-ulang terhadap orang atau sekelompok orang lain yang lebih
lemah untuk menyakiti korban secara fisik maupun mental.
Santrock (dalam Pramoko,2019:16) mengemukakan bullying sebagai
perilaku verbal dan fisik yang dimaksudkan untuk mengganggu seseorang yang
lebih lemah. Bullying diartikan juga sebagai sebuah situasi di mana terjadi
penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang atau kelompok yang merasa bahwa
dirinya yang paling kuat atau berkuasa. Kuat dalam hal ini bukan hanya sekedar
kuat fisik saja, melainkan juga kuat mental namun disalah gunakan ke arah yang
negatif. Bullying merupakan tindakan dimana seseorang atau lebih yang seringkali
digunakan untuk bahan menyakiti, menghina, menekan, menjatuhkan mental serta
mengontrol orang lain dengan cara kekerasan sehingga korban bullying biasanya
tidak dapat berbuat apa-apa dan menerima segala bentuk perilaku dari orang lain
tersebut.
Bullying diartikan juga sebagai sebuah situasi di mana terjadi
penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang atau kelompok yang merasa bahwa
dirinya yang paling kuat atau berkuasa. Kuat dalam hal ini bukan hanya sekedar
kuat fisik saja, melainkan juga kuat mental namun disalahgunakan ke arah yang
negatif (Sejiwa,2008:2). Bullying merupakan sebuah perilaku yang telah lama
berlangsung secara terus menerus dan dapat mengancam segala aspek kehidupan
sebagaian besar anak-anak di Nusantara.
Tindakan bullying termaksud dalam kategori kenakalan remaja yang dapat
didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang belum dewasa yang melanggar
norma-norma yang berlaku, dilakukan secara sengaja namun mengetahui jika
melanggar akan mendapatkan sangsi atau hukuman (Sarwono, dalam Dwiatmaja,
2017:11). Tindakan bullying biasaya dilakukan secara tidak bertanggung jawab dan
berulang-ulang pada waktu yang berbeda oleh orang lain agar mencapai tingkat
kepuasan tertentu. Bullying dipahami sebagai tindakan yang tidak dapat diterima
oleh sebagian orang terutama korban bullying, jika penanganannya tidak
ditanggapi dengan serius tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan tindakan
agresi yang lebih parah.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
bullying merupakan bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara terencana,
berulang-ulang, dalam periode waktu tertentu, baik secara individu maupun secara
kelompok dengan tujuan untuk menciptakan tekanan psikologis bagi orang lain,
untuk mendapatkan pengakuan dan kepuasan bagi pelakunya.

B. Jenis-jenis Perilaku Bullying


Bullying bisa terjadi dimana saja dan kapanpun, namun hal semacam ini
seringkali terjadi dalam pergaulan atau pertemanan di lingkungan sekolah.
Seperti tempat yang jauh dari pengawasan guru seperti di kantin, parkiran

1
kendaraan, lapangan, serta lorong-lorong sekolah, bullying juga dapat terjadi di
kawasan yang lebih luas bukan hanya dapat terjadi di lingkungan sekolah tetapi
juga dapat terjadi di rumah dan juga dengan adanya kemajuan teknologi pada saat
ini, bullying dapat terjadi melalui telepon genggam atau cyberbullying dengan
mengirimkan pesan-pesan singkat kepada korban dan mengirim e-mail (Sejiwa,
dalam Dwiatmaja, 2017:13). Sewija (2008:2) menguraikan bahwa ditinjau dari
bentukknya perilaku bullying dibagi menjadi 3 jenis yaitu.
1. Bullying Fisik
Bullying fisik merupakan bullying yang dapat dilihat secara kasat mata
dan siapapun dapat melihatnya, karena bentuk bullying ini terjadi sentuhan fisik
antara pelaku dan korbannya. Beberapa contoh yang termasuk dalam bullying
jenis ini seperti menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi,
memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari keliling
lapangan, meghukum dengan cara push up (Sejiwa, dalam Dwiatmaja,2017:13).
Jenis bullying semacam ini biasanya menimbulkan bekas fisik yang dapat
terlihat oleh orang lain dan seringkali menimbulkan keributan antara pelaku dan
korban yang tidak terima dengan tindakan-tindakan semacam itu.
2. Bullying Verbal
Bullying Verbal merupakan jenis bullying yang juga dapat terdeteksi
oleh kasat mata namun tidak bersentuhan fisik antara pelaku dan korbannya.
Beberapa contoh yang termasuk dalam bullying jenis ini seperti memaki, menghina,
menjuluki, meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki
menebar gosip, memfitnah (Sejiwa, dalam Dwiadmaja, 2017:16). Bullying
verbal lebih menimbulkan dampak negatif pada psikologis korbannya. Banyak
korban bullying jenis ini merasa sakit hati dan menjadi orang yang rendah diri
di hadapan teman- temannya sehingga banyak dari mereka menjadi tidak
percaya diri tampil di muka umum dan menimbulkan rasa dendam yang
berkepanjangan kepada para pelaku bullying.
3. Bullying Mental atau Psikologis
Bullying Mental atau Psikologis merupakan jenis bullying yang paling
berbahaya karena tidak kasat mata ataupun telinga kita karena lebih mengarah
pada mental si korban sendiri. Berikut beberapa contoh yang termasuk dalam

2
bullying jenis ini seperti memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mendiamkan, meneror lewat pesan pendek, memandang yang merendahkan,
melototi dan mencibir (Sejiwa,dalam Dwiatmaja, 2017:14). Jenis bullying ini
menimbulkan dampak negatif yang hampir sama dengan jenis bullying verbal.
Dimana bullying jenis ini membuat para korbannya seperti serba salah atas
segala tindakan dan tingkah lakunya ketika dilihat oleh pelaku, sehingga korban
merasa canggung dan juga merasa tidak percaya diri atas dirinya sendiri dan
merasa takut ketika melakukan apa-apa karena merasa bahwa semua yang
dilakukannya adalah perbuatan yang salah dimata orang lain.
Senada denga Sejiwa, Barbara (dalam Yuyarti,2018:54) membagi jenis
jenis bullying ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Bullying secara verbal
perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam,
penghinaan, pernyataanpernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gossip, dan sebagainya
2. Bullying secara fisik
yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan
barangbarang milik anak yang tertindas. Bullying jenis ini adalah yang paling
tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik
tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur
melakukan hal ini, merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung
akan beralih pada tindakan-tindakan criminal yang lebih lanjut.
3. Bullying secara rasional
Bullying secara rasioanal merupakan pelemahan harga diri korban secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
mengejek. Bullying dalam bentuk ini paling sulit di deteksi dari luar. Secara
rasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, karena saat itu
terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat

3
ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri
dengan teman sebaya.
4. Bullying elektronik
merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui
sarana elektronik seperti computer, handphone, internet, website, chatting
room, email, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban
dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film
yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini
dilakukan oleh kelompok remaja yang memiliki pemahaman cukup baik
terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
Les Parsons (dalam Ismiatun,2014:19) juga menjelaskan jenis bullying
dalam dunia cyber atau cyberbullying. Cyberbullying meliputi bentuk agresi
dalam hubungan dan segala bentuk-bentuk ancaman elektronik dan hal ini telah
terjadi dimana-mana. Pesan-pesan yang tidak beridentitas dalam email, instant
messaging, dan ruang chatting memberikan peluang yang besar bagi pelaku
bullying kepada korban.Saat ini jenis bullying dalam dunia cyber sangat marak
dikalangan remaja, bahkan mereka bisa saling membeli walaupun tidak saling
mengenal satu sama lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dari ciri-ciri bentuk perilaku bullying
yang nampak, bullying teridentifikasi dapat dilakukan secara fisik,verbal, psikis
maupun media elektronik. Bullying fisik misalnya menendang, memukul,
mendorong, meludahi, bahkan kekerasan yang dilakukan dengan senjata.
Bulying verbal dapat berupa memaki, menghina, memberi label dan
sebaginya.Sedangkan untuk bullying psikis misalnya menatap sinis,
mendiamkan, melotot serta mempermalukan di depan umum. Selain itu juga
terdapat bullying yang dilakukan melalui media elektronik dan internet yaitu
cyberbullying. Contoh dari cyberbullying adalah perang kata-kata melalui WA,
chat ataupun aplikasi elektronik lainnya.

C. Para pelaku tindakan Bullying


Sejiwa (2008:4),menyatakan bullying sesungguhnya merupakan situasi yang
tercipta ketika tiga karakter bertemu di satu tempat, yaitu pelaku bullying, pelaku

4
bullying, dan saksi bullying.
1. Pelaku Bullying
adalah aktor utama pelaku bullying. Dialah sang agrosor, profokator
sekaligus inisiator situasi bullying. Pelaku bullying umumnya umumnya seorang
anak atau murid yang berfisik besar dan kuat.Namun tidak jarang ia bertubuh
kecil atau sedang namun memilikidominasi psikologis yang besar dikalangan
teman-temannya.Pelaku bullying merasakan kepuasan apabila ia “berkuasa”
dikalangan teman-temannya.Dengan melakukan bullying, ia mendapat label
betapa “besar” dirinya dan betapa “kecil” korban.Selain itu, tawa dari teman-
temannya saat ia memainkan korban, memberinya sanjungan karena ia merasa
memiliki selera humor yang tinggi,keren dan populer. Pelaku bullying umumnya
temperamental.Mereka melakukan bullying kepada orang lain sebagai
pelampiasan kekesalan dan kekecewaannya.Ada kalanya mereka merasa tidak
punya teman dan menciptakan situasi bullying agar punya pengikut.
2. Korban Bullying
Bullying tidak mungkin hanya terjadi dengan adanya pelaku bullying.
Harus ada korban yang menjadi sasaran penganiayaan dan penindasan.Beberapa
ciri yang bisa dijadikan korban bullying antara lain:
a) Berfisik kecil, lemah
b) Berpenampilan lain dari biasa
c) Sulit bergaul
d) Siswa yang rendah kepercayaan dirinya
e) Anak yang canggung (sering salah biacara atau bertindak atau berpakaian.
f) Anak yang memiliki aksen berbeda
g) Anak yang dianggap menyebalkan dan menantang bully
h) Cantik atau ganteng, tidak cantik atau ganteng
i) Anak orang tak punya atau anak orang kaya
j) Kurang pandai
k) Gagap
l) Anak yang dianggap sering argumentatif terhadap bullying dan lain-lain.
Pelaku bullying akan cenderung mudah mengendus korbannya.Pada
pertemuan pertama pelaku akan melakukan bullying kepada korban.Jika korban

5
diam maka perilaku tersebut akan terus dilakukan berulang-ulang.Rata-rata
korban bullying tidak pernah melapor ke guru atau orang tua disekolah, jika
mereka mengalami perilaku bullying disekolah. Mereka umumnya merasa yakin
jika guru dan orang tua tidaka akan mampu membantu menyelesaiakan
masalahnya.
3. Saksi Bullying
Para saksi bullying berperan dalam dua cara,yaiyu aktif dalam menyoraki
dan mendukung perilaku bullying atau diam dan bersikap acuh tak acuh. Saksi
bullying yang aktif akan berseru dan turut menertawakan korban bullying yang
tengah dianiaya.Bisa jadi saksi bullying yang aktif juga merupakan anggota
gang yang dipimpin oleh pelaku bullying.Adapun saksi pasif cenderung memilih
diam karena takut. Jika ia melakukan intervensi maka ia akan turut menjadi
korban saat itu ataupun nanti.

D. Faktor-faktor perilaku Bullying


Bullying sebagai salah satu tindakan yang dilakukan siswa di sekolah dapat
disebabkan oleh berbagai alasan. Demikian pula yang diungkapkan Les Parsons
(dalam Ismiatun,2014:22), bullying yang dilakukan oleh siswa berlandaskan pada
suatu pandangan bahwa interaksi sosial adalah menyangkut hal yang membangun
dan memelihara suatu hirearkhi. Siswa dengan sengaja menggunakan paksaan,
manipulasi, dan status serta harga diri dan dominasi mereka di dalam hirearkhi
sosial. Les Parsons (dalam Ismiatun, 2014:22), beberapa hal yang mendorong siswa
untuk melakukan bullying, antara lain :
1. Gangguan pengendalian diri Anak yang mengalami gangguan pengendalian
diri, mengalami kegelisahan emosional.
Mereka bereaksi terhadap ancaman dan provokasi menurut pandangan
mereka sendiri, merasa bahwa tingkah laku mereka dapat dibenarkan
sepenuhnya. Dengan demikian anak seperti sering melanggar peraturan,
memulai tindakan yang agresif, dan merusak barang milik orang lain baik
sendiri maupun bersama kelompoknya.
2. Bullying yang dipelajari Pola pengasuhan orangtua yang tidak tepat
memiliki hubungan dengan pembentukan perilaku agresif pada anak.

6
Penggunaan hukuman fisik, hukuman yang tidak konsisten, pemanjaan
yang serba berlebihan. Selain itu juga segala macam tekanan di rumah, misalnya
konflik dengan orangtua, temperamen masing-masing anak, kesulitan belajar
juga berpengaruh terhadap tingkat agresi anak.
3. Mem-bully untuk memperoleh sesuatu dan menunjukkan kendali.
Beberapa alasan siswa melakukan bullying karena mereka mempunyai
tujuan yang jelas di benak mereka. Mereka sengaja menggunakan kekerasan
untuk memperoleh yang mereka inginkan dari orang lain, misalnya uang jajan,
jawaban dalam sebuah tes, dan alasan yang menguntungkan mereka. Mereka
menyaksikan pola-pola kekerasan di dunia sekeliling mereka, dan menganggap
tindakan yang mereka lakukan itu benar. Selain itu mereka sengaja
menggunakan paksaan, manipulasi dan penipuan untuk memperkokoh status
serta harga diri dan dominansi mereka di dalam hirearki sosial. Perasaan berhak
atas sesuatu, kepongahan dan kesombongan membuat mereka merasa benar.
Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying (Astuti, 2008: 4)
antara lain.
a) Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas atau rasisme.
b) Tradisi senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan
untuk mem-bully junior terkadang tidak berhenti dalam suatu periode saja.
c) Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying seringkali pula justru
diperluas oleh siswa sebagai kejadian yang bersifat laten.
d) Keluarga yang tidak rukun.
e) Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif.
f) Karakter individu/kelompok seperti 1) dendam atau iri hati 2) adanya
semangat ingin menguasai korban dengan kekuasaan fisik dan daya tarik
seksual. 3) untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman
sepermainan 4) persepsi nilai yang salah atas perilaku korban. Korban merasa
dirinya pantas untuk diperlakukan demikian.
Paper dan Craig (dalam ismiatun,2014;24) mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang terkait korban bullying. Secara internal, anak yang rentan
bullying memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial
(social withdrawal), memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak

7
lainnya, memiliki warna rambut atau kulit yang berbeda serta kelainan fisik
lainnya. Secara eksternal, berasal dari keluarga over protektif, mengalami masalah
keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang
terpinggirkan/pandangan negatif oleh lingkungan (Resmininingsih, dalam Ismiatun,
2014:24).
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, bullying di sekolah dapat disebabkan
karena adanya kesenjangan/perbedaan dari segi status, kelas (senioritas), ekonomi,
agama, jender, etnisitas atau rasisme. Selain itu juga akibat dari tradisi senioritas,
kondisi sekolah yang kurang harmonis dan diskriminatif, keluarga yang tidak
rukun, serta faktor internal dari individu yang membully maupun yang menjadi
korban.

E. Dampak Perilaku Bullying bagi pelaku dan korban


Tindakan bullying yang dilakukan oleh pelaku kepada korbannya memiliki
dampak yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, bullying yang dilakukan oleh
seseorang dirasakan korbannya biasa saja, karena pelakunya adalah teman
sebayanya sendiri. Namun beberapa kasus bullying juga membawa pengaruh yang
besar bagi korbannya. Seperti yang dikemukakan oleh Ken Rigby (dalam Ismiataun,
2014:25), bullying dapat menyebabkan reaksi emosional yang kuat dari kemarahan
dan kesedihan. Sebagian besar anak melaporkan bahwa mereka tidak merasa aman
dari ketertindasan di sekolah, bahkan karena alasan itu mereka absen tidak
berangkat sekolah. Namun ada juga yang tidak melaporkan kasus bullying yang
dialaminya. Dari segi kesehatan mental, anak yang terlibat bullying di sekolah
secara signifikan di bawah rata-rata. Korban lebih menderita secara psikologis
daripada yang lain, terutama depresi dan berfikir untuk bunuh diri. Bagi anak yang
diidentifikasi melakukan bullying cenderung berperilaku yang antisosial.
Baron (2005:160) berpendapat bullying dapat berakibat merusak pada korban-
korbannya. Beberapa kasus dimana anak-anak menjadi korban bullying secara
brutal dan berulang kali oleh teman sekelasnya melakukan bunuh diri. Siswa
menganggap bahwa guru tidak menyadari perilaku bullying. Selain itu juga siswa
melapor tidak mendapatkan respon yang positif dari guru yang bersangkutan,
bahkan jika mereka melapor dikhawatirkan akan meningkatkan tindakan bullying.

8
Ketidakmampuan dalam menghadapi bullying membuat siswa merasa gelisah,
terkucilkan dan terisolasi dari pergaulan lingkungan sehingga sulit membangun
hubungan antarpersonal dan mungkin akan bermasalah dalam hal akademis. Korban
bullying merasa susah tidur, memperlihatkan tanda tanda depresi, sakit secara fisik,
mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tugas-tugas sekolah dan menolak masuk
kelas secara teratur. Korban juga tidak mampu menghilangkan stigma mereka
sebagai sasaran bullying. Kasus bullying juga berdampak pada pelaku bullying yaitu
memiliki resiko besar untuk membentuk perilaku antisosial atau kriminal untuk
masa yang akan datang (Les Parsons, 2009: 29).
Senada dengan pendapat diatas, Triyatna (2010:4) menjelaskan bahwa
tindakan bullying berakibat buruk, bagi korban, saksi sekaligus bagi pelakunya itu
sendiri.Bahkan efeknya terkadang membekas sampai anak dewasa. Dampak buruk
yang dapat terjadipada anak yang menjadi korban tindakan bullying anatara lain:
1. Kecemasan
2. Merasa Kesepian
3. Rendah diri
4. Tingkat kompetensi sosial yang rendah
5. Depresi
6. Penarikan sosial
7. Keluhan pada kesehatan fisik
8. Minggat dari rumah
9. Penggunaan alkhohol dan obat
10. Bunuh diri
11. Penurunan performansi akademik.
Sementara si pelaku bullyingpun tidak akan terlepas dari resiko berikut:
1.Sering terlibat dalam perkelahian
2.Resiko mengalami cedera akibat perkelahian perkelahian.
3.Melakukan tindakan pencurian.
4.Minum alkhohol
5.Merokok
6.Menjadi biang kerok disekolah
7.Gemar membawa senjata tajam.

9
8.Yang terparah menjadi pelaku tindak kriminal.
Dalam sebuah studi,60% anak yang biasa melakukan tindakan bullying
menjadi pelaku tindakan kriminal sebelum menginjak usia 24 tahun.Sementara bagi
mereka yang menyaksikan tindakan bullying pada kawan-kawannya berada pada
resiko menjadi penakut dan rapuh,sering mengalami kecemasan, dan rasa keamanan
diri yang rendah (Triyatna, 2010:5).
Dari berbagai pemaparan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa perilaku
bullying tidak hanya berpengaruh terhadap si korban bullying, namun perilaku
bullying juga akan dapat berpengaruh terhadap pelaku dan korban seperti yang telah
diuraiakan oleh berbagai tokoh diatas. Riset yang dilakukan oleh pustaka Yayasan
SEJIWA dalam penelitian di berbagai surat kabar pada tahun 2002-2005 terdapat
lima kasus tindakan atau percobaan bunuh diri dikalangan remaja akibat bullying.
Tentunya percobaan bunuh diri bukan salah satu dampak negatif dari korban
bullying, banyak korban bullying yang masih hidup dan menahan luka batin dan
kemungkinan besar korban bullying akan terus menerus menderita depresi dan
kurang percaya diri dalam masa dewasanya nanti (Sejiwa, 2008:9). Dengan kata lain
nantinya korban bullying akan terus menerus mengingat semua perlakuan yang
pernah dialaminya pada masa yang lalu sehingga dapat menyimpan rasa sakit hati,
kecewa, dan dendam kepada pelaku bullying tersebut, jika hal ini didiamkan dan
masih dianggap remeh, bukan tidak mungkin akan berdampak buruk bagi psikologis
dan mental dari korban itu sendiri.

F. Cara melawan tindakan bullying.


Yuyarti (2018:56) menyatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
melawan dan menanggulangi tindak kekerasan bullying, adalah melalui pendidikan
karakter dengan cara memperkuat pengendalian sosial, mengembangkan budaya
meminta dan memberi maaf, menerapkan prinsip-prinsip anti kekerasan dan
memberikan pendidikan perdamaian kepada generasi muda.
Sebagai pendidik, cermati gejala-gejala perubahan anak, dan segeralah lakukan
pendekatan padanya dengan cara.
1.Tenanglah dalam bertindak, sambil meyakinkan anak bahwa ia telah mendapat
perlindungan dari perilaku bullying mendatang

10
2.Laporkan kepada guru/ pihak sekolah untuk segera dilakukan penyelidikan
3. Meminta konselor ( guru BK) sekolah melakukan penyelidikan tentang apa yang
telah terjadi
4. Meminta pihak sekolah untuk memberikan info tentang apa yang sebenarnya
telah terjadi
5. Mengajarkan anak cara-cara menghadapi bullying.
Dari paparan yang telah diuraikan diatas, maka strategi melawan tindakan
Bullying yang bisa diterapkan di sekolah anatara lain.
a) Ajarkan siswa untuk menyembunyikan kemarahan atau kesedihannya. Bila ia
tampak bereaksi si bullying akan senang.
b) Ajarkan anak berani memandang mata si bullying
c) Ajarkan anak berdiri tegak, kepala ditegakkan dalam menghadapi bullying
d) Tidak berjalan sendirian.
e) Tetap tenang dalam situasi apapun.
f) Bila dalam bahaya segera menyingki.

11
Daftar Pustaka

Astuti.2008.Meredam Bullying.Jakarta:PT Grasindo.

Dwiatmaja, B.C.2017.Diskripsi kajian kateketis,perilaku bullying di SMP Kanisius


Pakem, Sleman Yogyakarta.Skripsi. Tidak
diterbitkan.Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma,
(Online),(https://repository.usd.ac.id/11998/2/121124016_full.pdf, diakses
21 september 2020).

Ismiatun,Rohmah.2014.Bullying di SD Negeri Gondolayu Kota


Yogyakarta.Skripsi.Tidak diterbitkan.Jogyakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan,
(Online),(http://core.ac.uk/dowload/pdf/33517309.pdf.Diakses tanggal 21
september, 2020)

Pramoko, Agung,2019.Pengaruh Penerimaan diri remaja terhadap perilaku bullying


pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi.Skripsi.Tidak
diterbitkan.Jogyakarta :Fakultas Ilmu pendidikan, (online),
(https://eprints.uny.ac.id/63685/1/Skripsi_Rudi%20Pramoko_11104241058.p
df. Diakses tanggal 21 september, 2020).

Priyatna, Andri.2020.Let’s End Bullying: memahami, mencegah dan mengatasi


bullying.Jakarta:PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

SEJIWA (Yayasan semai jiwa amini).2018.Bullying : mengatasi kekerasan


dilingkungan dan sekolah. Jakarta : Grasindo.

Slamet, dkk 2016, Materi Layanan Klasikal Bimbingan dan Konseling untuk SMP-
MTs kelas 8, Yogyakarta, Paramitra Publishing.

Yuyarti, 2018.Mengatasi Bullying melalui Pendidikan Karakter, (online),


(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/dowload/16506/8397,
diakses 21 september 2020).

Anda mungkin juga menyukai