Anda di halaman 1dari 5

Al ‘Ulum Vol.54 No.

4 Oktober 2012 halaman 29-33 29

STUDI TINGKAT KONSUMSI ENERGI, KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK PADA


ANAK OBESITAS UMUR 2 – 12 TAHUN DI KOTA BANJARMASIN

Magdalena*

ABSTRAK yaitu >300-400% AKG yaitu 28,8%.


Saran : Tingkat konsumsi energi, karbohidrat,
Obesitas pada anak adalah suatu penyakit yang protein dan lemak yang berlebihan dapat meng-
diagnosisnya mudah tetapi penangannya susah. Pada akibatkan obesitas. Penelitian selanjutnya dapat
hakekatnya sebagian obesitas pada anak terjadi karena menambah variabel khusus, misalnya konsumsi
interaksi faktor genetik (obesitas primer). Hanya refined karbohidrat, karena obesitas pada anak dapat
sebagian kecil (1%) disebabkan oleh penyakit herediter disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.
familial atau semata-mata kelainan genetik atau bagian
dari suatu penyakit sistemik tertentu (obesitas sekunder). Kata kunci : Tingkat konsumsi energi, karbohidrat,
Penelitian dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar protein, lemak dan obesitas pada anak.
di sepuluh kota besar di Indonesia periode 2002-2005
dengan metode acak, rata-rata prevalensi kegemukan PENDAHULUAN
di sepuluh kota besar di Indonesia mencapai 12,2.
penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui tingkat Obesitas atau kegemukan adalah keadaan
konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh
anak obesitas umur 2-12 tahun di kota Banjarmasin. dibandingkan berat badan total lebih besar daripada
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah
penelitian deskriptif, Jenis data yang dikumpulkan normal atau terjadinya peningkatan energi yang
adalah data karakteristik responden yaitu umur dan ditimbun sebagai lemak tubuh akibat ambilan
jenis kelamin, data tingkat asupan konsumsi energi, makanan yang berlebihan.
karbohidrat, protein dan lemak menggunakan food Obesitas pada anak adalah suatu penyakit yang
recall 1x24 jam. Tingkat asupan dihitung berdasarkan
Angka Kebutuhan Gizi (AKG). Klasifikasi tingkat diagnosisnya mudah tetapi penangannya susah. Pada
konsumsi dibagi dengan kategori : tingkat asupan baik : hakekatnya sebagian obesitas pada anak terjadi karena
≥ 100% AKG, sedang: 80-90% AKG, kurang : 70-79% interaksi faktor genetik (obesitas primer). Hanya sebagian
AKG, defisit : < 70% AKG. kecil (1%) disebabkan oleh penyakit herediter familial
Hasil penelitian ini adalah: Responden obesitas
yang terbanyak berdasarkan umur adalah kelompok atau semata-mata kelainan genetik atau bagian dari
2-5 tahun (46,7%), jenis kelamin responden yang suatu penyakit sistemik tertentu (obesitas sekunder).
paling banyak adalah perempuan (51,1%). Tingkat Profil kegemukan dan obesitas di Erofah meng-
konsumsi energi paling banyak adalah kategori lebih, alami hampir 22 juta anak, jumlah ini diperkirakan
yaitu 120-200% AKG, sebesar 55,6%. Tingkat konsumsi
karbohidrat paling banyak adalah kategori lebih yaitu akan terus bertambah sebanyak 1,3 juta anak pada
120-200% AKG, yaitu 66,67%. Tingkat konsumsi tahun 2010. Laporan lembaga Survei Nutrisi dan
protein yang paling banyak adalah kategori lebih yaitu Kesehatan di Jepang menyebutkan peningkatan
120-200% AKG, yaitu 64,45% dan tingkat konsumsi prevalensi obesitas pada anak lebih dari 2%, di
lemak yang paling banyak adalah kategori lebih
Amerika Serikat peningkatan obesitas pada anak
______________________________
* Tenaga Pengajar Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Banjarmasin

Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 30

mencapai 30%. Penelitian dilakukan terhadap anak- iklan tersebut berisikan produk makanan yang rendah
anak sekolah dasar di sepuluh kota besar di Indonesia nilai nutrisinya seperti sereal yang tinggi gula sederhana-
periode 2002-2005 dengan metode acak, rata-rata nya, dan makanan kudapan yang tinggi gula, lemak
prevalensi kegemukan di sepuluh kota besar di dan garam. Pajangan yang berulang-ulang oleh iklan
Indonesia mencapai 12,2. produk seperti ini akan mendorong pilihan anak terhadap
Kegemukan pada anak ditandai dengan nilai makanan yang padat energi dan jelek nilai nutriennya
Body Mass Indexs (BMI) diantara persentil ke-85 sehingga akan mempermudah terjadinya obesitas.
dan ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan Perubahan pola makan pada anak, khususnya
jenis kelaminnya. Obesitas ditandai dengan nilai BMI di kota besar yaitu adanya kecendrungan untuk meng-
diatas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan. konsumsi makanan dengan kalori berlebihan disertai
Pengukuran BMI pada anak dapat dilakukan pada dengan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan insiden
rentang usia 2-20 tahun. berat badan lebih dan obesitas pada anak juga cenderung
Makan terlalu banyak energi dari karbohidrat semakin meningkat. Obesitas pada anak dapat me-
dan lemak serta kelebihan protein dapat menimbulkan ningkatkan risiko timbulnya pelbagai keluhan dan
masalah gizi lebih, yang terlihat pada terjadinya obesitas. penyakit pada anak. Secara sederhana, gangguan
Gizi lebih disebabkan oleh keseimbangan energi positif kesehatan yang terjadi pada anak penderita
yang dapat dicegah dan ditanggulangi dengan cara kegemukan dan obesitas terbagi tiga, yaitu
menciptakan keseimbangan energi negatif. Hal ini gangguan klinis, mental dan sosial.
dapat ditempuh dengan pengurangan masukan energi, Pola makan merupakan berbagai informasi yang
atau peningkatan keluaran energi, atau kombinasi memberikan gambaran berbagai macam dan jumlah
keduanya, namun karena tingginya aspek perilaku bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh salah satu
pada kegemukan, maka upaya ini hanya berhasil orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
dalam pendekatan perubahan perilaku. masyarakat tertentu. Pada umumnya di Indonesia
Gaya hidup di era modern dengan aktivitas fisik pola makan masih mengandalkan sebagian besar
ringan akan memudahkan terjadinya penumpukan dari konsumsi makanannya pada makanan pokok.
lemak tubuh. Proses timbulnya lemak disekeliling Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
tubuh kita berlangsung perlahan, lama dan seringkali Magdalena, mengenai gambaran tingkat asupan energi,
tidak disadari. Anak-anak yang terlalu sering makan karbohidrat, protein dan lemak pada orang dewasa
junk food rasanya lebih enak dan juga mengenyangkan, obesitas di kota Banjarmasin yang hasilnya rata-rata
dengan kandungan kalorinya yang tinggi, konsumsi asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada
junk food terlalu sering dapat memunculkan orang dewasa obesitas adalah lebih dari 100% dari
masalah obesitas. Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Televisi sebagai suatu terobosan budaya juga Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas maka
menyajikan berbagai model dan pesan mengenai penulis melakukan penelitian ini yang bertujuan
makanan yang dapat mempengaruhi kesukaan maupun untuk mengetahui tingkat konsumsi energi,
pilihan makanan seseorang anak, misalnya melalui karbohidrat, protein dan lemak pada anak
iklan produk makanan. Sayangnya sebagian besar obesitas umur 2-12 tahun di kota Banjarmasin.

Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 31

METODA obesitas terus meningkat secara nyata pada beberapa


kelompok usia 2-5 tahun prevalensinya meningkat
Penelitian ini bersifat deskriftif, yang dilakukan dari 5% menjadi 12,4%. Hasil penelitian longitudinal
di kota Banjarmasin. Subjek penelitian ini adalah menunjukkan bahwa hanya 25% - 50% anak obesitas
anak besitas umur 2-12 tahun. Cara pengambilan sampel atau paling banyak 74% menjadi orang dewasa obesitas.
dengan cara asendental sampel. Jumlah responden Jenis kelamin responden obesitas yang paling
adalah 45 yang memenuhi kriteria obesitas yaitu ber- banyak adalah perempuan yaitu 51,1%. Perempuan
dasarkan pengukuran BMI diatas persentil ke-95 pada pada masa anak-anak belum banyak terlihat perbedaan
kurva pertumbuhan dan tidak didiagnosa mempunyai dalam hal menyimpan lemak dibagian tubuh. Lain
penyakit yang berhubungan dengan acites dan edema. halnya anak usia sekolah, presentase lemak tubuh
Jenis data yang dikumpulkan adalah data karak- mencapai minimum 16% pada perempuan dan 13%
teristik responden, data antropometri. Data mengenai pada laki-laki. Presentase lemak tubuh kemudian
tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak meningkat sebagai persiapan menghadapi dorongan
menggunakan food recall 1 x 24 jam. Tingkat asupan pertumbuhan remaja.
dihitung berdasarkan AKG. Klasifikasi tingkat konsumsi Peningkatan presentase lemak tubuh dimasa
dibagi masing-masing baik : ≥ 100% AKG, sedang : pubertas terjadi lebih dini dan lebih dini dan lebih
≥80-99% AKG, kurang : 70-80, defisit : ≤ 70%. Apabila tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki
asupan ≥ 120% AKG, maka terjadi kelebihan kalori (19% pada perempuan dan 14% pada laki-laki).
sebesar 20% dari AKG. Semakin tinggi asupan kalori Memasuki pertengahan usia sekolah, laki-laki memiliki
semakin banyak juga seseorang kebihan kalori. masa tubuh yang lebih tipis persentimeter pertinggi
badan dibandingkan dengan perempuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil recall 1x24 jam pada 45 responden,
Berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat menyatakan tingkat konsumsi energi, karbohidrat,
dikemukakan karakteristik responden yang terdiri protein dan lemak sebagian besar adalah melebihi
dari variabel umur dan jenis kelamin. dari AKG, yang berarti tingkat konsumsi responden
Tabel 1. Karakteristik Responden Anak Obesitas obesitas melebihi kebutuhan gizi. Tingkat konsumsi
Umur 2 – 12 Tahun energi, karbohidrat, protein dan lemak responden
NO KARAKTERISTIK N PERSENTASE obesitas pada anak umur 2-5 tahun dapat dilihat
1 Umur (Tahun) pada tabel dibawah ini.
a. 2 - 5 21 46,7
b. 5 - 8 11 24,4 Tabel 2. Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat,
c. 8 - 12 12 28,9 Protein dan Lemak Responden Obesitas
JUMLAH 45 100
2 Jenis Kelamin pada Anak Umur 2-12 Tahun
a. Laki-laki 22 48,9 Tingkat Energi Karbohidrat Protein Lemak
b. Perempuan 23 51,1 Kategori Konsumsi
N % N % N % N %
JUMLAH 45 100 (AKG) %
Baik ≥ 100 - 120 2 4,45 5 11,1 1 2,20 4 8,9
Lebih > 120 - 200 25 55,6 30 66,67 29 64,45 12 26,7
Responden obesitas yang terbanyak adalah ber- > 200 - 300 15 33,3 6 13,33 9 20 9 20
> 300 - 400 - - 2 4,45 1 2,20 13 28,8
umur 2-5 tahun yaitu 46,7%. Berdasarkan data yang > 400 - 500 1 2,20 - - 2 4,45 4 8,9
dilakukan Lembaga Survei Gizi dan Kesehatan > 500 2 4,45 2 4,45 3 6,7 3 6,7
Jumlah 45 100 45 100 45 100 45 100
Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa prevalensi

Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 32

Pada tabel diatas tingkat konsumsi energi res- Tingkat konsumsi protein responden obesitas
ponden obesitas yang paling banyak adalah 120-200% yang paling banyak adalah 120-200% AKG yaitu
AKG yaitu 55,6%. Kelebihan energi terjadi bila total 64,45%. Konsumsi pangan hewani berlebihan, yang
konsumsi energi dari makanan yang masuk ke dalam di dalamnya juga mengandung lemak akan berperan
tubuh lebih besar daripada energi yang dipakai oleh dalam memunculkan masalah kegemukkan. Kelebihan
tubuh. Kelebihan energi dan penimbunan lemak tubuh protein dapat mengakibatkan kerja berat pada ginjal
terus menerus terjadi, maka akan menimbulkan obesitas. dan juga dapat meransang pengeluaran kalsium tubuh.
Orang obesitas relatif kurang sensitif terhadap rasa Orang yang ingin mengurangi berat badan akan me-
lapar, tetapi nafsu makannya lebih sering dikendalikan ngalami hambatan bila mengkonsumsi banyak protein
oleh faktor eksternal, misalnya aroma dan rasa makanan. karena makanan yang mengandung banyak protein
Dasar terapi dan prevalensi penyakit obesitas biasanya juga mengandung banyak lemak, sehingga
adalah dengan memperhatikan keseimbangan antara menyebabkan obesitas.
energi yang dikonsumsi dengan yang digunakan. Tingkat asupan lemak responden yang paling
Pengurangan berat badan harus dilakukan dengan banyak adalah lebih dari 300-400% AKG. Anak sekolah
cara perlahan-lahan, jangan terlalu dratis, karena akan menyukai makanan berlemak seperti bakso, soto,
memberikan gejala-gejala sampingan yang merugikan. fast food, dan menurut data Riskesda 2007, prevalensi
Tingkat konsumsi karbohidrat responden obesitas anak diatas usia 10 tahun yang mengkonsumsi makanan
yang paling banyak adalah 120-200% AKG yaitu berlemak dan jeroan adalah sebanyak 14,8%. Beberapa
66,67%. Pada orang sehat pemecahan karbohidrat lemak yang harus diwaspadai adalah asam lemak
dapat berjalan dengan normal dan efisien sampai di- jenuh, asam lemak trans dan kolestrol.
peroleh hasil akhir yakni monosakarida yang kemudian Makanan cepat saji seperti gorengan, mie instan
diserap di usus halus. Keseimbangan konsumsi sehari- dan ayam goreng lebih banyak mengandung lemak.
hari akan menyebabkan karbohidrat yang telah dipecah Lemak jenuh yang ditemukan pada daging, mentega,
ini dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi susu murni dan keju, serta lemak trans yang digunakan
tubuh. Sebagian orang terkadang mengkonsumsi pada penggorengan restoran, banyak margarin serta
karbohidrat terlalu banyak dan ini dijadikan sebagai kudapan kemasan dan produk yang dipanggang dan
pola makan sehari-hari. Pada akhirnya, orang-orang dalam jumlah yang lebih kecil, terdapat pada produk
yang biasa makan banyak ini ibarat menabung kalori susu dan daging adalah jenis lemak yang perlu dijauhi.
yang kemudian dikonvesi dalam bentuk perlemakan Lemak jenuh meningkatkan risiko serangan jantung
tubuh dan muncullah masalah kegemukan. dengan menaikkan kolestrol LDL dan trigliserida.
Makanan yang tinggi karbohidrat, termasuk Studi mengatakan bahwa umur 4-6 tahun terjadi
juga tinggi lemak adalah junk food, seperti hamburger, peningkatan Indek Masa Tubuh (IMT) yang berefek
kentang goreng dan pizza. Gula merupakan karbohidrat signifikan terhadap jumlah lemak tubuh yang akan
sederhana yang mudah diserap. Makanan yang banyak dimiliki seorang anak pada masa remaja dan dewasa.
mengandung gula yang biasanya di konsumsi anak Penumpukan lemak dikategorikan awal bila terjadi
antara lain adalah permen, jeli, biskuit, coklat, donat, pada usia 6-6,3 tahun. Penumpukkan lemak setelah
soda dan es krim. Anak usia 1-3 tahun mengkonsumsi usia 7 tahun dinyatakan terlambat. Studi menunjukkan
gula 12 sendok teh perhari. Di Indonesia kelebihan bahwa anak remaja dan dewasa yang dimasa kanak-
kalori disebabkan banyaknya konsumsi gula. kanaknya mengalami penumpukkan lemak di awal,

Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 33

memiliki IMT dan tebal lemak subcapular yang lebih Grundy SM., What is the contribution of obesity to
tinggi daripada orang yang mengalami BMI reboundnya the metabolic syndrome ? In : Grundy SM (ed)
di umur rata-rata atau dikategori umur terlambat. Metabolic Syndrome : part 1 Endrocrilogy and
Metabolism Clinics of Nort America. Philadelphia,
KESIMPULAN DAN SARAN WB, Sauders Company 2004 Vol 33, pg 267-282.

Responden obesitas yang terbanyak berdasarkan Irianto Aritonang, 2011, Kebiasaan makan dan
umur adalah kelompok 2-5 tahun (46,7%), jenis kelamin gizi seimbang, Leutika, Yogyakarta.
responden yang banyak adalah perempuan (51,1%).
Khasanah Nur, 2012, Waspada Beragam Penyakit
Tingkat konsumsi energi paling banyak adalah
Degeneratif akibat Pola Makan, Penerbit
kategori lebih, yaitu 120-200% AKG, sebesar 55,6%.
Laksana Yogyakarta.
Tingkat konsumsi karbohidrat paling banyak adalah
kategori lebih yaitu 120-200% AKG, yaitu 66,67%, Khomsan Ali, 2004, Peranan Pangan dan Gizi
tingkat konsumsi protein yang paling banyak adalah untuk Kualitas Hidup, PT. Gramedia
kategori lebih yaitu 120-200% AKG, yaitu 64,45% Widiasarana Indonesia, Jakarta.
dan tingkat konsumsi lemak yang paling banyak adalah
Khomsan Ali, 2006. Solusi Makanan Sehat, PT.
kategori lebih yaitu >300-400% AKG yaitu 28,8%.
Rajagrafindo Persada, Jakarta
Tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein
dan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan Magdalena, 2008, Gambaran Tingkat Asupan Energi,
obesitas. Penelitian selanjutnya dapat menambah Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Orang
variabel khusus, misalnya konsumsi refined Dewasa Obesitas di Banjarmasin, Berkala
karbohidrat, karena obesitas pada anak dapat Kedokteran, Vol 7, No 2. Hal 137-142.
disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.
Nurrahmani Ulfa, 2012, Stop Kolesterol tinggi,
Famili Group Relasi Inti Media, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Proverawati Atikah, Kusuma wati Erna, 2011,
Almatsier, Sunita, 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kesehatan, Nurhamedika, Yogyakarta.
Arisman, 2004, Gizi dalam Daur Kehidupan,
Subardja, Dedi, 2005, Obesitas Pada Anak :
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Penyaki Masa Depan yang Terabaikan,
Devi Nirmala, 2012, Gizi Anak Sekolah, PT. Prossiding PIN Dietetic II, Bandung.
Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Subardja, Dedy, 2004, Obesitas Primer Pada
Dit. Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI., 1993, Berapa Anak, PT. Kiblat Buku Utama, Bandung.
banyak jumlah anak balita kita yang cenderung
Sulistyoningsih Hariyani, 2011, Gizi untuk Kesehatan
punya masalah gizi lebih, Vol 1, No 3.
Ibu dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Genis Ginanjar Wahyu, 2009, Obesitas pada
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk., 2002, Penilaian
Anak, B. First PT. Bentang Pustaka.
Status Gizi, Buku Kedokteran EGC., Jakarta.

Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)

Anda mungkin juga menyukai