404 804 1 SM PDF
404 804 1 SM PDF
Magdalena*
Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 30
mencapai 30%. Penelitian dilakukan terhadap anak- iklan tersebut berisikan produk makanan yang rendah
anak sekolah dasar di sepuluh kota besar di Indonesia nilai nutrisinya seperti sereal yang tinggi gula sederhana-
periode 2002-2005 dengan metode acak, rata-rata nya, dan makanan kudapan yang tinggi gula, lemak
prevalensi kegemukan di sepuluh kota besar di dan garam. Pajangan yang berulang-ulang oleh iklan
Indonesia mencapai 12,2. produk seperti ini akan mendorong pilihan anak terhadap
Kegemukan pada anak ditandai dengan nilai makanan yang padat energi dan jelek nilai nutriennya
Body Mass Indexs (BMI) diantara persentil ke-85 sehingga akan mempermudah terjadinya obesitas.
dan ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan Perubahan pola makan pada anak, khususnya
jenis kelaminnya. Obesitas ditandai dengan nilai BMI di kota besar yaitu adanya kecendrungan untuk meng-
diatas persentil ke-95 pada kurva pertumbuhan. konsumsi makanan dengan kalori berlebihan disertai
Pengukuran BMI pada anak dapat dilakukan pada dengan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan insiden
rentang usia 2-20 tahun. berat badan lebih dan obesitas pada anak juga cenderung
Makan terlalu banyak energi dari karbohidrat semakin meningkat. Obesitas pada anak dapat me-
dan lemak serta kelebihan protein dapat menimbulkan ningkatkan risiko timbulnya pelbagai keluhan dan
masalah gizi lebih, yang terlihat pada terjadinya obesitas. penyakit pada anak. Secara sederhana, gangguan
Gizi lebih disebabkan oleh keseimbangan energi positif kesehatan yang terjadi pada anak penderita
yang dapat dicegah dan ditanggulangi dengan cara kegemukan dan obesitas terbagi tiga, yaitu
menciptakan keseimbangan energi negatif. Hal ini gangguan klinis, mental dan sosial.
dapat ditempuh dengan pengurangan masukan energi, Pola makan merupakan berbagai informasi yang
atau peningkatan keluaran energi, atau kombinasi memberikan gambaran berbagai macam dan jumlah
keduanya, namun karena tingginya aspek perilaku bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh salah satu
pada kegemukan, maka upaya ini hanya berhasil orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
dalam pendekatan perubahan perilaku. masyarakat tertentu. Pada umumnya di Indonesia
Gaya hidup di era modern dengan aktivitas fisik pola makan masih mengandalkan sebagian besar
ringan akan memudahkan terjadinya penumpukan dari konsumsi makanannya pada makanan pokok.
lemak tubuh. Proses timbulnya lemak disekeliling Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
tubuh kita berlangsung perlahan, lama dan seringkali Magdalena, mengenai gambaran tingkat asupan energi,
tidak disadari. Anak-anak yang terlalu sering makan karbohidrat, protein dan lemak pada orang dewasa
junk food rasanya lebih enak dan juga mengenyangkan, obesitas di kota Banjarmasin yang hasilnya rata-rata
dengan kandungan kalorinya yang tinggi, konsumsi asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada
junk food terlalu sering dapat memunculkan orang dewasa obesitas adalah lebih dari 100% dari
masalah obesitas. Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Televisi sebagai suatu terobosan budaya juga Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas maka
menyajikan berbagai model dan pesan mengenai penulis melakukan penelitian ini yang bertujuan
makanan yang dapat mempengaruhi kesukaan maupun untuk mengetahui tingkat konsumsi energi,
pilihan makanan seseorang anak, misalnya melalui karbohidrat, protein dan lemak pada anak
iklan produk makanan. Sayangnya sebagian besar obesitas umur 2-12 tahun di kota Banjarmasin.
Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 31
Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 32
Pada tabel diatas tingkat konsumsi energi res- Tingkat konsumsi protein responden obesitas
ponden obesitas yang paling banyak adalah 120-200% yang paling banyak adalah 120-200% AKG yaitu
AKG yaitu 55,6%. Kelebihan energi terjadi bila total 64,45%. Konsumsi pangan hewani berlebihan, yang
konsumsi energi dari makanan yang masuk ke dalam di dalamnya juga mengandung lemak akan berperan
tubuh lebih besar daripada energi yang dipakai oleh dalam memunculkan masalah kegemukkan. Kelebihan
tubuh. Kelebihan energi dan penimbunan lemak tubuh protein dapat mengakibatkan kerja berat pada ginjal
terus menerus terjadi, maka akan menimbulkan obesitas. dan juga dapat meransang pengeluaran kalsium tubuh.
Orang obesitas relatif kurang sensitif terhadap rasa Orang yang ingin mengurangi berat badan akan me-
lapar, tetapi nafsu makannya lebih sering dikendalikan ngalami hambatan bila mengkonsumsi banyak protein
oleh faktor eksternal, misalnya aroma dan rasa makanan. karena makanan yang mengandung banyak protein
Dasar terapi dan prevalensi penyakit obesitas biasanya juga mengandung banyak lemak, sehingga
adalah dengan memperhatikan keseimbangan antara menyebabkan obesitas.
energi yang dikonsumsi dengan yang digunakan. Tingkat asupan lemak responden yang paling
Pengurangan berat badan harus dilakukan dengan banyak adalah lebih dari 300-400% AKG. Anak sekolah
cara perlahan-lahan, jangan terlalu dratis, karena akan menyukai makanan berlemak seperti bakso, soto,
memberikan gejala-gejala sampingan yang merugikan. fast food, dan menurut data Riskesda 2007, prevalensi
Tingkat konsumsi karbohidrat responden obesitas anak diatas usia 10 tahun yang mengkonsumsi makanan
yang paling banyak adalah 120-200% AKG yaitu berlemak dan jeroan adalah sebanyak 14,8%. Beberapa
66,67%. Pada orang sehat pemecahan karbohidrat lemak yang harus diwaspadai adalah asam lemak
dapat berjalan dengan normal dan efisien sampai di- jenuh, asam lemak trans dan kolestrol.
peroleh hasil akhir yakni monosakarida yang kemudian Makanan cepat saji seperti gorengan, mie instan
diserap di usus halus. Keseimbangan konsumsi sehari- dan ayam goreng lebih banyak mengandung lemak.
hari akan menyebabkan karbohidrat yang telah dipecah Lemak jenuh yang ditemukan pada daging, mentega,
ini dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber energi susu murni dan keju, serta lemak trans yang digunakan
tubuh. Sebagian orang terkadang mengkonsumsi pada penggorengan restoran, banyak margarin serta
karbohidrat terlalu banyak dan ini dijadikan sebagai kudapan kemasan dan produk yang dipanggang dan
pola makan sehari-hari. Pada akhirnya, orang-orang dalam jumlah yang lebih kecil, terdapat pada produk
yang biasa makan banyak ini ibarat menabung kalori susu dan daging adalah jenis lemak yang perlu dijauhi.
yang kemudian dikonvesi dalam bentuk perlemakan Lemak jenuh meningkatkan risiko serangan jantung
tubuh dan muncullah masalah kegemukan. dengan menaikkan kolestrol LDL dan trigliserida.
Makanan yang tinggi karbohidrat, termasuk Studi mengatakan bahwa umur 4-6 tahun terjadi
juga tinggi lemak adalah junk food, seperti hamburger, peningkatan Indek Masa Tubuh (IMT) yang berefek
kentang goreng dan pizza. Gula merupakan karbohidrat signifikan terhadap jumlah lemak tubuh yang akan
sederhana yang mudah diserap. Makanan yang banyak dimiliki seorang anak pada masa remaja dan dewasa.
mengandung gula yang biasanya di konsumsi anak Penumpukan lemak dikategorikan awal bila terjadi
antara lain adalah permen, jeli, biskuit, coklat, donat, pada usia 6-6,3 tahun. Penumpukkan lemak setelah
soda dan es krim. Anak usia 1-3 tahun mengkonsumsi usia 7 tahun dinyatakan terlambat. Studi menunjukkan
gula 12 sendok teh perhari. Di Indonesia kelebihan bahwa anak remaja dan dewasa yang dimasa kanak-
kalori disebabkan banyaknya konsumsi gula. kanaknya mengalami penumpukkan lemak di awal,
Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)
Al ‘Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 29-33 33
memiliki IMT dan tebal lemak subcapular yang lebih Grundy SM., What is the contribution of obesity to
tinggi daripada orang yang mengalami BMI reboundnya the metabolic syndrome ? In : Grundy SM (ed)
di umur rata-rata atau dikategori umur terlambat. Metabolic Syndrome : part 1 Endrocrilogy and
Metabolism Clinics of Nort America. Philadelphia,
KESIMPULAN DAN SARAN WB, Sauders Company 2004 Vol 33, pg 267-282.
Responden obesitas yang terbanyak berdasarkan Irianto Aritonang, 2011, Kebiasaan makan dan
umur adalah kelompok 2-5 tahun (46,7%), jenis kelamin gizi seimbang, Leutika, Yogyakarta.
responden yang banyak adalah perempuan (51,1%).
Khasanah Nur, 2012, Waspada Beragam Penyakit
Tingkat konsumsi energi paling banyak adalah
Degeneratif akibat Pola Makan, Penerbit
kategori lebih, yaitu 120-200% AKG, sebesar 55,6%.
Laksana Yogyakarta.
Tingkat konsumsi karbohidrat paling banyak adalah
kategori lebih yaitu 120-200% AKG, yaitu 66,67%, Khomsan Ali, 2004, Peranan Pangan dan Gizi
tingkat konsumsi protein yang paling banyak adalah untuk Kualitas Hidup, PT. Gramedia
kategori lebih yaitu 120-200% AKG, yaitu 64,45% Widiasarana Indonesia, Jakarta.
dan tingkat konsumsi lemak yang paling banyak adalah
Khomsan Ali, 2006. Solusi Makanan Sehat, PT.
kategori lebih yaitu >300-400% AKG yaitu 28,8%.
Rajagrafindo Persada, Jakarta
Tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein
dan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan Magdalena, 2008, Gambaran Tingkat Asupan Energi,
obesitas. Penelitian selanjutnya dapat menambah Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Orang
variabel khusus, misalnya konsumsi refined Dewasa Obesitas di Banjarmasin, Berkala
karbohidrat, karena obesitas pada anak dapat Kedokteran, Vol 7, No 2. Hal 137-142.
disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan.
Nurrahmani Ulfa, 2012, Stop Kolesterol tinggi,
Famili Group Relasi Inti Media, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Proverawati Atikah, Kusuma wati Erna, 2011,
Almatsier, Sunita, 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kesehatan, Nurhamedika, Yogyakarta.
Arisman, 2004, Gizi dalam Daur Kehidupan,
Subardja, Dedi, 2005, Obesitas Pada Anak :
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Penyaki Masa Depan yang Terabaikan,
Devi Nirmala, 2012, Gizi Anak Sekolah, PT. Prossiding PIN Dietetic II, Bandung.
Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Subardja, Dedy, 2004, Obesitas Primer Pada
Dit. Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI., 1993, Berapa Anak, PT. Kiblat Buku Utama, Bandung.
banyak jumlah anak balita kita yang cenderung
Sulistyoningsih Hariyani, 2011, Gizi untuk Kesehatan
punya masalah gizi lebih, Vol 1, No 3.
Ibu dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Genis Ginanjar Wahyu, 2009, Obesitas pada
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk., 2002, Penilaian
Anak, B. First PT. Bentang Pustaka.
Status Gizi, Buku Kedokteran EGC., Jakarta.
Studi Tingkat Konsumsi Energi, Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Anak Obesitas Umur 2 – 12 Tahun di Kota Banjarmasin
(Magdalena)