Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KULIAH

METODE PELAKSAAN KONSTRUKSI -2


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata Metode Pelaksanaan Konstruksi-2
Semester V Tahun Akademik 2019-2020
Disusun oleh :
Alfi Mawarni Dehani NIM 171144003
Aulia Maghfira Putri NIM 171144006
Ayyash Abdul Karim R NIM 171144007
Cantika Dewi Putri NIM 171144027
Diana Aristawati NIM 171144027
Mega Slamet NIM 171144027
Mutia Gina Savira NIM 171144021
Oscar Reinaldi Ramdhani NIM 171144027
Kelas III
Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung
Dosen:
Ujang Ruslan S.T, M.T
NIP 196003261990121001

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN


GEDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
PONDASI BORE PILE
I. Tahap Persiapan
I.1 Kondisi Tanah
Pelaksanaan penyelidikan tanah dilakukan pada titik penempatan pilecap yang
dimana terdiri dari pengambilan sampel Disturbed & Undisturbed (UDS) serta
pengujian SPT yang dilakukan pada setiap kedalaman 2 meter mencapai
kedalaman akhir pengeboran uji.
Berdasarkan kondisi lapangan, tipikal lapisan tanah titik BH-1 secara umum
untuk elevasi -3,5 meter dari elevasi tertinggi muka jalan sampai dengan
kedalaman bervariasi mencapai 38 meter disimpulkan jenis tanah adalah siltyclay
(lempung sangat lunak berlanau) plastisitas tinggi, lapisan pasir halus lepas (fine
sand loose) kepadatan sedang dengan ketebalan bervariasi mencapai 49 meter
setelahnya dan dibawahnya terdapat jenis tanah siltyclay (lempung lunak
berlanau) plastsitas tinggi kembali mecapai kedalaman bervariasi ke 56 meter.
Lapisan dibawah elevasi -56,5 meter merupakan jenis tanah lempung berlanau
kepadatan tinggi dengan ketebalan mencapai ±10 meter dan dilanjutkan dengan
lapisan siltyclay medium plasticity mencapai kedalaman akhir pengujian di
lapangan.

I.2 Pengukuran
I.2.1. Data mengenai ketinggian dan skema penempatan tiang tercantum dalam
gambar. Penentuan lokasi dan pekerjaan uitzet tiang dilaksanakan oleh
Kontraktor, Kontraktor harus memelihara semua ketinggian yang
ditentukan, termasuk ketinggian dari ujung atas tiang sebelum tiang
dipotong.

I.2.2. Semua patok harus diperiksa secara teratur untuk menjamin agar kegiatan
pemancangan tiang tidak sampai mengakibatkan patok itu bergerak. Pada
Gambar Kerja, tiap tiang harus diberi nomor.
I.2.3. Patok-patok referensi, Bouwplank dan pengukuran. Semua ukuran
ketinggian yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan dinyatakan terhadap
Datum ±0.00 LWS (Low Water Spring).
I.2.4. Pemborong harus membuat patok referensi, menara ketinggiannya
terhadap Datum dengan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Pengawas/Konsultan. Penentuan patok-patok bouwplank dan lain-lain,
harus dilakukan dengan peralatan Theodolith/Waterpass yang sebelumnya
harus diperiksakan/disetujui.

I.2.5. Ukuran-ukuran dinyatakan dengan metrik, kecuali bila dinyatakan lain.


I.2.6. Hasil pengukuran di lapangan harus dapat dikaitkan dengan patok-patok
tetap (Bench Mark) yang telah ada menurut petunjuk Pengawas/Konsultan
di lapangan, dan bila diperlukan Pemborong harus memasang patok-patok
pembantu untuk menentukan ketinggian dan koordinat lokal yang harus
dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan
berlangsung. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok
pembantu/bouwplank harus diperiksa /disetujui oleh Pengawas/Konsultan.
I.2.7. Kontraktor harus mengecek titik-titik as tiang pancang sesuai dengan letak
titik-titik as kolom yang akan dilaksanakan.

II. Tahap Pelaksanaan


II.1 Pelaksanaan Pembuatan Tiang Bore
II.1.1. Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetuju oleh
Pengawas maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Sebelum
pekerjaan ini dimulai Kontraktor sudah harus menyiapkan drilling record
yang bentuk dan isinya sudah disetujui oleh pengawas. Isi drilling record
antara lain tertulis dalam item pekerjaan.
II.1.2. Tahap pertama adalah pengeboran. Pekerjaan pengeboran harus dilakukan
dengan mempergunakan rotary drilling machine dengan dilengkapi
buckets dan augers yang sudah mempeoleh persetujuan dari Pengawas.
II.1.3. Minimum harus disediakan 1 set alat bor cadangan, serta peralatan casing
sementara (apabila diperlukan). Alat-alat ini harus dapat dipergunakan
untuk melakukan pengeboran menembus air, lapisan keras, batu besar,
serpihan-serpihan cadas, tanah liat yang keras, kerikil, dan pasir.

II.1.4. Bila kekuatan dinding lubang bor diperkirakan tidak cukup kuat menahan
longsor, perlu dipergunakan steel casing sementara dengan ukuran panjang
yang sesuai dengan kebutuhan. Sambungan dari casing harus kedap air.
II.1.5. Kondisi lapisan tanah untuk proyek ini dapat dilihat pada Hasil
Penyelidikan Tanah. Dari kondisi tanah yang ada Kontraktor harus sudah
mempertimbangkan dalam mengajukan penawaran bahwa kemungkinan
besar perlu atau tidak digunakannya steel casing sementara sedalam
lubang bor.

II.1.6. Drilling record harus berisi antara lain kedalaman dari pengeboran, waktu
pelaksanaan, klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda, dan
gangguan-gangguan/kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi pada saat
pengeboran harus dibuat selengkap mungkin. Kontraktor diminta untuk
melampirkan dilling records yang biasa digunakan dalam penawaran.
II.1.7. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang
disyaratkan, dimana ciri-cirinya ditentukan berdasarkan Hasil
Penyelidikan Tanah dan kedalamannya bervariasi sekitar 14-18 meter di
bawah muka tanah asli. Pada waktu pengeboran dlakukan harus dilakukan
pencatatan mengenai evaluasi dan jenis lapisan-lapisan tanah yang
djumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah dari setiap elevasi
tersebut dan disimpan sedemikian rupa sehingga sifat asli dari tanah
tersebut tidak berubah. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan
kepada Konsultan Perencana/Pengawas setiap saat jika diperlukan oleh
Konsultan Perencana/Pengawas.
II.1.8. Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal Kontraktor diwajibkan
untuk menempatkan seorang Ahli Tanah yang sudah berpengalaman
dengan pekerjaan tiang bor. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat
persetujuan dari Pengawas. Walaupun telah disetujui oleh Pengawas,
tetapi tanggung jawab atas mutu pekerjaan yang dihasilkan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
II.1.9. Setelah pengeboran selesai harus dicatat kedalaman yang dicapai. Tahapan
kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan
lumpur yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus
dilakukan oleh Kontraktor karena longsoran dan lumpur tersebut dapat
mempengaruhi daya dukung serta perilaku dari tiang bor. Pekerjaan
pembersihan ini baru dapat dihentikan setelah mendapat persetujuan dari
Pengawas. Lama pembersihan dan kedalaman dari lubang bor setelah
pembersihan dilakukan ini harus dicatat.
II.1.10.Tahap selanjutnya adalah penyetelan/pemasangan tulangan dari tiang bor.
Tulangan dari tiang bor harus sudah siap dimasukkan ke dalam lubang bor
setelah pekerjaan pembersihan selesai dilakukan. Apabila ternyata
tulangan tersebut belum siap maka pekerjaan pembersihan lubang bor
harus dilakukan kembali sampai tulangan tersebut siap untuk dimasukkan.
Apabila ternyata diperlukan penyambungan tulangan maka di tempat
pekerjaan harus disediakan mesin las yang dapat digunakan setiap saat
untuk me-las tulangan. Pada sisi luar tulangan harus diberi beton tahu
setebal 7 cm pada beberapa tempat untuk mendapatkan selimut beton yang
baik pada semua bagian tiang bor.

II.1.11.Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran


kedalam lubang bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan diketahui oleh
Pengawas. Apabila ternyata terjadi pengurangan kedalaman lubang bor
dibandingkan dengan kedalaman pada saat pembersihan selesai dilakukan,
maka tulangan terpasang tersebut harus dikeluarkan kembali dan harus
dilakukan pekerjaan pembersihan kembali. Tidak diperkenankan
melanjutkan ke tahap pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui
oleh Pengawas.
II.1.12.Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang
bor. Setelah pekerjaan pemasangan tulangan selesai dilakukan, maka
adukan beton yang akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan,
sehingga pengecoran langsung dilakukan setelah pekerjaan pemasangan
tulangan disetujui oleh Pengawas. Pengecoran ini harus dilakukan sampai
selesai, tidak diperkenankan menunda pekerjaan pengecoran ini.

Pengukuran elevasi pada setiap akhir penuangan


II.1.13.Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor
ini dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor harus mengganti
tiang tersebut dengan tiang bor baru yang letaknya berdekatan dengan
tiang bor yang gagal tersebut. Semua risiko akibat hal ini adalah
tanggungan Kontraktor. Untuk mencegah hal tersebut maka Kontraktor
sudah harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan
digunakan pada lubang bor yang sudah disiapkan. Harus diadakan
pencatatan volume yang diperkirakan akan digunakan dengan volume
adukan yang terpakai sesungguhnya. Waktu dan lama pengecoran harus
dicatat.
II.1.14.Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
tiang bor ini, yaitu apabila tahapan pertama sudah dimulai maka pekerjaan
ini harus diselesaikan sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada
penundaan wakktu di antara tahap-tahap pekerjaan.
III. Tahap Pengontrolan

III.1 Slurry
Slurry digunakan untuk berbagai kepentingan dalam metode bored pile,
biasanya untuk mencegah kelongsoran. Slurry yang digunakan pada metode
bored pile adalah air, polimer, dan bentonite. Polimer berfungsi untuk
mempercepat terjadinya pengendapan sedangkan bentonite berfungsi untuk
mencegah kelongsoran. penggunaan slurry disesuaikan dengan kebutuhan
yang ada. berikut ini merupakan bentonite properties yang perlu dicapai saat
pelaksanaannya:
– pH appatus : 7.5-11
– viscosity : 32-45 s
– density : 1.02-1.2
– sand content : <3% vol
– fluid loss : 20-40ml
– cake : <1-3mm

semuanya itu harus dilakukan percobaan saat pembuatan bentonite sesuai


kebutuhan. namun biasanya yang dilakukan hanyalah pH appatus, viscosity,
dan density. padahal fluid loss dan cake penting juga untuk dilakukan. namun
batasan waktu dan biaya menyebabkan fluid loss and cake tidak dilakukan.
Lalu dalam pelaksanaan pembuatan bentonite juga perlu diperhatikan, baik
dalam pembuatan maupun pembuangannya. jangan sampai dibuang
sembarangan karena akan menyebabkan masalah lingkungan.

III.2 Jacketing
Dilakukannya pelapisan struktur yang rusak dengan struktur perkuatan baru
pada luar lapisan existing. Setelah dilakukan perbaikan, didapatkan pondasi
bore pile dengan perkuatan pada bagian 5 meter paling atas berupa
penambahan selimut beton berbentuk persegi dengan panjang sisi 1 meter.
Bore pile yang telah diperkuat tersebut selanjutnya dilakukan pengujian Pile
Driving Analyzer dan Pile Integrity Test dan didapatkan nilai daya dukung
pondasi tiang tersebut sebesar 7420 KN. Nilai ini sudah lebih besar dari nilai
yang direncakan yaitu sebesar 6823,20 KN, sekaligus membuktikan bahwa
perkuatan yang dilaksanakan sudah berhasil memperbaiki struktur pondasi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai