Anda di halaman 1dari 8

Nama : Marcella Pima Pala’langan

Nim : L031191072
Tugas : Pengantar Bioteknologi Akuakultur B

Resume materi pertemuan 1-3

I. IKAN MONOSEKS UNTUK BUDIDAYA


Monoseks kultur adalah sistem budidaya dengan menebar satu jenis biota budidaya yang
tunggal kelamin, jantan atau betina saja.
• Contoh Ikan monoseks :
Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan satu jenis ikan yang potensial untuk
dikembangkan. Ikan ini memiliki keunggulan toleran terhadap suhu rendah dan salinitas
tinggi. Dalam perkembangan budi daya, populasi ikan nila tunggal kelamin jantan diyakini
memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan kelamin campuran. Penelitian yang
dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi selama 90 hari. Ikan yang
digunakan adalah ikan nila biru dengan bobot awal tebar 32,32±2,34 g. Yuwana nila biru
dipelihara di hapa berukuran 2x1 m2 dengan padat tebar 30 ekor per hapa. Perlakuan
adalah perbedaan nisbah kelamin jantan dan betina yaitu A (100% jantan), B (75% jantan :
25% betina), C (50% jantan : 50% betina), D (25% jantan : 75% betina) dan E (100% betina).
Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berkadar protein 32% dengan frekuensi dua kali
sehari sebanyak 5% dari bobot ikan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan mutlak,
laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, nisbah konversi pakan, dan sintasan.
Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila biru yang dipelihara 100% jantan
mempunyai performa pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi sebesar 8,33±0,67cm dan
136,50±11,92 g dengan laju pertumbuhan spesifik yang tinggi sebesar 1,76±0,05% bobot
hari-1, konversi pakan 1,52±0,20 dan sintasan 96,66%, sedangkan pertumbuhan terendah
pada populasi ikan nila biru campuran (25% jantan : 75% betina). Penggunaan ikan nila biru
monoseks jantan 100% dianjurkan untuk digunakan dalam kegiatan budi daya karena
mempunyai pertumbuhan tertinggi dengan konversi pakan yang rendah.
Sumber : Robisalmi, A., P. Setyawan dan B. Gunadi., 2017. Efek nisbah kelamin jantan dan
betina yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan yuwana ikan nila biru, Oreochromis
aureus (Steindachner1864). Jurnal Iktiologi Indonesia. 17(1): 55-65
• Tujuan penerapan monoseks kultur
1. Dengan penerapan monoseks kultur, maka jenis kelamin yang dipilih adalah yang
pertumbuhannya cepat. Misalnya nila jantan, atau ikan mas betina.
2. Dengan penerapan monoseks kultur, maka tidak akan terjadi perkawinan didalam wadah
pemeliharaan, sehingga pertumbuhan biota peliharaan dapat dipacu.
3. Dengan penerapan monoseks kultur pada ikan hias, maka ikan yang dihasilkan lebih
menarik. Misalnya, pada cupang ( Betta splendens ), ikan jantan lebih menarik daripada ikan
betina.
Mengapa harus menghasilkan stok monoseks?
 Pertumbuhan lebih cepat
 Penampilan lebih baik
 Mengendalikan pemijahan liar
 Membantu seleksi ikan
Metode-metode Pembuatan Organisme Monoseks Lain
1.GINOGENESIS
Merupakan manipulasi reproduksi yang akan menghasilkan keturunan semua dari
maternal(Betina). Ini melibatkan aktivasi sel telur secara genetik tanpa pengaktifan sperma
homologatau heterolog. Kejutan merusak pembentukan spindel pada microtubulus dan
menghambat pembelahan inti sel. Dengan demikian, satu embrio diploid mengandung
material genetic maternal dapat dihasilkan. Ginogenesis merupakan bentuk alami pada
reproduksiteleost, Mollienesia formosa.
• Manipulasi Genetik Ginogenesis
Ginogenesis adalah bioteknologi reproduksi menghasilkan keturuann dengan materi
genetis dari betinanya saja, yang menjadi relevan untuk kelompk Cyprinidae, termasuk
tawes. Penelitian dalam jurnal untuk mengeksplorasi protocol mitoginogenesis dari efektifitas
dosis nonaktivasi spermatozoa ikan tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) dengen
menggunakan sinar UV 15 Watt panjang gelombang 254 nm, jarak 15 cm, lama waktu
berbeda yaitu 1 menit atau dosis 1983 J/m2 atau 2 menit atau dosis 3966,96 J/m2 ; dan
efektivitas diploidisasinya dengan kejut temperatur 400C selama 60 detik pada waktu
berbeda yaitu 10 atau 15 menit pasca fertilisasi. Eksperimen Rancangan Acak Lengkap,
tujuh perlakuan yaitu, kontrol positif (fertilisasi normal); kontrol negatif1 telur difertilisasi
dengan milt encer yang di UV 1983,348 J/m2; kontrol negatif2 dosis iradiasinya 3966,96
J/m2; ginogenesis1 kontrol negatif1 lalu dikejut panas pada 10 menit pasca fertilisasi;
ginogenesis2 ginogenesis1 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi; ginogenesis3
kontrol negatif2 lalu dikejut pada 10 menit pasca fertilisasi; dan ginogenesis4 ginogenesis3
beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi. Materi gamet segar diperoleh dari induk
yang diinduksi GnRH analog dan domperindon dosis 1,5 ml/kg bobot induk intramuskuler, 6-
10 jam sebelumnya. Milt segar diencerkan 100 x dalam larutan Ringer. Data dianalisis
dengan uji Anova, yang hasilnya signifikan diteruskan ke uji BNJ, menggunakan program
SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data fertilitas, data penetasan dan data
kelangsungan hidup yang terbukti homogen (p>0,05), menunjukkan bahwa ketujuh
perlakuan secara statistik fertilitas, penetasan, dan kelangsungan hidupnya tidak nyata
(p>0,05) antar pelakuan. Data persentase morfologi larva abnormal tawes menunjukkan
bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).
Secara keseluruhan dapat disimpulan bahwa, keempat perlakuan mitoginogenesis yang
diujikan efektif menghasilkan larva mitoginogenesis ikan tawes walaupun efektifitasnya
masih tergolong rendah. Efektivitas perlakuan dibuktikan dari signifikansi data morfologi
larva abnormal dariklompok kontrol negatif membuktikan efektivitas dosis inaktivasi genetis
jantan dan morfologi larva normal hasil perlakuan ginogenesis membuktikan efektivitas
diploidisasi kejut panas tidak berbeda dari morfologi kontrol positif.
Sumber : Apriani, R., S.Suryaningsih dan Y. Sistina. 2016. Keberhasilan Ginogenesis Ikan
Tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) pada Dua Dosis Iradiasi UV (λ 254 nm) dengan Kejut
Panas 400C. Biosfera. Vol 33, No 3: 116-120
• Manfaat giogenesis
 Mempercepat proses pemurnian suatu galur.
Induk murni mewariskan karakter secara konsisten kepada keturunannya. Dalam
hibridisasi, dua strain murni yg disilangkan akan menghasilkan keturunan dengan efek hibrid
( heterosis effect/ hybrid vigour ) yang maksimal.
 Memproduksi populasi monoseks betina
Pada beberapa spesies benih monoseks dapat diperoleh melalui sexing (memilih), tetapi
banyak keterbatasan. Pada beberapa spesies (mis. ikan mas), betina tumbuh lebih cepat
dari jantan, maka pemeliharaan betina saja akan lebih menguntungkan. Untuk menyediakan
benih ikan mas monoseks betina, teknik ginogenesis akan sangat membantu.
 Membuat populasi klon
Populasi yang terdiri dari individuindividu yang secara genotipe persis sama. Individu-
individu dalam populasi klon memiliki kemampuan merespons pengaruh lingkungan yang
persis sama. Populasi klon sangat berguna sebagai hewan percobaan untuk menguji
pengaruh obat-obatan, pakan, dsb
• Bagaimana materi genetik diwariskan
Gynogenesis yang biasa dilakukan adalah gynogenesis meiosis dan gynogenesis mitosis.
 Gynogenesis meiosis
Gynogenesis meiosis apabila telur yang normal dibuahi dengan sperma yang telah
diradiasi, maka jumlah kromosom di dalam telur akan tetap 2 N (kromosom sperma mati).
Pada proses selanjutnya saat telur mengalami meiosis kedua dan sebelum terjadi
peloncatan polar body kedua, dilakukan kejutan suhu untuk menahan loncatnya polar body
kedua dengan demikian, maka jumlah kromosom di dalam telur akan tetap 2 N. Selanjutnya
telur akan mengalami mitosis dan kemudian berkembang dan menetas menjadi ikan yang
mempunyai 2 N kromosom. Gynogenesis yang diperoleh dengan cara menahan polar body
kedua disebut heterosigot gynogenesis.
 Gynogenesis mitosis
pada gynogenesis mitosis apabila telur normal dibuahi oleh sperma yang diradiasi, maka
di dalam telur akan terdapat 2 N kromosom yang berasal dari sel telur. Kemudian telur akan
mengalami peloncatan polar body kedua, sehingga di dalam telur tinggal 1 N kromosom.
Proses selanjutnya pada saat telur akan mengalami mitosis dilakukan kejutan suhu, maka
pembelahan hanya terjadi pada kromosom nya saja selnya tetap, sehingga di dalam sel
terdapat 2 N kromosom yang bersifat homosigot.
Sumber : Pudjirahaju, A.,, Rustidja, dan S. B. Sumitro. 2008. Penelusuran Genotipe Ikan
Mas (Cyprinus Carpio L.) Strain Punten Gynogenetik. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia. Jilid 15, Nomor 1: 13-19
• Teknologi giogenesis
 Penyinaran UV
Upaya menghancurkan materi genetik (gen/DNA) sehingga kode genetiknya tidak
berfungsi ( malfunction ).
 Perlakuan kejutan (shock treatment)
Upaya menahan pelepasan polar body II pada ginogenesis meiotik atau menghambat
pembelahan mitosis pertama pada ginogenesis mitotik. Dikenal dua kategori kejutan: secara
fisik (suhu dan tekanan) dan kimiawi (colchicine, colcemid, cytokalasine). Kejutan suhu
terdapat dua cara; kejutan panas (heat shock) dan kejutan dingin (cold shock. Keberhasilan
kejutan dipengaruhi oleh umur zigot, lama, dan kondisi kejutan (misal besaran suhu dan
tekanan).
• Dikenal dua cara ginogenesis; ginogenesis meiotik dan ginogenesis mitotik.
 Ginogenesis meiotik
Secara teknis lebih mudah membuatnya. Masih memungkinkan diperoleh hasil
keragaman (heterozigositas). Menghasilkan populasi monoseks betina. Untuk tujuan
pemurnian hasilnya relatif lebih lambat.
 Ginogenesis mitotik
Secara teknis lebih sulit membuatnya. Tingkat keseragaman (homozigositas) yang
diperoleh sangat baik. Menghasilkan populasi monoseks betina. Untuk tujuan pemurnian
hasilnya relatif lebih cepat.
2. ANDROGENESIS
Menghasilkan pewarisan dari semua paternal. Melibatkan inaktivasi genetik genom sel
telur dan pembuahan dengan sperma haploid (diikuti oleh diploidization) atau sperma diploid.
Metode memerlukan penekanan pada pembelahan mitosis pertama.
• Manipulasi Genetik Androgenesis
Androgenesis, bioteknologi yang melibatkan produksi individu-individu yang seluruh
kromosomnya berasal dari induk jantan diargumentasikan sebagai upaya percepatan
pemenuhan kualitas induk yang sangat dibutuhkan. Androgenesis meliputi 2 tahap, inaktifasi
materi genetik telur, bisa dengan iradiasi sinar ultra violet (UV) dan tahap diploidisasi zigot,
bisa dengan kejut panas 40oC. Penelitian melaporkan androgenesis ikan nilem melalui 2
tahap inaktifasi berbagai dosis iradiasi UV, dilanjutkan diploidisasi pada berbagai waktu kejut
panas 40oC dari waktu setelah fertilisasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui (1) efektifi tas
inaktifasi TUV 254 nm (Philips) 15 watt jarak 15 cm dengan lama iradiasi berbeda (sebagai
dosis) yaitu 1 (1983 J/m2), 3 (5950 J/m2) atau 5 (9916 J/m2) menit pada telur ikan nilem dan
(2) efektifi tas diploidisasi dengan kejut temperatur 40 oC selama 90 detik mulai berbagai
waktu yaitu 15, 20 atau 25 menit setelah fertilisasi. Penelitian eksperimental ini menerapkan
rancangan acak lengkap, terdiri dari 13 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali,
terinci : 9 perlakuan androgenesis yaitu iradiasi UV (1, 3, atau 5 menit) dilanjutkan dengan
kejut panas pada 15, 20, atau 25 menit dari waktu fertilisasi (A1 – A9), dan 4 perlakuan
sebagai kontrol terdiri atas, kontrol positif yaitu tanpa iradiasi dan tanpa kejut panas (K0) dan
3 kontrol negatif diiradiasi tanpa kejut panas (K1, K2, K3). Variabel yang diamati adalah
fertilitas telur, derajat penetasan, persentase larva haploid, persentase sintesan juvenil
hingga hari ke-28. Data dianalisis dengan One Way of Variance (ANOVA) menggunakan
program SPSS Versi 16.0 Windows Software. Hasil penelitian diperoleh bahwa dosis iradiasi
UV yang dicobakan efektif menginaktifasi material genetik nilem, dengan data paling efektif
yaitu 5 menit (9916 J/m2) iradiasi. Kejut panas 40 oC selama 90 detik yang diperlukan terbukti
efektif mencegah mitosis pertama embrio androgenesis diploid nilem dengan perlakuan
paling efektif yaitu A9, iradiasi 5 menit dan kejut panas 40oC selama 90 detik pada waktu 25
menit setelah fertilisasi.
Sumber : Windari, T. 2013. Androgenesis Dihasilkan Dari Berbagai Lama Iradiasi Ultraviolet
Dan Berbagai Waktu Kejut Panas Pasca Fertilisasi Pada Telur Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti CV). Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (1): 1-9

II. GENETIC IMPROVEMENTS AND CONTROL OF REPRODUCTION


• Polyploidy
Adalah Poliploidisasi adalah suatu metode manipulasi kromosom untuk menghasilkan
ikan dengan jumlah kromosom yang lebih banyak dari jumlah kromosom normal atau diploid
(2n), yaitu triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n) dan seterusnya. Poliploidisasi secara
alami umumnya banyak terjadi pada tumbuhan, sedangkan pada hewan poliploidi sangat
jarang terjadi kecuali pada ikan dan katak. Poliploidisasi secara alami terjadi akibat
pencemaran perairan, radisasi sinar ultraviolet ataupun akibat pengaruh hormon berlebihan,
sehingga menyebabkan kasus nondisjungsi pada kromosom.
Haploid
Sel haploid hanya mengandung satu set kromosom. Itu berarti; mengandung setengah
jumlah kromosom dalam sel. Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel
haploid. Selama meiosis, sel anak hanya menerima setengah dari total kromosom dalam sel
diploid. Mirip dengan mitosis, replikasi DNA pada meiosis juga terjadi di sel induk selama
interfase. Setelah ini, dua siklus pembelahan nuklir dan pembelahan sel terjadi. Setelah
seluruh proses, satu sel diploid memunculkan empat sel haploid.
Diploid
Sel diploid mengandung dua set kromosom: satu adalah ibu sementara yang lain ayah.
Mitosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel diploid. Selama mitosis, inti
induk membelah menjadi dua inti anak, yang secara genetik identik. Oleh karena itu, setiap
nukleus anak menerima jumlah kromosom yang sama dengan nukleus induk. Setelah
pembelahan nukleus, seluruh sel membelah. Karena proses ini perlu dilakukan tanpa
kesalahan, semua kromosom bereplikasi selama interfase. Kemudian saudari kromatid
terpisah ke setiap kutub sel selama mitosis.
Triploid
Triploidi merupakan salah satu program pemuliaan ikan melalui manipulasi kromosom.
Tujuannya adalah untuk menghasilkkan sebagian atau sepenuhnya ikan steril yaitu ikan
yang memiliki tiga set kromosom. Maka dengan cara induksi triploid mendapat perhatian
yang luas dan menjanjikan untuk memperoleh ikan steril, yang diperoleh dari dua set
kromosom berasal dari induk betina dan 1 set kromoson berasal dari jantan (2n telur + 1n
sperma = 3n Triploid).
Tetraploid
Pembentukan individu tetraploid merupakan proses antara dalam menghasilkan benih
ikan triploid. Tetraploidisasi merupakan metode rekayasa kromosom dalam rangka
pembentukan individu yang mempunyai set kromosom 4n dan dilakukan dengan pemberian
perlakuan fisik atau kimia melalui pencegahan peloncatan pembelahan sel pertama (Carman
et al. 1992). Thorgaard (1983) menjelaskan, pendekatan praktis untuk induksi tetraploidi
melalui kejutan suhu merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah pembelahan pertama
pada suhu lethal. Kejutan suhu selain murah dan mudah, juga efisien dapat dilakukan dalam
jumlah banyak (Rustidja, 1991). Bidwell et al. (1985) melaporkan, pembuatan ikan tetraploid
ditentukan oleh kondisi optimum, waktu fertilisasi akhir, suhu kejutan, dan lama kejutan.
Tujuan khusus penelitian adalah mengetahui perlakuan suhu optimal, waktu pemberian
kejutan dan lama waktu kejutan dalam menghasilkan populasi ikan patin tetraplopid.
Jenis Polyploidy
 Autopolyploidy – embrio yg berasal dari spesies induk yg sama
Autopoliploid terjadi apabila suatu spesies, karena salah satu sebab di atas,
menggandakan set kromosomnya dan kemudian saling kawin dengan autopoliploid lain.
Pola pembelahan sel autopoliploid rumit karena melibatkan perpasangan empat, enam, atau
delapan set kromosom. Triploid karena autopoliploid dapat bersifat fertil.
 Allopolyploidy – embrio yg berasal dari spesies induk yg berbeda
Allopoliploid terjadi karena persilangan antarspesies dengan genom yang berbeda tanpa
diikuti reduksi jumlah sel dalam meiosis. Amfidiploid adalah allotetraploid yang perilaku
pembelahan selnya serupa dengan diploid. Allopoliploidi segmental terjadi apabila sebagian
kromosom berasal dari genom yang berbeda (tidak semuanya berasal dari set kromosom
yang lengkap)
Sumber : Fitria, S., Y. Sistina dan I. Sulistyo. Poliploidisasi Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti
Valenciennes, 1842) Dengan Kejut Dingin 40cpolyploidization On Shark Minnow
(Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) By Cold Shock 40C. Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Hartono, D. P., P. Witoko dan N. Purbosari. 2016. Aplikasi Kejutan Suhu Terhadap
Pembentukan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Tetraploid. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung. ISBN 978-602-70530-4-5
halaman 196-203
Alawi, H., Nuraini dan Sapriana. 2009. Induksi Triploid Ikan Selais (Kryptopterus Lympok)
Menggunakan Kejutan Panas. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 14,1 (2009) : 37-47
• Rekayasa Genetik
Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika yang selama ini telah banyak
digunakan untuk ikan-ikan konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini berguna untuk
meningkatkan laju pertumbuhan ikan, mengatur kematangan gonad, diferensiasi seks dan
sterilitas; meningkatkan resistensi terhadap patogen, mengadaptasi ikan terhadap
lingkungan baru (freeze resistance), merubah karakteristik biokimia dari daging ikan
sehingga menciptakan rasa daging yang diinginkan dan lainnya.
Contoh rekayasa genetik transfer gen ikan hias
Teknologi transgenesis merupakan piranti yang sangat ampuh dalam menganalisis fungsi
biologi molekuler dan dalam menghasilkan trait (karakter) penting yang komersial dalam
akuakultur khususnya ikan hias. Teknologi transgenesis adalah suatu proses
mengintroduksikan DNA eksogenous atau DNA asing ke hewan uji dengan tujuan untuk
memanipulasi struktur genetiknya.
Secara umum prinsip dasar transfer gen digambarkan dalam diagram pada Gambar 3.
Adapun prinsip dasar teknik memproduksi ikan transgenik didasarkan kepada beberapa
tahapan yaitu: 1. Penentuan ikan spesies; menurut Ozato et al. (1994), menyarankan
penggunaan jenis ikan “model” sangat perlu untuk kepentingan pengembangan penelitian.
Ikan yang digunakan mempunyai karakteristik ideal di antaranya; siklus hidup dan reproduksi
pendek, dalam satu tahun dapat memijah beberapa kali; produksi telur, dan sperma ikan
banyak. 2. Menyiapkan spesifik gen dengan spesifik produk dari gen tersebut yang
diinginkan. 3. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI). 4. Isolasi
plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vector. 5. Manipulasi sekuen DNA
melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a) pemotongan DNA menggunakan enzim
restriksi endonuklease. (b) penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase. 6.
Transformasi ke sel mikroorganisme inang 7. Pengklonan sel-sel dan gen asing. 8.
Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan. 9. Penyimpanan
gen hasil klon dalam perpustakaan DNA. 10. Memasukkan (mentransfer) perbanyakan gen
hasil rekombinan yang telah dimurnikan tersebut ke dalam masing-masing telur atau sperma
ikan yang dipilih sebagai ikan transgenik. 11. Pembuahan buatan dengan menggabungkan
telur dan sperma tersebut pada wadah tertentu dalam media air.
Sumber : Kusrini, E.. 2012. Perkembangan Rekayasa Genetika Dalam Budidaya Ikan Hias
Di Indonesia. Media Akuakultur. Volume 7 Nomor 2

III. TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR / SURROGATE BROODSTOCK


• Pengertian Transplantasi Sel
Pemindahan sel donor ke resipien yang bertujuan untuk perekayasaan atau perbaikan
fungsi pada organ. Misalnya sel germinal (pada organ reproduksi).
• Contoh Transplantasi Sel
Teknologi transplantasi sel testikular dapat digunakan dalam rekayasa produksi benih
ikan. Pada penelitian dilakukan optimasi transplantasi menggunakan sel donor dari ikan
gurame muda dan resipien berupa ikan nila triploid. Ikan nila triploid diproduksi
menggunakan metode kejutan panas. Testis dari ikan gurame jantan (berat tubuh 400-850 g)
didisosiasi menggunakan tripsin 0,5%. Sel hasil disosiasi selanjutnya disuntikkan ke rongga
perut larva ikan nila. Analisis kolonisasi sel donor dilakukan menggunakan metode PCR
dengan cetakan DNA yang diekstraksi dari gonad ikan nila umur sekitar 2 bulan. PCR
dilakukan menggunakan primer spesifik bagi gen penyandi hormon pertumbuhan dan β-aktin
sebagai kontrol internal loading DNA. Hasil preparasi nukleolus menunjukkan bahwa
keberhasilan triplodisasi adalah 88,5%. Ukuran gonad ikan nila resipien 2N dan 3 N relatif
sama, sedangkan gonad ikan nila 3N tanpa transplantasi adalah rudimenter. Hasil PCR
menunjukkan bahwa ikan nila triploid hasil transplantasi mempunyai pita DNA dengan
ukuran yang sama pada ikan gurame dan tidak ada pada ikan nila kontrol bukan hasil
transplantasi. Hal ini menunjukkan bahwa sel donor dari ikan gurame telah terkolonisasi
dalam gonad ikan nila triploid. Keberhasilan kolonisasi menggunakan resipien 3N (78%)
lebih tinggi dibandingkan dengan resipien 2N (50%)
Sumber : Alimuddin, M. Zairin dan H. Arfah. 2010. Optimasi Transplantasi Menggunakan
Sel Donor Dari Ikan Gurame Muda Dan Ikan Nila Triploid Sebagai Resipien. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. hlm. 186-191 Vol. 15 No.3
• Alasan Resipien pada transplantasi sel
-Telur dapat dihasilkan dengan cepat
-Hemat waktu, tenaga dan biaya
-Manipulasil ingkungan dan rekayasa genetik dapat dengan mudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai