0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
74 tayangan8 halaman
Teks tersebut merangkum beberapa metode untuk menghasilkan organisme monoseks melalui manipulasi genetik, seperti ginogenesis dan androgenesis. Ginogenesis melibatkan inaktivasi genetik sperma dan pembuahan telur normal untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi materi genetik dari induk betina. Androgenesis melibatkan inaktivasi genom telur dan pembuahan dengan sperma untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi dari indu
Deskripsi Asli:
Pengertian bioteknologi, ikan monoseks, Androgenesis dan ginogenesis
Teks tersebut merangkum beberapa metode untuk menghasilkan organisme monoseks melalui manipulasi genetik, seperti ginogenesis dan androgenesis. Ginogenesis melibatkan inaktivasi genetik sperma dan pembuahan telur normal untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi materi genetik dari induk betina. Androgenesis melibatkan inaktivasi genom telur dan pembuahan dengan sperma untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi dari indu
Teks tersebut merangkum beberapa metode untuk menghasilkan organisme monoseks melalui manipulasi genetik, seperti ginogenesis dan androgenesis. Ginogenesis melibatkan inaktivasi genetik sperma dan pembuahan telur normal untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi materi genetik dari induk betina. Androgenesis melibatkan inaktivasi genom telur dan pembuahan dengan sperma untuk menghasilkan keturunan yang hanya mewarisi dari indu
Nim : L031191072 Tugas : Pengantar Bioteknologi Akuakultur B
Resume materi pertemuan 1-3
I. IKAN MONOSEKS UNTUK BUDIDAYA
Monoseks kultur adalah sistem budidaya dengan menebar satu jenis biota budidaya yang tunggal kelamin, jantan atau betina saja. • Contoh Ikan monoseks : Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan satu jenis ikan yang potensial untuk dikembangkan. Ikan ini memiliki keunggulan toleran terhadap suhu rendah dan salinitas tinggi. Dalam perkembangan budi daya, populasi ikan nila tunggal kelamin jantan diyakini memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan kelamin campuran. Penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi selama 90 hari. Ikan yang digunakan adalah ikan nila biru dengan bobot awal tebar 32,32±2,34 g. Yuwana nila biru dipelihara di hapa berukuran 2x1 m2 dengan padat tebar 30 ekor per hapa. Perlakuan adalah perbedaan nisbah kelamin jantan dan betina yaitu A (100% jantan), B (75% jantan : 25% betina), C (50% jantan : 50% betina), D (25% jantan : 75% betina) dan E (100% betina). Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berkadar protein 32% dengan frekuensi dua kali sehari sebanyak 5% dari bobot ikan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, nisbah konversi pakan, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila biru yang dipelihara 100% jantan mempunyai performa pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi sebesar 8,33±0,67cm dan 136,50±11,92 g dengan laju pertumbuhan spesifik yang tinggi sebesar 1,76±0,05% bobot hari-1, konversi pakan 1,52±0,20 dan sintasan 96,66%, sedangkan pertumbuhan terendah pada populasi ikan nila biru campuran (25% jantan : 75% betina). Penggunaan ikan nila biru monoseks jantan 100% dianjurkan untuk digunakan dalam kegiatan budi daya karena mempunyai pertumbuhan tertinggi dengan konversi pakan yang rendah. Sumber : Robisalmi, A., P. Setyawan dan B. Gunadi., 2017. Efek nisbah kelamin jantan dan betina yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan yuwana ikan nila biru, Oreochromis aureus (Steindachner1864). Jurnal Iktiologi Indonesia. 17(1): 55-65 • Tujuan penerapan monoseks kultur 1. Dengan penerapan monoseks kultur, maka jenis kelamin yang dipilih adalah yang pertumbuhannya cepat. Misalnya nila jantan, atau ikan mas betina. 2. Dengan penerapan monoseks kultur, maka tidak akan terjadi perkawinan didalam wadah pemeliharaan, sehingga pertumbuhan biota peliharaan dapat dipacu. 3. Dengan penerapan monoseks kultur pada ikan hias, maka ikan yang dihasilkan lebih menarik. Misalnya, pada cupang ( Betta splendens ), ikan jantan lebih menarik daripada ikan betina. Mengapa harus menghasilkan stok monoseks? Pertumbuhan lebih cepat Penampilan lebih baik Mengendalikan pemijahan liar Membantu seleksi ikan Metode-metode Pembuatan Organisme Monoseks Lain 1.GINOGENESIS Merupakan manipulasi reproduksi yang akan menghasilkan keturunan semua dari maternal(Betina). Ini melibatkan aktivasi sel telur secara genetik tanpa pengaktifan sperma homologatau heterolog. Kejutan merusak pembentukan spindel pada microtubulus dan menghambat pembelahan inti sel. Dengan demikian, satu embrio diploid mengandung material genetic maternal dapat dihasilkan. Ginogenesis merupakan bentuk alami pada reproduksiteleost, Mollienesia formosa. • Manipulasi Genetik Ginogenesis Ginogenesis adalah bioteknologi reproduksi menghasilkan keturuann dengan materi genetis dari betinanya saja, yang menjadi relevan untuk kelompk Cyprinidae, termasuk tawes. Penelitian dalam jurnal untuk mengeksplorasi protocol mitoginogenesis dari efektifitas dosis nonaktivasi spermatozoa ikan tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) dengen menggunakan sinar UV 15 Watt panjang gelombang 254 nm, jarak 15 cm, lama waktu berbeda yaitu 1 menit atau dosis 1983 J/m2 atau 2 menit atau dosis 3966,96 J/m2 ; dan efektivitas diploidisasinya dengan kejut temperatur 400C selama 60 detik pada waktu berbeda yaitu 10 atau 15 menit pasca fertilisasi. Eksperimen Rancangan Acak Lengkap, tujuh perlakuan yaitu, kontrol positif (fertilisasi normal); kontrol negatif1 telur difertilisasi dengan milt encer yang di UV 1983,348 J/m2; kontrol negatif2 dosis iradiasinya 3966,96 J/m2; ginogenesis1 kontrol negatif1 lalu dikejut panas pada 10 menit pasca fertilisasi; ginogenesis2 ginogenesis1 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi; ginogenesis3 kontrol negatif2 lalu dikejut pada 10 menit pasca fertilisasi; dan ginogenesis4 ginogenesis3 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi. Materi gamet segar diperoleh dari induk yang diinduksi GnRH analog dan domperindon dosis 1,5 ml/kg bobot induk intramuskuler, 6- 10 jam sebelumnya. Milt segar diencerkan 100 x dalam larutan Ringer. Data dianalisis dengan uji Anova, yang hasilnya signifikan diteruskan ke uji BNJ, menggunakan program SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data fertilitas, data penetasan dan data kelangsungan hidup yang terbukti homogen (p>0,05), menunjukkan bahwa ketujuh perlakuan secara statistik fertilitas, penetasan, dan kelangsungan hidupnya tidak nyata (p>0,05) antar pelakuan. Data persentase morfologi larva abnormal tawes menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Secara keseluruhan dapat disimpulan bahwa, keempat perlakuan mitoginogenesis yang diujikan efektif menghasilkan larva mitoginogenesis ikan tawes walaupun efektifitasnya masih tergolong rendah. Efektivitas perlakuan dibuktikan dari signifikansi data morfologi larva abnormal dariklompok kontrol negatif membuktikan efektivitas dosis inaktivasi genetis jantan dan morfologi larva normal hasil perlakuan ginogenesis membuktikan efektivitas diploidisasi kejut panas tidak berbeda dari morfologi kontrol positif. Sumber : Apriani, R., S.Suryaningsih dan Y. Sistina. 2016. Keberhasilan Ginogenesis Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) pada Dua Dosis Iradiasi UV (λ 254 nm) dengan Kejut Panas 400C. Biosfera. Vol 33, No 3: 116-120 • Manfaat giogenesis Mempercepat proses pemurnian suatu galur. Induk murni mewariskan karakter secara konsisten kepada keturunannya. Dalam hibridisasi, dua strain murni yg disilangkan akan menghasilkan keturunan dengan efek hibrid ( heterosis effect/ hybrid vigour ) yang maksimal. Memproduksi populasi monoseks betina Pada beberapa spesies benih monoseks dapat diperoleh melalui sexing (memilih), tetapi banyak keterbatasan. Pada beberapa spesies (mis. ikan mas), betina tumbuh lebih cepat dari jantan, maka pemeliharaan betina saja akan lebih menguntungkan. Untuk menyediakan benih ikan mas monoseks betina, teknik ginogenesis akan sangat membantu. Membuat populasi klon Populasi yang terdiri dari individuindividu yang secara genotipe persis sama. Individu- individu dalam populasi klon memiliki kemampuan merespons pengaruh lingkungan yang persis sama. Populasi klon sangat berguna sebagai hewan percobaan untuk menguji pengaruh obat-obatan, pakan, dsb • Bagaimana materi genetik diwariskan Gynogenesis yang biasa dilakukan adalah gynogenesis meiosis dan gynogenesis mitosis. Gynogenesis meiosis Gynogenesis meiosis apabila telur yang normal dibuahi dengan sperma yang telah diradiasi, maka jumlah kromosom di dalam telur akan tetap 2 N (kromosom sperma mati). Pada proses selanjutnya saat telur mengalami meiosis kedua dan sebelum terjadi peloncatan polar body kedua, dilakukan kejutan suhu untuk menahan loncatnya polar body kedua dengan demikian, maka jumlah kromosom di dalam telur akan tetap 2 N. Selanjutnya telur akan mengalami mitosis dan kemudian berkembang dan menetas menjadi ikan yang mempunyai 2 N kromosom. Gynogenesis yang diperoleh dengan cara menahan polar body kedua disebut heterosigot gynogenesis. Gynogenesis mitosis pada gynogenesis mitosis apabila telur normal dibuahi oleh sperma yang diradiasi, maka di dalam telur akan terdapat 2 N kromosom yang berasal dari sel telur. Kemudian telur akan mengalami peloncatan polar body kedua, sehingga di dalam telur tinggal 1 N kromosom. Proses selanjutnya pada saat telur akan mengalami mitosis dilakukan kejutan suhu, maka pembelahan hanya terjadi pada kromosom nya saja selnya tetap, sehingga di dalam sel terdapat 2 N kromosom yang bersifat homosigot. Sumber : Pudjirahaju, A.,, Rustidja, dan S. B. Sumitro. 2008. Penelusuran Genotipe Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Strain Punten Gynogenetik. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid 15, Nomor 1: 13-19 • Teknologi giogenesis Penyinaran UV Upaya menghancurkan materi genetik (gen/DNA) sehingga kode genetiknya tidak berfungsi ( malfunction ). Perlakuan kejutan (shock treatment) Upaya menahan pelepasan polar body II pada ginogenesis meiotik atau menghambat pembelahan mitosis pertama pada ginogenesis mitotik. Dikenal dua kategori kejutan: secara fisik (suhu dan tekanan) dan kimiawi (colchicine, colcemid, cytokalasine). Kejutan suhu terdapat dua cara; kejutan panas (heat shock) dan kejutan dingin (cold shock. Keberhasilan kejutan dipengaruhi oleh umur zigot, lama, dan kondisi kejutan (misal besaran suhu dan tekanan). • Dikenal dua cara ginogenesis; ginogenesis meiotik dan ginogenesis mitotik. Ginogenesis meiotik Secara teknis lebih mudah membuatnya. Masih memungkinkan diperoleh hasil keragaman (heterozigositas). Menghasilkan populasi monoseks betina. Untuk tujuan pemurnian hasilnya relatif lebih lambat. Ginogenesis mitotik Secara teknis lebih sulit membuatnya. Tingkat keseragaman (homozigositas) yang diperoleh sangat baik. Menghasilkan populasi monoseks betina. Untuk tujuan pemurnian hasilnya relatif lebih cepat. 2. ANDROGENESIS Menghasilkan pewarisan dari semua paternal. Melibatkan inaktivasi genetik genom sel telur dan pembuahan dengan sperma haploid (diikuti oleh diploidization) atau sperma diploid. Metode memerlukan penekanan pada pembelahan mitosis pertama. • Manipulasi Genetik Androgenesis Androgenesis, bioteknologi yang melibatkan produksi individu-individu yang seluruh kromosomnya berasal dari induk jantan diargumentasikan sebagai upaya percepatan pemenuhan kualitas induk yang sangat dibutuhkan. Androgenesis meliputi 2 tahap, inaktifasi materi genetik telur, bisa dengan iradiasi sinar ultra violet (UV) dan tahap diploidisasi zigot, bisa dengan kejut panas 40oC. Penelitian melaporkan androgenesis ikan nilem melalui 2 tahap inaktifasi berbagai dosis iradiasi UV, dilanjutkan diploidisasi pada berbagai waktu kejut panas 40oC dari waktu setelah fertilisasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui (1) efektifi tas inaktifasi TUV 254 nm (Philips) 15 watt jarak 15 cm dengan lama iradiasi berbeda (sebagai dosis) yaitu 1 (1983 J/m2), 3 (5950 J/m2) atau 5 (9916 J/m2) menit pada telur ikan nilem dan (2) efektifi tas diploidisasi dengan kejut temperatur 40 oC selama 90 detik mulai berbagai waktu yaitu 15, 20 atau 25 menit setelah fertilisasi. Penelitian eksperimental ini menerapkan rancangan acak lengkap, terdiri dari 13 perlakuan yang masing-masing diulang 4 kali, terinci : 9 perlakuan androgenesis yaitu iradiasi UV (1, 3, atau 5 menit) dilanjutkan dengan kejut panas pada 15, 20, atau 25 menit dari waktu fertilisasi (A1 – A9), dan 4 perlakuan sebagai kontrol terdiri atas, kontrol positif yaitu tanpa iradiasi dan tanpa kejut panas (K0) dan 3 kontrol negatif diiradiasi tanpa kejut panas (K1, K2, K3). Variabel yang diamati adalah fertilitas telur, derajat penetasan, persentase larva haploid, persentase sintesan juvenil hingga hari ke-28. Data dianalisis dengan One Way of Variance (ANOVA) menggunakan program SPSS Versi 16.0 Windows Software. Hasil penelitian diperoleh bahwa dosis iradiasi UV yang dicobakan efektif menginaktifasi material genetik nilem, dengan data paling efektif yaitu 5 menit (9916 J/m2) iradiasi. Kejut panas 40 oC selama 90 detik yang diperlukan terbukti efektif mencegah mitosis pertama embrio androgenesis diploid nilem dengan perlakuan paling efektif yaitu A9, iradiasi 5 menit dan kejut panas 40oC selama 90 detik pada waktu 25 menit setelah fertilisasi. Sumber : Windari, T. 2013. Androgenesis Dihasilkan Dari Berbagai Lama Iradiasi Ultraviolet Dan Berbagai Waktu Kejut Panas Pasca Fertilisasi Pada Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasselti CV). Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (1): 1-9
II. GENETIC IMPROVEMENTS AND CONTROL OF REPRODUCTION
• Polyploidy Adalah Poliploidisasi adalah suatu metode manipulasi kromosom untuk menghasilkan ikan dengan jumlah kromosom yang lebih banyak dari jumlah kromosom normal atau diploid (2n), yaitu triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n) dan seterusnya. Poliploidisasi secara alami umumnya banyak terjadi pada tumbuhan, sedangkan pada hewan poliploidi sangat jarang terjadi kecuali pada ikan dan katak. Poliploidisasi secara alami terjadi akibat pencemaran perairan, radisasi sinar ultraviolet ataupun akibat pengaruh hormon berlebihan, sehingga menyebabkan kasus nondisjungsi pada kromosom. Haploid Sel haploid hanya mengandung satu set kromosom. Itu berarti; mengandung setengah jumlah kromosom dalam sel. Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel haploid. Selama meiosis, sel anak hanya menerima setengah dari total kromosom dalam sel diploid. Mirip dengan mitosis, replikasi DNA pada meiosis juga terjadi di sel induk selama interfase. Setelah ini, dua siklus pembelahan nuklir dan pembelahan sel terjadi. Setelah seluruh proses, satu sel diploid memunculkan empat sel haploid. Diploid Sel diploid mengandung dua set kromosom: satu adalah ibu sementara yang lain ayah. Mitosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel diploid. Selama mitosis, inti induk membelah menjadi dua inti anak, yang secara genetik identik. Oleh karena itu, setiap nukleus anak menerima jumlah kromosom yang sama dengan nukleus induk. Setelah pembelahan nukleus, seluruh sel membelah. Karena proses ini perlu dilakukan tanpa kesalahan, semua kromosom bereplikasi selama interfase. Kemudian saudari kromatid terpisah ke setiap kutub sel selama mitosis. Triploid Triploidi merupakan salah satu program pemuliaan ikan melalui manipulasi kromosom. Tujuannya adalah untuk menghasilkkan sebagian atau sepenuhnya ikan steril yaitu ikan yang memiliki tiga set kromosom. Maka dengan cara induksi triploid mendapat perhatian yang luas dan menjanjikan untuk memperoleh ikan steril, yang diperoleh dari dua set kromosom berasal dari induk betina dan 1 set kromoson berasal dari jantan (2n telur + 1n sperma = 3n Triploid). Tetraploid Pembentukan individu tetraploid merupakan proses antara dalam menghasilkan benih ikan triploid. Tetraploidisasi merupakan metode rekayasa kromosom dalam rangka pembentukan individu yang mempunyai set kromosom 4n dan dilakukan dengan pemberian perlakuan fisik atau kimia melalui pencegahan peloncatan pembelahan sel pertama (Carman et al. 1992). Thorgaard (1983) menjelaskan, pendekatan praktis untuk induksi tetraploidi melalui kejutan suhu merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah pembelahan pertama pada suhu lethal. Kejutan suhu selain murah dan mudah, juga efisien dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991). Bidwell et al. (1985) melaporkan, pembuatan ikan tetraploid ditentukan oleh kondisi optimum, waktu fertilisasi akhir, suhu kejutan, dan lama kejutan. Tujuan khusus penelitian adalah mengetahui perlakuan suhu optimal, waktu pemberian kejutan dan lama waktu kejutan dalam menghasilkan populasi ikan patin tetraplopid. Jenis Polyploidy Autopolyploidy – embrio yg berasal dari spesies induk yg sama Autopoliploid terjadi apabila suatu spesies, karena salah satu sebab di atas, menggandakan set kromosomnya dan kemudian saling kawin dengan autopoliploid lain. Pola pembelahan sel autopoliploid rumit karena melibatkan perpasangan empat, enam, atau delapan set kromosom. Triploid karena autopoliploid dapat bersifat fertil. Allopolyploidy – embrio yg berasal dari spesies induk yg berbeda Allopoliploid terjadi karena persilangan antarspesies dengan genom yang berbeda tanpa diikuti reduksi jumlah sel dalam meiosis. Amfidiploid adalah allotetraploid yang perilaku pembelahan selnya serupa dengan diploid. Allopoliploidi segmental terjadi apabila sebagian kromosom berasal dari genom yang berbeda (tidak semuanya berasal dari set kromosom yang lengkap) Sumber : Fitria, S., Y. Sistina dan I. Sulistyo. Poliploidisasi Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti Valenciennes, 1842) Dengan Kejut Dingin 40cpolyploidization On Shark Minnow (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) By Cold Shock 40C. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. Hartono, D. P., P. Witoko dan N. Purbosari. 2016. Aplikasi Kejutan Suhu Terhadap Pembentukan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus) Tetraploid. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung. ISBN 978-602-70530-4-5 halaman 196-203 Alawi, H., Nuraini dan Sapriana. 2009. Induksi Triploid Ikan Selais (Kryptopterus Lympok) Menggunakan Kejutan Panas. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 14,1 (2009) : 37-47 • Rekayasa Genetik Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika yang selama ini telah banyak digunakan untuk ikan-ikan konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini berguna untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan, mengatur kematangan gonad, diferensiasi seks dan sterilitas; meningkatkan resistensi terhadap patogen, mengadaptasi ikan terhadap lingkungan baru (freeze resistance), merubah karakteristik biokimia dari daging ikan sehingga menciptakan rasa daging yang diinginkan dan lainnya. Contoh rekayasa genetik transfer gen ikan hias Teknologi transgenesis merupakan piranti yang sangat ampuh dalam menganalisis fungsi biologi molekuler dan dalam menghasilkan trait (karakter) penting yang komersial dalam akuakultur khususnya ikan hias. Teknologi transgenesis adalah suatu proses mengintroduksikan DNA eksogenous atau DNA asing ke hewan uji dengan tujuan untuk memanipulasi struktur genetiknya. Secara umum prinsip dasar transfer gen digambarkan dalam diagram pada Gambar 3. Adapun prinsip dasar teknik memproduksi ikan transgenik didasarkan kepada beberapa tahapan yaitu: 1. Penentuan ikan spesies; menurut Ozato et al. (1994), menyarankan penggunaan jenis ikan “model” sangat perlu untuk kepentingan pengembangan penelitian. Ikan yang digunakan mempunyai karakteristik ideal di antaranya; siklus hidup dan reproduksi pendek, dalam satu tahun dapat memijah beberapa kali; produksi telur, dan sperma ikan banyak. 2. Menyiapkan spesifik gen dengan spesifik produk dari gen tersebut yang diinginkan. 3. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI). 4. Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vector. 5. Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a) pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b) penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase. 6. Transformasi ke sel mikroorganisme inang 7. Pengklonan sel-sel dan gen asing. 8. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan. 9. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA. 10. Memasukkan (mentransfer) perbanyakan gen hasil rekombinan yang telah dimurnikan tersebut ke dalam masing-masing telur atau sperma ikan yang dipilih sebagai ikan transgenik. 11. Pembuahan buatan dengan menggabungkan telur dan sperma tersebut pada wadah tertentu dalam media air. Sumber : Kusrini, E.. 2012. Perkembangan Rekayasa Genetika Dalam Budidaya Ikan Hias Di Indonesia. Media Akuakultur. Volume 7 Nomor 2
III. TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR / SURROGATE BROODSTOCK
• Pengertian Transplantasi Sel Pemindahan sel donor ke resipien yang bertujuan untuk perekayasaan atau perbaikan fungsi pada organ. Misalnya sel germinal (pada organ reproduksi). • Contoh Transplantasi Sel Teknologi transplantasi sel testikular dapat digunakan dalam rekayasa produksi benih ikan. Pada penelitian dilakukan optimasi transplantasi menggunakan sel donor dari ikan gurame muda dan resipien berupa ikan nila triploid. Ikan nila triploid diproduksi menggunakan metode kejutan panas. Testis dari ikan gurame jantan (berat tubuh 400-850 g) didisosiasi menggunakan tripsin 0,5%. Sel hasil disosiasi selanjutnya disuntikkan ke rongga perut larva ikan nila. Analisis kolonisasi sel donor dilakukan menggunakan metode PCR dengan cetakan DNA yang diekstraksi dari gonad ikan nila umur sekitar 2 bulan. PCR dilakukan menggunakan primer spesifik bagi gen penyandi hormon pertumbuhan dan β-aktin sebagai kontrol internal loading DNA. Hasil preparasi nukleolus menunjukkan bahwa keberhasilan triplodisasi adalah 88,5%. Ukuran gonad ikan nila resipien 2N dan 3 N relatif sama, sedangkan gonad ikan nila 3N tanpa transplantasi adalah rudimenter. Hasil PCR menunjukkan bahwa ikan nila triploid hasil transplantasi mempunyai pita DNA dengan ukuran yang sama pada ikan gurame dan tidak ada pada ikan nila kontrol bukan hasil transplantasi. Hal ini menunjukkan bahwa sel donor dari ikan gurame telah terkolonisasi dalam gonad ikan nila triploid. Keberhasilan kolonisasi menggunakan resipien 3N (78%) lebih tinggi dibandingkan dengan resipien 2N (50%) Sumber : Alimuddin, M. Zairin dan H. Arfah. 2010. Optimasi Transplantasi Menggunakan Sel Donor Dari Ikan Gurame Muda Dan Ikan Nila Triploid Sebagai Resipien. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. hlm. 186-191 Vol. 15 No.3 • Alasan Resipien pada transplantasi sel -Telur dapat dihasilkan dengan cepat -Hemat waktu, tenaga dan biaya -Manipulasil ingkungan dan rekayasa genetik dapat dengan mudah dilakukan