Anda di halaman 1dari 5

1.

Makna Hak Asasi Manusia

Pada bagian ini kalian akan diajak untuk menelaah makna hak asasi manusia. Hal ini
bertujuan agar supaya kalian dapat mendefinisikan dan memaknai setiap hak yang dimiliki.
Untuk dapat memahami pengertian hak asasi manusia, ada baiknya kalian perhatikan fakta
berikut dengan saksama.

a. Orang dilarang menghilangkan nyawa orang lain atau nyawanya sendiri sekali pun. Jika
terbukti melakukannya negara akan mengenakan tindakan hukum.

b. Tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang rela dijajah bangsa lain. Negara-negara yang
pernah dijajah pun selalu berusaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan tersebut.

c. Tiada seorang manusia pun yang ingin hidup sengsara. Ia akan selalu berusaha mencapai
kesejahteraan bagi dirinya lahir maupun batin.

Dapatkah kalian menangkap makna ketiga fakta tersebut di atas? Ketiga hal tersebut
merupakan sesuatu yang sangat mendasar yang harus dimiliki oleh manusia. Tanpa ketiga hal
tersebut manusia akan hidup tanpa arah, bahkan tidak akan menjadi seutuhnya. Sesuatu yang
mendasar itu dalam pengertian lain disebut hak asasi. Dengan demikian, secara sederhana hak
asasi manusia itu adalah hak dasar manusia menurut kodratnya. Menurut Undang-Undang RI
Nomor 39 tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkatdan martabat manusia.

Jan Materson, anggota Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa


mengartikan HAM sebagai hak-hak yang melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu
manusia tidak dapat hidup sebagai manusia. Dari pengertian tersebut, maka pada hakikatnya
dalam HAM terkandung dua makna:

a. HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia dilahirkan
ke dunia. Hak alamiah adalah hak yang sesuai dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka
yang berakal budi dan berperikemanusiaan. Tidak ada seorang pun yang diperkenankan
merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya. Hal ini tidak berarti bahwa HAM bersifat
mutlak tanpa pembatasan karena batas HAM seseorang adalah HAM yang melekat pada
orang lain. Bila HAM dicabut dari tangan pemiliknya, manusia akan kehilangan
eksistensinya sebagai manusia.

b. HAM merupakan instrumen atau alat untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai
dengan kodrat kemanusiannya yang luhur. Tanpa HAM manusia tidak akan dapat hidup
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling
sempurna.

Dibandingkan dengan hak-hak yang lain, hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus sebagai
berikut:
a. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir.

b. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang status,
suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.

c. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan kepada
pihak lain.

d. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil
dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh manusia, yang tidak dapat dilanggar
dan dipisahkan. Hak asasi manusia bersumber pada pokok pikirannya yang terdapat dalam
kitab suci yang menyatakan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan hak dan kewajiban
yang sama. Tuhan melarang memperlakukan manusia dengan sewenang-wenang. Tuhan
tidak membeda-bedakan manusia dari warna kulit, kaya dan miskin. Tuhan membedakan
manusia dari tingkat keimanan dan ketaqwaannya. Sebenarnya yang membedakan manusia
karena warna kulit, kaya dan miskin adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian, Tuhan
sendiri mengakui dan menjamin keberadaan hak asasi manusia tersebut. Pengakuan terhadap
hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan atau pengakuan terhadap segala
potensi dan harga diri manusia menurut kodratnya. Kendati pun demikian, tidaklah boleh kita
lupakan bahwa hakikat tadi tidak hanya mengundang hak untuk menikmati kehidupan secara
kodrati. Sebab dalam hakikat kodrati itupun terkandung kewajiban pada diri manusia
tersebut. Tuhan memberikan kepada manusia sejumlah hak dasar tadi dengan kewajiban
membina dan menyempurnakannya.

2. Makna Kewajiban Asasi Manusia

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, kewajibanasasi dapat diartikan sebagai
kewajiban dasar setiap manusia. Ketentuan pasal 1ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan, kewajiban dasar manusia adalah
seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya
dan tegaknya hak asasi manusia.

Hak dan kewajiban asasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya memiliki
hubungan kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Seseorang mendapatkan haknya
dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimiliki. Misalnya, seorang pekerja mendapatkan
upah, setelah dia melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. Selain itu, hak yang
didapatkan seseorang sebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh orang lain. Misalnya,
seorang pelajar mendapatkan ilmu pengetahuan pada mata pelajaran tertentu, sebagai salah
satu akibat dari dipenuhinya kewajiban oleh guru yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran
di kelas.

Hak dan kewajiban asasi juga tidak dapat dipisahkan, karena bagaimana pun dari kewajiban
itulah muncul hak-hak dan sebaliknya. Akan tetapi, sering terjadi pertentangan karena hak
dan kewajiban tidak seimbang. Misalnya, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi, pada kenyataannya banyak warga
negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan
itu tidak ada maka akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Pertemuan 8

Pada bagian sebelumnya telah dibahas secara singkat karakteristik demokrasi


Indonesia. Hal ini secara otomatis akan memunculkan suatu anggapan dalam
benak kita bahwa negara kita adalah negara demokrasi. Akan tetapi, muncul suatu
pertanyaan apakah benar negara kita adalah negara demokrasi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menggunakan sudut pandang normatif dan empirik.
Dalam sudut pandang normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara
ideal hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara, seperti misalnya
kita mengenal ungkapan ³pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”.

Ungkapan normatif tersebut biasanya diterjemahkan dalam konstitusi


pada masing-masing negara, misalnya dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bagi pemerintahan Republik Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan negara kita, semua konstitusi yang


pernah berlaku menganut prinsip demokrasi. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam
ketentuan-ketentuan berikut.

a. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) berbunyi


“kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”.
b. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(setelah diamandemen) berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”
c. Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “ Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu
negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi”
2) Ayat (2) berbunyi “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah Bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”
d. Dalam UUDS 1950 Pasal 1:
1) Ayat (1) berbunyi “Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara
hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan”
2) Ayat (2) berbunyi “Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan
dilakukan oleh pemerintah Bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat”

Dari keempat konstitusi tersebut, kita dapat melihat secara jelas bahwa secara
normatif Indonesia adalah negara demokrasi. Akan tetapi, yang menjadi persoalan
apakah konstitusi tersebut melahirkan suatu sistem yang demokratis? Nah, untuk
melihat apakah suatu sistem pemerintahan adalah sistem yang demokratis atau
tidak, dapat dilihat dari indikator-indikator yang dirumuskan oleh Affan Gaffar
berikut ini.

a. Akuntabilitas Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih


oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang
hendak dan telah ditempuhnya. Tidak hanya itu, ia juga harus dapat
mempertanggungjawabkan ucapan atau kata-katanya, serta yang tidak
kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang,
bahkan yang akan dijalaninya. Pertanggungjawaban itu tidak hanya
menyangkut dirinya, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti luas,
yaitu perilaku anak dan isterinya, juga sanak keluarganya terutama yang
berkaitan dengan jabatannya.
b. Rotasi Kekuasaan Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi
kekuasaan harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi, tidak
hanya satu orang yang selalu memegang jabatan, sementara peluang orang
lain tertutup sama sekali.
C. Rekrutmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi
kekuasaan, diperlukan satu sistem rekrutmen politik yang terbuka.
Artinya, setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan
politik yang dipilih rakyat mempunyai peluang yang sama dalam
melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan politik tersebut.

d. Pemilihan Umum Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilaksanakan


secara teratur. Pemilu merupakan sarana untuk melaksanakan rotasi
kekuasaan dan rekrutmen politik. Setiap warga negara yang sudah dewasa
mempunyai hak untuk memilih dan dipilih dan bebas menggunakan
haknya tersebut sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dia bebas untuk
menentukan partai atau calon mana yang akan didukungnya, tanpa ada
rasa takut atau paksaan dari orang lain. Pemilih juga bebas mengikuti
segala macam akitivitas pemilihan seperti kampanye dan menyaksikan
penghitungan suara.
e. Pemenuhan hak-hak dasar. Dalam suatu negara yang demokratis, setiap
warga negara dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas,
termasuk di dalamnya hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk
berkumpul dan berserikat, serta hak untuk menikmati pers yang bebas.

Kelima indikator di atas merupakan elemen umum dari demokrasi yang


menjadi ukuran dari sebuah negara demokratis. Dari indikator-indikator tersebut,
apakah semuanya sudah diterapkan di Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, kita dapat melihatnya dari alur sejarah politik di Indonesia, yaitu pada
pemerintahan masa revolusi kemerdekaan Indonesia, pemerintahan parlementer,
pemerintahan demokrasi terpimpin, pemerintahan Orde Baru, dan pemerintahan
orde reformasi.

Anda mungkin juga menyukai