Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA,

KELOMPOK, DAN MASYARAKAT


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing : Sulistiyah, SST., M.Kes


Oleh Kelompok 6 :
Dio Billiardo (181131)
Meri Setyaningrum (181147)
Rahayu Lili Satria (181156)
Riana Felytasari (181159)
Riske Yunis Cloudia (181163)
Salsabila Deva Ramadhani (181165)
Wiwit Dwi S.H (181177)

POLTEKKES RS. dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN
MALANG/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Keperawatan yang berjudul
”Komunikasi Terapeutik Terhadap Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat” sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak yang telah membatu. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oeh karena itu demi kesempurnaan, kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak untuk memperbaikinya.

Malang, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6
1.1 Komunikasi Terapeutik pada Keluaga...........................................................................6
1.2 Pengertian Keluarga......................................................................................................6
1.3 Ciri-ciri Keluarga...........................................................................................................7
1.4 Fungsi Keluarga.............................................................................................................7
1.5 Prinsip-prinsip Perawatan Pada Keluarga.....................................................................8
1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga................................9
1.7 Bentuk-bentuk Komunikasi dalam Keluarga................................................................9
1.8 Masalah-masalah Kesehatan pada Keluarga................................................................9
1.9 Komunikasi Terapeutik pada Kelompok.....................................................................11
1.10 Komunikasi Terapeutik pada Masyarakat.................................................................20
BAB III KASUS................................................................................................................26
3.1 Ilustrasi.........................................................................................................................
3.2 Role play.......................................................................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
3.2 Saran...........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pemberian pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini menjadi sebuah tuntutan peran dan juga fungsi
perawat untuk memberikan sebuah pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas
untuk memenuhi kebutuhan pasien. Di dalam memberikan pelayanan keperawatan,
perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi yang
baik sebagai awal dari terciptanya sebuah hubungan perawat dengan klien, karena
komunikasi merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam hubungan antar
manusia. Perawat yang memiliki kemampuan dan keterampilan baik dalam hal
berkomunikasi akan mudah menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga
(Liljeroos, Snellman, & Ekstedt, 2011).
Komunikasi yang baik dan benar merupakan poin penting yang harus
dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, khususnya perawat. Komunikasi dibutuhkan
oleh perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik kepada pasien
maupun keluarga. Kemampuan seperti ini penting dan harus ditumbuhkembangkan
oleh perawat, sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam setiap menjalankan tugasnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Menurut Suryani (2014), komunikasi berperan dalam kesembuhan klien,
berhubungan dalam kolaborasi yang dilakukan perawat dengan tenaga kesehatan
lainnya, dan juga berpengaruh pada kepuasan klien dan keluarga. Hal tersebut
menjadikan komunikasi dibutuhkan di setiap bentuk pelayanan yang ada di Rumah
Sakit. Salah satu bentuk pelayanan yang ada di Rumah Sakit adalah ruangan
intensive care unit (ICU) yaitu sebuah bentuk pelayanan khusus pada pasien-pasien
yang mengalami kondisi kritis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Terhadap Keluarga?
2. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Terhadap Kelompok?
3. Bagaimana Komunikasi Terapeutik Terhadap Masyarakat?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Keluarga, yang meliputi
pengertian keluarga, ciri-ciri keluarga, fungsi keluarga, prinsip-prinsip perawatan
keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada keluarga, bentuk-bentuk
komunikasi dalam keluarga, dan masala-masalah kesehatan keluarga.
2. Untuk mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Kelompok.
3. Untuk mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Sehingga mempermudah mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Keluarga, yang
meliputi pengertian keluarga, ciri-ciri keluarga, fungsi keluarga, prinsip-prinsip
perawatan keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada keluarga,
bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga, dan masalah-masalah kesehatan dalam
kelurga.
2. Sehingga mempermudah mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Kelompok.
3. Sehingga mempermudah mengetahui Komunikasi Terapeutik Terhadap Masyarakat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu
yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
2. Ciri - ciri Keluarga
Robert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai berikut :
1. Keluarga merupakn hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk seperti kelembagaan yang berhubungan dengan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dibuat.
3. Keluarga mempunyai sistem tata nama (nomenclatur), termasuk hitungan garis
keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai keturunan dan membesarkan anak.
5. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.
Ciri-ciri keluarga di setiap negara berbeda-beda bergantung pada anggota
kebudayaanya, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Negara di Indonesia memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat dilandasi oleh semangat
kegotongroyongan.
2. Merupakan satu kesatuan yang utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental dan mempunyai rasa tanggung jawab besar.
3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan
dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawara mufakat.
4. Sedikit berbeda dengan anggota keluarga yang tinggal di perkotaan dan di
pedesaan. Keluarga yang tinggal di pedesaan masih bersifat tradisional,
sederhana, dan saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima
inovasi baru.

6
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dan Undang-Undang No.10 tahun 1992, membagi fungsi
keluarga menjadi 5, yaitu:
1. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran
dijalankan dengan baiak, dan penuh rasa kasih sayang.
2. Fungsi sosialisai. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut melaksanakan perannya
dalam lingkungan social. Keluarga merupakan tempet individu melaksanakan
sosialisai dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan
perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di
dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi. Fungsi unruk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,
pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.

4. Prinsip – Prinsip Perawatan Keluarga


Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dan memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluaga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan
utama
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga
4. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan
peran sertaaktif seluaruh keluargadalam merumuskan masalah dan kebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6. Dlam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan

7
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan peawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemcahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/ perawatan
di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.

5. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga

Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi


dengan baik kepada orang lain. Di lain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Ada sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut ini :
1. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya
statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa
dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.

2. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.

3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara
yangberbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang
terjadi disekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di
rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian
juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat
memiliki norma yang harus diataati, makakomunikasi yang berlangsungpun harus
taat norma.

4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan.

8
.
6. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga
1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota
keluarga (ayah, ibu, anak).
2. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di
mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin
antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama
terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat,
pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena
adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua
dan anak.
3.Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah
dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak
yang peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah.
Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk
berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih
menonjol.
4.Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang
lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

7.Masalah-masalah kesehatan pada keluarga


Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber dana dan daya akan habis. Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga . perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orangtua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya,perubahan apa yang terjadi dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana
keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi
keluarga terhadap masalah sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat

9
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan
keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan berikut ini
adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh perawat :
a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan
c. Apakah keluarga merasakan menyerah terhdap masalah yang dialami
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan
f. Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan
g. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a. Keadaan penyakitnya
b. Sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab, sumber keuangan, fasilitas fisik, psikososial)
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit
Ketika keluarga menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-
hal sebagai berikut:
a. Pentingnya hygine sanitasi
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
c. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygine sanitasi
d. Kekompakan pada anggota keluarga
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini :
a. Keberadaan fasilitas keluarga
b. Keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Tingkat kepercayaan terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan

10
2.2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELOMPOK
1. Pengertian
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat, pertemuan,
konferensi, dan sebagainya. Definisi lain mengenai komunikasi kelompok adalah suatu
iteraksi dengan bertatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni
adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk
mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
2. Kelompok memiliki partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain

2. Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok


Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita
sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana
bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi
dalam hampir semua aspek kehidupan. Kelompok bisa menjadi media untuk
mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer),
Kelompok juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan para anggotanya
(kelompok belajar) dan kelompok juga bisa menjadi alat untuk memecahkan persoalan
bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak
manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai
dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya

11
dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan di atas, yaitu:
a. Elemen pertama, interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang
penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang
yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi
antara satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan
suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat
dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan
dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk
jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok
mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan
interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan
yang bersifat sementara.
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi
kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu
kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk
mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan
smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompok untuk dapat mengenal dan
memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas
tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi
pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang
lain atau seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan
dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok
tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

3. Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi


1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah
orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para
anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, jika Anda merencanakan
untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam
kelompok. Ketika Anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda

12
secara menyetujuan pendapat Anda. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok
sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
Contohnya, pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang
dihadiri oleh 33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum (misalnya A)
merancang 5 orang perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat pemilihan
tersebut dan menyatakan pilihannya pada A. Maka setelah kelima orang tersebut selesai
berbicara, anggota-anggota perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan ”terbawa” pada
pendapat atau pilihan kelima orang tersebut, sehingga akan terpilih Calon A menjadi
Ketua Umum.

2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton oleh kelompok. Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi
pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya di depan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku
yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan
prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu
peneliti melihat kelompok mampu mempertinggi kualitas kerja individu.
Contohnya, seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik
perilakunya. Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah kelompoknya (contoh:
Geng Nero), maka perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif. Bahkan ibunya
terheran-heran dibuatnya, karena tidak menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di
rumah ia terlihat pendiam dan kalem.

3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila
sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub,
baik ke arah mendukung atau positif atau pro maupun ke arah menolak atau negatif atau
kontra dalam suatu masalah yang diperdebatkan.

13
4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok.
Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok sebagai
berikut:
1) Ukuran kelompok
Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok atau
performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan tugas
interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,
tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi
secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen
(mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan kelompok kecil supaya
sangat produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
ketrampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tuga memerlukan kegiatan yang
divergen (menghasilkan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok
yang lebih besar.
2) Jaringan komunikasi
Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin) menjadi
fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap
anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya. Pada jaringan
komunikasi rantai, A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan
dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya. Pada jaringan
komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang di sampingnya
seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan
hanya seseorang di sampingnya. Pada jaringan komunikasi lingkaran, setiap orang hanya
dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan
lain, dalam model ini tidak ada pemimpin. Pada jaringan komunikasi bintang, disebut
juga jaringan komunikasi semua saluran (all channel), setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa
jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan komunikasi,
menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi. Sedangkan kelompok
lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling lambat dalam memacahkan
masalah. Jaringan komunikasi lingkaran cenderung melahirkan sejumlah kesalahan.
Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling
efektif adalah pola semua saluran. Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu
orang pemimpin, dan pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota serta

14
paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu berhubungan dengan masalah yang sulit.
Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan
interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi
kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok dapat
diukur dari: keterikatan anggota secara interpersonal antara satu sama lain, ketertarikan
anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh mana anggota tertarik pada
kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok
kohesif, sebagai berikut:
a) Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan kelompok. Jika
gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi persuasi.
Ada tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi
komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok yang
lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat meningkatkan
kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang bertentangan.
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu
otoriter, demokratis, dan laissez faire.

3. Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok


Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Ø Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan
bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok

15
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak
personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya,
sebagai berikut:
o Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas,
artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
o Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
o Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi,
sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
o Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder
instrumental.
o Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder
formal.
Ø Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,
fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan
saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif.
Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya
miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa
yang harus saya capai (fungsi normatif).
Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada
berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam
bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi
kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat
dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
·

16
Ø Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b.
kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik.
Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara
pokok.
Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya.
Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok
penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.
Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini
dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.3 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA MASYARAKAT

1. Pengertian
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) (kadang disebut Gesellschaft atau
patembayan) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam
bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat
digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas
yang teratir.
2. Teknik komunikasi kelompok masyarakat :
a) Brainstorming/curah pendapat
1) Beri kebebasan mengungkapkan ide dan mendiskusikan dalam kelompok
2) Beri kesempatan pada anggota untuk
3) Mengidentifikasi isu dan mencari solusi

17
b) Program Komunitas
1)Pendekatan individu/kelompok program, dilakukan melalui perencanaan
sistematik
c) Demonstrasi
1) Memperlihatkan secara langsung tindakan yang harus dilakukan
d) Ceramah
Menyampaikan informasi secara verbal (tatap muka)
1) Pembicara harus berpengalaman, nyaman, punya kemampuan berbicara,
memberikan penekanan pd point yg penting
2) Kombinasikan dengan media
3) Batasi umpan balik peserta karena waktu yang terbatas

18
BAB III
KASUS

3.1 Ilustrasi
Pada siang hari di ruang tamu ada dua anak yang sedang bermain
boneka ,si anak riske adalah anak dari keluarga tersebut dan anak yang
satunya adalah temannya. Lalu bapak dari si riske duduk di ruang tamu dan
mulai merokok seperti kebiasaan sehari-harinya, anak riske mulai terganggu
dengan asap rokok dari bapaknya , lalu bapaknya menyuruh riske dan
temennya bermain di kamar , namun riske menolak dan terus menghirup
asap rokok tersebut, ibu riske tiba tiba mengajak bapak riske keluar untuk
menemaninya datang ke acara alumni SMA nya dan menyuruh riske
menjaga rumah, tidak lama setelah kepergian orang tuanya tiba tiba riske
merasa sesak hingga terjatuh , kemudian teman riske berusaha menghubungi
orang tua riske, dan untungnya orang tua riske masih tidak jauh dari rumah
dan langsung balik ke rumah, lalu membawa riske ke rumah sakit terdekat

3.2 Naskah Komunikasi Terapeutik pada Keluarga

3.2.1 Pemeran

Bapak: Dio
Ibu: merry
Anak: riske
Rahayu: teman riske
Deva: dokter
Riana: perawat
Wiwit: perawat

3.2.2 Naskah Roleplay

19
Anak: yu.. liat deh kemarin aku dibelikan boneka baru sama
bapak katanya beli dipinggir jalan
Rahayu: wahh.. bagus yah
(kemudian bapak datang dan mulai merokok)
Anak: pak jangan merokok dong, asapnya mengganggu ,
bikin batuk lagi
Bapak: sana main dikamar saja biar ga kena asap rokok,
bapak masih asik ini merokoknya
Anak: ngak mau ah, aku kan main lebih dulu disini pak
Bapak: yasudah
Ibu: pak ayo ikut ibu ke acara reuni alumni sma ibu,
semuanya bawa pasangan pak, jadi bapak harus ikut
Bapak: iya iya, yaudah bapak siap-siap dulu
(5 menit kemudian)
Ibu: nak, ibu sama bapak pergi dulu yah, kamu baik-baik
dirumah , ibu titip rumah juga jangan keluyuran yah,
mainnya dirumah saja.
Anak: iya bu
(10 menit kemudian
Anak: uhuk..uhukk.. (sambil memegang dada)
Teman riske: kamu kenapa ke?
(riske tidak merespon pertanyaan rahayu dan tetap
memegang dadanya hingga terjatuh, kemudian rahayu yang
cemas melihat riske kemudian menghubungi orang tua si
riske )
Teman riske: halo pak. Si riske sesak pak
Bapak: loh kok bisa? Yasudah saya langsung balik ke rumah
sekarang
Ibu: ada apa pak. Siapa yang menelfon barusan?
Bapak: itu teman si riske bilang kalo riske sesak katanya
Ibu: ayo pak buruan balik
(setelah sampai dirumah . orang tua riske langsung
membawa riske ke rumah sakit dan temannya juga ikut)
Perawat riana: (langsung memasangkan selang oksigen
kepada anak risk)
Perawat wiwit: keluarga dari anak riske?
Bapak: iya sus, saya, bagaimana keadaan anak saya?

20
Perawat wiwit: bisa bapak ceritakan bagaimana kronologis
awalnya , kenapa anak riske bisa sampai sesak begini
Bapak: saya tidak tahu sus, tadi perasaan baik-baik saja dan
sedang main boneka dengan temannya .lalu saya tinggal
tiba-tiba sudah sesak
Teman riske: mungkin karena tadi riske sedang menghirup
asap dari bapak terus menerus
Bapak: ahh tidak mungkin gara-gara asap rokok dari saya
Perawat wiwit: sebentar ya pak saya bicarakan dengan
dokter dulu untuk hasil pemeriksaan lanjutannya
Perawat riana :dok ini ada pasien dengan sesak nafas ,
setelah mendengar ceritanya katanya karena asap rokok dari
bapaknya
Dokter: ya sudah saya periksa dulu

BAB IV
PENUTUP

21
4.1 Kesimpulan
komunikasi merupakan proses pemindahan dan pertukaran pesan, dimana
pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan, data atau informasi dari
seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi dan/ atau mengubah informasi yang dimiliki serta tingkah laku
orang yang menerima pesan tersebut.
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau
darah, biasanya meliputi ayah, ibu dan anak atau anak-anak.

Pengertian kelompok adalah sekumpulan individu yang cukup kecil untuk


berkomunikasi dengan relatif mudah, yaitu para anggota saling berhubungan satu
sama lain dengan beberapa tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi
atau struktur di antara mereka. Km

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem


semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk Mahasiswa
Dengan adanya makalah dan roleplay ini mahasiswa dapat belajar untuk
menangani pasien dengan baik, meningkatkan profesional, dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi, dan dapat mengetahui prinsip
komunikasi terapeutik pada keluarga.
4.2.2 Saran Untuk Keluarga
Dengan adanya makalah dan roleplay ini pasien bisa lebih memikirkan akibat
sebelum melakukan tindakan yang membahayakan dirimya sendiri maupun oranglain,
dan lebih berhati-hati lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://arippenky.blogspot.com/2015/04/komunikasi-terapeutik-pada-keluarga.html

22
http://ngurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/komunikasi-keperawatan-komunikasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
https://zulaiihatin26.blogspot.com/2018/12/makalah-komuniasi-terapeutik-terhadap.html
https://www.scribd.com/doc/307188687/Mengenal-masalah-kesehatan-keluarga-docx

23

Anda mungkin juga menyukai