I. MANAJEMEN KEPERAWATAN
Contoh
Pasien memiliki diagnose medis SNH hari ini seorang perawat akan melakukan
implementasi ROM pasif membantu pasien makan. Sebelum mengajari 3 hal tsb
pasien diberi kesempatan untuk memilih latihan yang mana yang akan dilakukan.
2. Justice /
keadilan Contoh
Diruang rawat mentari terdapat 2 kelas perawatan yaitu kelas satu dan kelas dua,
saat dinas pagi ada 2 pasien yang sedang membutuhkan bantuan perawat, perawat
anton mengganti cairan infuse kelas satu dengan ramah dan penuh senyum namun
saat menganti cairan infuse dikelas dua perawat anton tampak cemberut.
Contoh
4. Fidelity/ menepati
janji Contoh
5. Confidentiality/ kerahasiaan
1
Contoh
Saat perawat sedang melakukan perawatan pada genetalia pasien perawat lupa
menutup korden jendela sehingga salah satu lansia lain melihat tindakan yang
dilakukan perawat tersebut.
7. Veracity /kejujuran
1. Demokratis
Contoh
Disebuah ruang perinatalogi terlihat kepala ruang dan para perawat sangat
dekat. Kepala ruang perinatalogi sering mendisusikan tentang pelayanan
yang lebih baik dan para perawat pun aktif dalam memberikan masukan –
masukan.
2. Otoriter
Contoh
Dalam menjalankan tugas para perawat dibangsal bedah saraf harus sesuai
tujuan yang telah ditentukan oleh kepala ruang, tidak ada sedikit pun
bantahan dari perawat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang
diinginkan kepala ruang.
3. Laisez faire
Contoh
4. Otokratis
5. Karismatik
A. Metode Fungsional
Contoh
B. Metode
TIM
Definisi
Contoh
Dalam pemberian tugas IGD kepala ruang membagi tugas perawat pelaksana
dalam beberapa kelompok, kepala ruang memiliki harapan agar mencapai
pelayanan yang professional. Perawat yang dipilih untuk menjadi penanggung
jawab terhadap anggotanya. Perawat untuk menjadi penanggung jawab
merupakan perawat yang sudah memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan
dengan anggotanya.
C. Metode KASUS
Contoh
D. Metode Primer
a. Planning (perencanaan)
sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya, melalui perencanaan yang
akan dapat ditetapkan tugas - tugas staf. Dengan tugas ini
seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya
b. Organizing (pengorganisasian)
adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua
sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau
penggerakan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf
agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan
tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki
sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
d. Controlling (pengawasan, monitoring)
adalah proses untuk mengamati secara terus menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
v. PERHITUNGAN RUMUS BOR, ALOS,DLL
a) BOR
RUMUS
=
jumlah perawat x 100% ÷ ( Jumlah tempat tidur x jumlah 1 periode)
b) ALOS
c) TOI
Rumus
1. Kehamilan
A. Tanda – tanda
c) Telat haid
e) Sering mengantuk
B. Taksiran BB Janin
C. HPHT
HPHT bulan Januari sd Maret
-1
D. Usia kehamilan
E. Pemeriksaan Leopold
Leopold I
untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada
dalam fundus uteri.
Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus,
pada letak lintang tentukan di mana kepala janin.
Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah
dan apakah sudah masuk atau masih goyang.
Leopold IV
2. Persalinan
Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
i. Fase laten
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi
0.5 jam.
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus
uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc.
Kala IV
Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan
teratur.
c. Moulage
Moulage 0
Tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba
Moulage 1
Moulage 2
Moulage 3
Tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
Power / Tenaga
Passages/jalan lahir
Passanger/ janin
Psikologis/kejiwaan ibu
e. Periode nifas
Immediate Puerperium
10
Kepulihan alat-alat genetalia yag lamanya sampai dengan 6-8
minggu
Later Puerperium
f. Rupture perineum
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dan
biasanya tidak memerlukan penjahitan.
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan,
dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada
tahap
ini pasien sangat ketergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir
pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap
menerima pesan barunya dan belajar tentang hal-hal baru, pada
fase ini ibu membutuhkan banyak sumber informasi.
h. Lochea
a. Jangka panjang
a) Mantap
MOW (metode operasi wanita ) Tubektomi
MOP (metode operasi pria ) Vasektomi
b) Tahun
) IUD 10 tahun
Implant 3 tahun
b. Jangka pendek
a) Suntik
b) Pil KB
c) Kondom
c. Usia subur
Hari
terpendek
=… Hari terpanjang
Tanggal menstruasi – 11 = ….
=….
tubuh / sianosis
PULSE/ DENYUT
x/menit
GRIMACE / RESPON
REFLEK Nilai 2 :
tidak ada
ACTIVITY / TONUS
OTOT Nilai 2 :
gerakan aktif
RESPIRATORY
pemberian O2 .
perdarahan .
anak ( 8 + ( 2xn) )
Keterangan
anak Contoh
Seorang anak perempuan pada tanggal 15 juni 2016 di antar ke poli tumbuh
kembang untuk melakukan pemeriksaan perkembangan dari hasil
pengkajian didapatkan anak lahir tanggal 25 oktober 2014, berapakah usia
anak saat ini?
Tanggal lahir 25 10 2014
Bulan 12 + 5 – 10 = 7 bulan
5. Imunisasi
CAMPAK
POLIO
DPT
Vaksin DPT diberikan secara Intramuscular pada paha kanan atau kiri
HEPATITS B
IV. GADAR
2. Penanganan trauma
a. Danger
Aman lingkungan
Aman pasien
b. Respon
Alert
Verbal
Pain
Unrespon
3. Primary survey
A. Airway
Soft tip
Rigid tip
c) NEEDLE CRICOTIROIDOTOMI
d) Fraktur fremur
e) JAW THRUST
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae)
B. Breathing
a. Masalah oksigenasi
a) Nasal kanul
b) RM
Saturasi oksigen 90 – 94 %
c) NRM
Saturasi oksigen 85 %
20
Ada katub
a) Open pneumothorax
Napas pendek
b) Tension pneumothorax
Dispnea
c) Flail chest
Fraktur iga 2 – 3
d) Hematothorax massif
Adanya darah dalam rongga pleura
Pekak
Penanganannya WSD
e) Tamponade jantung
Jvp melemah
Penanganannya Perikardiosintesis
C. Circulation
D. Disability
Pupil
GCS
EYE
6 : mengikuti perintah
5 : melokalisir nyeri
4 : menghindari nyeri
3 : fleksi abnormal
2 : extensi abnormal
VERBAL
5 : orientasi bagus
4 : disorientasi
2 : mengerang
CKR GCS 15 – 14
CKS GCS 9 – 13
CKB GSC 3 – 8
2. Ada nadi tidak ada napas, rescued breathing / napas buatan per 6
detik.
E. Exposure
Gunting baju
Hipotermi, selimuti
F. Folley catheter
4. Secondary survey
Anamnesa
Alergi
Medication
Post illness
Last meal
Event
Pemeriksaan fisik
Head to toe
vital sign
V. KEPERAWATAN JIWA
1. PK
a. Tanda gejala
Mengancam
Mengumpat
Meninju
Membanting
Melempar
b. Startegi pelaksanaan
Pasien
Sp 1
Mengidentifikasi penyebab PK
Mengidentifikasi akibat PK
harian Sp II
SP III
SP IV
Keluarga
SP I
PK SP II
2. ISOLASI SOSIAL
a. Tanda gejala
Menyendiri
Mengurung diri
b. Startegi pelaksanaan
Pasien
SP I
SP III
Keluarga
SP I
Sp II
SP III
3. HALUSINASI
a. Tanda gejala
Berbicara sendiri
Tertawa sendiri
Melamun
Menyendiri
b. Strategi pelaksanaan
Pasien
Sp I
harian SP III
harian SP IV
harian Keluarga
SP I
SP II
30
Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
halusinasi
SP III
4. WAHAM
a. Tanda gejala
Merasa curiga
b. Strategi
pelaksanaan Pasien
Sp I
SP II
dimiliki SP III
harian Keluarga
SP 1
waham SP II
SP III
a. Tanda gejala
b. Strategi pelaksanaan
Pasien
Sp I
harian Sp II
harian Sp III
harian Keluarga
Sp I
Sp II
Sp III
6. HDR
a. Tanda gejala
Merasa jelek
Putus asa
b. Strategi pelaksanaan
Pasien
Sp I
harian Sp III
harian Keluarga
Sp I
HDR Sp II
HDR Sp III
a. Tanda gejala
Mengatakan hidupnya tidak berguna lagi
Ingin mati
b. Startegi pelaksanaan
Pasien
Sp I
diri Sp II
berharga Sp III
Keluarga
Sp I
diri Sp II
Sp III
a. Tipe keluarga
a) Traditional nuclear
b) Extended family
c) Reconstituted nuclear
Pembentukan keluarga baru dari hasil perkawinan suami / istri dan anak tiri
tinggal bersamanya
d) Dual carrier
e) Commuter merid
Suami istri bekerja tinggal terpisah dan keduanya mencari waktu untuk saling
bertemu
f) Communal
g) Single parent
h) Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tiggal sendiri tanpa ada keinginan untuk menikah
i) Dyadic nuclear
Suami istri bekerja, keduanya sudah berumur tetapi tidak memiliki anak
Suami yang bekerja sebagai mencari uang, istri dirumah sedangkan anak –
anaknya meninggalkan rumah entah itu kuliah, bekerja, atau menikah
Tugas
perkembangannya:
Mempertahankan kesehatan.
a) Fungsi afektif
Saling asuh
Saling menghargai
Pertalian dan identifikasi
b) Fungsi ekonomi
Menabung
c) Fungsi sosialisasi
Hubungan social
d) Fungsi reproduksi
Kb
e) Health edication
Kesehatan
VII. KMB
a. HT
a) Tanda gejala
Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migraine
Rasa berat ditengkuk
Sukar tidur
Muka pucat
b) Klasifikasi HT
d) Penatalaksanaan
Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
e) Diagnose keperawatan
b. DM
a) Tanda gejala
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
b) Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu
:
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
c) Penatalaksanaan
Diet
Intake kalori
Distribusi kalori
d) Diagnose keperawatan
3. Resiko tinggi infeksi (sepsis) b/d kadar glukosa tinggi penurunan fungsi
leukosit
c. ASMA
a) Tanda gejala
Sesak napas
b) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sputum:
Pemeriksaan darah
c) Diagnose keperawatan
d. DHF
a) Tanda gejala
Sakit kepala.
b) Faktor penyebab
Virus dengue
Host : pembawa.
c) Penatalaksanaan
Tirah baring
d) Pemeriksaan
HB meningkat lebih 20 %
HT meningkat lebih 20 %
NA dan CL rendah
e) Klasifikasi
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab
dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur.
f) Diagonasa keperawatan
50
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peruses ppenyakit
e. CHF
a) Tanda gejala
b) Klasifikasi
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.
c) Pemeriksaan penunjang
Oksigenasi
Terapi Farmakologis :
Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia
dan hipokalemia
e) Diagnose keperawatan
Nilai normal
Ph 7,35 – 7,45
Pco2 35 – 45 mmhg
Hco3 22 – 26 meq/ L
Cao2 16 – 22 m/o2/dl
1. Asidosis respiratory
Definisi
Tanda gejala
2. Asidosis respiratory
Koma
7,35
5. Alkalosis respiratory
Ph > 7,45, Pco2 < 35 mmhg, Tanda gejala: Hiperefleksi, Keringat dingin, Cemas
6. Alkalosis respiratory
7. Alkalosis metabolic
8. Alkalosis metabolic
meningkat
a. Indeks Katz
A Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tsb
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi
tambahan
b. Kekuatan
c. Barthel index
20 : Mandiri
A. Pemasangan infuse
a) Ukuran IV
b) Indikasi
c) Kontraindikasi
PROSEDUR
PERSIAPAN ALAT
1. Standar Infus.
2. Set infus.
6. Torniket.
7. Kapas alkohol.
8. Plester.
9. Gunting.
11. Betadine
FASE KERJA
2. Cuci tangan
5. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses
selang ke botol infus.
7. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan
buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar.
8. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan.
12. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari dibagian bawah vena
dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas.
13. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar
bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
15. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan.
17. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum.
19. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infus.
B. Pemasangan Oksigenasi
60
PROSEDUR
FASE PERSIAPAN
Persiapan perawat
1. Mengkaji data-data mengenai kekurangan oksigen ( sesak nafas, nafas cuping hitung,
penggunaan otot pernafasan tambahan, takikardi, gelisah, bimbang dan sianosis)
2. Perawat mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
Persiapan alat
1. Tabung oksigen ( oksigen dinding ) berisi oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier yang berisi aquades sampai batas pengisian
2. Nasal kanul (pemilihan alat sesuai kebutuhan)
3. Plester (jika di butuhkan)
4. Gunting plester (jika di butuhkan)
5. Cotton budd
Persiapan
pasien
1. Menyapa pasien (ucapkan salam)
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasien diatur dalam posisi aman dan nyaman (semi
fowler) FASE KERJA
1. Siapkan nasal kanul 1 set tabung oksigen ( oksigen central )
2. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen atau oksigen dinding
3. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton budd atau
tissu
4. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan mengamati
adanya gelembung udara dalam humidifier
5. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul kepunggung
tangan perawat
6. Pasang nasal kanul kelubang hidung pasien dengan tepat
7. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak
8. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu
kendor
9. Pastikkan nasal kanul terpasang dengan aman
10. Atur aliran oksigen sesuai dengan program
11. Alat-alat dikembalikan di tempat semula
12. Perawat mencuci tangan setelah melakukan tindakan
13. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam
FASE TERMINASI
1. Respon pasien 15 menit setelah dilakukan tindakan
2. Dokumentasikan:
a. Waktu pelaksanaan
b. Respon pasien
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine
Pengertian
Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan.
Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung
kemih dengan tujuan mengeluarkan urin. Kateterisasi urine sedapat mungkin tidak
dilakukan kecuali bila sangat diperlukan, karena dapat menyebablkan infeksi
nosokomial Tujuan
1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan
menghindari kontaminasi.
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien
segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar.
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Observasi letak meatus uretra
2. Kaji adanya riwayat penyakit
genetalia. Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindaka.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan)
Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah
prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
Tahap Interaksi
Memberikan sampiran dan menjaga privacy
Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent, pria:posisi supine dan melepaskan
pakaian bawah
Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup bagian ekstremitas bawah dengan
selimut mandi sehingga hanya area perineal yang terpajan
Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastic yang telah disediakan
Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril. Jika
pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan KY jelly di dalam bak sterik. Jangan
menyentuh area steril
Gunakan sarung tangan steril
Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada ujung kateter
(dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki, Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien
Pada wanita, Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari
tengah tangan tidak dominan
Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-lahan hingga
ujung kateter.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukan
kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan
kateterisasi dihentikan.
Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak tumpah.
Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan. Lalu segera sambungkan kateter
dengan urine bag
Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang tertera pada label
spesifikasi kateter yang dipakai
Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi dengan
baik dalam vesika urinaria.
Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
Fiksasi kateter: Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen, Pada pasien wanita
kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
kimia
a) Derajad I
b) Derajad II
Dijumpai bulae.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
c) Derajad III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ- organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan. Tidak dijumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit
sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Kepala leher 9%
Genetalia 1%
D. BERAT RINGANNYA LUKA
minor
LB% x BB x 4 ml
Hasil dari Rumus baxter dibagi dua untuk 8 jam pertama selanjutnya 16 jam