Willy Firdaus 022001702054 - QUIZ 4 Manajemen SDM II (Perbaikan)
Willy Firdaus 022001702054 - QUIZ 4 Manajemen SDM II (Perbaikan)
“Dalam membuat produknya Nike cenderung melakukan invasi atau membuat pabrik
di negara-negara berkembang, untuk menghemat biaya produksinya, karena upah
tenaga kerja di negara-negara berkembang cenderung lebih murah dibandingkan
dengan upah kerja di negara maju.”.
Walaupun ingin membuat pabrik diluar negara asal tapi kualitas produk yang dibuat
harus sesuai dengan standar yang berlaku di Amerika alias negara asal Nike Inc
Staffing Policy dalam Manajemen SDM Global seperti Ethnocentric Approach yaitu
Posisi kunci hanya diisi /ditempati oleh mereka yang berkewarganegaraan sama
dengan perusahaan induk. Karna memang Nike di Indonesia hanya Manajer tingkat
menengah dan Supervisor yang berasal dari Korea atau Indonesia dan para pekerja
produksi semua berasal dari Indonesia, terutama wanita muda dalam kelompok usia
16-22, biasanya pekerja tersebut berasal dari pulau Jawa.
(http://abyadscreenprinting.com/sejarah-tentang-nike-dan-juga-perkembangannya-di-
indonesia/)
Dalam MSDM Global memang lebih luas fungsi yang harus ditangani, contoh: pajak,
gaji dalam mata uang asing, keluarga pekerjaan dan lain-lain, Jadi Manajer tingkat
menengah yang dicari oleh Nike adalah orang-orang yang memang mengerti hukum,
politik, ekonomi, dan budaya dari negara Indonesia atau negara tujuan lainnya tapi
pengambil keputusan akhir tetap yang berwewenang adalah Direktur dari Amerika
alias ekspatriat yang bekerja di Indonesia.
(https://www.academia.edu/34338336/MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_MANUSIA_MSDM_I
NTERNASIONAL_)
2. Unilever menetapkan standar yang harus dipenuhi oleh semua karyawan.Unilever
juga meminta setiap mitra bisnis pihak ketiga untuk mematuhi prinsip-prinsip bisnis
yang konsisten dengan prinsip-prinsip bisnis Unilever. Ketentuan ini diatur dalam dua
kebijakan Unilever yaitu Responsible Sourcing Policy yang mengatur mengenai tata
cara pemasokan dan Responsible Business Partner Policy yang mengatur hal-hal
berkaitan dengan program kepatuhan pihak ketiga kita.
Pelanggaran terhadap Pedoman atau Kebijakan Pedoman dapat mengakibatkan
konsekuensi yang sangat serius bagi Unilever dan bagi individu yang terlibat. Jika
melibatkan tindakan melawan hukum, konsekuensi dapat mencakup denda yang
signifikan bagi Unilever, hukuman penjara bagi para individu dan kerusakan reputasi
yang serius. (https://www.unilever.co.id/id/Images/cobp_indonesia_tcm1310-
494679_id.pdf).