Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN 2

INSTALASI PENERANGAN LISTRIK


( MATERI LANJUTAN PERTEMUAN I)

KELAS XII

MOHON DI BACA DAN DIPELAJARI SAJA


1. Pengujian Peralatan Listrik
Di negara kita semua peralatan listrik sebelum digunakan oleh konsumen
harus melalaui uji kelayakan. Menurut ayat 202 A2 semua peralatan listrik yang
akan dipergunakan instalasi harus memenuhi ketentuan PUIL. Di Indonesia
peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum Listrik Negara,
yaitu Lembaga Masalah Kelistrikan disingkat LMK.

Gambar 3. Tanda Persetujuan Pengujiam dari LMK


(Tim BMTI, 2013)

Peralatan listrik yang mutunya diawasi oleh LMK dan disetujui, diizinkan untuk
memakai tanda LMK. Bahan yang berselubung bahan termoplastik, misalnya
berselubung PVC, tanda ini dibuat timbul dan diletakan pada selubung luar kabel.
Lambang persetujuan ini dipasang pada kabel yang berselubung PVC, misalnya
kabel NYM. Sedangkan unruk kabel yang kcelil seperti NYA, lambang persetujuan
dari LMK berupa kartu.

B. Pemasangan Instalasi Listrik


Berdasarkan PUIL 2000 pekerjaan perencanaan pemasangan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi listrik di dalam atau di luar bangunan harus memenuhi
ketentuan yang berlaku, sehingga instalasi tersebut aman untuk digunakan sesuai dengan
maksud dan tujuan penggunaannya, mudah pelayanannya dan mudah pemeliharaannya.
Pelaksanaannya wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan bagi tenaga
kerjanya, sesuai dengan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diberi tanggung jawab atas semua pekerjaan : perancangan,
pemasangan, dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik harus ahli di bidang
kelistrikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain :
a. Yang bersangkutan harus sehat jasmani dan rohani;
b. Memahami peraturan ketenagalistrikan;
c. Memahami ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Menguasai pengetahuan dan keterampilan pekerjaannya dalam bidang instalasi
listrik;
e. Dan memiliki ijin bekerja dari instansi yang berwenang.

2. Tempat Kerja
Untuk pekerjaan perancangan bisa dilakukan dikantor, setelah mendapatkan data-
data alamat, gambar denah beserta ukuran-ukuran ruangannya. Namun untuk jenis
pekerjaan pemasangan dan pemeriksaan instalasi listrik dikerjakan di tempat
bangunan yang dipasang instalasi listrik tersebut. Tempat kerja pemasangan instalasi
listrik harus memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku. Disamping itu harus tersedia perkakas kerja,
perlengkapan keselamatan, perlengkapan pemadam api, perlengkapan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K), rambu-rambu kerja dan perlengkapan lainnya yang
diperlukan.
Bila menggunakan perlengkapan peralatan yang dapat menimbulkan kecelakaan
atau kebakaran, wajib dilakukan pengamanan yang optimal. Di tempat kerja
pemasangan instalasi listrik harus ada pengawas yang ahli di bidang ketenagalistrikan.
Untuk tempat kerja yang dapat mengganggu ketertiban umum, harus dipasang rambu
bahaya dan papan pemberitahuan yang menyebutkan dengan jelas pekerjaan
pekerjaan yang sedang berlangsung, serta bahaya yang mungkin timbul, dan harus
dilingkupi pagar dan diterangi lampu pada tempat yang pencahayaannya kurang.
3. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Listrik
Bila pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah selesai, maka pelaksana
pekerjaan pemasangan instalasi tersebut secara tertulis melaporkan kepada instansi
yang berwenang bahwa pekerjaan telah selesai dikerjakan dengan baik. Memenuhi
syarat proteksi dengan aturan yang berlaku dan siap untuk diperiksa/diuji. Hasil
pemeriksaan dan pengujian instalasi yang telah memenuhi standar juga dibuat secara
tertulis oleh pemeriksa/penguji instalasi listrik jika hasilnya belum memenuhi standar
yang berlaku, maka dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga sampai memenuhi
standar.
Pada waktu uji coba, semua peralatan listrik yang terpasang dan akan digunakan
terus dijalankan baik secara sendiri-sendiri ataupun serempak sesuai dengan
rencananya dan tujuan penggunaannya.
4. Wewenang dan Tanggung Jawab
Perancang suatu instalasi listrik bertanggung jawab terhadap ruangan instalasi
yang dibuatnya. Pelaksana instalasi listrik bertanggung jawab atas pemasangan
instalasi listrik sesuai dengan rancangan instalasi listrik yang telah disetujui oleh
instansi yang berwenang. Jika terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh karena
instalasi tersebut dirubah atau ditambah oleh pemakai listrik (konsumen/user), atau
pemasangan instalasi lain, maka pelaksana pemasangan instalasi listrik yang
terdahulu dibebaskan dari tanggung jawab.
Setiap pemakai listrik bertanggung jawab atas penggunaan yang aman, sesuai
dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut. Instansi yang berwenang
berhak memerintahkan penghentian seketika penggunaan instalasi listrik yang dapat
membahayakan keselamatan umum atau keselamatan kerja. Perintah tersebut harus
dibuat secara tertulis disertai dengan alasannya.

C. Instalasi Penerangan 3 Fasa


1. Acuan
Agar terselenggaranya segala bentuk instalasi yang baik dari berbagai seluk beluk
yang menyangkut keamanan instalasi, penempatan instalasi dan juga perlengkapan
serta bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, maka sangat penting suatu acuan guna
mendapat apa yang diinginkan dimana acuan tersebut dapat berupa:
a. Gambar -gambar simbol instalasi listrik.
b. Cara penyambungan penghantar kedalam suatu komponen instalasi listrik.
c. Pengenalan kode, tanda uji, warna dan segala bentuk penandaan suatu komponen
listrik.
d. Mengerti fungsi masing- masing komponen alat ukur yang digunakan.
e. Mengerti mengenai perbedaan perhitungan dengan pengukuran.
Hal tersebut diatas tidak terlepas dari tujuan, standarisasi instalasi listrik yang
berfungsi untuk keseragaman dalam bentuk atau ukuran, menggambar, cara kerja dan
juga mutu bahan. Bahkan dalam peraturan instalasi listrik yang baik dan benar
mengenai peralatan, kesalahan manusia dan gedung di aplikasikan pada tempat yang
sebenarnya, disana juga dituntut bahwa instalasi penerangan harus memenuhi prinsip-
prinsip dasar, yaitu :
a. Keandalan.
b. Ketertiban.
c. Ketersediaan.
d. Keindahan.
e. Keamanan.
f. Ekonomis.
2. Syarat-Syarat Instalasi Listrik
a. Syarat ekonomis
Instalsi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari
instalasi itu, ongkos pemasangan dan ongkos pemeliharaannya semurah mungkin.
b. Syarat keamanan
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa
manusia dan terjaminnya peralatan dan benda-benda di sekitarnya dari kerusakan
akibat adanya gangguan seperti hubung pendek, beban lebih, tegangan lebih dan
sebagainya.
c. Syarat keandalan
Kelangsungan pemberian / pengaliran arus listrik kepada konsumen harus
terjamin secara baik.

3. Ketentuan rancangan instalasi listrik


Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik.
Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca dan dipahami
oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku.
Rancangan instalasi listrik terdiri dari :
1. Gambar situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau bangunan tempat
instalasi tersebut akan dipasang dan rancangan penyambungannya dengan sumber
tenaga listrik.
2. Gambar instalasi yang meliputi:
a. Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak perlengkapan listrik
beserta sarana kendalinya (pelayanannya), seperti titik lampu, kotak kontak,
sakelar, motor listrik, PHB dan lain-lain.
b. Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan gawai pengendalinya seperti
hubungan lampu dengan sakelarnya, motor dengan pengasutnya, dan dengan
gawai pengatur kecepatannya, yang merupakan bagian dari sirkit akhir atau
cabang sirkit akhir.
c. Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dalam butir b) dan PHB
yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang jelas
mengenai hubungan tersebut.
d. Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan listrik.
3. Diagram garis tunggal, yang meliputi :
a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
pengenal komponennya;
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya;
c. Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18;
d. Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.
4. Gambar rinci yang meliputi :
a. Perkiraan ukuran fisik PHB;
b. Cara pemasangan perlengkapan listrik;
c. Cara pemasangan kabel;
d. Cara kerja instalasi kendali.
e. Catatan gambar rinci dapat juga diganti dan atau dilengkapi dengan keterangan
atau uraian.
5. Perhitungan teknis bila dianggap perlu, yang meliputi antara lain :
a. Susut tegangan;
b. Perbaikan faktor daya;
c. Beban terpasang dan kebutuhan maksimum;
d. Arus hubung pendek dan daya hubung pendek;
e. Tingkat penerangan.
6. Tabel bahan instalasi, yang meliputi :
a. Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan perlengkapan;
b. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu;
c. Jumlah dan jenis PHB;
d. Jumlah dan jenis luminer lampu.
7. Uraian teknis, yang meliputi :
a. Ketentuan tentang sistem proteksi dengan mengacu kepada 3.17;
b. Ketentuan teknis perlengkapan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya;
c. Cara pengujian;
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
8. Perkiraan biaya

4. Ketentuan Warna Kabel


a. Ketentuan umum
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar
yang tercantum dalam pasal ini berlaku untuk semua instalasi tetap atau sementara,
termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik. Hal ini diperlukan untuk
mendapatkan kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau
warna loreng yang digunakan untuk mengenal penghantar, guna keseragaman dan
mempertinggi keamanan.
b. Penggunaan warna loreng hijau-kuning
Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai
penghantar pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar yang
menghubungkan ikatan penyama potensial ke bumi.
c. Penggunaan warna biru
Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat tengah,
pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan kesalahan,
warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya.
Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi listrik
tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah. Warna biru tidak
boleh digunakan untuk menandai penghantar pembumian.
d. Penggunaan warna untuk pengawatan dengan kabel berinti tunggal
Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar hanya
digunakan satu warna, khususnya warna hitam, selama tidak bertentangan dengan
7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila dalam pembuatan dan pemeliharaan perlengkapan tersebut,
dianggap perlu menggunakan lebih dari satu warna, maka penggunaan warna lain
dan warna loreng lain tidak dilarang.
Jika diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi bagian
pengawatan secara terpisah, dianjurkan mendahulukan pemakaian warna coklat.
e. Pengenal untuk inti atau rel
Sebagai pengenal untuk inti atau rel digunakan warna, lambang, atau huruf
seperti tersebut dalam Tabel 7.2-1. Untuk kabel berisolasi polyethylene selanjutnya
disingkat PE, polyvinyl chloride selanjutnya disingkat PVC, dan cross linked
polyethylene selanjutnya disingkat XLPE yang bertegangan pengenal lebih dari
1000 V, pengenal tersebut di atas tidak diharuskan.
f. Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal
Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral, kawat
tengah, atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang terlihat
(bagian yang dikupas selubungnya) dibalut dengan pembalut berwarna yang dibuat
khusus untuk itu, atau dengan cara lain yang memenuhi Tabel 2.

Tabel 2. Pengenal inti atau rel

Sumber : PUIL 2000

g. Warna selubung kabel


Warna selubung kabel berselubung untuk instalasi tetap ditentukan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Warna selubung kabel berselubung PVC dan PE untuk instalasi.

(PUIL, 2000)

5. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) Penghantar


Kemampuan hantar arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang diijinkan dan
sejumlah panas yang dipindahkan.Kemampuan hantar arus dari suatu penghantar yang
berbeda-beda tergantung dari spesifikasi penghantar yang ada. Penghantar sirkit akhir
yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125 % arus
pengenal beban penuh. Disamping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan penghantar
yang cukup ukurannya
6. Menentukan Penampang Penghantar
Luas penampang dan jenis penghantar yang dipasang dalam suatu instalasi
ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Kemampuan hantar arus
b. Kondisi suhu
c. Susut tegangan
d. Sifat lingkungan
e. Kemungkinan perluasan
Semua penghantar harus mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan arus
yang mengalir melaluinya, yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk penghantar netral mempunyai KHA sebagai berikut:
a. Penghantar netral saluran dua kawat harus mempunyai KHA sama dengan
penghantar fasa (PUIL 2000 ayat 3.16.2.2 hal 77).
b. Penghantar netral saluran banyak harus mempunyai KHA sesuai dengan arus
maksimum yang mungkin timbul dalam keadaan tidak seimbang yang normal
(PUIL 2000 ayat 4.2.2.2.3 hal 109).
Bila saluran fasa banyak melayani sebagian besar dari beban diantara penghantar
fasa dan netral, maka penampang dari penghantar netral harus tidak kurang dari ½
penampang fasa bila penghantar fasa mempunyai penampang sama atau lebih dari 25
mm2.
7. Pembumian
Beradasarkan PUIL, sistem pembumian mencakup sistem tenaga listrik TN, TT,
dan IT. Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT
(Bagian Konduktif Terbuka) instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar
proteksi.
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar
proteksi yaitu sebagai berikut :
1. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh sistem
(lihat Gambar 4).
2. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di sebagian sistem (lihat Gambar 5).
3. Sistem TN-C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal di seluruh sistem (lihat Gambar 6).

Gambar 4. Pembumian Sistem TN-S


(PUIL, 2000)
Gambar 5. Pembumian Sistem TN-C-S
Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem
(PUIL, 2000)

Gambar 6. Pembumian Sistem TN-C


Fungsi netral dan proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh sistem
Sumber : PUIL 2000

Sistem tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dibumikan langsung. BKT instalasi
dihubungkan ke elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem
tenaga listrik (lihat gambar 7).

Gambar 7. Pembumian Sistem TT


(PUIL, 2000)
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau
satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan
secara independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem (lihat gambar 8).

Gambar 8. Pembumian Sistem IT


(PUIL, 2000)

a. Tujuan Pembumian
Tujuan dari Pembumian adalah sebagai pengaman dari kejut listrik dan
kerusakan alat yang disebabkan karena rusaknya isolasi.
b. Penghantar Pembumian
Penghantar Pembumian harus sesuai dengan PUIL terutama berkenaan
dengan: bahan dan tipe konduktor, dan ukuran konduktor
Sebagai tambahan, penghantar pembumian adalah tembaga dan alumunium.
Pemasangan penghantar juga dapat dilihat pada PUIL.
c. Elektrode Bumi
Elektrode Bumi dijelaskan pada PUIL. Pemasangannya harus dapat dilihat
untuk pengujian penglihatan dan harus sesuai PUIL juga dalam hal metode
pemasangan dan pengamanannya.
d. Resistansi Penghantar Pembumian
Untuk menjainin bekerjanya peralatan pengaman dengan baik maka resistansi
pembumiannya harus kurang dari 2 .

2 Ohm

12 12

PHB
2 Ohm

Gambar 9. Resistansi Penghantar Pembumian


(PUIL, 2000)

Anda mungkin juga menyukai