210 415 1 SM PDF
210 415 1 SM PDF
Penanganan sialolitiasis
Hatta Hasan S
Bagian Bedah Mulut
Fakultas kedokteran gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia
ABSTRACT
The health of layer of oral mucosa and pharynx with mastication and respiration function
in the lower phase depend on the adequate flow of saliva. However, the obstruction of
salivary gland can cause pain and inconvenience to the patient. A 44 year-old male
patient came with pain on bottom part of his tongue. On palpation and an x-ray
diagnosed as sialolitiasis. An incision was made followed by the removal of sialolith and
suturing. This sialolith has a diameter of 1.5 centimetres. Post-surgical control was
carried out check the bleeding and operation condition. The patient was prescribed with
analgesic, antibiotic, and antiinflamation. After several controls, the patient has no more
complaint.
Key words: Anatomy of salivary gland, sialolithiasis, surgically removal, management of
sialolithiasis.
ABSTRAK
Kesehatan lapisan mokosa mulut dan faring, serta fungsi pengunyahan dan pernapasan
dalam tingkatan yang lebih rendah tergantung pada cukupnya aliran saliva. Namun
dengan adanya penyumbatan pada kelenjar saliva tersebut, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta rasa nyeri pada penderita. Seorang penderita laki-laki berusia 42
tahun datang dengan keluhan sering merasakan nyeri pada lidah bagian bawah. Setelah
diperiksa dengan perabaan serta dilakukan foto ronsen, didiagnosis adanya sialolith atau
batu kelenjar ludah. Pengangkatan dilakukan dengan cara insisi kemudian sialolith
tersebut dikeluarkan dan dilakukan penjahitan. Batu yang dikeluarkan memiliki diameter
kurang lebih 1,5 cm. Selanjutnya dilakukan evaluasi pascaoperasi untuk mengontrol
perdarahan serta keadaan luka operasi. Pascaperawatan, pasien diberi obat-obatan seperti
analgesik, antiinflamasi dan antibiotik. Setelah beberapa kali kontrol, pasien sudah
merasa nyaman dan tidak ada keluhan lagi.
Kata kunci: Anatomi kelenjar saliva, sialolitiasis, pengangkatan secara bedah,
penanganan sialolitiasis
Koresponden: Hatta Hasan S, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, Jl. Kandea No.5, Makassar, Indonesia.
Gambar 1. Gambaran radiografi foto panoramik Gambar 2. Letak batu sialolit pada dasar lidah
Gambar 3. Batu sialolit yang berhasil diangkat Gambar 4. Bekas operasi 1 bulan pascaoperasi
ini bisa juga terbentuk pada kelenjar saliva minor.4 pascaoperasi untuk mengontrol perdarahan serta
Bentuk batu sangat bervariasi baik dari segi keadaan luka operasi. Pada kondisi paascaoperasi
ukuran, bentuk, dan kemampuannya hanyut ke ini pasien dianjurkan untuk makan makanan lunak
dalam lumen atau menempel pada dinding serta diberikan obat-obatan seperti analgesik,
5
duktus. Rasa sakit timbul akibat adanya trauma antiinflamasi dan antibiotik. Setelah beberapa kali
pada duktus dan makanan yang merangsang kontrol, pasien sudah merasa nyaman dan tidak
sekresi saliva. Kemungkinan lain yang bisa terjadi ada keluhan lagi.
akibat obstruksi saluran ini bisa mengarah ke
infeksi, rasa sakit, dan luka pada kelenjar.3 SIMPULAN
Penanganan sialolitiasis ini adalah apabila Rongga mulut bisa menghasilkan sekitar
batu sialolit kecil ini bisa dilakukan pemijatan 1000-1500 ml saliva setiap hari. Sifat sekresi dari
pada kelenjar untuk mengusahkan batu mengarah kelenjar meneyebabkan kelenjar ini sangat rentan
ke saluran duktus dan bila batu sialoitnya besar, terhadap berbagai hal yang dapat menghambat
penanganan yang dipilih adalah pengeluaran batu aliran saliva secara normal. Satu diantaranya
4,6
secara operasi. Ada metode baru dalam adalah penyumbatan akibat terbentuknya batu
menangani batu sialolit yang dikenal dengan ludah atau sialolit. Batu sialolit ini terbentuk dari
salivary gland endoscopy, tetapi karena deposit kalsium. Batu ludah ini paling sering
keterbatasan fasilitas pada rumah sakit, maka yang ditemukan pada duktus kelenjar submandibularis.
dilakukan pada penanganan kasus ini adalah Laki-laki lebih sering mengalaminya dibanding
metode biasa. perempuan. Penanganan yang dilakukan adalah
Pada kasus ini sialolit ditemukan pada dasar pemijatan. Akan tetapi penanganan utama adalah
lidah. Perawatan yang dipilih adalah dengan pengangkatan batu sialolit dengan jalan
pengangkatan batu sialolit dengan jalan operasi. operasi. Dengan pengeluaran batu sialolit ini
Prosedur operasi ditempuh karena batu sialolit pasien merasa nyaman karena tidak ada lagi rasa
tersebut dianggap besar dan memberikan rasa sakit yang mengganggu.
nyeri pada pasien. Pengangkatan dilakukan
dengan cara insisi, dengan bentuk insisi semilunar,
DAFTAR PUSTAKA
1. Gordon WP. Buku ajar praktis bedah mulut.
kemudian batu sialolit tersebut dikeluarkan Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno. Editor:
dengan penjepit. Batu yang dikeluarkan memiliki Juwono L. Jakarta: EGC, 1996. p.279-90.
diameter kurang lebih 1,5 cm. Setelah 2. Harry D, Orret EO. Minor oral surgery.
pengeluaran, dilakukan penjahitan atau suturing. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001.
p.282-3.
Tujuan utama dari dental suturing adalah untuk
3. Cawson RA, Odell EW, Porter S. Cawson’s
menempatkan dan menutup flap pembedahan, essentials of oral pathology and oral medicine.
guna meningkatkan penyembuhan yang optimal.7 7th ed. Japan: Churchill Livingstone; 2002.
Selanjutnya, salep topikal diaplikasikan pada p.255-7.
daerah penjahitan. Fungsi dari salep topikal ini 4. Brad WN, Dounglas D, Carl MA, Jerry EB.
Oral and maxillofacial pathology, 2nd ed.
adalah menjaga kelembaban lingkungan lokal
China: W.B. Saunders; 2002. p.393-5.
hingga merangsang pengangkatan debris dan 5. Yu CQ, Yang C, Zheng LY, Zhang J, Yun B.
kotoran dan menjamin perbaikan dan repitelisasi Selective management of obstructive
yang optimal.8 Selanjutnya pengontrolan submandibular sialadenitis. Br J Oral
Hatta Hasan: Penanganan sialolitiasis 39
Maxillofac Surg. [serial on line] 2007; 46: dental suturing for optimal soft-tissue
46-9. Available from: http://www. management. Available from: http://www.
sciencedirect.com. Diakses 13 Januari 2009. compendiumlive.com./pdf/2005/Maret. p.163-
6. Ewersole LR. Clinical outline of oral 4. Diakses 13 Januari 2009
pathology: diagnosis and teratmen. 3rd ed. 8. Alam M. Basic excisional surgery. Available
London: BC Decker Inc; 2002.p.197-8. from: http://www.emedicine.mediscape.com/
7. Silverstein LH, Kurtzman GM. A.review of article. Diakses 13 Januari 2009.