Anda di halaman 1dari 5

Hatta Hasan: Penanganan sialolitiasis 35

Penanganan sialolitiasis

Hatta Hasan S
Bagian Bedah Mulut
Fakultas kedokteran gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia

ABSTRACT
The health of layer of oral mucosa and pharynx with mastication and respiration function
in the lower phase depend on the adequate flow of saliva. However, the obstruction of
salivary gland can cause pain and inconvenience to the patient. A 44 year-old male
patient came with pain on bottom part of his tongue. On palpation and an x-ray
diagnosed as sialolitiasis. An incision was made followed by the removal of sialolith and
suturing. This sialolith has a diameter of 1.5 centimetres. Post-surgical control was
carried out check the bleeding and operation condition. The patient was prescribed with
analgesic, antibiotic, and antiinflamation. After several controls, the patient has no more
complaint.
Key words: Anatomy of salivary gland, sialolithiasis, surgically removal, management of
sialolithiasis.

ABSTRAK
Kesehatan lapisan mokosa mulut dan faring, serta fungsi pengunyahan dan pernapasan
dalam tingkatan yang lebih rendah tergantung pada cukupnya aliran saliva. Namun
dengan adanya penyumbatan pada kelenjar saliva tersebut, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan serta rasa nyeri pada penderita. Seorang penderita laki-laki berusia 42
tahun datang dengan keluhan sering merasakan nyeri pada lidah bagian bawah. Setelah
diperiksa dengan perabaan serta dilakukan foto ronsen, didiagnosis adanya sialolith atau
batu kelenjar ludah. Pengangkatan dilakukan dengan cara insisi kemudian sialolith
tersebut dikeluarkan dan dilakukan penjahitan. Batu yang dikeluarkan memiliki diameter
kurang lebih 1,5 cm. Selanjutnya dilakukan evaluasi pascaoperasi untuk mengontrol
perdarahan serta keadaan luka operasi. Pascaperawatan, pasien diberi obat-obatan seperti
analgesik, antiinflamasi dan antibiotik. Setelah beberapa kali kontrol, pasien sudah
merasa nyaman dan tidak ada keluhan lagi.
Kata kunci: Anatomi kelenjar saliva, sialolitiasis, pengangkatan secara bedah,
penanganan sialolitiasis

Koresponden: Hatta Hasan S, Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, Jl. Kandea No.5, Makassar, Indonesia.

PENDAHULUAN mayor, yaitu kelenjar parotidea, sublingualis, dan


Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh submandibularis, dan sejumlah kelenjar minor
1.000 hingga 1.500 ml saliva. Kesehatan lapisan pada mukosa dan submukosa bibir, palatum, dan
mukosa mulut dan faring serta fungsi lidah.
pengunyahan pernapasan dalam tingkatan yang Kelenjar saliva merupakan sasaran dari
lebih rendah, bergantung pada cukupnya aliran keadaan-keadaan yang ditimbulkan oleh
saliva. Saliva berasal dari 3 pasang kelenjar saliva penyumbatan, infeksi, trauma, dan neoplasia.
36 Dentofasial, Vol.8, No1.1, April 2009:35-39

Kebanyakan diagnosis awal kelainan kelenjar Kelenjar sublingualis menempati rongga


saliva dideteksi oleh dokter gigi umum dan sublingual bagian anterior dan karena itu hampir
perawatannya dilakukan oleh spesialis bedah. memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis
Kelenjar saliva dapat dibedakan atas kelenjar memasuki ongga mulut melalui sejumlah muara
parotidea, kelenjar submandibularis, kelenjar yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu
lingualis, dan kelenjar assesorius. suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut
Kelenjar parotidea terletak pada bagian samping, yang menunjukkan alur dari ductus
di atas m. masseter. Bagian inferior menempel submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu
pada m. sternocleidomastoideus, dan pada bagian ductus bartholin) yang berhubungan dengan
posterior, kelenjar ini terletak di atas venter ductus mandibularis.
posterior m. digastricus. Kelenjar ini dipisahkan Kelenjar saliva minor terletak dalam jumlah
dari kelenjar submandibularis oleh ligamentum besar pada submukosa/mukosa bibir,
stylomandibularis, sedangkan bagian dalam, yaitu permukaan lidah bagian bawah, bagian posterior
perluasan retromandibular berhubungan dengan palatum durum dan mukosa bukal.1 Pengetahuan
rongga parafaringeal. Cabang dari terminal n. atau pengenalan lokasi kelenjar minor ini
facialis berjalan di dalam substansi kelenjar dibutuhkan karena banyak proses penyakit
tersebut. Ductus paroticus, misalnya ductus yang terdapat di kelenjar mayor juga mengenai
stensen, dengan panjang 5 sampai 6 cm, bermula kelenjar assesorius ini. Kemungkinan terjadinya
dari aspek anterior kelenjar, melintasi m. masseter, penyakit kelenjar saliva memberikan diagnosis
menembus m. buccinator, dan memasuki rongga alternatif untuk patologis yang terhadap pada
mulut pada regio molar pertama atau molar kedua regio ini.2
rahang atas. Salah satu kelainan yang bisa terjadi adalah
Kelenjar submandibularis terletak di bawah obstruksi pada kelenjar saliva, misalnya sialolit.
corpus mandibulae dan menempati segitiga yang Sialolit ini umumnya berasal dari adanya deposit
dibentuk oleh venter posterior dan anterior mm. kalsium dan memberikan rasa tidak nyaman
digastrici. Bagian tengah berhubungan dengan m. pada penderita.3 Kurang lebih 80% sialolitiasis ini
styloglossus dan m. hyoglosus. Otot berasal ddari kelenjar submandibula, 6% pada
mylohyoideus yang membatasi rongga sublingual kelenjar parotid dan 2% terjadi pada kelenjar
dan submandibular, merupakan batas superior sublingualis dan kelenjar minor. Sialolitiasis
kelenjar submandibularis. Duktusnya keluar dari kebanyakan terjadi pada orang dewasa, yaitu
perluasan kelenjar submandibularis yang melintasi insidennya pada laki-laki lebih sering dari
batas posterior dari m. mylohyoideus dan pada perempuan. Rasa sakit biasanya timbul
memasuki rongga atau ruang sub lingual. Ductus ketika ada makanan yang sangat merangsang
wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm, sekresi saliva.3
melintas di bagian anterior dan berakhir dalam Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini
lubang saluran di dasar mulut, tepat di samping adalah memaparkan pasien dengan diagnosis
frenulum lingualis. Nervus lingualis terletak sialolitiasis yang penanganannya dilakukan
superolateral dari ductus pada regio molar dengan cara pengangkatan batu sialolit, dan
posterior, dan aspek medial dari ductus pada regio kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat
anterior. secara oral.
Hatta Hasan: Penanganan sialolitiasis 37

Gambar 1. Gambaran radiografi foto panoramik Gambar 2. Letak batu sialolit pada dasar lidah

Gambar 3. Batu sialolit yang berhasil diangkat Gambar 4. Bekas operasi 1 bulan pascaoperasi

LAPORAN KASUS insisi (Gambar 3). Setelah dilakukan


Seorang penderita laki-laki, umur 42 tahun pengangkatan batu, bekas insisi kemudian
datang dengan keluhan sakit pada bagian bawah dijahit. Pasien diberi obat analgesik,
lidah. Dari pemeriksaan intra oral ditemukan antiinflamasi, dan antibiotik, serta dilakukan
adanya penonjolan pada daerah submadibula kiri kontrol pendarahan.
rahang bawah. Dari hasil foto panoramik, Kontrol dilakukan satu hari, satu minggu, dan
ditemukan ada bulatan berwarna opak dan satu bulan pascaoperasi (Gambar 4) yang nyaris
didiagnosis sebagai batu ludah atau sialolitiasis tidak berbekas.
(Gambar 1).
Prosedur operasi pengangkatan batu ludah PEMBAHASAN
atau sialolitiasis berlangsung dalam beberapa Sialolit adalah suatu kalsifikasi yang
tahap, diawali dengan pembuatan foto panoramik berkembang pada sistem saluran saliva. Sialolit ini
dan pemeriksaan laboratorium mengenai keadaan diyakini berasal dari deposisi garam kalsium.
penderita. Selanjutnya penderita dianestesi dengan Diagnosis batu kelenjar saliva mudah dilakukan
anestesi umum, lalu dilakukan asepsis pada daerah bila terletak di distal, bagian rongga mulut dari
operasi (Gambar 2). duktus. Sialolit bisa ditemukan pada duktus
Setelah kondisi anestesi tercapai, mandibularis di dasar mulut, bisa dilihat atau
pengangkatan batu ludah dilakukan dengan jalan diraba, ataupun difoto secara radiografis. Sialolit
38 Dentofasial, Vol.8, No1.1, April 2009:35-39

ini bisa juga terbentuk pada kelenjar saliva minor.4 pascaoperasi untuk mengontrol perdarahan serta
Bentuk batu sangat bervariasi baik dari segi keadaan luka operasi. Pada kondisi paascaoperasi
ukuran, bentuk, dan kemampuannya hanyut ke ini pasien dianjurkan untuk makan makanan lunak
dalam lumen atau menempel pada dinding serta diberikan obat-obatan seperti analgesik,
5
duktus. Rasa sakit timbul akibat adanya trauma antiinflamasi dan antibiotik. Setelah beberapa kali
pada duktus dan makanan yang merangsang kontrol, pasien sudah merasa nyaman dan tidak
sekresi saliva. Kemungkinan lain yang bisa terjadi ada keluhan lagi.
akibat obstruksi saluran ini bisa mengarah ke
infeksi, rasa sakit, dan luka pada kelenjar.3 SIMPULAN
Penanganan sialolitiasis ini adalah apabila Rongga mulut bisa menghasilkan sekitar
batu sialolit kecil ini bisa dilakukan pemijatan 1000-1500 ml saliva setiap hari. Sifat sekresi dari
pada kelenjar untuk mengusahkan batu mengarah kelenjar meneyebabkan kelenjar ini sangat rentan
ke saluran duktus dan bila batu sialoitnya besar, terhadap berbagai hal yang dapat menghambat
penanganan yang dipilih adalah pengeluaran batu aliran saliva secara normal. Satu diantaranya
4,6
secara operasi. Ada metode baru dalam adalah penyumbatan akibat terbentuknya batu
menangani batu sialolit yang dikenal dengan ludah atau sialolit. Batu sialolit ini terbentuk dari
salivary gland endoscopy, tetapi karena deposit kalsium. Batu ludah ini paling sering
keterbatasan fasilitas pada rumah sakit, maka yang ditemukan pada duktus kelenjar submandibularis.
dilakukan pada penanganan kasus ini adalah Laki-laki lebih sering mengalaminya dibanding
metode biasa. perempuan. Penanganan yang dilakukan adalah
Pada kasus ini sialolit ditemukan pada dasar pemijatan. Akan tetapi penanganan utama adalah
lidah. Perawatan yang dipilih adalah dengan pengangkatan batu sialolit dengan jalan
pengangkatan batu sialolit dengan jalan operasi. operasi. Dengan pengeluaran batu sialolit ini
Prosedur operasi ditempuh karena batu sialolit pasien merasa nyaman karena tidak ada lagi rasa
tersebut dianggap besar dan memberikan rasa sakit yang mengganggu.
nyeri pada pasien. Pengangkatan dilakukan
dengan cara insisi, dengan bentuk insisi semilunar,
DAFTAR PUSTAKA
1. Gordon WP. Buku ajar praktis bedah mulut.
kemudian batu sialolit tersebut dikeluarkan Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno. Editor:
dengan penjepit. Batu yang dikeluarkan memiliki Juwono L. Jakarta: EGC, 1996. p.279-90.
diameter kurang lebih 1,5 cm. Setelah 2. Harry D, Orret EO. Minor oral surgery.
pengeluaran, dilakukan penjahitan atau suturing. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001.
p.282-3.
Tujuan utama dari dental suturing adalah untuk
3. Cawson RA, Odell EW, Porter S. Cawson’s
menempatkan dan menutup flap pembedahan, essentials of oral pathology and oral medicine.
guna meningkatkan penyembuhan yang optimal.7 7th ed. Japan: Churchill Livingstone; 2002.
Selanjutnya, salep topikal diaplikasikan pada p.255-7.
daerah penjahitan. Fungsi dari salep topikal ini 4. Brad WN, Dounglas D, Carl MA, Jerry EB.
Oral and maxillofacial pathology, 2nd ed.
adalah menjaga kelembaban lingkungan lokal
China: W.B. Saunders; 2002. p.393-5.
hingga merangsang pengangkatan debris dan 5. Yu CQ, Yang C, Zheng LY, Zhang J, Yun B.
kotoran dan menjamin perbaikan dan repitelisasi Selective management of obstructive
yang optimal.8 Selanjutnya pengontrolan submandibular sialadenitis. Br J Oral
Hatta Hasan: Penanganan sialolitiasis 39

Maxillofac Surg. [serial on line] 2007; 46: dental suturing for optimal soft-tissue
46-9. Available from: http://www. management. Available from: http://www.
sciencedirect.com. Diakses 13 Januari 2009. compendiumlive.com./pdf/2005/Maret. p.163-
6. Ewersole LR. Clinical outline of oral 4. Diakses 13 Januari 2009
pathology: diagnosis and teratmen. 3rd ed. 8. Alam M. Basic excisional surgery. Available
London: BC Decker Inc; 2002.p.197-8. from: http://www.emedicine.mediscape.com/
7. Silverstein LH, Kurtzman GM. A.review of article. Diakses 13 Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai