Pengaruh Getah Gedebog Pisang sebagai Antibiotik untuk Resistensi MRSA
terhadap Bisul
Resistensi antimikroba (AMR) menjadi salah satu tantangan kesehatan
terbesar di berbagai bagian dunia saat ini. Persoalan resistensi antimikroba menjadi topik yang gencar diteliti karena angka kematian akibat resistensi antimikroba ini. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat diakui secara luas sebagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya kekebalan terhadap antibiotik. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi, mengubah reseptor titik tangkap antibiotik, mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri, antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri, dan antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel. Angka kematian akibat Resistensi Antimikroba sampai tahun 2014 sebesar 700.000 per tahun. Dengan semakin cepatnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri, diperkirakan pada tahun 2050, kematian akibat AMR lebih besar dibanding kematian yang diakibatkan oleh kanker, yakni mencapai 10 juta jiwa. Tentu saja hal tersebut sangat memprihatinkan. Di lihat dari faktor pemicunya yang sebenarnya dimulai dari hal-hal kecil seperti penggunaan antibiotik yang tidak benar. Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi memicu meningkatnya permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), VancomycinResistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis (Guzman- Blanco et al. 2000; Stevenson et al. 2005). Bakteri resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Resistensi animikroba yang umum saat ini salah satunya adalah methicillin- resistant S. aureus (MRSA) yaitu strain S. aureus yang kebal terhadap antibiotik, termasuk methicillin dan antibiotik lainnya yang umum digunakan seperti oxacillin, penicillin, amoxicillin dan cephalosporin. Hal ini membuat pemberian antibiotik terhadap bakteri yang resisten harus diperhatikan. Salah satu penyakit yang umum disebabkan oleh MRSA ini adalah bisul. Bisul adalah tonjolan yang berisi nanah akibat dari infeksi bakteri yang menyebabkan inflamasi pada folikel rambut atau jaringan subkutan dan sekitarnya. Karena penyakit ini sangat umum, kebiasaan penggunaan antibiotik yang salah oleh masyarakat semakin meningkatkan resiko resistensi antimikroba. Dari permasalahan tersebut, diperlukan antibiotik yang bukan merupakan methicillin sebagai alternatif pengobatan bisul. Antibakteri adalah obat pembasmi mikroba terutama mikroba yang merugikan manusia. Mekanisme kerjanya, antimikroba 40 ada yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba yang dikenal dengan aktivitas bakteriostatik dan ada yang membunuh mikroba yang dikenal dengan aktivitas bakterisida. Antimikroba memiliki aktivitas tertentu dan dapat meningkat dari aktivitas bakteriostatik menjadi aktivitas bakterisida bila kadar antimikroba meningkat (Ganiswarna, 1995). Kesehatan dapat diperoleh dengan pola hidup sehat dan mencegah atau mengobati penyakit dengan obat-obatan berbahan dasar alam yang tidak membutuhkan biaya mahal (Suharto, 2012). Dalam perkembangannya, belum banyak yang mengangkat tanaman obat sebagai salah satu alternatif permasalahan ini. Tanaman obat diketahui potensial dikembangkan lebih lanjut pada penyakit infeksi, namun masih banyak yang belum dibuktikan aktivitasnya secara ilmiah. Beberapa tanaman memiliki sifat antibiotik alami untuk beberapa strain 39 bakteri, seperti ekstrak daun Senna podocarpa, Musa paradisaca (pohon pisang), Allium sativum Linn (bawang putih) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pisang (Musa) adalah genus tanaman dari keluarga musaceae dan ordo Zingiberales (Arvanitoyannis & Mavromatis 2009). Pisang di dunia dapat dipanen sepanjang tahun serta berperan utama dalam kehidupan dan budaya berjuta-juta orang di daerah tropis dan subtropis (Arias dkk, 2003). Pisang tumbuh di semua wilayah tropis dan memainkan peran kunci dalam perekonomian banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Batang pisang merupakan salah satu komponen penting pada pohon pisang. Batang pisang atau yang sering disebut gedebog sebenarnya bukan batang melainkan batang semu yang terdiri dari pelepah yang berlapis menjulang menguat dari bawah keatas sehingga dapat menopang daun dan buah pisang. Batang pisang mengandung lebih dari 80% air dan memiliki kandungan selulosa dan glukosa yang tinggi sehingga sering dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak dan sebagai media tanam untuk tanaman lain (James, 1952). Di dalam gedebong pisang terkandung getah yang menyimpan banyak maanfaat, yang salah satunya digunakan di dalam dunia medis. Getah pisang mengandung saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu, terdapat pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka. Getah gedebong pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada getah batang pisang bersifat antiseptik, Getah pisang mengandung saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu, terdapat pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka. Getah gedebong pisang bersifat mendinginkan. Menurut Building Material and Technology Promotion Council, komposisi kimia serat pisang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Dari paparan-paparan di atas, dapat
menjadi perhatian bahwa getah gedebong pisang dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan bisul, yang diketahui penyebab utamanya yaitu bakteri Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Cara pengaplikasian yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan membuat gel dari getah gedebong pisang. Karena komposisi serat yang terkandung dalam gedebong pisang menunjukkan kandungan selulosa yang memungkinkan untuk terserap di kulit dengan lebih mudah. Walaupun tanaman pisang di Indonesia sangat umum ditemukan, belum menunjukkan banyaknya pemanfaatan tanaman pisang itu sendiri, selain dari bidang pangan. Melimpahnya bahan ini juga akan sangat bermanfaat bagi perekonomian apabila juga dikembangkan sektor baru selain pangan yaitu alternatif pengobatan. Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) ini dapat ditekan dengan hadirnya tanaman obat sebagai alternatif baru. Alternatif baru ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat selain karena murah juga mudah didapatkan. Namun, tentu penggunaan antibiotik harus tepat agar tidak meningkatkan resiko meningkatnya Resistensi antimikroba (AMR).