HUJAN ASAM
OLEH:
NIM : 182381221
JURUSAN : KEHUTANAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam, mengetahui tentang proses
terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah hujan asam pertama kali dicetuskan oleh Robert Angus Smith pada tahun
1872. Dia menemukan hujan asam di kota Manchester, Inggris, yang menjadi kota
penting dalam Revolusi Industri. Robert Angus Smith menemukan hubungan
antara hujan asam dengan pencemaran udara 20 tahun sebelumnya, yaitu pada
tahun 1852. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kehancuran
alam dan kehidupan manusia. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada
bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17.Hal ini diketahui dari
buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the
Air“.Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or
salino-sulforus spiris“.Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar
awal abad ke 18 memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai
sumber utama energi untuk mesin-mesin.Sebagai akibatnya, tingkat emisi
precursor (faktor penyebab) dari hujan asam yakni gas-gas SO2, NOX dan HCl
meningkat.Padahal biasanya precursor hanya berasal dari gas-gas gunung berapi
dan kebakaran hutan.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun
1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika
Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang
rusak.Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui
bidang ilmu pengetahuan maupun teknis.
Hujan asam adalah segala jenis hujan yang memiliki pH dibawah 5,6. Hujan
yang dimaksud disini bukan hanya hujan yang turun sebagai butiran air saja tetapi
dapat berupa salju maupun kabut. Istilah hujan asam juga digunakan sebagai istilah
umum untuk mendeskripsikan semua material asam baik kering maupun basah
yang jatuh dari atmosfer. Sehingga dikenal adanya deposisi basah dan deposisi
kering.
Hujan asam yang turun dalam bentuk hujan, salju maupun kabut disebut
deposisi basah. Deposisi basah ini biasanya terjadi jauh dari sumber pencemar.
Hujan asam yang turun dalam bentuk gas, debu, dan partikel padat lainnya yang
menyebabkan kondisi asam disebut deposisi kering. Deposisi kering ini biasanya
terjadi di dekat sumber pencemar.
Secara alami proses terjadinya hujan asam disebabkan karena gunung berapi dan
dari proses proses bio-kimia yang terjadi di rawa, laut maupun tanah,. Namun pada
dasarnya terjadinya hujan asam terjadi karena ulah manusia sendiri seperti
perindustrian, pembangkit listrik, emulsi, dll. Semua gas yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia tersebut akan terbawa oleh angin hingga mencapi atmostfir
sehingga turun bersama hujan dan kemudian mengendap di tanah.
Hujan Asam bisa terjadi di daerah perkotaan karena adanya pencemaran udara
dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara yang tercemar
dari pabrik.Hujan asam dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin
yang membawa udara yang mengandung asam.Deposisi kering biasanya terjadi di
tempat dekat sumber pencemaran.
Daerah Yogyakarta sudah rawan dengan hujan asam, semakin memburuknya
kualitas udara dari tahun ke tahun sehingga berdampak buruk, di antaranya
kemungkinan terjadi hujan asam. Di Yogyakarta fenomena alam itu diperkirakan
akan terjadi 10 tahun mendatang. Walau sampai sekarang belum pernah terjadi
hujan asam di Yogyakarta, namun jika kondisi lingkungan dan kualitas udara tidak
dijaga, kemungkinan hujan tersebut bisa terjadi sepuluh tahun mendatang (Anonim,
2009).
Berikut ini data dari tingginya kualitas hujan asam diseluruh dunia :
Negara/ Tingkat Keasaman (pH)
Daerah
Jepang/ 2.5
Gunung.
Tsukuba
Jepang/ 2.45
Kagoshima
Seluruh Tidak tecantum (merupakan daerah
Amerika Utara yang tingkat keasamannya paling tinggi)
Seluruh Tidak tercantum (merupakan daerah
Eropa yang tingkat keasamannya paling tinggi)
Data daerah dengan kadar asam tertiggi di Indonesia :
Daerah Tingkat
Keasaman (pH)
Medan < 5.6
Pekanbaru < 5.6
Jambi < 5.6
Bengkulu < 5.6
Palembang < 5.6
Jakarta < 5.6
Cisarua, Bogor < 5.6
Bandung < 5.6
Mataram < 5.6
Pontianak < 5.6
Palangkaraya 4.61
Banjarbaru < 5.6
Winangun- 4.55
Manado
Sam Ratulangi- < 5.6
Manado
Makassar < 5.6
Palu < 5.6
Jayapura < 5.6
Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Rata-rata tingkat
keasaman wilayah Indonesia sekitar 4,7 pada tahun 1998
BAB III
PEMBAHASAN
Hujan asam dapat melepas zat gizi tanah seperti kalsium dan magnesium
dari tanah dan membawanya ke sungai-sungai dan kolam-kolam. Hujan asam
menyebabkan air sungai menjadi terlalu asam sehingga beberapa hewan perairan
seperti ikan, telur hewan amfibi terancam hidupnya. Hujan asam juga menyebabkan
endapan logam beracun seperti oksida merkuri (HgO) dan aluminium (Al2O3)
terlarut dalam air sehingga binatang dapat teracuni. Hujan asam juga dapat
mempercepat terjadinya perkaratan logam-logam seperti besi, baja, dan tembaga.
Namun, hujan asam tidak terlalu berpengaruh di daerah pegunungan berkapur
(basa), karena kapur dapat menetralisir asam dalam air hujan.
Hujan asam adalah fenomena dimana pH pada air hujan dibawah 5,6.
Bukan hanya hujan berupa butiran air, namun dapat berupa kabut maupun salju.
Hujan asam dapat dihasilkan dari pencemaran udara dimana kadar belerang dan
nitrogennya melebihi batas normal. Biasanya pencemaran udara ini diperankan oleh
ulah manusia, namun selain karena pencemaran udara yang disebabkan oleh
manusia, hujan asam juga bisa ditimbulkan dari hasil letusan gunung berapi.
Dampak dari hujan asam ini sangatlah banyak, antara lain : penurunan pH,
perkaratan pada logam, pemusnahan biota air, dan bisa juga merusak kesehatan
manusia. Oleh karena itu, dibutuhkanlah kesadaran diri untuk mulai mencintai
lingkungan kita. Misalnya saja dengan menurunkan tingkat polusi kendaraan,
mengaplikasikan prinsip 3R, dan ikut melakukan penghijauan.
Daftar Pustaka