Aditya Pratama
Aditya Pratama
Disusun Oleh :
Fakultas Hukum
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2
BAB I : Pendahuluan......................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................4
BAB II : Pembahasan.....................................................................................4
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu musuh negara demokrasi adalah dinasti politik. Selain membunuh
demokrasi, dinasti politik diyakini merupakan pintu masuk tindak korupsi. Karena
dinasti politik dapat mengembangkan dan memjadikan suatu jalan dalam melakukan
tidakan korupsi itulah mengapa dinasti menjadi salah satu musuh dari negara
demokrasi.
B. Rumusan Masalah
1
dikutip di https://www.tagar.id/dinasti-politik
C. Tujuan Penulisan
BAB II
Implikasi adalah keterlibatan atau suasana terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan
berasal dari implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yakni berarti
membawa jalinan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal.
A. Adanya keinginan dalam diri atau pun keluarga untuk memegang kekuasaan.
B. Adanya kelompok terorganisir karena kesepakatan dan kebersamaan dalam
kelompok sehingga terbentuklah penguasa kelompok dan pengikut kelompok.
C. Adanya kolaborasi antara penguasa dan pengusaha untuk mengabungkan
kekuatan modal dengan kekuatan politisi.
D. Adanya pembagian tugas antara kekuasaan politik dengan kekuasaaan modal
sehingga mengakibatkan terjadinya korupsi4
2
Menurut Dosen ilmu politik Fisipol UGM, A.G.N. Ari Dwipayana, dikutip dalam artikael https://mkri.id/index.php?page= web.
Berita&id=11428.
3
(AG Paulus, Purwokerto)dikutip di sumber yang sama.
4
https://geotimes.co.id/opini/politik-dinasti-telah-mengebiri-demokrasi/
2. Tidak memberi ruang kepada orang lain yang lebih kompeten, untuk
bergabung ke dalam partai atau pemerintahan
Dengan adanya dinasti poliik maka akan tertutupnya kesempatan masyarakat
yang seharusnya merupakan kader handal dan berkualitas untuk bergabung dalam
pasrtai ataupun pemerintahan karena adanya dinasti politik itu. Sirkulasi kekuasaan
hanya berputar di lingkungan elite dan pengusaha semata, sehingga sangat potensial
terjadinya negosiasi dan penyusunan konspirasi kepentingan dalam menjalankan
tugas kenegaraan.
Dalam hal ini, dinasti politik atau kekuasaan memiliki berbagai macam
bentuk, misalnya saja yang paling terkenal adalah dinasti politik Ratu Atut Chosiyah
di Banten. Nama Atut ini sudah tak asing lagi di telinga publik, sayangnya ia lebih
sering diingat sebagai sosok pemimpin yang lumrah mempraktikan politik dinasti.
Tengok saja saat ia menjabat sebagai Gubernur Banten.
Ada pula adik tiri Atut bernama Tubagus Haerul Jaman yang pernah menjabat
sebagai Wali Kota Serang (2011-2018). Ipar Atut yang cukup dikenal, Airin Rachmi
Diany, menjabat sebagai Wali Kota Tangerang Selatan (2011-2021).
Tak berhenti sampai di situ, anak Atut bernama Andika Hazrumy bahkan
berhasil menjadi Wakil Gubernur Banten periode 2017-2022. Istri Andika, Hj. Adde
Rosi Khoerunnisa, S.Sos., M.Si juga tak jauh-jauh dari panggung politik. Ia
merupakan Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten 2014-2019 dari Fraksi Partai Golkar.
Selain model dinasti politik Atut, praktik dinasti politik lainnya adalah kepala
daerah mewariskan kekuasaannya secara turun-temurun dalam satu keluarga, baik
dari bapak ke anak seperti terjadi di Bangkalan dan Banyuasin, maupun dari suami ke
istri seperti di Cimahi dan Indramayu.
Dinasti politik Fuad Amin Imron atau Lora Fuad di Bangkalan, Madura,
menjadi cerita lain. Ia menjabat sebagai Bupati Bangkalan selama 10 tahun atau dua
periode, mulai 2003 hingga 2013. Menariknya, pada 2003, saat Fuad mencalonkan
Saat jabatan selama dua periodenya mulai memasuki masa-masa akhir, nama
putra Fuad yakni Makmun Ibnu Fuad alias Ra Momon, justru muncul sebagai
kandidat kuat pengganti Fuad sebagai orang nomor satu di Bangkalan. Saat itu, Ra
Momon yang baru berusia 26 tahun menjabat Ketua DPRD Bangkalan.
Jadi, kekuasaan di Bangkalan saat itu dikuasai penuh oleh satu keluarga,
dalam hal ini ayah di pemerintahan dan anak di DPRD. Ra Momon bukanlah satu-
satunya nama yang saat itu dijagokan di Pilkada Bangkalan 2012. Istri muda Fuad,
yakni Siti Masnuri atau Masnuri Fuad sempat digadang-gadang juga bakal ikut
bersaing, meski akhirnya tidak jadi karena Fuad lebih memilih sang anak yang sudah
berpengalaman menjabat sebagai Ketua DPRD dan mengorbankan istri mudanya.
Pertukaran kekuasaan pun akhirnya terjadi pada Ra Momon dan Fuad. Saat
itu, Ra Momon menggantikan Fuad sebagai Bupati Bangkalan, sementara sebaliknya
Fuad menggantikan Ra Momon sebagai Ketua DPRD.
Kisah menarik pun terjadi dalam pelantikan anggota DPRD terpilih periode
2014-2019 Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang berlangsung Minggu (24/08/14)
lalu. Ra Momon sebagai Bupati Bangkalan menyematkan lencana kepada Fuad Amin
sebagai perwakilan simbolis anggota DPRD baru. Akhirnya prosesi ini layaknya anak
melantik ayah sendiri.5
BAB III
PENUTUP
5
https://www.asumsi.co/post/perjalanan-panjang-politik-dinasti-di-indonesia
Politik dinasti dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan
oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga. Dinasti politik
lebih indenik dengan kerajaan. sebab kekuasaan akan diwariskan secara turun
temurun dari ayah kepada anak. agar kekuasaan akan tetap berada di lingkaran
keluarga. Yang timbul akibat Adanya keinginan dalam diri atau pun keluarga untuk
memegang kekuasaan yang tentunya akan dapat mengganggu Demokrasi suatu
negara sehingga dapat menghancurnkan suatu negara demokrasi apalagi jika tidak
berkompetennya keluarga ataupun salah satu anggota keluarga dalam menjalakan
tuugasnya maka daerah yang di pimpinnya tidak akan maju .
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan karenareferensi
yang kami dapatkan masih minim, maka dari itu kami selakupembuat makalah
meminta saran berupa kritik dan masukan yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://geotimes.co.id/opini/politik-dinasti-telah-mengebiri-demokrasi/