Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN GERONTIK

“TEORI – TEORI MENUA”

Di Susun Oleh (7B):


Utari Luxmonisa (1710105018)

Dosen Pengampu:
Ns. Ledia Restipa, M.kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Bencana ini dengan judul “Teori – teori Menua” yang
merupakan tugas kami dalam mata Keperawatan Gerontik di semester Tujuh ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah
kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini. Kami menyadari
sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun
tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam
kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi yang diberikan
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.

Padang, September 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................3
Bab II Tinjauan Teoritis....................................................................................4
2.1 Definisi Lansia/menua....................................................................4
2.2 Batasan Lansia................................................................................5
2.3 Ciri – ciri lansia..............................................................................6
2.4 Faktor yang mempengaruhi proses menua.....................................7
2.5 Teori proses menua.........................................................................8
Bab III Penutup.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................13
Daftar Pustaka...................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk
lansia dibandingkan bayi atau balita.
Sedangkan sebaran penduduk lansia pada tahun 2010, Lansia yang
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup
besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perkiraan
tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih
besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang
tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%). Kecenderungan
meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa
tidak banyak perbedaan antara rural dan urban.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2
disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu
lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut
Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.

1
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat
mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar
lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus
agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun
serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan
yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan,
kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang
sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran
dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada
lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang
lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan
didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang
mengalami sakit.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun
ekonomis. Selain itu, Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya peningkatan kesejahteraan
lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya promotif dan preventif
merupakan factor penting yang harus dilakukan untuk mengurangi angka
kesakitan pada lansia. Untuk mencapai tujuan tresebut, harus ada koordinasi
yang efektif antara lintas program terkait di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan organisasi profesi.

2
1.2 Tujuan Penyusunan
A. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik pada
semester VII, dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu
memahami tentang Teori – teori menua dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan.

B. Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa mengerti dan memahami pengertian
Lansia/Menua !
2) Agar Mahasiswa mengerti dan memahami batasan Lansia !
3) Agar Mahasiswa mengerti dan memahami Ciri – ciri lansia !
4) Agar Mahasiswa mengerti dan memahami Faktor yang
memehami proses menua!
5) Agar Mahasiswa mengerti dan memahami Teori proses menua !

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI LANSIA / MENUA

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.


Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun
1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa
dan tua (Nugroho, 2006).

4
Definisi Proses Menua Menurut Constantanides (1994 dalam Siti
Bandiyah, 2009) menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlánjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk
hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda)
tetapi mengalami kekurangan kekurangan yang menyolok atau
diskrepansi (Wahyudi Nugroho, 2005),. Menjadi tua merupakan kodrat
yang harus dijalani oleh semua insan di dunia. Namun, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses penuaan dapat
diperlambat atau dicegah (Smith, 2001). Menjadi tua atau aging adalah
suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan
untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
serta fungsi normalnya. Akibatnya, tubuh tidak dapat bertahan terhadap
kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunnningham, 2003).
Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh, meliputi organ
dalam tubuh, sepeti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur, otak, dan
lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Yaar
&Gilchrest, 2007).

2.2 BATASAN LANSIA


A. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
B. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

5
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

2.3 CIRI – CIRI LANSIA


Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
c) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi

6
buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering
tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap
pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES MENUA

Penelitian di bidang
neurobiologi dan
psikologi secara
empiris menyatakan
adanya hubungan antara
gangguan makan dan
rendahnya kemampuan
mengontrol emosi.
Pengontrolan emosi
berhubungan dengan
status mental.

7
Gangguan makan
(eating
disorder) memiliki ciri
kebiasaan makan yang
tidak normal, mulai dari
membatasi asupan
hingga makan
berlebihan. Gangguan
makan bisa dalam
bentuk anoreksia
nervosa,
bulimia nervosa, dan
makan dalam jumlah
berlebihan atau
memilih jenis makanan
tertentu.
8
Penelitian di bidang
neurobiologi dan
psikologi secara
empiris menyatakan
adanya hubungan antara
gangguan makan dan
rendahnya kemampuan
mengontrol emosi.
Pengontrolan emosi
berhubungan dengan
status mental.
Gangguan makan
(eating
disorder) memiliki ciri
kebiasaan makan yang

9
tidak normal, mulai dari
membatasi asupan
hingga makan
berlebihan. Gangguan
makan bisa dalam
bentuk anoreksia
nervosa,
bulimia nervosa, dan
makan dalam jumlah
berlebihan atau
memilih jenis makanan
tertentu.
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith,Abdul &
Siyoto,Sandu (2016) penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan
patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor
yang memengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi atau makanan,
status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres.
1) Hereditas atau Genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian

10
fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang
kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X. Kromosom
X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan
berumur lebih panjang darlpada loki-lakl.
2) Nutrisi/Makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
3) Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri,
tetapilebih disebabkan oleh faktor uar yang merugikan yang
berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4) Pengalaman Hidup
a. Paparan sinar matahari: kulit yang tak terlindung sinar matahari
akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusarm.
b. Kurang olahraga: Olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancarnya sirkulasi darah.
c. Mengonsumsi alkohol: alkohol dapat memperbesar pembuluh
darah kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran
darah dekat permukaan kulit.
5) Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami dan tidak
dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam
status sehat.
6) Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadapap proses penuaan.

2.5 TEORI PROSES MENUA


Menurut Sheiera Saul (1974 dalam Siti Bandiyah, 2009), secara
individual tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-

11
beda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
sehingga tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses
menua. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok teori blologis dan teori kejiwaan sosial.
1. Teori Biologi
Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan
organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,
persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori biologis,
di antaranya sebaga berikut:
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somotic Mutatie Theory)
Menurut Hayfliek (1961 dalam Sri Surini Pudjiastuti, 2003),
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul molekul atau DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang kthas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
b. Teori Interaksi Seluler
Menurut Berger (1994 dalam Noorkasiani, 2009), bahwa sel-sel
yang saling berinteraksi satu sama lain dan memengaruthi keadaan
tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam
suatu harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan
terjadi kegagalan mekanisme feed-bock di mana lambat laun sel-
sel akan mengalami degenerasi.
c. Teori Replikasi DNA
Menurut Cunnningham (2003), teori ini mengemukakan bahwa
proses penuaan merupakan akibat akumulasi bertahap kesalahan
dalam masa replikasi DNA sehingga terjadi kematian sel.
Kerusakan DNA akan menyebabkan pengurangan kemampuan
replikasi ribosomat DNA (rDNA) dan memengaruhi masa hidup
sel, Sekitar 50% DNA akan menghilang dari sel jaringan pada usia
kira-kira 70 tahun.

12
d. Teori lkatan Silang
Menurut Yaar & Gilchrest (2007), proses penuaan merupakan
akibat dari terjadinya lkatan silang Yane progresif antara protein-
protein intraselular dan interselular serabut kolagen. Ikatan silang
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini
mengakibatkan penurunan elastisitas dan kelent uran kolagen di
membran basalis atau di substansi dasar jaringan penyambung.
Keadaan ini akan mengaklbatkan kerusakan fungsi organ.
e. Teori Radikal Bebas
Menurut Cunnningham (2003), teori radikal bebas dewasa ini lebih
banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan.
Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang
mempunyai elektron yang tidakberpasangansehinggatidak stabil
dan reaktif hebat.Sebelummemiliki pasangan, radikal bebas akan
terus-menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan
pasangannya, termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal.
Teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas
thydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide, dan sebagainya) adalah
akibat terjadinya otoksidasi dari molekul intraselular karena
pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim
superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan
fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses
penuaan pada kulit yane dipicu oleh sinar UV (photoogingo)
merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini.
f. Reaksi dai Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Menurut Goldteris & Brocklehurst (1989 dalam SItt Bandiyah,
2009) di dalarm proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit. Sebagai contoh lalah tambahan kelenjar timus yang ada pada
usia dewasa berinvolusi dan semenjak tulah terjadilah kelalnan
autoimun.

13
2. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan,
dan perilaku lansia. Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial, di
antaranya sebagai berikut:
a. Aktvitas atau Kegiatan (Actvity Theory)
Menurut Maslow (1954 dalam Noorkasiani, 2009), menyatakan
bahwa para lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial.Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup darl lanjut usia. Mempertahankan
hubungan antara sistem soslal dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Menurut Kuntjoro (2002), dasar kepribadian atau tingkah laku
tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari
teori di atas Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimillkinya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)

Teori ini menerangkan putusnya pergaulan atau hubungan dengan


masyarakat dan kemunduran individu dengan Individu lainnya.
Cumming and Henry (1961 dalam Siti Bandiyah, 2009),
meyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergauan sekitarnya. Keadaan Ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (triple loos) yaitu kehilangan peran (loss of role), harmbatan
kontak social (restractron of contocts and relation ships), dan

14
berkurangnya komitmen freduced commitment to sociaf mores and
vatues).
d. Teori Subkultur
Menurut Rose (1962 dalam Noorkasiani, 1992), lansia merupakan
kelompok yang memilikinorma, harapan, rasa percaya, dan adat
keblasaan tersendiri sehingga dapat digolongkan sebagal
subkultur. Akan tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada
masyarakat luas dan lebih banyak berinteraksi antarsesama. Di
katangan lansia, status lebih ditekankan pada bagaimana tingkat
kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil
pekerjaan, pendidikan, ekonomi, yane pernah dicapainya.
Kelompok-kelompok lansia seperti ini bila terkoordinasi dengan
baik dan dapat menyalurkan aspirasinya di mana hubungan
antargrup dapat meningkatkan proses penyesuaian pada masa
lansia.
e. Teori Strati Kasi Usia
Menurut Riley (1972 dalam Noorkasiani, 2009), teori ini
menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan
struktur sosial yarng dapat dijelaskan sebagai berikut; orang-orang
tumbuh dewasa bersama masyarakat dalam bentuk kohor dalam
artian sosial, biologis, dan psikologis. Kohor muncul dan masing-
masing kohor memiliki pengalaman dan selera tersendiri. Suatu
masyarakat dibagi ke dalam beberapa strata sesuai dengan lapisan
usia dan peran. Masyarakat sendirl senantiasa berubah, begitu pula
individu dan perannya dalam masing-masing strata, terdapat saling
keterkaitan antara penuaan individu dengan perubahan sosial.
Kesimpulannya adalah lansla dan mayoritas masyarakat senantiasa
saling memengaruhi dan selalu terjadi perubahan kohor maupun
perubahan dalam masyarakat.
f. Teori Penyesuaian Individu dengan Lingkungan
Menurut Lawton (1982 dalam Noorkasianil, 2009), ada hubungan
antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi ini

15
merupakan ciri fungsional individu, antara lain kekuatan ego,
keterampilan kompetensi individu dengan lingkungannya.
Kompetensi ini merupakan ciri fungsional individu, antara ain
kekuatan ego, keterampilan motorik, kesehatan biologis, kapasitas
kognitit, dan fungsi sensorik. Adapun lingkungan yang dimaksud
adalah mengenal potensinya dalam menimbulkan respons perilaku
dari seseorang. bahwa untuk tingkat kompetensi seseorang terdapat
suatu tingkatan suasana atau tekanan lingkungan tertentu yang
menguntungkan baginya. Orang yang berfungsi pada level
kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan pada level
tekanan lingkungan yang rendah. Suatu korelasi yang sering
berlaku adalah semakin terganggu (cacat) seseorang, maka tekanan
lingkungan yang dirasakan akan semakin besar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Batasan lansia menurut WHO (1999) menjelaskan
batasan lansia adalah Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia
tua (old) :75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90
tahun. Menurut Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia
dibagi menjadi tiga katagori, yaitu usia lanjut presenilis yaitu antara
usia 45-59 tahun, Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, Usia lanjut
beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
Ciri–Ciri Lansia :

16
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
Faktor yang memengaruhi proses menua yaitu hereditas atau
genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan, dan stres.
Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu
kelompok teori blologis dan teori kejiwaan sosial.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan terutama sebagai seorang perawat
kita harus mampu melakukan asuhan keperawatan gerontik atau
asuhan keperawatan pada lansia baik lansia yang sehat, sakit
maupun yang berisiko.
DAFTAR PUSTAKA

Muhith,Abdul & Siyoto,Sandu. 2016.”Pendidikan Keperawatan


Gerontik.Yogyakarta ; ANDI

Kholifah,Siti Nur. 2016. ”Modul Bahan Ajar Cetak : Keperawatan


Gerontik” . Jakarata ; Pusdik SDM Kesehatan

17

Anda mungkin juga menyukai