Anda di halaman 1dari 4

TUGAS-1

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

NAMA : Sutra Kasih


NIM : 1805110667
Kelas : 5B

KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 1968

A. Karakteristik
Sejak tahun 1968, di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum matematika
sekolah. Berdasarkan tahun kejadian perubahan untuk kurikulum, maka muncullah nama-nama
kurikulum berikut: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1996, dan
Kurikulum 1999.
Berdasarkan literatur yang ada, karakteristik pembelajaran matematika pada kurikulum 1968
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Dalam melatih geometri, belajar lebih diberikan pada keterampilan berhitung, misalnya
menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri ruang, bukan pada pengertian
bagaimana rumus-rumus untuk melakukan perhitungan tersebut diperoleh (Ruseffendi, 1985, h.33).
b. Lebih mengutamakan hafalan yang dibangun dalam pengertiannya (Ruseffendi, 1979, h.2).
c. Program kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi pada jenjang berikutnya, serta
berhubungan dengan dunia luar (Ruseffendi, 1979, h.4).
d. Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta rasa ingin tahu
anak (Ruseffendi, 1979, h.5).

B. Lingkup Materi
Pada kurikulum 1968 lingkup materi Matematika adalah
1. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib.
Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan cara berhitung.
Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat. Karena seolah-olah
sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari
masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan
asli dan membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan
yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
2. Pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu
itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada
melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan
operasi harus diterima tanpa alasan, dan seterusnya.
3. Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika 1968 adalah kali, bagi, tambah dan
kurang.
Maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus
didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat
digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut. Contoh: 12 : 3 jawabannya adalah
4, dengan tanpa memberi tanda kurung, soal di atas ekuivalen dengan 9 + 3 : 3, berdasar urutan
operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang
menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.
4. Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah pertama adalah aljabar
dan Ilmu ukur (geometri) bidang.
Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun.
Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang,
goneometri, geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak
diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak
diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.

C. Pelaksanaan Pembelajaran

Ciri pembelajaran matematika pada kurikulum 1968 antara lain sebagai berikut (Russeffendi,
1985): peningkatan yang diberikan pada keterampilan berhitung, lebih mengutamakan hafalan,
program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi berikutnya, yang
kurang terkait dengan dunia luar, dan penyajian materi kurang memberikan peluang untuk
tumbuhnya motivasi serta rasa ingin tahu anak.

Jika dilihat dari ciri-cirinya, penyusunan matematika pada kurikulum ini dimulai dengan
penjelasan singkat tentang tanya-jawab dan penyajian contoh, serta pengalaman dengan pengerjan
soal-soal latihan baik yang bersifat prosedural atau penggunaan rumus tertentu. Dalam proses
tersebut, pengerjaan soal-soal latihan merupakan kegiatan yang diutamakan dengan maksud untuk
memberi penguatan pada apa yang sudah dicontohkan guru di depan kelas, Dengan demikian,
latihan untuk menghafalkan fakta dasar, algoritma, atau penggunaan rumus-rumus tertentu dapat
dilakukan melalui pengerjan soal-soal yang diberikan.

D. Teori Belajar
Menurut Skinner (dalam Ruseffendi, 1988, h.171). untuk menguatkan pemahaman siswa
tentang apa yang baru, maka setelah proses proses-respon yang antara lain berupa tanya-jawab dalam
proses pengolahan, harus mewujudkan dengan memberikan penguatan antara lain berupa latihan
soal-soal. Dengan demikian teori belajar yang dominan digunakan dalam implementasi kurikulum
matematika 1968 adalah teori belajar dari Skinner. Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat
membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan
penguatan.Di dalam proses pembelajaran, guru harus menyampaikan bahan pelajaran sedemikian
rupa (misalnya dengan mengajukan pertanyaan secara lisan) sehingga siswa memberikan respon
terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Selanjutnya guru memberi penguatan terhadap respon
yang diberikan oleh siswa dan penguatan ini juga merupakan stimulus untuk memantapkan respon
sebelumnya atau memunculkan respon yang lain.
E. Sistem Evaluasi

Untuk mengetahui hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan maka dilakukan evaluasi yang
teratur. Evaluasi dilakukan terhadap: Kurikulum yaitu untuk melihat keseuaian kurikulum dengan
kebutuhan anak dan masyarakat, kesusianan kurikulum dengan tujuan umum dan khusus
pendidikan matematika.

Evaluasi juga dilakukan kepada anak didik untuk melihat kemajuan atau perkembangan anak
dalam hal perkembangan jasmani, intelektualnya, emosionalnya dan sosialnya. Juga melihat
kematangan anak untuk kesiapannya memasuki tahap sekolah selanjutnya.

Guru juga dievaluasi untuk memperoleh gambaran tentnag hubungannya dengan anak
didiknya, dengan kepala sekolahnya, dengan sesama temannya, dengan orang tua anak,
maasyarakat sekitar, bagaimana kecakapannya dalam membina Sekolah, bagaiman inisiatif dan
kreatifitasnya, bagaimana rasa tanggungjawabnya terhadap tugas dan mental serta kesehatannya.

Perlengkapan/alat perlu dievaluasi terutama tentang cukup tidaknya alat yang digunakan
untuk kelancaran kegiatan yang dilakukan, keseuaian perlengkapan/alat tersebut untuk anak,
keseuaian alat dengan tujuan yang hendak dicapai, apakah ada lalat yang harus diubah, dan
kesesuaian alat dengan dana yang tersedia

F. Daftar Pustaka
Didi.suryadi.2009.perkembangan kurikulum pendidikan matematika. Terbit jurnal 19 januari 2009
Yogi.anggraena.2016. Kurikulum matematika 1 , sejarah filsafat 1 dan aljabar 1. Direktorat jendral
Kemendikbud.
Direktori.UPI.2002.kurikulum 1968. Terbit jurnal 09 september 2002
Nurhalim.2011. Analisis perkembangan kurikulum matematika. Terbit jurnal tahun 2011.
https://www.matematrick.com/2016/05/teori-pembelajaran-matematika-teori.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai