Anda di halaman 1dari 1

Buah Berdarah

Jatuh dan bangun aku menjalani hidup di dunia, dengan bermandikan kata-kata
penenang dari diri sendiri, memberanikan diri bersandar pada hati milik diri yang
ternyata lebih ringan dari sebuah kapas, dan lebih rapuh dari sebuah gelas, namun
ajaibnya mampu menahan beban seberat apapun dari Tuhan. Diri ini belum sekuat
ayah, atau bahkan setegar ibu, aku mudah jatuh dan jatuh kembali, dengan rintihan
perih dan trauma mendalam akibat kehidupan duniawi. Tangisan demi tangisan ku
sembunyikan demi menutupi ketakutan, demi ibu yang selalu berdoa untuk
kebahagiaan, dan aku yang tak kuasa melihat rintihan kesedihan dari mereka.
Pahlawan setia ku, guru pertamaku, dan cinta sejatiku, Ayah dan Ibu ku adalah dunia
pertama ku yang selalu tersakiti oleh perbuatanku, seolah berjalan di atas bubuk
kaca yang menyiksa, halus namun menyakitkan. Tanpa suara mereka memendam arti
kata kata kasih sayang yang tercurahkan dengan pengorbanan waktu dari jiwa dan
raga mereka untuk anak tercinta, tetes peluh keringat demi kesuksesan sang buah
hati kecilnya, merelakan kebahagiaan duniawi hanya untuk sebuah nyawa berdarah
daging mereka, manusia yang selalu menjadi sorot utama di mata sayu milik
mereka. Bagi para orang tua kebahagiaan dunia ini sederhana, cukup melihat tawa
dari sang buah hati tercinta dan kesuksesan darah daging Ayah dan Ibu dalam
mendidik nya adalah hadiah terindah

Anda mungkin juga menyukai