“PENYAKIT NYERI’’
OLEH :
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai sifat
yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi
disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat. Nyeri bukan hanya merupakan modalitas
sensori tetapi juga merupakan suatu pengalaman. Menurut The International Association
for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya atau potensi
objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan
psikologis).
Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang
defensif, dan membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Di lain pihak, nyeri
tetaplah merupakan derita belaka bagi siapapun, dan semestinya ditanggulangi oleh
karena menimbulkan perubahan biokimia, metabolisme dan fungsi sistem organ. Bila tidak
teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari
perilaku,gangguan tidur dan gangguan kehidupan sosial. Sedangkan dari aspek fisik, nyeri
Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang berbahaya (noksius, protofatik) atau
tekanan ringan. Nyeri dapat dirasakan/terjadi secara akut, dapat pula dirasakan secara
kronik oleh penderita. Nyeri akut akan disertai heperaktifitas saraf otonum dan umumnya
mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan. Pemahaman tentang
yang diderita oleh penderita. Bila pengelolaan nyeri dan penyebab nyeri akut tidak
dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik.
Nyeri bukan hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan jaringan
saja, tetapi juga menyangkut kelainan transmiter yang berfungsi dalam proses
penghantaran impuls saraf. Di lain pihak, nyeri juga sangat mempengaruhi morbiditas,
PEMBAHASAN
A. ETIOLOGI NYERI
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah
peradangan, dan gangguan sirkulasi darah. Secara psikis, penyakit nyeri dapat
terjadi oleh karena adanya trauma psikologis. Nyeri yang disebabkan oleh factor
psikis berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf
reseptor nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan –
jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan oleh
factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organic
Klasifikasi Nyeri
Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan
(superfisial pain), nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan
ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan
sumber nyerinya.
Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat,
Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi akibat
sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari
stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh
karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar
Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang.
Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama.
Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
kembali.
Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi
psikologis.
Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur.
Klien yang mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala
antara lain : respirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat,
dan pallor.
Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih
lama dan pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai
dirasakan.
dan terselubung.
bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri sulit dibedakan
dievaluasi (perubahan
perasaan)
Gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi
jelas (adaptasi)
bervariasiPenderitaan
Faktor Resiko
Faktor resiko dari nyeri antara lain:
Faktor Psikologi ;
Seks
Umur
Kognitive level
Previous pain
Family learning
Culture
Faktor Situasi
Expectation
Control
Relevanc
Faktor Emosional
Takut
Marah
Prustasi
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptor pada kulit bisa intensistas tinggi maupun
rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
ini menyebabkan edema local, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi
substansi peptide P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptide (CGRP),yang akan
2000)
Terapi Farmakologi.
1. Agen Nonopioid
Analgesik yang pertama digunakan yaitu yang paling efektif dan memiliki efek
samping paling sedikit, seperti acetaminophen, asam asetil salisilat (aspirin), dan
NSAID sering lebih disukai daripada opiat dalam pengobatan sakit ringan
berbahaya, sehingga mengurangi jumlah impuls nyeri yang diterima oleh CNS. [1]
2. Agen Opioid
sakit akut dan nyeri kronis terkait kanker. Opioid juga efektif sebagai pilihan
tergantung pada afinitas reseptor opioid. Terapi dan efek samping tergantung
dari agen tersebut seperti agonis opioid (misalnya morfin), antagonis opioid
penglihatan, pendengaran. Ketika opioid diberikan nyeri tidak dihilangkan, tapi mengurangi
rasa tidak nyaman. Cara pemberian tergantung pada individu pasien yang membutuhkan.
Pada pasien yang memiliki akses oral, oral lebih disukai. Namun, timbulnya efek analgesik
untuk obat oral sekitar 45 menit, dan efek puncak biasanya terjadi 1 sampai 2 jam setelah
konsumsi. Ketika dalam kondisi nyeri akut atau tidak mampu mengambil obat oral maka
rute intravaskular misalnya intravena lebih dianjurkan sebagai rute alternatif. Kebanyakan
reaksi opioid, seperti gatal atau ruam karena terkait pelepasan histamin dan degranulasi
sel mast.
3. Analgesik Adjuvant
Analgesik adjuvan adalah agen farmakologis yang berguna dalam pengelolaan nyeri tetapi
2. Memberikan suasana tenang dan nyaman kepada pasien agar mengurangi tingkat
stress yang menimbulkan sugesti terhdapa rasa nyerinya yang tidak kunjung berkurang,
4. Selalu kondisikan ruangan sejuk karena apabila ruangan panas akan menyebabkan
pasien berkeringat dan akan membuat pasien tidak nyaman karena rasa perih
5. Mengurangi terjadinya gesekan di daerah kulit yang terbakar seperti menggunakan baju
yang longgar
PERMASALAHAN :
antiplatelet, dan obat anti-inflamasi non steroid (NSAID). NSAID yang digunakan untuk
efek analgesik dan tersedia tanpa resep dokter memiliki efek menghambat trombosit dan
Laporan Kasus
Sejumlah laporan kasus telah dipublikasikan dan menggambarkan pasien yang memakai
dan perdarahan gastrointestinal. INR berkisar antara 4,0 sampai 16,39 berdasarkan
penelitian, dengan satu studi melaporkan pasien yang memiliki waktu protrombin (PT) 96
detik.
INR menjadi normal antara 7 dan 10 hari setelah menghentikan kedua obat di 2 pasien,
sementara plasma beku segar dan / atau vitamin K diberikan untuk membalikkan efek
rentang 4 sampai 10 hari dalam laporan kasus. Dalam 2 laporan kasus, pasien diberi
asupan dengan Parasetamol setelah INR stabil; Dalam kedua kasus tersebut, INR
meningkat lagi.
Daftar Pustaka
[1]
DiPiro, Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells dan
[2]
Latief, S. A., 2001, Petunjuk Praktis Anestesiolog, Edisi II, Jakarta: Bag. Anestesiologi
[3]
Nanda.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
[4]
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
[5]
Hudak dan Gallo. 1994. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta
:EGC