Anda di halaman 1dari 8

ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT DESA RAHTAWU DI

LERENG GUNUNG MURIA KUDUS (Sebagai Sumber Belajar Mata Kuliah Biologi
Tumbuhan Obat berbentuk majalah)

Rizka Oktafiani1),Lianah2)Baiq Farhatul Wahidah3) Ahmad Fauzan Hidayatullah4)


1)
Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang
2)
Dosen Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang
3)
Dosen Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang
4)
Dosen Pendidikan Biologi UIN Walisongo Semarang
*Email : rizkaoktaviani511@gmail.com

Abstrak
Gunung Muria merupakan Gunung yang mempunyai ketinggian 1.627 mdpl. Terletak di Kabupaten
Kudus Jawa Tengah. Gunung Muria sangat kaya akan potensi alam dengan keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi. Salah satu Desa yang mempunyai potensi alam terbaik adalah Desa Rahtawu. Desa ini terletak di sebelah
Gunung Muria dengan kekayaan vegetasi yang tinggi diantaranya adalah tumbuhan obat. Masyarakat banyak
memanfaatkan tumbuhan di lingkungan tersebut untuk pengobatan. Saat ini beberapa sarana untuk sumber
belajar tumbuhan obat di Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang masih
terbatas sehingga diperlukan buku sebagai sumber belajar berupa Majalah yang dapat digunakan untuk membantu
dalam mempelajari Biologi Tanaman Obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat Desa Rahtawu serta mengetahui kelayakan majalah tumbuhan obat
sebagai sumber mata kuliah Biologi Tumbuhan Obat. Penelitian ini bersifat kualitatif lapangan, dengan
menggunakan metode mix method. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 45 spesies tumbuhan yang tergolong
dalam 32 famili. Famili yang banyak digunakan adalah Zingiberaceae, Acanthaceae, Amaranthacea, Fabaceae, dan
Poaceae. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah batang, akar, daun, biji, buah dan rimpang. Cara
pemanfaatannya antara lain adalah ditumbuk, disangrai, direbus, diseduh atau dimakan langsung. Hasil
Presentase validasi Majalah Etnobotani Tumbuhan Obat oleh ahli media adalah 92 %, ahli materi 81,6 % dan
mahasiswa 88 %. Rata-rata secara keseluruhan baik dari segi materi, media maupun mahasiswa adalah 87,72 %.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Majalah Etnobotani Tumbuhan Obat sangat layak digunakan sebagai sumber
belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biologi Tumbuhan Obat

Kata Kunci: Etnobotani, tumbuhan obat, Gunung Muria, Desa Rahtawu, Majalah

Abstract
Mount Muria is a mountain that has a height of 1.627 mdpl. Located in Kudus District of Central Java. Mount
Muria is very rich in natural potency with very high biodiversity. One of the villages that has the best natural
potential is Rahtawu Village. The village is located next to Mount Moriah with a high vegetation richness of which
is a medicinal plant. Society uses many plants in the environment for treatment. Currently, some facilities for the
study of medicinal plants in the Biology Study Program Faculty of Science and Technology UIN Walisongo
Semarang is still limited so that the book is needed as a source of learning in the form of magazines that can be used
to assist in studying Biology of Medicinal Plants. The purpose of this study is to determine the types of medicinal
plants that are utilized Rahtawu Village community and know the feasibility of medicinal plant magazines as a
source of Biology of Medicinal Plants. This research is qualitative field, using mix method method. The result of the
research is 45 plant species belonging to 32 families. The most widely used families are Zingiberaceae, Acanthaceae,
Amaranthacea, Fabaceae, and Poaceae. Plant parts used are stems, roots, leaves, seeds, fruit and rhizome. How to
use these plants are boiled, pounded, roasted, brewed or eaten directly. The results of Medicinal Ethnobotani
Magazine's validation percentage by media experts were 92%, material experts 81.6% and students 88%. The
overall average in terms of materials, media and students is 87.72%. So it can be said that Ethnobotani Medicinal
Magazine is very suitable to be used as a source of learning Students on Biology Course of Medicinal Plants

Keywords: Ethnobotany, medicinal plants, Mount Muria, Desa Rahtawu, Magazine


PENDAHULUAN dengan baik. Tumbuhan yang bermanfaat
tidak hanya Parijto yang ada di kawasan
Indonesia adalah Negara yang kaya akan tersebut tetapi masih banyak tumbuhan
segalanya. Memiliki pulau yang berjejeran, lainnya (Mumpuni, 2014)
laut yang terbentang luas, serta gunung- Desa Rahtawu berada di Lereng
gunung yang menjulang tinggi, itulah Gunung Muria Kudus perbatasan
sebabnya Indonesia mendapatkan Predikat dengan Kabupaten Jepara. Tumbuhan
“The Top Then of Megabiodivesity Countries”.
yang berpotensi sebagai obat sangat
Menurut beberapa ahli terdapat beberapa
alasan keanekaragaman hayati di banyak tumbuh di desa tersebu,
Indonesia. (Irawan, 2005) sehingga perlu adanya pengetahuan
Data Bappenas (2003) memperkirakan untuk memanfaatkannya. Maka dari itu,
terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% perlu adanya penelitian agar tradisi
endemik) di Indonesia, Tingginya pemanfaatan tumbuhan tersebut dapat
keanekaragaman hayati dan tingkat dibuktikan keberadaanya secara ilmiah.
endemisme menempatkan Indonesia
Salah satu mata kuliah pilihan yang
sebagai laboratorium alam yang sangat
unik untuk tumbuhan tropic dengan ditempuh oleh Mahasiswa Biologi Murni
berbagai fenomenanya. Sehingga menarik UIN Walisongo Semarang adalah mata
perhatian para ilmuan yang bergerak kuliah Biologi Tanaman Obat. Beberapa
dalam bidang taksonomi, ekologi, sarana untuk sumber belajar Biologi
konservasi keaneragaman hayati dan Tanaman obat di Biologi UIN Walisongo
etnobotani untuk mempelajarinya sekaligus Semarang masih terbatas sehingga
mengembangkannya sebagai modal dalam
diperlukan buku yang dapat digunakan
pembangunan serta memanfaatkan
secukupnya dan selalu menjaga untuk membantu dalam mempelajari
kelestariannya. mata kuliah Biologi Tanaman Obat.
Gunung Muria adalah salah satu gunung Penelitian mengenai pemanfaatan
yang terletak di Jawa Tengah. Gunung tumbuhan di Gunung Muria sudah
tersebut berada dalam 3 kawasan, yaitu pernah dilakukan oleh Mumpini yang
Jepara, Kudus, dan Pati. Gunung tersebut berjudul “”potensi tumbuhan lokal sebagai
dikenal mempunyai keanekaragaman
sumber belajar”. Pada penelitian ini
tumbuhan. Tumbuhan yang ada di
kawasan gunung tersebut banyak membahas tentang tumbuhan local yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, baik ada di Gunung Muria Kudus sebagai
untuk pengobatan, bahan pangan, maupun sumber belajar. Tumbuhan local tersebut
untuk upacara adat. Salah satu kekayaan diantaranya adalah parijoto, pisang byar,
alam yang ada di kawasan Gunung Muria pakis dan delima, akan tetapi belum
yaitu tumbuhan Parijoto, tumbuhan banyak penelitian yang membahas
tersebut merupakan peninggalan Sunan
tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai
Muria yang digunakan untuk obat-obatan.
Masyarakat khususnya ibu hamil juga obat menurut keyakinan masyarakat
sering mengonsumsinya untuk obat yang dalam kehidupan sehari-hari.
dapat berkhasiat untuk kesehatan “jabang Maka dari itu, muncullah
bayi”. Tetapi akhir-akhir ini keberadaan ketertarikan penulis untuk meneliti
parijoto di kawasan Gunung Muria sangat tumbuhan obat yang dimanfaatkan
terbatas karena tidak ada perlindungan
masyarakat melalui pengetahuan murni
yang mereka yakini berdasarkan yang dilakukan peneliti kepada respnden
kehidupan sehari-hari. perlu adanya yaitu masyarakat desa Rahtawu yang
konservasi dan pelestarian dengan baik memanfaatkan tumbuhan sekitar sebagai
obat. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
terhadap tumbuhan obat tradisional
penilaian yang dilakukan oleh ahli materi,
sebagai potensi kekayaan lokal. Dengan ahli media, serta mahasiswa yang sedang
menginventarisasi sebagai sumber atau sudah memperoleh mata kuliah
pembelajaran dan pengetahuan biologi tumbuhan obat. Data kuantitatif
Mahasiswa tentang tumbuhan obat skor penilaian dari para ahli dianalisis
tradisional di daerah masing-masing menggunakan skala likert dengan alternatif
agar keberadaannya tetap terjaga. Maka pilihan jawaban 1 - 5 dalam bentuk check
dari itu di rumuskan “ETNOBOTANI list.
Tabel 3.3 Kriteria jawaban angket
TUMBUHAN OBAT PADA
(Riduwan, 2014)
MASYARAKAT DESA RAHTAWU Jawaban Nilai
DI LERENG GUNUNG MURIA Sangat Setuju (SS) 5
KUDUS (Sebagai Sumber Belajar Mata Setuju (S) 4
Kuliah Biologi Tumbuhan Obat Kurang Setuju (KS) 3
berbentuk majalah) Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju 1
METODE
Data yang diperoleh dari kuesioner atau
Jenis penelitian ini adalah penelitian angket, kemudian dihitung persentasenya
kombinasi (Mixed methods). Metode menurut Ridwan dkk (2013 : 22) dengan
penelitian kombinasi adalah menggunakan rumus, sebagai berikut :
menggabungkan atau mengkombinasikan
antara metode kualitatif dan metode Jumlah skor
Persentase %= ×100 %
kuantitatif untuk bersama-sama digunakan Jumlah skor tertinggi
dalam penelitian, sehingga diperoleh data
yang lebih komprehensif, variable, valid
dan obyektif. (Sugiyono, 2013). Persentase skor (%) dikonversikan dalam
Adapun teknik pengumpulan data yaitu bentuk tabel kriteria.
(1) observasi: menentukan lokasi penelitian.
(2) wawancara :pengambilan data Riduwan dalam Hidayati (2013 : 7) bahwa
dilakukan peneliti dengan responden. (3) range kriteria dapat dilihat pada tabel 1,
dokumentasi : pengambilan dokumen yang sebagai berikut:
berupa foto ataupun karya-karya ilmiah. (4)
karakterisasi : mengamati karakter secara Tabel 1 Range Tabel Kriteria Angket
morfologi, manfaat , bagian (organ)
No Persentase Kriteria
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
oleh masyarakat (5)Kuisioner dan angket : 1 0% - 25% Sangat Tidak Layak
digunakan untuk menilai produk sumber
belajar berupa majalah hasil dari penelitian 2 26% - 50 % Tidak Layak
tumbuhan obat.
Teknik analisis data yang digunakan 3 51% - 75% Layak
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 4 76% - 100% Sangat Layak
data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari hasil wawancara
HASIL DAN PEMBAHASAN kunyit, temu ireng, temu rapet,
temulawak).
Penelitian ini menggunakan metode Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
purposive random sampling yang mana data oleh masyarakat Desa Rahtawu terdiri dari
diperoleh dari wawancara masyarakat (Akar, daun, rimpang, buah, batang, umbi,
sekitar. Kriteria dari responden adalah biji, dan seluruh bagian) bagian yang paling
orang yang mengetahui tumbuhan obat dan banyak digunakan adalah daun.
pemanfaatanya. Diantranya adalah Kepala Daun memiliki regenerasi yang tinggi
Desa, Carik Desa, Bayan, Juru Kunci, Petani untuk kembali bertunas dan tidak memberi
dan Pembuat Jamu. pengaruh besar tehadap pertumbuhan
Setelah dilakukan wawancara diperoleh suatu tumbuhan meskipun daun
data nama tumbuhan yang dimanfaatkan merupakan tempat fotosintesis (Fakhrurozi,
sebagai obat oleh masyarakat desa Rahtawu 2009).
di Lereng Gunung Muria Kudus. Data Bagian tumbuhan yang memanfaatkan
berupa nama local yang langsung daun sebagai obat adalah geji beling,
ditunjukkan oleh responden. Berdasarkan sambiroto, sambung nyawa, dlingo, udel-
nama local dan morfologi tumbuhan yang udelan, sangketan, sirsak, jambe, tapak
ditunjuk kemudian dilakukan kegiatan liman, ketela, dadap serep, ketepeng, kumis
mendeskripsikan dan mengidentifikasikan kucing, alpukat, kemleden, parijoto, kelor,
data tumbuhan tersebut. kersen, jambu biji, belimbing, pandan
Berdasarkan hasil identifikasi diketahui wangi, meniran, sirih, sembukan,
terdapat 45 spesies tumbuhan yang pegagang, tembelekan.
tergolong dalam 32 famili. Adapun jenis Bagian tumbuhan yang memanfaatkan
tumbuhan berdasarkan family adalah buah sebagai obat adalah Delima hitam,
Acantaceae(Geji beling, sambirooto, belimbing, jambu biji, pala, kersen, parijoto,
sambung nyawa). Araceae(Dlingo), alpukat, kedawung, jipang.
Amaranthacea(sangetan,udel-udelan,), Organ tumbuhan yang dimanfaatkan
Annonaceae(Sirsak) ,Apiaceae(Ketumbar yaitu biji. Diantaranya adalah jambe,
hitam), Arecaceae(Jambe), Asteraceae kedawung, ketepeng, jinten hitam, bengkle.
(Tapak liman), Cucurbitaceae (Jipang/ labu Bagian organ tumbuhan selanjutnya adalah
siam), Equistaceace(Greges otot), akar diantaranya pegagan, tembelekan,
Euphorbiaceae(Ketela pohon), Fabaceae meniran, alang-alang, jembe, ketumbar
(Ketepeng dan dadap serep), Lamiaceae hitam, sangetan.
(Kumis kucing). Lauraceae(Alpukat), Bagian organ yang banyak dimanfaatkan
Liliaceae(Bawangputih),Locanthaceae(Keml adalah rimpang. Umumnya masayarakat
edean),Melastomataceae(Parijoto), desa Rahtawu menggunakan rimpang
Moringaceae(Kelor), Muntigiaceae (Kersen), sebagai obat dari golongan Zingiberaceae
Myristicaceae (Pala), Myrtaceae (Jambu (rimpang-rimpangan) diantaranya adalah
biji), Oxiladaceae (belimbing), Pandanaceae jahe, kencur, kunyit, lengkuas, bengkle,
(Pandan wangi), Phyllanteae(Meniran), temulawak, temu hitam, temu rapet, sereh
Piperaceae (Sirih), Plumbaginaceae (Pule wangi.
pandak), Poaceae (Alang-alang, Sereh Cara pengolahan tumbuhan obat oleh
wangi), Punicaceae(Delima), Ranunculaceae masyarakat Desa Rahtawu terdiri dari
(Jinten hitam), Rubiaceace(Sembukan), beberapa cara, diantaranya adalah diseduh,
Umbilliferae (Apiaceae)(Pegagan), ditumbuk, diminum, dioles, disangrai
Verbenaceae (Tembelekan), Zingiberaceae ataupun dimakan langsung.
(Dlingo, bengkle, jahe, lengkuas, kencur, Sumber belajar yang dibuat adalah
berbentuk majalah. Majalah tersebut berjudul
“Etnobotani tumbuhan obat di Desa Rahtawu yaitu 92 %, yang artinya majalah tersebut
Lereng Gunung Muria Kudus Sebagai (Sangat Layak)
Sumber Belajar Berbentuk Majalah”. Penilaian
kelayakan majalah dilakukan dengan Adapun validasi majalah tidak hanya di
menggunakan kuesioner (angket). nilai oleh ahli media dan ahli materi saja,
Hasil penilaian oleh ahli materi dapat tetapi juga melibatkan mahasiswa dalam
dilihat dalam tabel dibawah ini : penilaian kelayakan majalah etnobotani
Tabel 1 Pe.rsentase Penilaian Majalah tumbuhan obat. Dengan menggunakan skala
oleh Ahli Materi jenuh yaitu melibatkan mahasiswa yang
TOT mengambil mata kuliah biologi tumbuhan
ASPEK PRESENT obat. Adapun table presentasenya adalah
N AL
PENILAI ASI SKOR sebagai berikut :
O SKO
AN (%) Adapun table 4.4 tentang hasil angket
R
dari mahasiswa.
1 Kelayakan 73 85 % ASPEK JUML PRESESN
N
Isi PENILAIA AH TASI
O
N SKOR SKOR
2 Kelayakan 48 80 %
penyajian 1 Kelayakan 543 89 %
Materi
3 Penilaian 50 80 %
bahasa 2 Kebahasaa 107 89 %
n
Rata-Rata 81,6 %
3 Keterlaksa 211 88 %
naan
Dari penilaian oleh ahli materi untuk
ketiga aspek tersebut memperoleh 4 Kelayakan 818 85 %
presentasi 81,6 % artinya majalah tersebut Penyajian
(sangat layak)
Rata-rata 88 %
Table 4.2 Hasil penilaian ahli media
adalah sebagai berikut:
ASPEK JUML Hasil penilaian kuisioner oleh
N PRESESNT
PENILAI AH mahasiswa biologi di lihat dari 4 aspek
O ASI SKOR
AN SKOR yaitu komponen kelayakan materi
memperoleh presentase 89 %,komponen
1 Tampilan 47 94 % kebahasaan 89 %, komponen
keterlaksanaan 88 %, dan komponen
2 Penyajian 64 91 % tampilan penyajian 85 %. Jadi presentase
materi penilaian angket mahasiswa memperoleh
rata-rata 88 %. Artinya majalah “Sangat
3 Manfaat 18 90 %
Layak” sebagai sumber belajar biologi.
Rata-rata 92 %
Table. 4.5 rata-rata angket kelayakan
No Validator Skor Presentase
Dari hasil penilaian oleh ahli media dari 3
1. Ahli Materi 82 %
aspek tersebut memperoleh hasil rata-rata
2. Ahli Media 92 % 3. Mahasiswa 88 %
Rata-rata 87% REFERENSI

[1] Hidayat, samsyul dkk. 2015. Kitab


Presentase kelayakan Majalah Etnobotani Tumbuhan Obat. Swadaya grup : Jakarta
Tumbuhan Obat secara keseluruhan baik dari [2] Fakhrozi I. 2009. Etnobotani masyaraat
segi materi, media maupun mahasiswa suku melayu tradisional disekitar taman
adalah 87 %. Sehingga dapat dikatakan nasional bukit tigapuluh (skripsi).
bahwa Majalah Etnobotani Tumbuhan Obat Fakuultas kehutanan. Institut Pertanian
sangat layak digunakan sebagai sumber Bogor. Bogor.
belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biologi
Tumbuhan Obat. [3] Farhatul, Wahidah Baiq. 2015.
Etnobotani. (Makasar : Alauddin
RANGKUMAN University Press)
[4] Indrawan, Mochamad, dkk . 2007.
Hasil penelitian pemanfaatan tumbuhan Biologi Konservasi; Edisi Revisi. Jakarta:
obat di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Yayasan Obor Indonesia
Kabupaten Kudus tepatnya di Lereng
Gunung Muria 45 spesies tumbuhan yang [5] Latief, Abdul. 2014. Obat Tradisional.
tergolong dalam 32 famili. Bagian tumbuhan Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa [6] Marten GJ 1998. Etnobotani M.
Rahtawu terdiri dari (Akar, daun, rimpang, Mohammad, Penerjemah, Gland
buah, batang, umbi, biji, dan seluruh bagian) Switzerland :Kerjasama Natural History
bagian yang paling banyak digunakan adalah Publication (Borneo), Kota Kinabaludan
daun. Cara pengolahan tumbuhan obat oleh World Life Fund for Nature.
masyarakat Desa Rahtawu terdiri dari
beberapa cara, diantaranya adalah diseduh, [7] Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian
ditumbuk, diminum, dioles, disangrai Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya
ataupun dimakan langsung. Hasil Presentase [8] Mumpuni, K. E.2013. Potensi Pendidikan
validasi Majalah Etnobotani Tumbuhan rata- Keunggulan Lokal Berbasis Karakter dalam
rata secara keseluruhan baik dari segi materi, Pembelajaran Biologi di Indonesia.
media maupun mahasiswa adalah 87,72 %. Prosiding Seminar Nasional IX Biologi,
Sehingga dapat dikatakan bahwa Majalah Sains Lingkungan dan Pembelajarannya
Etnobotani Tumbuhan Obat sangat layak dalam Upaya Peningkatan Daya Saing
digunakan sebagai sumber belajar Mahasiswa Bangsa. Surakarta: Pendidikan Biologi
pada Mata Kuliah Biologi Tumbuhan Obat UNS. Semarang 25 Juli 2017

UCAPAN TERIMA KASIH [9] Steenis, Van. 2006. Flora. Jakarta : PT


Perca.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan [10] Tjirtosoepomo, Gembong, 2010.
kepada kedua orang tuaku yang tanpa Taksonomi tumbuhan obat. Gajah mada
henti memberikan doa terbaik untuk university pers : Yogjakarta
penulis. Kedua pembimbing serta validator
materi ataupun media serta mahasiswa
(Catatan: Patuhi format aturan penulisan
biologi yang sedang/telah menempuh mata
referensi. Hati-hati dengan penomoran dan
kuliah biologi tumbuhan obat.
gaya/bentuk referensi untuk buku, jurnal,
bab dalam sebuah buku, prosiding, tesis,
dan paten. Ketika merujuk pada kutipan,
referensi ditulis dalam kurung siku […] dan
menunjukkan urutan referensi. Pada bagian dalam angka. Nama Tabel dan Gambar
referensi, jenis huruf dan ukuran yang harus dimasukkan atau terdapat dalam teks
digunakan adalah Book Antiqua dengan artikel.
ukuran 11pt. Daftar referensi ditulisan

Anda mungkin juga menyukai