BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uteri adalah tumbuhnya sel-
sel abnormal pada jaringan leher rahim (serviks), di mana sel – sel permukaan
(epitel) tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang
2.2 Epidemiologi
Sekitar 500.000 kasus baru dijumpai di seluruh dunia tiap tahunnya, dan
SA, 2012). Tiap tahunnya, sekitar 11.000 wanita di Amerika Serikat mengalami
kanker serviks invasif, dan sekitar 4.000 kematian karenanya (Pollard, 2012).
pertama dengan persentase 16% dari jenis kanker yang banyak menyerang
perempuan Indonesia (Fitriana NA et al, 2012). Pada tahun 2006 di Provinsi Jawa
Tengah, kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 22.857 kasus (7,13 per
1.000 penduduk), dan kasus kanker serviks tercatat sebanyak 2,08 per 1.000
6
2.3 Etiologi
menjadi komponen penting dari proliferasi sel kanker (Schorge, 2008). Seiring
HPV, kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan
kohort didapatkan Risiko Relatif (RR) hubungan antara infeksi HPV dan kanker
serviks antara 20 sampai 70 (Kampono, 2011). Terdapat dua kelompok tipe HPV
2013):
2) Kelompok risiko tinggi meliputi HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV
33, dan HPV 45, di mana tipe ini berhubungan kuat dengan kanker.
(SJC) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu batas antara epitel yang
histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis
bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual, dan jumlah
paritas. Pada wanita muda, SSK berada di luar ostinum uteri eksternum,
7
sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
serviks. Oleh karena itu pada wanita muda, SSK rentan terhadap faktor luar
berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SSK tersebut. Pada wanita
dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengarruh pH vagina
yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa
pubertas. Akibat proses metaplasia ini, maka secara morfogenetik terdapat 2 SJC,
yaitu SJC asli dan SJC baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut
Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu ke dalam gen
dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga
sebagai tingkat pra-kanker. Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker
Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini
berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 -20 tahun. Dalam
8
perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian
menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang
menjadi kanker serviks. Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten
menyatakan bahwa tidak semua lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi
invasif atau kanker serviks, sehingga diakui masih banyak faktor yang
mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12% saja yang berkembang ke derajat yang
lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko
et al, 2009).
khususnya tipe 16,18, 31, 33 dan 45. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan
1) Usia
2013).
9
2) Paritas
muda, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua. Jumlah pasangan
4) Wanita Perokok
2013).
2009).
8) Infeksi klamidia
kanker serviks lebih tinggi pada wanita dengan hasil tes infeksi
Sekitar 80% dari kanker serviks adalah tipe karsinoma sel skuamosa. Kanker ini
tersebut. Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terdiri dari sel-sel yang seperti sel-
sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa paling sering dimulai di mana ektoserviks
(Schorge, 2008)
(Schorge, 2008)
Terdapat juga tipe lain kanker serviks yang memiliki fitur dari kedua karsinoma
2008).
klinis. The FIGO Staging Guidelines terakhir kali diperbaharui tahun 2009.
Stadium 0 tidak lagi dimasukkan dalam penentuan stadium FIGO (Wiebe, 2012).
14
SK Deskripsi
I Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks).
sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7mm.
IA1 Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang.
IA2 Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang.
IB Tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih
II Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding pelvis. Penyebaran
IIA Menyebar ke vagina 2/3 bagian atas. Tidak terlihat penyebaran jelas di parametrium.
III Kanker meluas sampai ke dinding samping pelvis dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah.
Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan
IIIA Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding pelvis.
IIIB Kanker meluas sampai dinding pelvis yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat
gangguan ginjal.
IV Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui pelvis.
Diagnosis, Terapi dan Bagan Alur Pelayanan Pasien tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
mengeluhkan hal yang sama, bahkan ada yang tanpa keluhan. Keluhan yang dapat
Keputihan,
Pada pemeriksaan fisik umum biasanya terdapat pembesaran kelenjar limfe supra
klavikula dan inguinal. Selain itu bisa juga terdapat pembesaran liver, ascites, dan
1) Vaginal toucher
16
vagina.
atau endofitik.
2) Rectal toucher
Free Space (CFS), yaitu merupakan daerah bebas antara tepi lateral
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pap smear sebagai skrining,
biopsi dengan/tanpa tuntunan kolposkopi, konisasi, tes fungsi ginjal, hati, dan
organ lainnya. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan lain sesuai dengan
keperluan, seperti foto toraks, USG ginjal/abdomen, IVP, sistoskopi, CT scan, dan
rektoskopi.
17
2.9 Penatalaksanaan
Sanglah berdasarkan Buku Pedoman Diagnosis, Terapi dan Bagan Alur Pelayanan
(Buku Pedoman Diagnosis, Terapi dan Bagan Alur Pelayanan Pasien, 2003)
18
Catatan:
2) Paliatif anti nyeri selain untuk pasien stadium invasif-lanjut juga dapat
dan keluarga.