Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Kelenjar hipofisis (pituitary) merupakan salah satu hormone
yang juga disebut master of gland atau kelenjar pengendali karena menghasilkan hormone-
hormone yang mengatur kinerja hormone lain. Terletak didasar tengkorak, di dalam fossa
hipofisis tulang sfenoid. Kelainan pada kelenjar hipofisis terbagi menjadi 2 yaitu hipofungsi
hipofise dan hiperfungsi hipofise.
Medical Daily mengatakan, kaitan antara angka harapan hidup dengan tinggi
badan, dilatarbelakangi oleh kasus gigantisme dan akromegali. Seperti dilansir dari
Meet Doctor, gigantisme, kata dr. Deffy Leksani Anggar Sari, adalah kondisi
kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar yang di atas normal. Gigantisme,
lanjut dia, disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.  Tinggi orang
dewasa yang mengalami gigantisme dapat mencapai 2,25 - 2,40 meter. Akromegali
juga merupakan kondisi kelebihan hormon pertumbuhan, hanya bedanya jika
gigantisme muncul sejak kanak-kanak, akromegali muncul saat dewasa.
Sedangkan Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi
merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab
infeksi ke dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur,
virus, dan parasit.
Penyakit menular seksual kini dikenal dengan infeksi menular seksual, yaitu infeksi yang
umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran pun bisa dari
darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga
bisa dari pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian bagi diantara beberapa
orang, serta berisiko menularkan infeksi.

1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari satu juta penyakit menular
seksual timbul setiap harinya di seluruh dunia. Setiap tahun, diperkirakan ada 357 juta infeksi
baru. Dari sekian PMS yang ada, penyakit kutil kelamin atau genital warts merupakan yang
paling banyak mendera orang-orang Indonesia. Tenaga medis Klinik Angsa Merah, dr
Adyana Esti, mengatakan bahwa sebanyak 290 juta wanita di dunia terinfeksi human
papilomavirus alias HPV.
Kebidanan sebagai profesi yang terus berkembang harus mengikuti perkembangan dan
perubahan globalisasi. Era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia
profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme terkait erat
dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang profesional. Kompetensi profesional
adalah suatu kebiasaan dan diterapkan dengan bijak dengan memperhatikan komunikasi.
Pengetahuan, keterampilan teknikal, alasan klinikal, emosi, nilai, dan refleksi dalam praktik
sehari-hari untuk memperbaiki kesehatan individu,keluarga dan masyarakat. Sikap
profesional bidan tidak terlepas dari harapan masyarakat terhadap profil seorang bidan.
Peran bidan yang diharapkan yaitu sebagai pelaksana. Sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, peneliti, sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri,
tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan. Dan dalam melakukan tugas kolaborasi bidan
harus sesuai dengan peran fungsi dan tanggung jawab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dengan kelainan
kelenjar hipofisis?
2. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dengan kondiloma
akuminata?
3. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan nifas dengan
limfogranuloma inguinale?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil,bersalin dan nifas
dengan kelainan kelenjar hipofisis
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil,bersalin dan nifas
dengan kondiloma akuminata
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil,bersalin dan nifas
dengan limfogranuloma inguinale

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Endokrin
1. Pengertian
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa
oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan
"pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain
dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin meliputi suatu sistem dalam tubuh manusia yang terdiri dari
sejumlah kelenjar penghasil zat yang dinamakan hormon. Kelenjar ini dinamakan
“endokrin” karena tidak mempunyai saluran keluar untuk zat yang dihasilkannya.
Hormon yang dihasilkannya itu dalam jumlah sedikit pada saat dibutuhkan dan dialirkan
ke organ sasaran melalui pembuluh darah bercampur dengan darah. Kelenjar yang
produknya disalurkan melalui pembuluh khusus (seperti kelenjar ludah) dinamakan
kelenjar eksokrin.
2. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis (pituitary) juga disebut master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan hormone-hormone yang mengatur kinerja hormone lain. Terletak
didasar tengkorak, di dalam fossa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar ini berbentuk bulat
dan berukuran kecil dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian
anterior, hipofisis bagian tengah (pars intermedia), dan hipofisis bagian posterior.

4
Gambar Hormon yang dihasilkan pada Kelenjar Hipofisis
a. Hipofisis Lobus Anterior
Hormon yang dihasilkan lobus Anterior antara lain :
 Hormon  pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
Hormon pertumbuhan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tulang, terutama
tulang pipa dan otot. Kekurangan hormon ini pada anak-anak akan menghambat
pertumbuhan (kerdil/kretinisme), jika kebanyakan akan menyebabkan pertumbuhan
raksasa (gretinisme). Jika kelebihan saat dewasa akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang antara tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung.
 Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Hormone (LTH)
Prolaktin (PRL) berfungsi untuk membantu kelenjar dan memelihara sekresi susu
oleh kelenjar susu.
 Hormon  Tirotropin (Thyroid Stimulating Hormone)
Hormon Tirotropin berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
kelenjar gondok serta merangsang sekresi insulin.
 Adrenocorticorotripic Hormone (ACTH)
Adrenocorticorotripic Hormone (ACTH) berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk
mensekresikan glukokortiroid (hormone yang dihasilkan untuk
metabolism karbohidrat).
 Hormon  Gonadotropin pada wanita
5
1) Folicle Stimulating Hormone (FSH), berfungsi untuk merangsang pematangan
folikel dalam ovarium, menghasilkan estrogen.
2) Luteinizing Hormone (LH), berfungsi untuk mempengaruhi pematangan folikel
dalam ovarium, menghasilkan progestron.
 Hormon  Gonadotropin pada pria
1) FSH, berfungsi untuk merangsang terjadinya spermatogenesis (proses
pematangan sperma)
2) Intersitial Cell Stimulating Hormone (ICSH), berfungsi untuk merangsang sel-sel
intersitial testis untuk memproduksi testosterone dan androgen.
b. Hipofisis Bagian Tengah (Pars Media)
Hormon yang dihasilkan Hipofisis Bagian Tengah (Pars Media) adalah :
 Melanosit Stimulating Hormone (MSH)
Melanosit Stimulating Hormone (MSH) berfungsi untuk mempengaruhi warna kulit
individu dengan cara menyebarkan butiran-butiran melanin, apabila hormone ini
banyak dihasilkan maka kulit akan menjadi hitam.
c. Hipofisis Lobus Posterior
Hormon yang dihasilkan lobus posterior antara lain :
 Oksitosin
Oksitosin berfungsi untuk menstimulasi kontraksi otot polos pada Rahim wanita
selama proses kelahiran
 Hormon ADH
Hormon ADH berfungsi untuk menurunkan volume urine dan meningkatkan
tekanan darah dengan cara penyempitan pembuluh darah. Banyak sedikitnya cairan
yang masuk akan dideteksi oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma)
dalam darah sedikit maka hipofisis akan mensekresikan ADH untuk melakukan
reabsorpsi sehingga darah mendapatkan cairan dari reaksi tersebut. Dengan demikian
kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang.

3. Kelainan Kelenjar Hipofisis

6
a. Hiperfungsi Kelenjar Hipofise
1) Pengertian
Sering disebut juga hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang
terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga menyebabkan peningkatan
sekresi salah satu hormon hipofise atau lebih.
2) Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami pembesaran,
disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm, yang terdiri
atas satu jenis sel atau beberapa jenis sel. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri
atas sel- sel laktotropik (juga dikenal sebagai prolaktinomas). Prolaktinoma
(adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel
pensekresi prolaktin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita
usia reproduktif dan dimana terjadi (tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder), galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
3) Penyakit yang Timbul pada Hiperfungsi
 Gigantisme dan Akromegali
Gigantisme dan akromegali disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan.
Bila kelebihan GH terjadi selama masa anak-anak dan remaja, maka
pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat, dan pasien akan menjadi
seorang raksasa.

b. Hipofungsi Kelenjar Hipofise

7
1) Pengertian
Sering disebut juga hipopituitarisme yaitu memiliki tingkat hormon basal
yang rendah dan tidak merespons terhadap pemberian hormon perangsang
sekresi.
2) Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila
gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila
gangguan terdapat pada hipotalamus
3) Penyakit yang Timbul Pada Hipofungsi
• Gangguan sekresi Vasopresin
Gangguan ini dapat terjadi akibat dekstrusi nukleus hipotalamik yaitu
tempat vasopresin disintesis (DI sentral) atau sebagai akibat tidak
responsifnya tubulus ginjal terhadap vasipresin (DI nefrogenik) walaupun
kadar hormon ini sangat tinggi.
• Diabetes Insipidus (DI)
Diabetes Insipidus (DI) ditandai dengan kurangnya ADH sekunder
terhadap lesi yang menghancurkan hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise
posterior. Kondisi ini dapat disebabkan oleh tumor, infeksi otak atau
meningen, hemoragi intrakranial, atau trauma yang mengenai tulanga bagian
dasar tengkorak. Klien dengan diabetes insipidus mengeluarkan urine
hipotonik dalam jumlah yang besar (5 sampai 6 liter per hari).

Sumber : https://byjus.com/biology/diabetes-insipidus/
B. Penyakit Menular Seksual

8
1. Pengertian
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi merupakan
infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi ke
dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus,
dan parasit.
Penyakit menular seksual kini dikenal dengan infeksi menular seksual, yaitu infeksi
yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran pun bisa
dari darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebaran tanpa hubungan
seksual juga bisa dari pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian bagi
diantara beberapa orang, serta berisiko menularkan infeksi.
2. Jenis Penyakit Menular Seksual
a. Kondiloma Akuminata
1) Pengertian Kondiloma Akuminata
Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di
dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh Human Papiloma Virus tipe
tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Tipe HPV tertentu mempunyai
potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. tipe ini merupakan jenis virus
yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih
sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks
derajat ringan.

9
2) Etiologi Kondiloma Akuminata
Penyebab kondiloma akuminata adalah HPV yang merupakan virus deoxy
nucleic acid (DNA) kecil dari famili pavoviridae. HPV virion tidak mempunyai
envelope, berdiameter 55 nm, mempunyai kapsid ikosahedral. Genom HPV
berbentuk sirkuler dan panjangnya 8 kb. Lebih dari 100 genotipe HPV telah diisolasi
dan diketahui dan lebih dari 40 jenis HPV yang menginfeksi genitalia.2,19 HPV tipe
6 dan 11 adalah tipe yang paling sering menyebabkan kondiloma
akuminata,namun dapat juga disebabkan oleh tipe lain.
Infeksi HPV pada genital ini terutama ditularkan melalui kontak seksual.
Penularan melalui kontak seksual non penetrasi dapat terjadi.1,20 Pada
sebuah penelitian terhadap pria dan wanita penderita kondiloma akuminata, 27%
subjek memiliki DNA HPV yang sama dengan yang terdeteksi pada sampel
genital dan sampel sekaan jari. Penularan HPV melalui darah tidak pernah
dilaporkan.
3) Gejala Kondiloma Akuminata
Pada wanita, kondiloma akuminata bisa tumbuh di vulva, dinding vagina, area
antara genital eksterna dan anus, lubang anus, dan juga serviks (leher rahim).
Sedangkan pada laki - laki, bisa terjadi pada ujung penis, skrotum (kantung buah
zakar), atau anus. Kondiloma akuminata juga bisa tumbuh di mulut atau tenggorokan
orang yang melakukan secara oral dengan orang yang terinfeksi virus penyebab.

10
4) Penyebab Kondiloma Akuminata
Penyebab penyakit ini adalah virus papilloma.Pada wanita, virus papiloma tipe 16
dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat
kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus
papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan
dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur,
penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
5) Ciri-ciri Kondiloma Akuminata
a) Munculnya benjolan daging pada bagian sekitar kelamin yang berwarna abu-
abu serta terjadi pembengkakan pada daerah genital Anda.
b) Beberapa kutil tumbuh berdekatan mirip seperti bentuk kembang kol atau
seperti jengger ayam.
c) Terasa gatal atau rasa tidak nyaman pada bagian sekitar daerah genital.
d) Terjadi perdarahan pada saat hubungan intim
Pada wanita kutil kelamin dapat tumbuh pada bagian:
 Vulva.
 Anus.
 Leher rahim.
 Paha bagian atas.
 Daerah antara kelamin dan anus.
Selain pada alat vital dan daerah di sekitarnya, kutil kelamin juga dapat
tumbuh pada mulut atau tenggorokan. Biasanya kondisi ini ditularkan melalui
seks oral.
6) Penatalaksanan Kondiloma Akuminata
Penatalaksanaan pengobatan kondiloma akuiminata dilakukan oleh dokter, Kutil
pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau
pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau
racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil.
Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan,
bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gatal.

11
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan
endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada
pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
7) Patologis Kondilama Akuminata
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strat. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul
sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual.
HPV yang berhubungna dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah
dan tinggi yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma
genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe
16,18,31,33,45,51,52,56,68,89 merupakan resiko tinggi.
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya
epitel skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah
epitel, namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena
ditandai dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia
(akontosis), pars papilare pada dermis memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak
selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada waktu yang lama atau pengobatan
yang tidak berhasil dimana stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel yang
parakeratosis. Koibeytes terpancar-pancar keluar dari lapisan terluar dari kutil
genialia. Merupakan sel skuamosa yang zona mature perinuclear yang luas yang
dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua
atau lebih nuklei/inti bisa terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukan adanya
partikel-partikel virus pada suatu bagian nuklei sel. Koilositosis muncul untuk
menunjukkan kembali suatu efek sitopatik spesifik dari HPV.
8) Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah kutil kelamin adalah tidak berhubungan seks dengan
seseorang yang tidak di ketahui riwayat seksualnya. Hal ini karena bisa saja pasangan
seksual terserang kutil kelamin, namun tidak diketahuinya karena tidak menimbulkan
gejala.

12
Langkah pencegahan lain adalah dengan menggunakan kondom setiap
berhubungan seks. Hanya saja perlu diingat bahwa kondom tidak 100 persen efektif
mencegah kutil kelamin. Di samping itu, penting untuk tidak berganti-ganti pasangan
seksual dan berbagi pakai alat bantu seks.
Metode selanjutnya untuk mencegah kutil kelamin adalah dengan imunisasi HPV.
Vaksin HPV diberikan 2 atau 3 kali sebelum seseorang mulai aktif secara seksual,
yaitu mulai usia 10 sampai 18 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
vaksin pada usia yang dianjurkan dapat mengurangi risiko kutil kelamin hingga lebih
dari 50 persen.
Vaksin HPV umumnya hanya menimbulkan efek samping ringan, seperti nyeri
pada area bekas suntikan, pusing, sakit kepala, serta flu ringan.
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Acetowhite
Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5%, yang dapat digunakan untuk
mendeteksi infeksi HPV subklinis.1,2 Dalam waktu 1-5 menit lesi akan berubah
warna menjadi putih.27 Derajat perbedaan pemeriksaan acetowhite terhadap
berbagai tipe kondiloma beervariasi oleh karena hidrasi dari epidermis. Pada lesi
kondiloma yang lembab, dapat memudahkan penetrasi asam asetat dan kemudian
terjadi koagulasi protein (sitokeratin) dan kemudian lesi menjadi berwarna putih.
Namun penetrasi pada lesi yang lebih kering akan menurun. Sensitivitas dan
spesifitas pemeriksaan acetowhiterendah dalam mendeteksi infeksi subklinis
b) Histopatologi
Pada epitel yang terinfeksi HPV pada pemeriksaan histopatologi akan tampak
adanya akantosis, papilomatosis, hiperkeratosis, parakeratosis dan
koilositosit.1,34Koilosit yang merupakan sel skuamosa matur dengan daerah
perinukleus besar dan bening, mungkin tersebar diseluruh lapisan sel. Nukleus
koilosit mungkin membesar dan hiperkromatik.
c) Deteksi DNA HPV
Beberapa uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi DNA HPV seperti
southern blot, dot blot, hibridisasi insitu, polymerase chain reaction (PCR) dan

13
hybrid capture assay. Dari semuanya, PCR merupakan teknik yang paling sensitif
untuk mendeteksi DNA HPV
b. Lymphogranuloma Inguinale
1) Pengertian Lymphogranuloma Inguinale
Lymphogranuloma inguinale adalah infeksi menular seksual yang diakibatkan
oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis jenis tertentu. Penyakit ini merupakan
penyakit endemik di daerah tropis, khususnya di Asia Tenggara, Afrika, India,
Amerika Selatan, dan Karibia. 
Penyakit ini seringkali ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di
daerah lipat paha dan luka (ulkus) pada daerah genital atau kelamin yang sembuh
dengan sendirinya.

2) Gejala Lymphogranuloma Inguinale


Gejala lymphogranuloma inguinale yang muncul pada seseorang dapat dibagi
menjadi 3 tahap. Tahap 1 terjadi sektar 3 hari hingga 3 minggu setelah seseorang
terkena infeksi Chlamydia trachomatis. Gejala lymphogranuloma inguinale tahap 1
biasanya ditandai dengan:
 Munculnya ulkus dangkal atau papul yang tidak terasa sakit pada organ genital
luar.
 Timbul lesi yang mirip dengan lesi akibat herpes.

14
 Munculnya gejala peradangan uretra atau saluran kemih.
 Timbul pembesaran kelenjar getah bening di daerah lipat paha yang dapat pecah
serta membentuk rongga.
Lymphogranuloma inguinale tahap 2 dapat terjadi sekitar 10-30 hari setelah
terkena bakteri Chlamydia trachomatis,namun gejala lymphogranuloma inguinale
stadium 2 dapat berkembang selama berbulan-bulan. Gejala lymphogranuloma
inguinale stadium 2, antara lain adalah:
 Munculnya gejala infeksi sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, muntah,
lemas dan nyeri sendi.
 Munculnya pembesaran kelenjar getah bening yang tidak hanya di lipat paha,
namun di daerah panggul dan dalam perut. Pembesaran ini terasa nyeri dan
sekelilingnya terlihat kemerahan. Jika penyakit ini terjadi pada daerah mulut
akibat seks oral, pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi di leher.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat pecah membentuk rongga (sinus) atau
saluran abnormal (fistula).
 Kulit menjadi kemerahan.
Lymphogranuloma inguinale tahap 3 dapat muncul hingga 20 tahun pasca infeksi
terjadi. Lymphogranuloma inguinale tahap 3 seringkali terjadi pada wanita akibat
tidak teridentifikasinya lymphogranuloma inguinale stadium 1 dan 2. Secara umum,
gejala-gejala lymphogranuloma inguinale tahap 3 adalah:
 Munculnya proktokolitis, yaitu infeksi anus, rektum, dan usus besar.
 Gatal-gatal pada anus.
 Keluarnya darah dan nanah dari anus.
 Nyeri daerah anus dan tenesmus, yaitu rasa tidak puas setelah buang air besar dan
ingin buang air besar walaupun setelah dilakukan.
 Konstipasi dan berat badan turun.
 Pembengkakan dan kemerahan di daerah rektum seperti hemoroid akibat
penyumbatan pembuluh getah bening.
 Dinding anus terasa kasar saat pemeriksaan colok dubur.
 Dapat terjadi penyempitan pada rektum serta pembengkakan pada genital

15
Pada wanita, lymphogranuloma inguinale stadium 3 dapat ditandai dengan
pembesaran, penebalan dan luka yang terjadi pada labia. Kondisi ini disebutSelain itu,
lymphogranuloma inguinale stadium 3 pada wanita dapat menyebabkan gejala
sistemik seperti:
o Demam.
o Nyeri.
o Gatal-gatal.
o Nyeri pada saat buang air kecil.
o Diare yang mengandung darah atau nanah.
3) Penyebab dan Faktor Risiko Lymphogranuloma Inguinale
Terjadinya lymphogranuloma inguinale pada seseorang diakibatkan oleh infeksi
bakteri Chlamydia trachomatis, terutama varian L1, L2, dan L3. Kasus-kasus
lymphogranuloma inguinale yang umumnya muncul adalah akibat infeksi Chlamydia
trachomatis varia L2b. Namun, dewasa ini muncul varian baru lymphogranuloma
inguinale yang diakibatkan oleh Chlamydia trachomatis varian L2c yang
menyebabkan peradangan berat pada dinding rektum.
Seseorang dapat lebih mudah terkena lymphogranuloma inguinale jika:
 Berjenis kelamin pria.
 Melakukan hubungan seksual yang tidak aman.
 Menjadi penerima hubungan seks anal.
 Menjalani hubungan seks oral.
 Seorang pekerja seksual.
 Melakukan hubungan seksual dengan seseorang dari daerah endemik.
 Memiliki lebih dari satu pasangan seksual.
4) Diagnosis Lymphogranuloma Inguinale
Diagnosis lymphogranuloma inguinale cukup sulit dilakukan, oleh karena itu
penyebab gangguan limfadenopati dan ulkus genital lainnya perlu diidentifikasi
terlebih dahulu sebelum dilakukan diagnosis lymphogranuloma inguinale. Selain itu,
perlu dilakukan skrining penyakit menular seksual lainnya sebelum melakukan
langkah-langkah diagnosis untuk memastikan apakah pasien menderita

16
lymphogranuloma inguinale atau tidak. Beberapa metode diagnosis
lymphogranuloma inguinale, antara lain adalah:
 Kultur Chlamydia trachomatis. Metode ini dapat dilakukan dengan mengambil
sampel cairan yang diambil dari pembesaran kelenjar getah bening dengan
aspirasi jarum atau dari cairan yang keluar dari ulkus dan jaringan rektum.
Meskipun cukup akurat, metode ini hanya memiliki tingkat keberhasilan kultur
sekitar 30%, serta cukup mahal dan sulit dilakukan.
 CT scan. CT scan dapat berguna untuk mendeteksi jangkauan dan banyaknya
limfadenopati yang terjadi. Selain itu, CT scan dapat menunjukkan kemungkinan
penyebab lain dari limfadenopati.
 Kolonoskopi dan sigmoidoskopi. Metode ini dapat mengidentifikasi penyebab
gejala anorektal yang muncul pada terduga penderita lymphogranuloma inguinale.
Metode kolonoskopi dan sigmoidosopi dapat dikombinasikan dengan biopsi
jaringan rektum dan anus untuk memberikan hasil lebih akurat terkait kondisi
anus penderita.
 Tes fiksasi komplemen. Tes fiksasi komplemen merupakan metode tes imunologi
yang bertujuan untuk mendeteksi antibodi atau antigen spesifik di dalam darah
Tes ini lebih spesifik dan sensitif dalam mendeteksi adanya bakteri Chlamydia
trachomatis.
5) Pengobatan Lymphogranuloma Inguinale
Metode pengobatan lymphogranuloma inguinale melibatkan pemberian antibiotik
dan pembedahan. Pemberian antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri yang
menyebabkan terjadinya lymphogranuloma inguinale. Antibiotik yang dapat
diberikan, antara lain adalah:
 Doxycycline. Obat ini dapat diberikan kepada penderita lymphogranuloma
inguinale baik yang positif terkena HIV maupun yang tidak terkena
HIV. Doxycycline merupakan antibiotik primer yang harus diberikan kepada
penderita lymphogranuloma inguinale, kecuali kepada wanita hamil. Khusus
wanita hamil yang menderita lymphogranuloma inguinale, maka harus diberikan
antibiotik jenis lain selain doxycycline. Pemberian doxycyline kepada penderita

17
lymphogranuloma inguinale yang juga terkena HIV biasanya dilakukan lebih
lama dibanding penderita lymphogranuloma inguinale yang tidak menderita HIV.
 Erythromycin.  Erythromycin memiliki kategori B pada kehamilan, yang artinya
studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
6) Komplikasi Lymphogranuloma Inguinale
Beberapa komplikasi yang dapat muncul jika lymphogranuloma inguinale tidak
ditangani dengan baik, antara lain adalah:
 Radang sendi.
 Konjungtivitis.
 Meningoensefalitis.
 Infeksi paru-paru.
 Perikarditis.
 Pecahnya benjolan yang diikuti dengan munculnya sinus atau fistula.
 Fibrosis atau perubahan bentuk penis.
 Hepatomegali.
 Penyumbatan usus besar akibat penyempitan rektum.
 Radang serviks dan saluran indung telur pada wanita.
7) Pencegahan Lymphogranuloma Inguinale
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan lymphogranuloma
inguinale, antara lain adalah:
 Melakukan hubungan seks yang aman dan sehat.
 Melakukan pemeriksaan rutin terkait risiko LGV di klinik untuk memantau
adanya LGV terutama di stadium awal.

18
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. I USIA 32 TAHUN
DENGAN DIABETES INSIPIDUS GESTASIONAL
(DOKUMENTASI SOAP)

Pengkajian : 29 Juli 2018


SUBJEKTIF (S)
1. Ibu mengatakan sering merasa haus.
2. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya yaitu 20 Juni 2018
3. Ibu mengatakan mudah lelah dan nafsu makan menurun.
4. Ibu mengatakan sering kencing khususnya pada malam hari sehingga mengganggu pola
tidurnya.
5. Ibu mengatakan merasa nyeri saat melakukan hubungan seksual.
6. Ibu mengatakan merasa bingung dengan kondisi yang dirasakannya.

 Riwayat Kesehatan
- Tidak ada riwayat penyakit akut atau trauma pada kepala yang pernah diderita ibu
serta riwayat pembedahan kepala dan pemakaianobat.
- Tidak ada riwayat menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama.

OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum ibu : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital : TD = 90/70 mmHg
HR = 60 x/i
RR = 20 x/i
T = 36,6℃
d. BB sekarang : 58 Kg
e. BB sebelumnya : 64 Kg

19
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi :
o Ibu tampak pucat dan kurus
o Bibir tampak kering
b. Palpasi : Turgor kulit baik (bila kulit ditekan akan
cepat kembali kekeadaan semula)

ANALISIS (A)
Ny I usia 32 tahun G1P0A0, usia kehamilan 6-8minggu dengan DI (Diabetes Insipidus)
gestasional.

PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu tentang keadaan umumnya.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui mengenai keadaan umum ibu
2. Menganjurkan ibu untuk minum sekitar 2000-2500 cc/hari.
Evaluasi : ibu sudah mengerti anjuran bidan
3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan diberikan obat melalui cairan infuse
Evaluasi : ibu sudah tahu bahwa akan diberikan obat
4. Mengkaji karakteristik urin ibu meliputi frekuensi, konsistensi, bau, dan volume.
Evaluasi : bidan sudah mengkaji data perkembangan urin ibu
5. Memantau keadaan dan TTV ibu .Catat jika ada perubahan
Evaluasi : bidan sudah melakukan pemantauan
6. Menganjurkan ibu untuk membatasi asupan cairan (minum) dan BAK dimalam hari
sebelum tidur untuk menghindari gangguan pola tidur.
Evaluasi : ibu sudah mengerti anjuran bidan
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpOG terkait pemberian obat dan terapi lebih
lanjut.
Evaluasi : bidan sudah berkolaborasi dengan dokter

20
Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Diabetes Insipidus

Tanggal : 14 Mei 2019


 
Subjektive        
- Ny.E berusia 27 tahun datang ke BPM bersama suami, ibu mengatakan perutnya mules
sejak tadi malam. Ibu merasakan seperti ingin buang air besar.
- Ibu mengatakan sering buang air kecil pada malam hari
- Ibu mengatakan selalu merasa haus
- Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir yaitu 14 Agustus 2018
Objektive         :
1. TTP : 21 Mei 2019
2. Keadaan Umum : baik
3. Kesadaran : compos mentis
4. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu : 36,5 oC
5. Pemeriksaan Abdomen:
Leopold I : TFU setinggi px (34 cm)
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : 143 x/menit
TBBJ : 3410 gram
Kontraksi 2x dalam 10 menit dengan durasi (kekuatan 35 detik)
Kandung kemih : penuh
6. Pemeriksaan dalam pukul 11.15 WIB :
 Pembukaan : 2 cm

21
 Penurunan Kepala : 4/5
 Ketuban : utuh
 Porsio : lunak
 Serviks : lunak
 Blood Slym : ada

Assesment        :
Ny.E usia 27 tahun G3P2A0 kehamilan aterm fase laten dengan diabetes insipidus. Keadaan ibu
dan janin baik

Planning          :          
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak ada kontraksi
4. Menganjurkan ibu relaksasi. Yaitu ketika kontaksi ibu menarik nafas dari hidung dan
menghembuskan dari mulut
5. Menganjurkan ibu BAB dan BAK
6. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri
7. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan jika masih sanggup
8. Memantau denyut jantung janin, tanda-tanda vital ibu, his, dan kemajuan persalinan
9. Antisipasi persalinan spontan
10. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar
11. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera memberitahukan bidan bila ada dorongan
ingin buang air besar
12. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang disampaikan

22
Kala I Fase Aktif
Subjektive         :
Ibu mengatakan mules yang menjalar ke pinggang semakin kuat
Ibu mengatakan ingin buang air kecil
Objektive         :
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu : 36,5 oC
4. Pemeriksaan Abdomen:
Leopold I :  34 cm
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : 143 x/menit
TBBJ : 3410 gram
Kontraksi 4x dalam 10 menit dengan durasi (kekuatan 40 detik)
Kandung kemih : penuh
5. Pemeriksaan dalam pukul 16.00 WIB :
 Pembukaan : 8 cm
 Penurunan kepala : 3/5 hodge IV
 Ketuban : utuh
 Porsio : lunak
 Blood slym : ada
 
Assesment        :

23
Ny.E usia 27 tahun G3P2A0 kehamilan aterm dalam kala I fase aktif persalinan dengan diabetes
insipidus. Keadaan umum ibu dan janin baik
Planning          :          
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak ada kontraksi
3. Menganjurkan ibu relaksasi, yaitu ketika kontraksi ibu menarik nafas dari hidung dan
menghembuskan dari mulut
4. Memasang kateter kepada ibu
5. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri
6. Memantau denyut jantung janin, tanda-tanda vital ibu, his, dan kemajuan persalinan
7. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar yaitu menarik nafas dari hidung keluarkan
dari mulut seperti dibatukkan
8. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk segera memberitahukan bidan bila ada dorongan
ingin buang air besar
9. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
10. Menyiapkan partus set
 
Kala II
Jam                  : 17.25 WIB
Subjective          :
Ibu mengatakan semakin mules dan ada rasa seperti ingin buang air besar
Objective             
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 360C
DJJ : 148 x/menit
Kontraksi 5x dalam 10 menit dengan durasi (kekuatan 45 detik)

24
Kandung kemih : berisi

4. Pemeriksaan dalam pukul 17.30 WIB :


Ketuban : Pecah jernih
Pembukaan : lengkap 10 cm
Penurunan kepala : 0/5 hodge IV
Seviks : lunak dan tipis
5. Terdapat tanda-tanda persalinan kala II:
Dorongan mengedan
Tekanan pada anus
Perenium menonjol
Vulva membuka
 
Asseessment       :
Ny.E usia 27 tahun G3P2A0 kala II dengan diabetes insipidus, keadaan umum ibu dan janin baik
 
Planning          :
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan, bahwa pembukaan sudah lengkap
2. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan posisi melahirkan yang benar dan
nyaman
3. Memberi ibu minum dan makanan
4. Menganjurkan ibu meneran yang benar
5. Melakukan pertolongan persalinan
6. Melakukan IMD
7. Bayi lahir pukul 17.35 WIB, lahir spontan, segera menangis, jenis kelamin perempuan,
dan telah berhasil dilakukan IMD

25
 
Kala III
Jam                  : 17.45 WIB
 
Subjective         :
Ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran bayinya, dan ibu mengatakan masih mules dan lemas

Objective         :
1. Keadaan umum : baik
2. Perdarahan : ± 100 cc
3. Kandung kemih : kosong
4. Kontraksi uterus : baik
5. TFU : setinggi pusat
6. Adanya tanda pelepasan plasenta yaitu : semburan darah, tali pusat memanjang dan
uterus membulat
 
Assessment  : Ny.E usia 27 tahun P3A0 kala III dengan diabetes insipidus,keadaan umum ibu
baik
 
Planning          :
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Melakukan peregangan tali pusat : pindahkan klem 5-10 cm depan vulva ibu, tangan
kanan tegangkan tali pusat sejajar lantai, tangan kiri dorsokranial, tarik ke atas lalu
kebawah, sambut plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam, lakukan
masase 15 detik
3. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik
4. Memeriksa kelengkapan plasenta (flyzen bersatu, kotiledon 20 buah, tebal 2 cm, dan
diameter 20 cm = semua lengkap)
5. Memeriksa laserasi jalan lahir Memeriksa kembali kontraksi ibu

26
6. Plasenta lahir lengkap pukul 17.55 WIB, plasenta lengkap dan tidak ada robekan jalan
lahir pada ibu
 
Kala IV
Jam                     : 18.00 WIB
Subjective           :
Ibu merasa sangat lega karena bayi dan plasentanya telah lahir.
Objective            :
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 360C
3. TFU : 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus : Baik
5. Kandung kemih : Berisi
6. Perdarahan : 150 cc
7. Tidak ada laserasi
 
Assessment : Ny.E usia 27 tahun P3A0 kala IV dengan diabetes insipidus,keadaan umum ibu
baik

Planning             :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Melakukan pemantauan kala IV
 Pantau kondisi ibu saat ini
 Memantau tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih, perdarahan
 Melakukan peninjauan uterus tetap berkontraksi
 Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu sehari-hari
 Membersihkan ibu, menganjurkan untuk menjaga personal hygiene

27
3. Membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan aktifitas dan berikan posisi yang nyaman
4. Mengobservasi proses involusi (TFU, kontraksi uterus, nyeri tekan, perdarahan
pervaginam) setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam kedua)
5. Mengajarkan ibu tentang
 Pemberian ASI eksklusif
 Cara menyusui yang benar
 Menjaga kehangatan bayi
 Perawatan tali pusat bayi
 Tanda bahaya pada masa nifas
 Tanda bahaya pada bayi baru lahir
 Istirahat yang cukup dan mobilisasi
6. Mengajarkan ibu cara massage uterus
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas:
 Pandangan kabur
 Nyeri abdomen
 Sakit kepala yang hebat
 Nyeri ulu hati
 Lochea berbau busuk
8. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat kepada ibu

28
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA NY. D DENGAN DIABETES INSIPIDUS

Tanggal Pengkajian : 01 Juni 2018


DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. D Nama : Tn.T
Umur : 25 Thn Umur : 28 Thn
Suku : Jawa Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Durian No.20
2. Status Kesehatan
a. Keluhan : Ibu mengatakan saat ini kondisinya baik dan masih merasakan
mules-mules, dan merasa ingin buang air kecil terus menerus pada malam hari
b. Riwayat Ambulasi : Ibu mampu duduk setelah 1 jam masa nifas, dan ibu mampu turun
dari tempat tidur setelah 2 jam masa nifas.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. TD : 110/70mmHg
d. HR : 80 x/i
e. RR : 22x/i
f. T : 370C

29
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih
Muka : Tidak ada pembengkakan
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda
Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada pengeluaran serumen
Hidung : Bersih ,tidak ada pembengkakan atau polip
Mulut : Bersih, bibir tidak pecah-pecah
Gigi : Baik, tidak ada karies.
b. Leher
Kelenjar getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan
c. Payudara
Bentuk : Simetris
Putting Susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada, ASI
d. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Keras
Kandung kemih : Penuh

ASSESSMENT
Diagnosa : Ny.D usia 25 tahun P1A0 postpartum 2 hari dengan diabetes insipidus
Kebutuhan : KIE tentang diabetes insipidus

PLANNING

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya saat ini secara
dalam keadaan baik
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

30
2) Memberitahukan ibu penyebab mules-mules yang disebabkan oleh adanya kontraksi
uterus untuk kembali ke keadaan semula sebelum hamil.
Evaluasi :Ibu sudah paham penyebab mules-mules yang disebabkan kontraksi uterus.

3) Memberitahukan ibu KIE tentang kondiloma akuminata


Evaluasi : Ibu sudah mengerti penjelasan dari bidan

4) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya post partum (seperti demam,pusing,payudara


bengkak,perdarahan yang banyak dan berbau,dll).
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya post partum dan ibu mampu
menyebutkan kembali

5) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan cara membasuh daerah
kemaluan dari arah depan kebelakang dengan menggunakan sabun, kemudian di bilas
dengan air bersih dan di keringkan dengan handuk setiap habis BAB dan BAK.
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh bidan dan ibu akan melakukan
apa yang di anjurkan oleh bidan.

6) Menganjurkan ibu untuk sering mengkonsumsi air pada siang hari dan mengurangi pada
malam hari
Evaluasi : ibu mengerti akan anjuran bidan

7) Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat


Evaluasi : bidan sudah berkolaborasi dengan dokter

31
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Ny “D”  DENGAN KONDILOMA AKUMINATA

Tanggal : 16 Juni 2019


SUBJEKTIF
Biodata
Nama klien                  : Ny.D                                                       Nama suami       : Tn.P
Umur                           : 23 tahun                                                  Umur                  : 25 tahun
Suku                            : Jawa                                                        Suku                   : Jawa
Agama                         : Islam                                                       Agama                : Islam
Pendidikan                  : SMA                                                       Pendidikan         : SMA
Pekerjaan                     : IRT                                                          Pekerjaan            :Swasta
Alamat                        : Gn.Sari No.25                                         Alamat               : Gn.Sari No.25

1. Ibu mengatakan mempunyai anak satu dan tidak pernah keguguran

2. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 15 Mei 2019

3. Ibu mengatakan ada benjolan yang banyak didaerah alat kemaluannya dan kadang-
kadang terasa nyeri saat jalan dan duduk serta keputihan yang bau dan gatal

4. Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit keturunan,menular dan menahun

Objektif
Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum  : Baik

2. Kesadaran : Composmentis   

32
3. TD  : 120/70mmHg,

4. Suhu   : 36˚C

5. RR                    : 20x/i

6. HR : 80x/i

7. BB  : 54 kg

Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi    
1. Muka : tidak ada kelainan
2. Mata    : tampak normal,simetris
3. Hidung              : tampak normal,simetris
4. Mulut : tidak ada stomatitis
5. Leher  : tidak tampak pembesaran kelenjar
6. Dada  : tampak normal
7. Perut        : tidak tampak bekas luka operasi
8. Genetalia  : terdapat benjolan yang banyak divulva yang menyerupai
jengger ayam, berwarna keabu-abuan dan berbau tidak
sedap
b. Palpasi

1. Leher                   : Tidak teraba pembesaran kelenjar

2. Ketiak : Tidak teraba pembesaran kelenjar

3. Payudara : Tidak teraba massa

4. Perut     : Tidak teraba massa/acites

c. Pemeriksaan Penunjang

1. LAB                                 : Tidak dilakukan

2. Rontgen                    : Tidak dilakukan

33
3. Test asam asetat     : lesi berubah warna menjadi putih

Assessment
Ny.D usia 23 tahun usia kehamilan 4-6mg dengan kondiloma akuminata
Kebutuhan      :                                  
KIE tentang :
1.               Pengertian kondiloma akuminata
2.               Tanda dan gejala kondiloma akuminata
3.               Penyebab kondiloma akuminata
4.               Cara mengatasi kondiloma akuminata

Planning

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kondisi ibu baik namun ada benjolan

yang banyak didaerah kemaluan ibu


Evaluasi : ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Memberi KIE tentang :
a. Pengertian kondiloma akuminata
b. Tanda dan gejala kondiloma akuminata
c. Penyebab kondiloma akuminata
d. Cara mengatasi kondiloma akuminata

Evaluasi : ibu mengerti tentang penjelasan dari bidan


3. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene

Evaluasi : ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan


4. Memberikan support mental pada ibu

Evaluasi : ibu terlihat sedikit merasa khawatir


5. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya ke dokter

Evaluasi : ibu bersedia pergi ke dokter


6. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan pap smear 1 tahun sekali

34
Evaluasi : ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin KALA I

Tanggal : 18 Desember 2018

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. R Nama : Tn.A
Umur : 20Thn Umur : 22 Thn
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Imogiri Timur
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 20-01-2018
Ibu merasa hamil 8 bulan,kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama. Selama ini
memeriksakan kehamilan di bidan. Telah mendapat tablet penambah darah sebanyak 90
tablet,dikonsumsi secara teratur sehari 1 tablet diminum dengan air putih. Telah d imunisasi
TT secara teratur 2x pada umur kehamilan 3 dan 4 bulan. Gerakan janin mulai dirasakan

35
sejak kehamilan umur kurang lebih 5bln dan masih dirasakan sampai sekarang. Obat yang
diminum hanya dari bidan. Ibu mengetahui sedikit tentang tanda bahaya pada kehamilan dan
mengeluh pegal-pegal pada tangan dan kaki. Ibu mengatakan bahwa didekat daerah
kemaluan sering merasa gatal-gatal
3. Riwayat kesehatan/penyakit yang di derita
Ibu tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit jantung, darah
tinggi, kencing manis, ginjal, asma, HIV/AIDS dan penyakit berat lainnya.
4. Riwayat sosial ekonomi
Pernikahan lamanya kurang lebih satu tahun, ibu sangat bahagia dengan kehamilannya.
Sebelum hamil ibu tidak menggunakan KB. Pengambilan keputusan oleh suami. Makan
sehari 3 kali, dengan menu nasi, tempe, sayur, telur dan ikan.daging dan buah-buahan jarang
dikonsumsi .tidak ada makanan yang di pantang. Tidak punya kebiasaan merokok dan
minum minuman keras. Pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri. Selama kehamilan
hubungan seksual tidak ada masalah. Rencana melahirkan di bidan.
5. Data Subjektif
Ibu datang ke rumah jam 06.00 WIB. Ibu mengeluh mulai mules-mules sejak jam 01.00
WIB, disertai keluar lendir campur darah.. jam 04.00 WIB mules bertambah kuat dari
pinggang menjalar ke perut bagian bawah. Gerakan janin masih dirasakan, semalam ibu
kurang istirahat, BAK sering, BAB terakhir jam 05.00 WIB serta makan dan minum terakhir
jam 06.30 WIB.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : baik, ibu tampak kesakitan karena his
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Denyut Nadi : 84x/menit
- Suhu Tubuh : 36°C
- Pernafasan : 20x /menit
- Abdomen : kandung kemih kosong.
- TFU 34 cm, posisi punggung kiri, presentasi kepala, penurunan kepala 2/5, DJJ 140
x/menit, irama reguler. His (+), frekuensi 4 x dalam 10 menit lamanya 40 detik

36
- Genetalia  : terdapat benjolan yang banyak divulva yang menyerupai
jengger ayam, berwarna keabu-abuan dan berbau tidak sedap
2. Pemeriksaan Dalam
- V/V : terdapat benjolan yang banyak divulva yang menyerupai jengger ayam,
berwarna keabu-abuan dan berbau tidak sedap
- Portio : Tipis Lunak
- Pembukaan : 4 cm
- Ketuban : Utuh
- Presentasi : Kepala
- Penurunan Kepala: H III+. Ubun-ubun kecil kiri depan, tidak ada bagian yang
terkemuka.

ASSESSMENT
Ny.R G1P0A0 parturien aterm kala I fase aktif dengan kondiloma akuminata, janin tunggal
hidup intrauterine, presentasi kepala

PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu dan
janin baik namun terdapat benjolan yang banyak disekitar daerah kemaluan ibu.
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya
2. Memberikan informed consent kepada ibu bahwa ibu akan dirujuk
Evaluasi : ibu bersedia untuk dirujuk
3. Melakukan rujukan kerumah sakit
Evaluasi : rujukan telah dilakukan

37
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
PADA NY.A DENGAN KONDILOMA AKUMINATA
Tanggal Pengkajian : 12 April 2019
DATA SUBYEKTIF
3. Identitas
Nama : Ny. A Nama : Tn.Z
Umur : 22 Thn Umur : 23 Thn
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Melayu
4. Status Kesehatan
c. Keluhan : Ibu mengatakan saat ini kondisinya baik dan masih merasakan
mules-mules, dan merasa gatal pada daerah kemaluan
d. Riwayat Ambulasi : Ibu mampu duduk stelah 1 jam masa nifas, dan ibu mampu turun
dari tempat tidur setelah 2 jam masa nifas.

DATA OBJEKTIF

38
3. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. TD : 120/70mmHg
d. HR : 78 x/i
e. RR : 20x/i
f. T : 36.50C
4. Pemeriksaan Fisik
e. Kepala
Rambut : Bersih
Muka : Tidak ada pembengkakan
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda
Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada pengeluaran serumen
Hidung : Bersih ,tidak ada pembengkakan atau polip
Mulut : Bersih, bibir tidak pecah-pecah
Gigi : Baik, tidak ada karies.
f. Leher
Kelenjar getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan
g. Payudara
Bentuk : Simetris
Putting Susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada, ASI
h. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Keras
Kandung kemih : Kosong
2. Genetalia : Terdapat benjolan yang banyak divulva yang menyerupai
jengger ayam, berwarna keabu-abuan dan berbau tidak
sedap.

39
ASSESSMENT
Diagnosa : Ny.A usia 22 tahun P1A0 postpartum 2 jam dengan kondiloma akuminata
Kebutuhan : KIE tentang kondiloma akuminata

PLANNING

8) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya saat ini secara
dalam keadaan baik namun terdapat benjolan yang banyak di daerah kemaluan ibu
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

9) Memberitahukan ibu penyebab mules-mules yang disebabkan oleh adanya kontraksi


uterus untuk kembali ke keadaan semula sebelum hamil.
Evaluasi :Ibu sudah paham penyebab mules-mules yang disebabkan kontraksi uterus.

10) Memberitahukan ibu KIE tentang kondiloma akuminata


Evaluasi : Ibu sudah mengerti penjelasan dari bidan

11) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya post partum (seperti


demam,pusing,payudara bengkak,perdarahan yang banyak dan berbau,dll).
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya post partum dan ibu mampu
menyebutkan kembali

12) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan cara membasuh
daerah kemaluan dari arah depan kebelakang dengan menggunakan sabun, kemudian di
bilas dengan air bersih dan di keringkan dengan handuk setiap habis BAB dan BAK.
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh bidan dan ibu akan melakukan
apa yang di anjurkan oleh bidan.

13) Menganjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya ke dokter


Evaluasi : ibu bersedia pergi ke dokter

14) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan pap smear 1 tahun sekali
Evaluasi : ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan

40
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. B USIA 34 TAHUN
DENGAN DONOVANOSIS/LIMFO GRANULOMA INGUINALE
(DOKUMENTASI SOAP)

Tanggal : 20 Juni 2018


SUBJEKTIF (S)
1. Ibu mengeluh ada benjolan-benjolan bulat di area kelamin dan selangkangaannya
2. Ibu mengatakan benjolan-benjolan tersebut terasa sakit dan mengganggu aktivitasnya.
3. Ibu mengatakan sedang tidak enak badan dan kepala terasa sakit
4. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya yaitu 3 Mei 2018

OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum ibu : Lemah
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
HR = 82 x/i

41
RR = 22 x/i
T = 38,6℃
HPHT : 10 Februari 2019

2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi : - Ibu tampak lemah.
- Luka atau benjolan tampak berwarna kemerahan.

ANALISIS (A)
Ny B usia 34 tahun G2P1A0 usia kehamilan 8-10mg dengan limfo granuloma inguinale

PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk menghentikan sementara hubungan seksual sampai luka atau
benjolan sembuh
Evaluasi : ibu mengerti anjuran bidan
3. Memberitahu ibu agar mengusahakan alat kelamin dan juga selangkangannya yang
terkena luka ataau benjolan selalu bersih dan tetap kering
Evaluasi : ibu mengerti dan akan mengerjakan apa yang dianjurkan bidan
4. Memberikan ibu konseling tentang pengaturan gaya hidup untuk mengatasi penyakit
donovanosis seperti tidak bergonta-ganti pasangan dan mengenakan alat pengaman
seperti kondom saat berhubungan seksual.
Evaluasi : ibu mengerti dan paham apa yang disampaikan bidan
5. Melakukan kolaborasi dengan Dokter terkait pemberian obat dan pemeriksaan penunjang
Evaluasi : bidan sudah melakukan kolaborasi
6. Menyarankan ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk control atau bila luka atau
benjolan tidak sembuh setelah diberikan obat agar segera di rujuk ke RS.
Evaluasi : ibu bersedia untuk kunjungan ulang

42
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin KALA I

Tanggal : 19 November 2018

DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. A Nama : Tn.D
Umur : 20Thn Umur : 22 Thn
Suku : Batak Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Raya Kemerdekaan
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 21-02-2018
Ibu merasa hamil 9 bulan,kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama. Selama ini
memeriksakan kehamilan di bidan. Telah mendapat tablet penambah darah sebanyak 90

43
tablet,dikonsumsi secara teratur sehari 1 tablet diminum dengan air putih. Telah d imunisasi
TT secara teratur 2x pada umur kehamilan 3 dan 4 bulan. Gerakan janin mulai dirasakan
sejak kehamilan umur kurang lebih 5bln dan masih dirasakan sampai sekarang. Obat yang
diminum hanya dari bidan. Ibu mengetahui sedikit tentang tanda bahaya pada kehamilan dan
mengeluh pegal-pegal pada tangan dan kaki. Ibu mengatakan bahwa didekat daerah
kemaluan dan terutama selangkangan sering merasa gatal-gatal.
4. Riwayat kesehatan/penyakit yang di derita
Ibu tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit jantung, darah
tinggi, kencing manis, ginjal, asma, HIV/AIDS dan penyakit berat lainnya.
5. Riwayat sosial ekonomi
Pernikahan lamanya kurang lebih satu tahun, ibu sangat bahagia dengan kehamilannya.
Sebelum hamil ibu tidak menggunakan KB. Pengambilan keputusan oleh suami. Makan
sehari 3 kali, dengan menu nasi, tempe, sayur, telur dan ikan.daging dan buah-buahan jarang
dikonsumsi .tidak ada makanan yang di pantang. Tidak punya kebiasaan merokok dan
minum minuman keras. Pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri. Selama kehamilan
hubungan seksual tidak ada masalah. Rencana melahirkan di bidan.
6. Data Subjektif
Ibu datang ke BPM jam 07.00 WIB. Ibu mengeluh mulai mules-mules sejak jam 02.00
WIB, disertai keluar lendir campur darah.. jam 05.00 WIB mules bertambah kuat dari
pinggang menjalar ke perut bagian bawah. Gerakan janin masih dirasakan, semalam ibu
kurang istirahat, BAK sering, BAB terakhir jam 06.00 WIB serta makan dan minum terakhir
jam 05.30 WIB.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : baik, ibu tampak kesakitan karena his
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Denyut Nadi : 80x/menit
- Suhu Tubuh : 36,2°C
- Pernafasan : 22x /menit
- Abdomen : kandung kemih kosong.

44
- TFU 34 cm, posisi punggung kiri, presentasi kepala, penurunan kepala 2/5, DJJ 140
x/menit, irama reguler. His (+), frekuensi 4 x dalam 10 menit lamanya 30 detik
- Genetalia  : terdapat benjolan dan luka didaerah sekitar selangkangan dan
kemaluan
2. Pemeriksaan Dalam
- V/V : terdapat benjolan dan luka didaerah sekitar selangkangan dan kemaluan
- Portio : Tipis Lunak
- Pembukaan : 5 cm
- Ketuban : Utuh
- Presentasi : Kepala
- Penurunan Kepala: H III+. Ubun-ubun kecil kiri depan, tidak ada bagian yang
terkemuka.

ASSESSMENT
Ny.A G1P0A0 parturien aterm kala I fase aktif dengan limfogranuloma inguinale, janin tunggal
hidup intrauterine, presentasi kepala

PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan umum ibu dan
janin baik namun terdapat benjolan yang banyak disekitar daerah kemaluan ibu dan
selangkangan.
Evaluasi : ibu mengetahui kondisinya
2. Memberikan informed consent kepada ibu bahwa ibu akan dirujuk
Evaluasi : ibu bersedia untuk dirujuk
3. Melakukan rujukan kerumah sakit
Evaluasi : rujukan telah dilakukan

45
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA NY.T DENGAN LIMFOGRANULOMA INGUINALE
Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2019
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny. T Nama : Tn.R
Umur : 24 Thn Umur : 25 Thn
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Timur
2. Status Kesehatan
a. Keluhan : Ibu mengatakan saat ini kondisinya baik dan masih merasakan
mules-mules, dan merasa gatal pada daerah kemaluan terutama selangkangan

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum

46
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Komposmentis
c. TD : 110/70mmHg
d. HR : 76 x/i
e. RR : 18x/i
f. T : 37,20C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut : Bersih
Muka : Tidak ada pembengkakan
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda
Telinga : Bersih, simetris dan tidak ada pengeluaran serumen
Hidung : Bersih ,tidak ada pembengkakan atau polip
Mulut : Bersih, bibir tidak pecah-pecah
Gigi : Baik, tidak ada karies.
b. Leher
Kelenjar getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembengkakan
c. Payudara
Bentuk : Simetris
Putting Susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada, ASI
d. Pemeriksaan Abdomen
Palpasi
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Keras
Kandung kemih : Kosong
3. Genetalia : terdapat benjolan dan luka didaerah sekitar selangkangan
dan kemaluan

ASSESSMENT

47
Diagnosa : Ny.T usia 22 tahun P2A0 postpartum 2 hari dengan limfogranuloma inguinale
Kebutuhan : KIE tentang limfogranuloma inguinale

PLANNING

1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya saat ini secara
dalam keadaan baik namun terdapat benjolan dan luka yang banyak di daerah kemaluan
ibu terutama pada selangkangan ibu
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Memberitahukan ibu penyebab mules-mules yang disebabkan oleh adanya kontraksi


uterus untuk kembali ke keadaan semula sebelum hamil.
Evaluasi :Ibu sudah paham penyebab mules-mules yang disebabkan kontraksi uterus.

3) Memberitahukan ibu KIE tentang limfogranuloma inguinale


Evaluasi : Ibu sudah mengerti penjelasan dari bidan

4) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan cara membasuh daerah
kemaluan dari arah depan kebelakang dengan menggunakan sabun, kemudian di bilas
dengan air bersih dan di keringkan dengan handuk setiap habis BAB dan BAK.
Evaluasi : ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh bidan dan ibu akan melakukan
apa yang di anjurkan oleh bidan.

5) Menganjurkan ibu untuk memeriksakan keadaannya ke dokter


Evaluasi : ibu bersedia pergi ke dokter

48
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin meliputi suatu sistem dalam tubuh manusia
yang terdiri dari sejumlah kelenjar penghasil zat yang dinamakan hormon. Kelenjar ini
dinamakan “endokrin” karena tidak mempunyai saluran keluar untuk zat yang dihasilkannya.
Kelenjar hipofisis (pituitary) juga disebut master of gland atau kelenjar pengendali
karena menghasilkan hormone-hormone yang mengatur kinerja hormone lain. Terletak
didasar tengkorak, di dalam fossa hipofisis tulang sfenoid.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi merupakan infeksi yang
disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran
reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit.

49
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai kelainan Kelenjar Hipofisis, Kondiloma Akuminata,
dan Limfogranuloma Inguinale khususnya dalam Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil,
bersalin, dan Nifas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan serta
bermanfaat bagi institusi/bidan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam
pelayanan asuhan kebidanan yang leih baik sesuai dengan SOP yang berlaku.

Daftar Pustaka

Candra, Swari Rizki.2018. Kondiloma Akuminata melalui


https://hellosehat.com/penyakit/kondiloma-akuminata-adalah-kutil-kelamin/ diakses pada
tanggal 7 Agustus 2019 pukul 19.00 WIB
Claudia Ohoirat. Asuhan Keperawatan Gangguan Kelenjar Hipofise melalui
https://www.academia.edu/34942578/ASUHAN_KEPERAWATAN_GANGGUAN_KELENJA
R_HIPOFISE diakses pada tanggal 7 Agustus 2019 pukul 20.30 WIB
dr. Ahmad Mulisin.2019. Kondiloma Akuminata melalui https://www.honestdocs.id/kondiloma-
akuminata diakses pada tanggal 8 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB
dr. Marianti.2017.Lymphogranuloma venerum melalui
https://www.alodokter.com/lymphogranuloma-venereum diakses pada tanggal 8 Agustus 2019
pukul 14.00 WIB
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-menular-seksual-pms diakses pada tanggal 8
Agustus 2019 pukul 15.00 WIB

50
https://id.wikipedia.org/wiki/Kondiloma_Akuminata diakses pada tanggal 8 Agustus 2019 pukul
09.45 WIB
Sinaga,Riana Miranda.2011. Kondiloma Akuminata melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67341/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses pada tanggal 7 Agustus 2019 pukul 21.00 WIB
Vantari Herera.Asuhan Kebidanan Pada Ny.X P1A0 Post Partum 2 jam melalui
https://www.academia.edu/25072452/ASUHAN_KEBIDANAN_PADA_NY._X_P1A0_POST_
PARTUM_2_JAM? diakses pada tanggal 7 Agustus 2019 pukul 20.00 WIB

51

Anda mungkin juga menyukai