Oleh :
KELOMPOK 3
MEGAWATI YUNUS
SRI WAHYUNI
PROFESI NERS
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga
sampai sekarang ini. Dan tak lupa pula selawat serta salam kita haturkan kepada
pengikut-pegikut-Nya hingga akhir zaman yang telah mengajarkan iman dan islam
kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam .
Dengan penuh rasa syukur karena dapat menyelesaikan tugas Panum Manajemen
tugas ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami menerima saran-saran dan
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Materi
Mata kuliah manajemen ini meliputi perawatan islami lansia, bagaimana konsep
pelayanan keperawatan lansia secara islami, , tujuan perawatan lanjut usia
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan materi mengenai perawatan islami lansia diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui keperawatan islami pada lansia
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti mata kuliah manajemen perawatan islami lansia mahasiswa
mampu :
a. Menjelaskan konsep pelayanan keperawatan islami
b. Tujuan perawatan lanjut usia
c. Bagaimana prinsip pelayanan islami
3. Topik Materi
Manajemen perawatan islami lansia
4. Latar Belakang Materi
Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai
angka sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia
menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah
penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 2005, jumlah
penduduk lansia Indonesia mencapai 16,80 juta orang (7,78% dari total
penduduk). Angka ini naik menjadi 18,96juta orang pada tahun 2007, dan
menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009 artinya jumlah lansia adalah8,37%
dari total seluruh penduduk Indonesia. Di Indonesia, usia harapan hidup
meningkat dari 68,6 tahun (2004) meningkat menjadi 72 tahun (2015).Usia
harapan hidup penduduk Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat,
sehingga persentase penduduk Lansia terhadap total penduduk diproyeksikan
terus meningkat. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk
Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total
jumlah penduduk (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Riskesdas, 2018)
Saat ini usia harapan hidup penduduk di Indonesia semakin tinggi, dan
dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup maka lebih besar
kemungkinan untuk terjadinya suatu penyakit pada lansia.
Lansia yang menderita penyakit kronis di Indonesia seperti hipertensi,
diabetes melitus, asma, penyakit jantung, stroke, dan beberapa penyakit
degeneratif lainnya mencapai angka 74% dari total penduduk lansia. Angka
tersebut mengindikasikan tingginya risiko depresi pada lansia di Indonesia.
Stanhope dan Lancaster (2010) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
kondisi yang menggolongkan lansia sebagai kelompok rentan. Kerentanan pada
kondisi depresi ini akan bertambah bila lansia sudah memiliki penyakit yang
dapat menjadi komorbid untuk kondisi kesehatan jiwa lansia. (Ani auli ilmi)
Pada umumnya orang yang sedang menderita sakit diikuti oleh perasaan
yang cemas dan jiwa yang tidak tenang. Selain mengkonsumsi obat, berdoa dan
berdzikir dapat menenangkan jiwa individu. Dalam keadaan bagaimanapun juga
hendaknya ketenangan jiwa tetap dijaga. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Ar Ra’ad: 28, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati mereka menjadi tentram.”Penatalaksanaan untuk menurunkan depresi dapat
dilakukan dengan dua tindakan yaitu farmakologi dan non farmakologi. Terapi
saat ini yang mulai berkembang didunia adalah terapi psikoreligius, salah satu
contoh terapi ini adalah terapi dzikir. Dzikir adalah kesadaran tentang kehadiran
Allah dimana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaasan-Nya dengan
makhluk (Erita, 2014; Idris, 2016; Sulistyani, 2017).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perawatan Islami
a. Defenisi
Menurut Hawari (1997:480), terapi secara ilmu pengetahuan dan terapi
spiritual hendaknya dilakukan bersama-sama. Hal ini sudah terbukti secara
ilmiah. Selain terapi obat-obatan dan terapi medis lainnya, sebenarnya pasien
membutuhkan terapi keagamaan (Hawari, 1997: 479). Aspek spiritual setara
pentingnya dengan aspek-aspek lainnya yaitu fisik, psikologik, dan
psikososial. Terapi holistik meliputi 4 dimensi yaitu terapi fisik/biologik, terapi
psokologik, terapi psikososial, dan terapi psikospiritual (WHO pada tahun
1948 dalam Hawari, 1997: 28).
Pelayanan Kesehatan Islami merupakan segala bentuk pengelolaan
kegiatan asuhan medik dan asuhan keperawatan yang dibingkai dengan
kaidah-kaidah Islam. Praktik pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
bagian kecil dari pelajaran dan pengalaman akhlak. Islam telah mengajarkan
tentang pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif
baik bio-psiko-sosio-kultural maupun spritual yang ditujukan kepada individu
maupun masyarakat, dengan pemikiran yang hipotetik tentang pelayanan
kesehatan yang Islami dapat mewujudkan pelayanan prima di rumahsakit-
rumahsakit Islam (Rahmat, 2018).
Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang unik dan
kompleks yang terdiri dari berbagai dimensi. Dimensi yang komprehensif
pada manusia ini meliputi dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial dan
spiritual. Yang mana antara satu dimensi dengan dimensi yang lainnya saling
berhubungan (Rahmat, 2018).
a. Melayani itu ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta dan semangat
yang membara didalam hati pada setiap tindakan pelayanan.
b. Memberi dahulu kemudian akan menerima ROSE (Return on
ServiceExellent).
c. Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
d. Membahagiakan orang lain terlebih dahulu, lalu akan menerima
kebahagiaan melebihi apa yang diharapkan.
e. Menghargai orang lain sebagaimana diri ingin dihargai.
f. Melakukan empati yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.