Anda di halaman 1dari 4

 Karakteristik Umum

Koi Herpesvirus (KHV) merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi ikan mas dan ikan
koi, penyebaranya terjadi secara cepat. Penyebaran KHV dapat disebabkan karena kualitas
lingkungan yang kurang baik, KHV secara langsung ditularkan melalui kontak kulit ikan yang
terdeteksi dengan ikan yang sehat. Beberapa factor yang mempengaruhi penyebaran virus KHV
adalah ikan mati, dan plankton. Plankton merupakan organisme perairan yang berperan sebagai
dasar piramida makanan (Yanuhar et al, 2019). KHV merupakan virus DNA besar, linear,
beruntai ganda dengan inti aniksahedral 100-110 nm. Molekul DNA terdiri dari bagian tengah
yang dibelah oleh dua daerah pengulangan 22-kb yang disebut pengulangan kiri dan kanan.

 Prevelensi

Terdapat uji eksperimental persistensi virus pada ikan mas yang terinfeksi pada suhu permisif
dan kemudian dipertahankan pada suhu yang lebih rendah dari suhu permisif (St-Hilaire et
al.,2005). Dalam penelitian lain DNA virus terdeteksi pada ikan mas dengan uji PCR, jika tidak
ada penyakit pada 130C dan ada kemungkinan ikan yang terinfeksi yang bertahan hidup pada
suhu rendah dapat bertindak sebagai reservoir virus (Gilad et a., 2004). Pada populasi ikan yang
selamat dari wabah KHV terdapat bukti prevelensi yang tinggi dari ikan mas seropositive. Dalam
suervey PCR dan antibody KHV di tahun 2006, analisis lebih lanjut terhadap populasi ikan mas
yang masih hidup menunjukan bahwa 54% dari ikan mas yang lebih tua adalah seropositive dan
31% PCR positif (Uchii et al.,2009)
 Metode Diagnosis

1.Metode diagnostic lapangan:

(1) Tanda-tanda klinis:

Selama wabah KHVD akan terjadi peningkatan kematian yang nyata pada populasi. Semua
kelompok umur ikan tampaknya rentan terhadap KHVD, meskipun dalam infeksi percobaan ikan
yang lebih muda berusia 1 tahun lebih rentan terhadap penyakit.

Tanda-tanda klinis yang khas yaitu pucat, perubahan warna atau kemerahan pada kulit yang
mungkin juga memiliki tekstur kasar (seperti amplas), hilangnya epidermis, pruduksi lendir yang
berlebihan atau kurang pada kulit dan insang, dan perubahan warna pucat pada insang. Gejala-
gejala lainnya yaitu termasuk enophthalmia (mata cekung) dan perdarahan pada kulit dan
pangkal sirip, san erosi sirip.

(2) Perubahan perilaku

Ikan menjadi lesu, terpisah dari beting dan berkumpul di saluran air atau sisi kolam. Beberapa
ikan mungkin mengalami kehilangan keseimbangan dan disorientasi, tetapi juga bisa
menunjukan tanda-tanda hiperaktif.

2. Metode Klinis

(1) Patologi kasar

Patologi kasar yang paling konsisten terlihat pada insang dan ini dapat bervariasi mulai dari bercak
nekrotik pucat hingga perubahan warna, nekrosis parah dan peradangan. Tanda-tanda klinis yang sering
dilaporkan termasuk anoreksia, enophthalmia (mata cekung) dan dangkal, perdarahan di pangkal sirip.

Patologi kasar lainnya yang dilaporkan termasuk adhesi di rongga perut dengan atau tanpa pewarnaan
organ dalam yang abnormal (lebih terang atau lebih gelap). Ginjal atau hati membengkak, dan mungkin
juga menunjukan petekie. Adanya lesi juga karena ikan yang terinfeksi ektoparasit seperti Argulus sp,
Chilodonella sp, Trichodina sp, insang monogen, serta berbagai spesies bakteri terutama Flavobacterium
columnare pada suhu air yang lebih hangat.

(2) Patologi Mikroskopis


Pemeriksaan insang lebih lanjut dengan mikroskop berdaya rendah, dapat diketahui erosi
lamellae primer, fusi lamellae sekunder, dan bengkak di ujung lamella primer dan sekunder.
Histopatologinya yaitu peradangan dan nekrosis jaringan insang. Insang juga menunjukan
hyperplasia dan hipetrofi epitel branchial, dan fusi lamellae sekunder dan adhesi filamen insang
dapat dilihat.

(3) Mikroskop electron / sitopatologi

Deteksi partikel virus dengan pemeriksaan mikroskop electron transmisi (TEM) jaringan dari
ikan mas yang terdeteksi bukanlah metode diagnostic yang dapat diandalkan. Potongan jaringan
insang dan ginjal sebaiknya difiksasi dalam glutaraldehida dan diambil sampelnya dari infeksi
berat ikan mas. Sampel jaringan berasal dari individu yang terinfeksi berat.

(4) PCR

 Gejala klinis.

Gejala klinis KHV sangat bervariasi dan umumnya non spesifik (Wahidi et al, 2019). Gejala
yang ditemukan meliputi, ikan mengalami kesulitan bernapas, ikan kehilangan penglihatan,
berenang dengan Gerakan yang tidak teratur, mengalami disfungsi hati dan sistem osmoregulasi
yang rentan terhadap infeksi pathogen sekunder. Gejala klinis yang ditimbulkanoleh ikan karena
terinfeksi KHV diantaranya luka pada kulit, lendir yang berlebihan, dan pendarahan pada
sirip.Kriteria infeksi KHV pada ikan dapat dibedakan menjadi tiga yang meliputi serangan
infeksi ringan (kepala dan mata yang normal, insang tidak putih, dan kulit tidak mengalami lesi
hemoragik), serangan infeksi sedang (kepala dan mata yang normal, insang berwarna putih, dan
kulit pada ikan mengalami hemoragik), dan serangan infeksi berat (insang berwarna putih, mata
cekung kedalam, hemoragik lesi kepala, dan kulit mengalami perubahan).
Ket. Koi dengan insang belang-belang dan mata cekung

 Treatment

Saat ini belum ada pengobatan unyuk KHV. Obat antivirus tidak tersedia untuk mengobati KHV
atau penyakit virus lainnya. Namun ikan koi dapat bertahan hidup dari wabah KHV jika suhu air
meningkat hingga (300C) selama wabah (Ronen et al. 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Goodwin A. 2012. Herpesviruses in Fish. Southern Regional Aquaculture Center (SRAC)


publication No. 4710, May 2012.

Rathore, Gaurav et al., 2012. Koi Herpes Virus: A Review and Risk Assessment of Indian
Aquaculture; Indian Virology Socienty

Mustahal, et al., 2006. Pengujian Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada Beberapaa Ikan
Budidaya. Ilmu perairan dan Perikanan Indonesia; Jilid 13, No. 1: 21-26

Anda mungkin juga menyukai