Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PENYAKIT

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS

A. Pengertian
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375).
Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh
arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri
yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang
normal pada janin.
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
yang sering dijumpai pada anak, yang disebabkan oleh kegagalan penutupan secara
fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir. Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000
kelahiran pada bayi cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000
kelahiran hidup pada bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah (Forsey et al.,
2009).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
1) Faktor Prenatal :
 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
 Ibu alkoholisme.
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
 Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
 Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).
2) Faktor Genetik :
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

C. Patofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta ( tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini
meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan
mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.Usaha tambahan dari
ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan
hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya
tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru
yang progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan
ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain
yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup
bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena
mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri ke kanan itu
cenderung lebih besar.
Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap terbuka oleh
prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi lahir.
Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur dianggap sebagai
developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus arteriosus seperti
yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur dengan penyakit membran hialin
(sindrom gawat nafas akibat kekurangan surfaktan), ductus arteriosus persisten sering
bermanifestasi setelah sindrom gawat nafasnya membaik.
Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-ketoprostaglandin F1)
akan meningkat  yang disertai dengan  faktor nekrosis tumor yang dapat meningkatkan
resiko pembukaan duktus arteriosus.

D. Manifestasi klinik
1. Patent Duktus Arteriosus kecil Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1,5-2,5
mm biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas
normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri
sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur yang khas
untuk Patent Duktus Arteriosus, di daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi
hipertensi pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah
atau menghilang (Cassidy, 2009).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu :
a. CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.
c. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
d. Magnatik Resonan Imaging (MRI):
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. Sinar X Tengkorak:
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
g. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu
hari – hari pertama.
b. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg didalam serum.

F. Komplikasi
Komplikasi yang parah dapat terjadi pada PDA. Adanya penurunan insidensi dari
PDA dikarenakan oleh menutupnya duktus arteriosus dengan cepat atau pada beberapa
keadaan dimana gejala belum terlihat. Pengobatan profilaksis pada bayi kurang bulan
dengan surfaktan yang kurang meningkatkan terjadinya PDA. Penutupan duktus
arteriosus menurunkan resiko pendarahan pada paru. Intoleransi dari pemberian makanan
secara enternal dan nekrosis enterokolitis juga sering terjadi Universitas Sumatera Utara
pada bayi kurang bulan. Sebagaimana disebutkan di atas, insidensi pada kondisi ini
tampaknya terkait dengan penurunan aliran darah gastrointestinal, dimana telat diteliti
pada domba yang menderita PDA. Insiden nekrosis enterikolitis menurun secara
signifikan pada bayi yang duktus arteriosusnya telah menutup (Rudolph, 2009).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER
“PATENT DUCTUS ARTERIOSUS”
1. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000, 2 ).
A. Anamnesa
a) Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu
pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi
perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
b) Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, 
dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
d) Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.
e) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA
karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
f) Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping
yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
a. Pernafasan  B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu
nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema
tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d. Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria).
e. Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
C.  Analisa Data
Data Etilologi Masalah
DS: Terbukanya ductus arteriosus Penurunan curah jantung
Pasien gelisah, rewel, dan Dialirkannya darah dari tekanan
menangis tinggi(aorta descenden) ke
DO : tekanan yang lebih kecil (arteri
pulmonalis)
  Denyut nadi  naik (> 170
Resirkulasi darah beroksigen
x/menit) dari aorta ke arteri pulmonalis
  Tachyepne Beban ventrikel kiri ↑
Curah jantung turun
  Suara jantung tambahan
(Machinery mur-mur
persisten)

DS: Dialirkannya darah dari tekanan Gangguan pertukaran gas


Pasien kesulitan bernafas, tinggi(aorta descenden) ke Perubahan pertumbuhan dan
sesak nafas tekanan yang lebih rendah perkembangan
(arteri pulmonalis)
DO : Resirkulasi darah beroksigen
dari aorta ke arteri pulmonalis
  RR ( > 30 – 40x/menit) Beban ventrikel kiri ↑
  BGA tidak normal Pelebaran dan hipertensi
  Adanya napas cuping hidung vertikel kiri
DS: Tekanan vena dan kapiler
pulmonar naik
Pasien rewel tidak mau
makan dan minum Edema paru
DO: Penurunan difusi oksigen
  Berat badan turun Gangguan pertukaran gas
  Status gizi buruk Curah jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
Pemecahan glukosa oleh O2
menjadi terganggu
Pembentukan energi berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Data Subjektif: Edema paru Perubahan nutrisi kurang dari
Pasien gelisah dan menangis Penurunan difusi oksigen kebutuhan tubuh
Hipoksia
Data Objektif :
pemecahan glukosa oleh O2
  Antropometri: penurunan untuk pembuatan energi ↓
berat badan lemah, gelisah
  Biokimia : Hb dan albumin anoreksia
menurun perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
  Klinik : perubahan kulit
mukosa oral (bengkak dan
kemerahan).
  Diet : makan tidak habis,
nafsu makan menurun
Data Subjektif: Gagal jantung kongestif Resiko infeksi
Demam, rewel Pasien gelisah, stress
Respon imun menurun
Data Objektif: Resiko infeksi
  Jumlah limfosit meningkat
  Hipertermi (> 36-370 C), kulit
memerah, frekwensi nafas
meningkat, kulit hangat bila
disentuh, takikardi
Data Subjektif : PDA (Patent Ductus Arteriosus) Kecemasan orang tua
Orang tua cemas, tidak Dampak hospitalisasi pada anak
tenang, dan emosinya labil Anak menangis dan ketakutan
Data Objektif: Kecemasan pada orang tua
  Menarik diri
  Tidak ikut bersedia dalam
melakukan proses
keperawatan

D.  Diagnosa Keperawatan


1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3.      Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplay
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
5.      Kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
6.      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
7.      Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.

E.  Intervensi Keperawatan


1) Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1.    Observasi kualitas dan kekuatan denyut
1.    Permulaan gangguan pada jantung akan ada
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus
kulit. cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
2.    Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi
2.    Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, sekunder terhadap ketidak adekuatan curah
membran mukosa, clubbing). jantung, vasokonstriksi dan anemia.
3.    Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal
jantung kongestif.
3.    Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi,
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital
edema, oliguria, dan hepatomegali).
Kolaborasi
Kolaborasi
1.    Obat ini dapat mencegah semakin
1.    Pemberian digoxin sesuai order, dengan
memburuknya keadaan klien.
menggunakan teknik pencegahan bahaya
toksisitas.
2.    Obat anti afterload mencegah terjadinya
2.    Berikan pengobatan untuk menurunkan
vasokonstriksi.
afterload.
3.    Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
3.    Berikan diuretik sesuai indikasi.
plasma dan menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya
edema paru.

2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.


Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
Intervensi Rasional
1.    Observasi kualitas dan kekuatan denyut    Untuk memudahkan pasien dalam bernapas.
jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan    Agar anak tidak tertular infeksi yang akan
kulit. memperburuk keadaan.
2.    Atur posisi anak dengan posisi fowler.     Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
3.    Hindari anak dari orang yang terinfeksi.     Membantu klien untuk memenuhi
oksigenasinya.
4.    Berikan istirahat yang cukup Kolaborasi
    Untuk deteksi dini terjadinya gangguan
Kolaborasi pernapasan
    Berikan oksigen jika ada indikasi

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Intervensi Rasional
1.    Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
1.    Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang
menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
menit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat,
berkeringat, pusing dan pingsan. 2.    Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan
2.    Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas jika sudah mampu.
aktivitas 3.    Agar klien termotivasi untuk melakukan
3.    Dorong memajukan aktivitas aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
4.    Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak
4.    Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan memanjakan.
anjurkan penggunaan kursi mandi. 5.    Klien termotivasi untuk sembuh.
5.    Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih
periode.
4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi Rasional
1.    Kaji tingkat tumbuh kembang anak. 1.   Memantau masa tumbuh kebang anak
2.    Berikan stimulasi tumbuh kembang,
2.   Agar anak bisa tumbuh dan berkembang
kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, sebagaimana mestinya.
nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi
dan usia anak.

3.    Libatkan keluarga agar tetap memberikan


3.   Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya
stimulasi selama dirawat. terhadap proses pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.       Status nutrisi terpenuhi
b.      Nafsu makan klien timbul kembali
c.       Berat badan normal
d.      Jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi Rasional
1.    Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.     Mengetahui kekurangan  nutrisi klien.

2.    Mencatat  intake dan output makanan klien.    Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi
3.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk klien.
membantu memilih makanan yang dapat    Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. yang membantu klien memilih makanan sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
badannya.
4.    Manganjurkn  makan sedikit- sedikit tapi    Dengan sedikit tapi sering mengurangi
sering. penekanan yang berlebihan pada lambung.

6) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.


ujuan : Mencegah resiko infeksi
Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1.    Pantau tanda-tanda vital. 1.    Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar
kemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuh berusaha intuk melawan
mikroorganisme asing yang masuk maka
terjadi peningkatan tanda vital.
2.    Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif
2.    Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
3.    Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
3.    Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. leukosit dari normal membuktikan adanya
4.    Kolaborasi untuk pemberian antibiotik, tanda-tanda infeksi.
4.    Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.

7) Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun.
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orangtua
berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1.    Kaji tingkat pengetahuan orang tua. 1.   Pengetahuan orang tua akan
mempengaruhi persepsi dan
2.    Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. tingkahlakunya pada anak.
2.   Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan
3.    Libatkan keluarga dalam perawatan mengurangi kecemasan orang tua.
bayinya. 3.   Akan membuat orang tua nyaman dan
lebih tenang jika senantiasa dekat dengan
4.    Berikan support dan reinforcement atas anaknya.
apa yang dapat dicapai oleh orang tua. 4.   Dukungan dan kasih sayang orang tua
5.    Latih orang tua tentang cara-cara akan mempercepat kesembuhan anak.
perawatan bayi dirumah sebelum bayi
5.   Dengan menambah pengetahuan orang tua
pulang. dalam perawatan anaknya akan
mempermudah proses perawatan dan
penyembuhan anak.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
2.      Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
3.      Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
4.      http://imutzsweety17.wordpress.com/2012/05/03/laporan-pendahuluan-dan-askep-jantung-
bawaan/

Anda mungkin juga menyukai