Konsep Dasar Penyakit Pda
Konsep Dasar Penyakit Pda
A. Pengertian
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita Yuliani, 2001 : 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375).
Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan aorta (pembuluh
arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri
yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran darah yang
normal pada janin.
Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung bawaan
yang sering dijumpai pada anak, yang disebabkan oleh kegagalan penutupan secara
fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir. Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000
kelahiran pada bayi cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000
kelahiran hidup pada bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah (Forsey et al.,
2009).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan :
1) Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).
2) Faktor Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
C. Patofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta ( tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini
meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan
mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.Usaha tambahan dari
ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan
hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya
tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru
yang progresif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan
ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain
yang mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup
bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena
mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirai kiri ke kanan itu
cenderung lebih besar.
Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap terbuka oleh
prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi lahir.
Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur dianggap sebagai
developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus arteriosus seperti
yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur dengan penyakit membran hialin
(sindrom gawat nafas akibat kekurangan surfaktan), ductus arteriosus persisten sering
bermanifestasi setelah sindrom gawat nafasnya membaik.
Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-ketoprostaglandin F1)
akan meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis tumor yang dapat meningkatkan
resiko pembukaan duktus arteriosus.
D. Manifestasi klinik
1. Patent Duktus Arteriosus kecil Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1,5-2,5
mm biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas
normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri
sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur yang khas
untuk Patent Duktus Arteriosus, di daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi
hipertensi pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah
atau menghilang (Cassidy, 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu :
a. CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.
c. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
d. Magnatik Resonan Imaging (MRI):
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. Sinar X Tengkorak:
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
g. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu
hari – hari pertama.
b. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg didalam serum.
F. Komplikasi
Komplikasi yang parah dapat terjadi pada PDA. Adanya penurunan insidensi dari
PDA dikarenakan oleh menutupnya duktus arteriosus dengan cepat atau pada beberapa
keadaan dimana gejala belum terlihat. Pengobatan profilaksis pada bayi kurang bulan
dengan surfaktan yang kurang meningkatkan terjadinya PDA. Penutupan duktus
arteriosus menurunkan resiko pendarahan pada paru. Intoleransi dari pemberian makanan
secara enternal dan nekrosis enterokolitis juga sering terjadi Universitas Sumatera Utara
pada bayi kurang bulan. Sebagaimana disebutkan di atas, insidensi pada kondisi ini
tampaknya terkait dengan penurunan aliran darah gastrointestinal, dimana telat diteliti
pada domba yang menderita PDA. Insiden nekrosis enterikolitis menurun secara
signifikan pada bayi yang duktus arteriosusnya telah menutup (Rudolph, 2009).
3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang
menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
menit diatas frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat,
berkeringat, pusing dan pingsan. 2. Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas jika sudah mampu.
aktivitas 3. Agar klien termotivasi untuk melakukan
3. Dorong memajukan aktivitas aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
4. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan memanjakan.
anjurkan penggunaan kursi mandi. 5. Klien termotivasi untuk sembuh.
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih
periode.
4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan.
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak. 1. Memantau masa tumbuh kebang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang,
2. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang
kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, sebagaimana mestinya.
nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi
dan usia anak.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Status nutrisi terpenuhi
b. Nafsu makan klien timbul kembali
c. Berat badan normal
d. Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
2. Mencatat intake dan output makanan klien. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk klien.
membantu memilih makanan yang dapat Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit. yang membantu klien memilih makanan sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat
badannya.
4. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi Dengan sedikit tapi sering mengurangi
sering. penekanan yang berlebihan pada lambung.
7) Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
Tujuan: kecemasan menurun.
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orangtua
berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. 1. Pengetahuan orang tua akan
mempengaruhi persepsi dan
2. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. tingkahlakunya pada anak.
2. Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan
3. Libatkan keluarga dalam perawatan mengurangi kecemasan orang tua.
bayinya. 3. Akan membuat orang tua nyaman dan
lebih tenang jika senantiasa dekat dengan
4. Berikan support dan reinforcement atas anaknya.
apa yang dapat dicapai oleh orang tua. 4. Dukungan dan kasih sayang orang tua
5. Latih orang tua tentang cara-cara akan mempercepat kesembuhan anak.
perawatan bayi dirumah sebelum bayi
5. Dengan menambah pengetahuan orang tua
pulang. dalam perawatan anaknya akan
mempermudah proses perawatan dan
penyembuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
2. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
3. Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
4. http://imutzsweety17.wordpress.com/2012/05/03/laporan-pendahuluan-dan-askep-jantung-
bawaan/