1. Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi empat periode dan setiap periode memiliki
ciri demokrasi tersendiri, secara singkat antara lain ialah :
Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis
dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional.3 Dominasi kekuasaan politik
presiden pada saat itu terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari
ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Misalnya, pada tahun 1960 Presiden Soekarno
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) padahal dalam hal ini presiden tidak memiliki
wewenang. Namun sejak pada tahun 1959 diberlakukannya dekrit presiden, setelah itu banyak
penyimpangan konstitusi oleh presiden atas dasar dominasi kekuatan politik presiden. Semua
hal tersebut menyebabkan hilangnya social control dan check and balance dari legislatif
terhadap eksekutif. Akhir dari sistem demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada
perseteruan politik ideologis antara PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal denga
Gerakan 30 September 1965 (G 20 S PKI)
Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto yang disebut masa Orde Baru.
Sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap periode sebelumnya, Orde Lama.
Demokrasi Pancasila pada periode ini secara garis besar menawarkan tiga komponen
demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum.
Kedua, mengutamakan kehidupan yang layak bagi semua warga negara. Ketiga, pengankuan
dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Namun ternyata tawaran-tawaran Demokrasi Pancasila hanya retorika politik belaka, sehingga
terjadi ketidakdemokratisan pernguasa Orde Baru yang ditandai oleh : (1) dominannya peranan
militer (ABRI); (2) birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3) pengebirian
peran dan fungsi partai politik; (4) campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai
politik dan publik; (5) politik masa mengambang; (6) monolitisasi ideologi negara; (7) inkorporasi
(peleburan) lembaga nonpemerintah.
2. Penalaran Individu