Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga
dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Data sensus penduduk jumlah populasi
lanjut usia 60 tahun keatas di dunia terus bertambah, pada tahun 1950
sebanyak 13 juta (4 % dari total populasi), tahun 2000 sebanyak 16 juta (7, 2
% dari total populasi) dan terus bertambah berkisar 8 juta setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 menjadi 41, 5 juta (13, 6% dari total populasi)
dan pada tahun 2050 sebanyak 79, 6 juta (23, 7% dari total populasi) (U.S
Census Bureau, 2002).
Data demografi berdasarkan sensus penduduk tahun 2004, Indonesia
memasuki era penduduk berstruktur tua dimana proporsi lanjut usia mencapai
16,52 juta jiwa atau (8,24%) dari total jumlah penduduk tahun 2008 jumlah
lanjut usia sudah berkisar 19,50 juta jiwa atau (8,55%) dan meningkat menjadi
24 juta jiwa atau (9,77%) dari total penduduk pada tahun 2010 (Badan Pusat
Statistik, 2008).
Keberadaan lansia yang semakin meningkat akan menimbulkan
berbagai macam masalah yang muncul seperti masalah fisik, psikologis, dan
sosial akibat proses degeneratif yang muncul dengan seiring bertambahnya
usia, sehingga akan menjadi tantangan bagi lansia dan lingkunganya. Semua
orang akan mengalami masa tua atau lanjut usia yang secara alami tidak dapat
dihindarkan. The National Od Peoples Welfore Council mengemukakan
bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni
depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada
tungkai/sikap berjalan, gangguan pada sendi panggul, anemia, demensia,
gangguan penglihatan, kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes mellitus,
osteomalasia dan hipoteriodisme serta gangguan defekasi (Nugroho, 2008).
  2

Perubahan pada lansia ini salah satunya adalah terjadi perubahan


psikologi seperti terjadinya depresi. Depresi ini merupakan gangguan mental
yang sering diderita para lanjut usia. Depresi menjadi salah satu problem
gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia. Prevalensinya
diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar 60% dari
pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul
seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua (Soejono, 2000). Angka
kejadian depresi pada lansia usia diatas 65tahun diperkirakan sekitar 10-30%
(Zerhusen dalam Pawlinska-Chmara, 2005)
Faktor penyebab terjadinya depresi pada lansia antara lain faktor
biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat. Adapun faktor biologi antara
lain adalah genetik, perubahan struktural otak, risiko vaskular, dan kelemahan
fisik. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain adalah tipe
kepribadian dan dukungan sosial. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya
peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara,
penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan
penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Faktor prikososial ini berkaitan
dengan tingkah laku lansia dalam hubungannya sebagai anggota masyarakat
yaitu kaitannya dengan situasi sosial yang ada (Ahmadi, 2009).
Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a)
Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b)
Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit
cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain (Kaplan,
2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Kartinah dan Sudaryanto (2008) yang
meneliti tentang masalah psikosial pada lanjut usia menemukan bahwa para
lanjut usia dengen berbagai gangguan yang ada mempunyai permaslahan
psikosial. Permasalahan psikosialpada lanjut usia memerlukan penanganan
secara baik dan berkualitas.
  3

Faktor psikososial yang tidak segera ditangani dengan baik


dikhawatirkan dapat menjadi penyebab kejadian depresi. Penelitian yang
dilakukan oleh Sapturi dan Indrawati (2011) menemukan bahwa terhadap
hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kejadian depresi. Artinya
dukungan sosial yang diberikan kepada lansia dapat menghambat terhadap
berlarutnya masalah psikososial yang pada akhir mencegah kejadian depresi.
Berdasarkan survei dan penelitian yang di lakukan secara langsung di
wilayah RW IV Pedurungan Kidul Semarang di dapatkan jumlah lansia yang
terdapat di RW 04 pedurungan kidul sejumlah 64 lansia digolongkan
berdasarkan umur mulai dari 60 tahun. Berdasarkan data yang di dapat pada
lansia yang mengalami depresi di dapatkan beberapa faktor, salah satunya
faktor psikososial. Hasil wawancara dengan 5 orang lansia menyebutkan
bahwa mereka merasa kurang mendapat dukungan sosial baik dari keluarga
maupun masyarakat. Mereka sering merasa kesepian dan kurang mendapat
perhatian. Fenomena ini meningkat terkait hubungan faktor psikososial
dengan kejadian depresi pada lansia, sedangkan informasi tersebut penting
untuk perawatan lanjut usia berdasarkan pengaruh sosialnya, disamping itu
perawat juga perlu untuk mengetahui isu-isu dari berbagai macam pengaruh
sosial di bidang kesehatan untuk memahami pengaruh sosial dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada lansia (Easton, 1999).
Sehubungan dengan kondisi dan permasalahan yang ada pada studi
pendahuluan, penulisan tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait
dengan hubungan faktor psikososial dengan kejadian depresi pada lansia yang
akan dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan Pedurungan Kidul Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah pada penelitian ini adalah
adakah hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian depresi pada
lansia?
  4

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor
psikososial dengan kejadian depresi pada lansia.

2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi faktor psikososial pada lansia di wilayah RW 04
Kelurahan Pedurungan Kidul Semarang.

b. Mengidentifikasi kejadian depresi pada lansia di wilayah RW 04


Kelurahan Pedurungan Kidul Semarang.
c. Menganalisis hubungan faktor psikososial dengan kejadian depresi
pada lansia di wilayah RW 04 Kelurahan Pedurungan Kidul Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi institusi
khususnya keilmuan Gerontik tentang tentang hubungan faktor psikososial
dengan kejadian depresi pada lansia sehingga dapat memberikan kemajuan
saat materi perkuliahan
2. Perawat
Perawat bisa mendapatkan pengetahuan tentang hubungan faktor
psikososial dengan tingkat depresi pada lansia

E. Bidang Ilmu
Skripsi ini mengangkat judul “ Hubugan Faktor paikososial Dengan
Tingkat Depresi Pada Lansia Di Wilayah RW IV Pedurungan Kidul,
Semarang” termasuk dalam bidang ilmu keperawatan Gerontik dan Komunitas.
  5

F. Originalitas Penelitian
Penelitian ini memiliki kemiripan dengan beberapa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut meliputi:
Tabel 1.1 Originalitas penelitian
No Judul Peneliti Desain Hasil
1 Hubungan antara dukungan Meta Kuantitatif Terdapat hubungan
sosial dengan depresi pada Amelia negatif yang signifikan
lanjut usia yang tinggal di Widya antara dukungan sosial
panti wreda wening Saputri, dengan depresi
wardoyo jawa tenga Endang
Sri
Indrawati
(2011)
2 Hubungan perawatan dan Mega Ilfa descriptive Hasil hubungan
dukungan sosial keluarga Avritania corelational perawatan keluarga
dengan depresi pada lansia (2012) dengan depresi adalah
di kelurahan kembangarum p= 0,000 dan r= -0,479,
semarang sedang hasil dukungan
sosial dengan
depresi adalah p= 0,000
dan r= -0,424

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Saputri dan Indrawati (2011)


menggunakan variabel dukungan sosial sementara dalam penelitian ini variabel
bebasnya psikososial. Perbedaan penelitian ini dengan Avritania (2012) juga
terletak pada variabel bebas yaitu dukungan sosial keluarga.

Anda mungkin juga menyukai