Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanefestasikan

dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada

indiviu yang bersangkutan.Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung

dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan

dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. (H. Iyus Yosep dan Titin

Sutini, 2007)

Stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.Setiap

permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (stresor psikososial)

dapat mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh.Reaksi tubuh (fisik) ini

dinamakan stres, dan manakala fungsi organ-organ tubuh itu sampai terganggu

dinamakan distress. Sedangkan depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap

stress yang dialaminya. Oleh karena itu dalam diri manusia itu antara fisik dan

psikis (kejiwaan) itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling

mempengaruhi).Reaksi kejiwaan lainnya yang erat hubungannya dengan strees

adalah kecemasan (anciety). (Yosep dan Sutini, 2014).

1
2

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di

dunia, termasuk di Indonesia. Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta

orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di

Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman

penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada

penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka

panjang.(WHO 2016).

Prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi

dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

(Riskesdas, 2013).

Gangguan depresi merupakan jenis gangguan jiwa yang sering ditemukan, dengan

prevalensi seumur hidup sekitar 15%, dengan kemungkinan mencapai 25% pada

perempuan. Rata-rata usia yang rentan mengalami depresi ialah sekitar 40 tahunan.

Hampir 50 % awitan terjadi pada usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul

pada masa kanak-kanak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan bahwa gangguan

depresi berat dapat ditemukan pada usia kurang dari 20 tahun. Hasil survei di Indonesia

pada Juni 2004 mengemukakan bahwa sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap

depresi, mulai dari tingkat ringan sampai berat.2,3 Terdapat beberapa prediktor penyebab

depresi pada lansia, banyak lanjut usia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh
3

keluarganya, bahkan ada lanjut usia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya

meskipun hidup dalam lingkungan yang sama.Juga terdapat lanjut usia yang masih harus

bekerja keras meskipun sudah tua. Lanjut usia yaitu berusia lebih dari 60 tahun berisiko

rentan terhadap berbagai masalah kesehatan atau penyakit walaupun tampilan dan

gejalanya tidak khas, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Pada pasien lanjut usia

tampilan yang paling umum ialah keluhan somatis, hilang selera makan, dan gangguan

pola tidur. Dari hasil penilitian, tidak depresi sebanyak 24 orang (51%) dan depresi 23

orang (48,9%). Dari yang terdiagnosis depresi, ditemukan depresi ringan 17 orang (36%),

depresi sedang 5 orang (12%), dan depresi berat 1 orang (2%). Penelitianyang dilakukan

di Panti Jompo Penduduk (NH-SDI) di Prancis tahun 2010 dimana dari 99 responden

didapatkan 46 orang yang mengalami depresi (46,5%). Tingginya prevalensi depresi pada

responden kemungkinan berhubungan dengan faktor risiko untuk perkembangan

terjadinya depresi pada lanjut usia. (Ivone R.Ballo 2013).

Prevalensi depresi pada lansia sangat tinggi, sekitar 12 – 36 % lansia yang menjalani

rawat jalan mengalami depresi.Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lansia dengan

penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi. Depresi menyerang 10-15

% lansia 65 tahun keatas yang tinggal dikeluarga dan angka depresi meningkat secara

drastis pada lansia yang tinggal diinstitusi, dengan sekitar 50% penghuni perawatan

jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Meskipun depresi banyak

terjadi di kalangan lansia, depresi ini sering di diagnosis salah atau diabaikan. Rata-rata

30-50% lanjut usia yang mengalami penyakit kronis adalah mereka dengan depresi yang
4

tidak terdeteksi karena lansia lebih banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang

sebetulnya adalah penyerta dari gangguan emosi.(Sri Purnama, 2014).

Depresi pada lanjut usia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius, meskipun

perkembangan pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju.

Gejala-gejala depresi ini sering berhubungan dengan penyesuaian yang terhambat

terhadap kehilangan dalam hidup dan stressor.Stressor pencetus seperti kehilangan

pasangan hidup, kehilangan teman dekat, dan kehilangan anggota tubuh karena penyakit.

Sebesar 30% lansia depresi disebabkan oleh kehilangan. (Aryani, 2015).

Menurut Tailor (2006), Lilik Ma’rifatul (2011), dan Amir N (2008), teerdapat beberapa

faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia yaitu (1) faktor biologis mencakup

genetik, riwayat trauma, kekerasak seksual, kekerasan fisik, cacat fisik, dan penyakit

kronis. (2) faktor psikososial terdapat 4 potensi yang menyebabkan depresi, stres,

perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. (3) kognitif gangguan suasana hati, dan

memiliki harapan negatif tentang masa depan mereka. (4) Jenis kelamin, (5) usia, (6)

genetik, merupakan salah satu faktor yang terdapat didalam faktor biologis, faktor genetik

menjadi penyebab timbulnya depresi. (7) penurunan fungsi tubuh, karena faktor usia,

penyakit kronis/ berat, kecacatan, dan penurunan kognitif. (8) kesepian dan isolasi (9)

kehilangan, terdapat beberapa potensi kehilangan bisa menyebabkan terjadinya depresi

seperti, kehilangan orang yang dicinta, kehilangan fungsi fisik, kehilangan organ tubuh,

teman terdekat, dan tetangga yang baik. Dari beberapa faktor diatas saling berhubungan
5

dan berkaitan, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti beberapa faktor-faktor dari

faktor diatas.

Depresi, sebagai masalah mental yang paling umum pada lansia sering tidak pernah kita

ketahui, yang tidak diobati secara memadai secara signifikan mempengaruhi kualitas

hidup lansia. Ada beberapa faktor terjadinya depresi pada lansia, Yang paling umum

adalah faktor risiko neurobiologis dan psikososial serta penyakit fisik.Hasil dari studi

prospektif dari faktor risiko menyatakan bahwa lima faktor, yaitu: kesedihan, gangguan

tidur, cacat, diagnosis sebelumnya depresi dan jenis kelamin, merupakan faktor risiko

yang paling penting untuk terjadinya depresi. Status sosial ekonomi yang lebih rendah

sebanding dengan tingkat prevalensi depresion.Dampak pendidikan lebih jelas terlihat

pada laki-laki daripada perempuan (pendidikan yang lebih tinggi - tingkat prevalensi

depresi yang lebih rendah). Faktor-faktor lain yang terkait dengan timbulnya depresi

adalah adanya riwayat keluarga depresi pada jenis kelamin, konsumsi alkohol dan

merokok. Penurunan kemampuan mental dan fisik dan melemahnya penglihatan dan

gangguan pendengaran pada orang tua meningkatkan risiko depresi. (Jasmina, Rudic, &

Pasalic, 2015).

Faktor risiko lain yang berhubungan signifikan dengan gangguan mental emosional

adalah usia responden. Mereka yang berusia 55 – 64 tahun mempunyai risiko 1,4 kali

lebih besar untuk mengalami gangguan mental emosional, sedangkan mereka yang

berumur 65 tahun atau lebih mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan

mereka yang berumur 15 – 44 tahun. Risiko gangguan mental emosional atau depresi
6

pada pasien sesudah usia 50 tahun mencapai 3 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan

pasien dengan usia kurang dari 50 tahun dan hal ini lebih disebabkan oleh faktor biologik

dan bukan karena faktor genetik. Hal ini juga mungkin disebabkan perubahan pada sistem

saraf (neurotransmitter katekolaminergik) yang mungkin berperan dalam terjadinya

depresi pada usia lanjut. (Widagdo, 2013).

Periode lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang, dimana

setiap individu lansia akan mengalami proses menua yang bersifat alami dengan adanya

perubahan pada aspek fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Setiap indiviu yang memasuki periode lansia akan dihadapkan pada berbagai gangguan

kesehatan baik fisik maupun mental termasuk stres dan depresi (Woods, 1993).

Hasil penelitian (Kermis 1986 dalam Millier, 2004) menyatakan bahwa 80% lansia

berumur 65 tahun atau lebih akan mengalami paling sedikit satu masalah kesehatan yang

dapat mengakibatkan timbulnya stres dan depresi. Hurlock (1994) juga mengatakan

bahwa pada lansia terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap, dimana

penurunan kondisi tersebut dapat menimbulkan stres pada sebagian lansia. (Syifa, 2015).

Hasil penelitian Siti, 2013 di PSTW Budi Mulia 02 Cengkareng Jakarta Barat,

menunjukkan dari 74 lansia yang mengalami depresi sebanyak 50 lansia. Karakteristrik

faktorumur pada umur >75 tahun berjumlah 41 orang, dan umur 60-74 sebanyak 9 orang.

perempuan sebanyak 33 orang, laki-laki 17 orang, berstatus janda/duda 32 orang, tidak

menikah 11 orang. dengan tingkat pendidikan lansia yang mengalami pendidikan sekolah
7

40 orang, dan tidak sekolah 10 orang, lansia fungsi fisik yang terganggu 28 orang (56%),

sedangkan lansia yang memiliki dukungan sosial dari orang-orang sekitar panti/keluarga

sebanyak 38 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bersama tim pada April 2018 yang

dilakukan di Panti Werda Trisna Cengkareng di ruang durian sebanyak 103 Lansia

dengan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), dan telah dilakukan menggunakan

Geriatic Depresion Scale (GDS) dengan jumlah 35 lansia dan dari 35 lansia tersebut yang

mengalami depresi sebanyak 33 lansia. Berdasarkan trend kecendrungan peningkatan

prevalensi depresi pada lansia dalam kurun 10 tahun terakhir (2009-2018) yang mencapai

lebih dari 60% di antaranya disebabkan oleh, faktor usia, jenis kelamin, stres, penyakit

kronis, kehilangan, dan interaksi sosial. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap Lansia di Panti Tresna Wredha Budi Mulia 02 Cengkareng, Sehingga

menimbulkan pertanyaan faktor-faktor apa saja yang yang berhubungan dengan depresi

pada lansia, sehingga terkait dengan hal ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya depresi pada lansia di Panti

SosialTresna Wredha Budhi Mulia 02 Cengkareng Jakarta Barat”.


8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

terjadinya depresi pada lansia di PSTW Budhi Mulia 02 Cengkareng .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristrik demografi (usia dan jenis kelamin) yang berhubungan

dengan depresi pada lansia di PSTW Cengkareng

2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya depresi pada lansia

di PSTW Cengkareng

3. Mengetahui hubungan antara usiadengan terjadinya depresi pada lansia di PSTW

Cengkareng.

4. Mengetahui hubungan antarastres dengan terjadinya depresi pada lansia di

PSTW Cengkareng.

5. Mengetahui hubungan antara penyakit kronis dengan terjadinya depresi pada

lansia di PSTW Cengkareng.

6. Mengetahui hubungan antara kehilangan dengan terjadinya depresi pada lansia di

PSTW Cengkareng.

7. Mengetahui hubungan antara interaksi sosial dengan terjadinya depresi pada

lansia di PSTW Cengkareng.


9

1.4 Manfaat Penelitia

Peneliti ini diharapkan bermanfaat untuk:

1.4.1 Keperawatan Jiwa

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan dasar pengetahuan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada lansia dengan

depresi dan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada lansia dengan depresi.

1.4.2 Instusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi, pengetahuan, dan

menambah wawasan bagi para mahasiwa/i.

1.4.3 Peneliti

Sebagai informasi dasar untuk pelitian berikutnya agar dapat dikembangkan lebih

luas serta dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai