Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada
dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan
dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. (H. Iyus Yosep dan Titin
Sutini, 2007)
Stres dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.Setiap
dinamakan stres, dan manakala fungsi organ-organ tubuh itu sampai terganggu
stress yang dialaminya. Oleh karena itu dalam diri manusia itu antara fisik dan
psikis (kejiwaan) itu tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya (saling
1
2
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
panjang.(WHO 2016).
dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
(Riskesdas, 2013).
Gangguan depresi merupakan jenis gangguan jiwa yang sering ditemukan, dengan
prevalensi seumur hidup sekitar 15%, dengan kemungkinan mencapai 25% pada
perempuan. Rata-rata usia yang rentan mengalami depresi ialah sekitar 40 tahunan.
Hampir 50 % awitan terjadi pada usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul
pada masa kanak-kanak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan bahwa gangguan
depresi berat dapat ditemukan pada usia kurang dari 20 tahun. Hasil survei di Indonesia
pada Juni 2004 mengemukakan bahwa sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap
depresi, mulai dari tingkat ringan sampai berat.2,3 Terdapat beberapa prediktor penyebab
depresi pada lansia, banyak lanjut usia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh
3
keluarganya, bahkan ada lanjut usia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya
meskipun hidup dalam lingkungan yang sama.Juga terdapat lanjut usia yang masih harus
bekerja keras meskipun sudah tua. Lanjut usia yaitu berusia lebih dari 60 tahun berisiko
rentan terhadap berbagai masalah kesehatan atau penyakit walaupun tampilan dan
gejalanya tidak khas, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Pada pasien lanjut usia
tampilan yang paling umum ialah keluhan somatis, hilang selera makan, dan gangguan
pola tidur. Dari hasil penilitian, tidak depresi sebanyak 24 orang (51%) dan depresi 23
orang (48,9%). Dari yang terdiagnosis depresi, ditemukan depresi ringan 17 orang (36%),
depresi sedang 5 orang (12%), dan depresi berat 1 orang (2%). Penelitianyang dilakukan
di Panti Jompo Penduduk (NH-SDI) di Prancis tahun 2010 dimana dari 99 responden
didapatkan 46 orang yang mengalami depresi (46,5%). Tingginya prevalensi depresi pada
Prevalensi depresi pada lansia sangat tinggi, sekitar 12 – 36 % lansia yang menjalani
rawat jalan mengalami depresi.Angka ini meningkat menjadi 30-50% pada lansia dengan
penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi. Depresi menyerang 10-15
% lansia 65 tahun keatas yang tinggal dikeluarga dan angka depresi meningkat secara
drastis pada lansia yang tinggal diinstitusi, dengan sekitar 50% penghuni perawatan
jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Meskipun depresi banyak
terjadi di kalangan lansia, depresi ini sering di diagnosis salah atau diabaikan. Rata-rata
30-50% lanjut usia yang mengalami penyakit kronis adalah mereka dengan depresi yang
4
tidak terdeteksi karena lansia lebih banyak memfokuskan pada keluhan badaniah yang
Depresi pada lanjut usia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius, meskipun
pasangan hidup, kehilangan teman dekat, dan kehilangan anggota tubuh karena penyakit.
Menurut Tailor (2006), Lilik Ma’rifatul (2011), dan Amir N (2008), teerdapat beberapa
faktor yang berhubungan dengan depresi pada lansia yaitu (1) faktor biologis mencakup
genetik, riwayat trauma, kekerasak seksual, kekerasan fisik, cacat fisik, dan penyakit
kronis. (2) faktor psikososial terdapat 4 potensi yang menyebabkan depresi, stres,
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. (3) kognitif gangguan suasana hati, dan
memiliki harapan negatif tentang masa depan mereka. (4) Jenis kelamin, (5) usia, (6)
genetik, merupakan salah satu faktor yang terdapat didalam faktor biologis, faktor genetik
menjadi penyebab timbulnya depresi. (7) penurunan fungsi tubuh, karena faktor usia,
penyakit kronis/ berat, kecacatan, dan penurunan kognitif. (8) kesepian dan isolasi (9)
seperti, kehilangan orang yang dicinta, kehilangan fungsi fisik, kehilangan organ tubuh,
teman terdekat, dan tetangga yang baik. Dari beberapa faktor diatas saling berhubungan
5
dan berkaitan, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti beberapa faktor-faktor dari
faktor diatas.
Depresi, sebagai masalah mental yang paling umum pada lansia sering tidak pernah kita
ketahui, yang tidak diobati secara memadai secara signifikan mempengaruhi kualitas
hidup lansia. Ada beberapa faktor terjadinya depresi pada lansia, Yang paling umum
adalah faktor risiko neurobiologis dan psikososial serta penyakit fisik.Hasil dari studi
prospektif dari faktor risiko menyatakan bahwa lima faktor, yaitu: kesedihan, gangguan
tidur, cacat, diagnosis sebelumnya depresi dan jenis kelamin, merupakan faktor risiko
yang paling penting untuk terjadinya depresi. Status sosial ekonomi yang lebih rendah
pada laki-laki daripada perempuan (pendidikan yang lebih tinggi - tingkat prevalensi
depresi yang lebih rendah). Faktor-faktor lain yang terkait dengan timbulnya depresi
adalah adanya riwayat keluarga depresi pada jenis kelamin, konsumsi alkohol dan
merokok. Penurunan kemampuan mental dan fisik dan melemahnya penglihatan dan
gangguan pendengaran pada orang tua meningkatkan risiko depresi. (Jasmina, Rudic, &
Pasalic, 2015).
Faktor risiko lain yang berhubungan signifikan dengan gangguan mental emosional
adalah usia responden. Mereka yang berusia 55 – 64 tahun mempunyai risiko 1,4 kali
lebih besar untuk mengalami gangguan mental emosional, sedangkan mereka yang
berumur 65 tahun atau lebih mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang berumur 15 – 44 tahun. Risiko gangguan mental emosional atau depresi
6
pada pasien sesudah usia 50 tahun mencapai 3 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan
pasien dengan usia kurang dari 50 tahun dan hal ini lebih disebabkan oleh faktor biologik
dan bukan karena faktor genetik. Hal ini juga mungkin disebabkan perubahan pada sistem
Periode lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang, dimana
setiap individu lansia akan mengalami proses menua yang bersifat alami dengan adanya
perubahan pada aspek fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Setiap indiviu yang memasuki periode lansia akan dihadapkan pada berbagai gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental termasuk stres dan depresi (Woods, 1993).
Hasil penelitian (Kermis 1986 dalam Millier, 2004) menyatakan bahwa 80% lansia
berumur 65 tahun atau lebih akan mengalami paling sedikit satu masalah kesehatan yang
dapat mengakibatkan timbulnya stres dan depresi. Hurlock (1994) juga mengatakan
bahwa pada lansia terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap, dimana
penurunan kondisi tersebut dapat menimbulkan stres pada sebagian lansia. (Syifa, 2015).
Hasil penelitian Siti, 2013 di PSTW Budi Mulia 02 Cengkareng Jakarta Barat,
faktorumur pada umur >75 tahun berjumlah 41 orang, dan umur 60-74 sebanyak 9 orang.
menikah 11 orang. dengan tingkat pendidikan lansia yang mengalami pendidikan sekolah
7
40 orang, dan tidak sekolah 10 orang, lansia fungsi fisik yang terganggu 28 orang (56%),
sedangkan lansia yang memiliki dukungan sosial dari orang-orang sekitar panti/keluarga
sebanyak 38 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bersama tim pada April 2018 yang
dilakukan di Panti Werda Trisna Cengkareng di ruang durian sebanyak 103 Lansia
dengan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), dan telah dilakukan menggunakan
Geriatic Depresion Scale (GDS) dengan jumlah 35 lansia dan dari 35 lansia tersebut yang
prevalensi depresi pada lansia dalam kurun 10 tahun terakhir (2009-2018) yang mencapai
lebih dari 60% di antaranya disebabkan oleh, faktor usia, jenis kelamin, stres, penyakit
kronis, kehilangan, dan interaksi sosial. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
menimbulkan pertanyaan faktor-faktor apa saja yang yang berhubungan dengan depresi
pada lansia, sehingga terkait dengan hal ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah
2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan terjadinya depresi pada lansia
di PSTW Cengkareng
Cengkareng.
PSTW Cengkareng.
PSTW Cengkareng.
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan dasar pengetahuan bagi perawat
1.4.3 Peneliti
Sebagai informasi dasar untuk pelitian berikutnya agar dapat dikembangkan lebih