Anda di halaman 1dari 9

Riksa Bahasa

Volume 1, Nomor 2, November 2015

MANTRA PENGASIHAN: TELAAH STRUKTUR, KONTEKS


PENUTURAN, FUNGSI, DAN PROSES PEWARISANNYA

Ai Siti Nurjamilah
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Pos-el: pooh_aya@ymail.com

ABSTRAK
Mantra Pengasihan: Telaah Struktur, Konteks, Penuturan, Fungsi dan Proses Pewarisannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi mengenai struktur teks mantra, konteks
penuturan, dan fungsi mantra dalam masyarakat sekaligus pewarisan mantra secara umum yang
berkembang di masyarakat daerah gunung Galunggung-Tasikmalaya. Kajian ini berfokus pada tradisi
lisan yang mengandung kearifan lokal. Mantra merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang hidup
dan berkembang di suatu masyarakat. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Analisis
dilakukan dengan pendekatan objektif. Pendekatan objektif memandang bahwa karya sastra terdiri atas
beberapa unsur yang saling membangun. Analisis berdasarkan pendekatan objektif dalam mantra
pengasihan yakni mengandung kesesuaian bunyi baik bunyi vokal maupun konsonan, kesatuan
sintaksis, terikat konteks penuturan, fungsi, dan proses pewarisan secara turun-temurun.

Kata Kunci: mantra pengasihan, struktur, konteks, penuturan, fungsi, pewarisan

PENDAHULUAN penyebarannya secara lisan, dan menjadi


Keberagaman adat dan budaya milik bersama (Danandjaja, 1997: 2-4).
Indonesia menjadikan negara Indonesia Para ahli sastra umumnya
memiliki kekayaan nilai-nilai budaya dan sependapat bahwa bentuk awal puisi
sastra. Salah satunya ialah sastra lama. Indonesia adalah mantra (Taum, 2011: 50).
Nilai-nilai budaya dan sastra tersebut Menurut Rusyana (1970: 17) dalam sastra
diciptakan dan diwariskan secara turun- lama daerah, terdapat banyak istilah untuk
temurun oleh nenek moyang kepada merujuk pada hal yang berhubungan dengan
masyarakat sampai pada masa modern. magis, dengan kekuatan gaib. Istilah
Sastra lama terbagi dalam tiga ragam tersebut digunakan sesuai fungsinya,
besar yakni puisi rakyat, cerita rakyat, dan misalnya saja mantra untuk mengobati; pelet
teater rakyat (Taum, 2011: 65). Puisi rakyat untuk menarik seseorang agar terpikat;
termasuk di dalamnya yaitu syair, pantun, asihan sebagai daya tarik; santet untuk
gurindam, karmina, dan mantra. Termasuk mencelakakan orang; jangjawokan sebagai
ke dalam cerita rakyat : mite, legenda, dan doa peminta suatu hal. Dalam penggolongan
dongeng. Teater rakyat ialah bentuk sastra lama Indonesia, berbagai istilah itu
tontonan tradisional yang menggunakan disebut dengan mantra.
bahasa sebagai media penyampaian pesan. Sastra lama yang berupa mantra
Misalnya lenong di Betawi dan longser di masih dipercayai dan dipelihara oleh
Jawa Barat. beberapa orang di kalangan masyarakat.
Sastra lama memiliki beberapa ciri, Mantra umumnya tidak disebarkan secara
diantaranya bersifat anonim, pencipta sastra bebas. Biasanya, mantra diwariskan secara
lama tersebut tidak diketahui, memiliki turun-temurun atau diwariskan kepada orang
kegunaan kolektif, terdiri dari banyak versi terpilih. Jika mantra diwariskan kepada
dan bersifat pralogis (tidak sesuai dengan orang terpilih, biasanya ditandai dengan
penalaran atau logika), bersifat tradisional, adanya firasat tertentu atau wangsit untuk
mewariskannya pada orang lain.

123
Ai Siti Nurjamilah
Mantra Pengasihan

Pengkajian yang dilakukan terhadap mantra untuk mendapatkan daya pengasih,


mantra pengasihan merupakan bagian dari pemanis, atau penggila, dan mantra untuk
sastra lisan yang didasarkan pada menimbulkan rasa benci.
pertimbangan bahwa teks mantra Menurut Danandjaja (1997: 56),
pengasihan termasuk sastra lisan yang dilihat dari bentuknya yang merupakan
berbentuk puisi rakyat. Kajian mengenai puisi, mantra digolongkan ke dalam bentuk
sastra lisan dinaungi oleh folklor. Menurut puisi rakyat. Hal tersebut karena sebagai
Danandjaja (2007: 2), folklor sebagai genre folklor lisan sajak dan puisi rakyat
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar memiliki karakteristik tersendiri, yaitu
dan diwariskan turun-temurun, diantara bentuk kalimatnya tidak berbentuk bebas
kolektif macam apa saja, secara tradisional melainkan terikat. Sajak atau puisi rakyat
dalam versi yang berbeda, baik dalam adalah kesusastraan rakyat yang sudah
bentuk lisan maupun contoh yang disertai tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas
dengan gerak isyarat atau alat pembantu beberapa deret kalimat, ada yang
pengingat. berdasarkan panjang-pendek suku kata,
Mantra pengasihan biasanya lemah-kuatnya tekanan suara, atau hanya
diturunkan dengan cara berguru. Seseorang berdasarkan irama.
yang ingin dirinya disenangi oleh banyak Dalam eksistensinya, mantra
orang, maka ia akan mencari orang yang memiliki manfaat baik bagi dukun maupun
mempunyai mantra asihan dan memintanya masyarakat. Fungsi mantra bagi dukun
untuk diamalkan. Dalam melaksanakan yaitu:
niatannya, pelaku pengasihan melafalkan a. Sebagai media untuk menunjukkan
mantra yang akan menjadikannya terlihat kemampuan, selain menjalankan
lebih menarik jika dipandang oleh orang tugasnya sebagai fasilitator untuk
lain. bermantra, dukun atau pawang juga
Telaah teks mantra pengasihan ini mempunyai peluang untuk
bertujuan untuk memperoleh deskripsi mengaktualisasikan dirinya melalui
mengenai struktur teks mantra, konteks mantra yang dibacakannya. Seorang
penuturan mantra, dan fungsi mantra dalam dukun berusaha bermantra dengan
masyarakat sekaligus pewarisan mantra sebaik-baiknya karena dalam prosesi
secara umum yang berkembang di pemantraan itu ada tugas yang diemban
masyarakat. Penelaahan ini dimaksudkan sekaligus, yakni menyampaikan maksud
sebagai salah satu bentuk inventarisasi bermantra atau permohonan kepada
sastra lama yang ada dan masih berfungsi di Tuhan. Ada kepuasan dalam diri sang
daerah gunung Galunggung, Tasikmalaya. dukun jika mantra tersebut berhasil.
Bentuk awal (prototipe) puisi b. Sebagai media untuk menyebarluaskan
Indonesia adalah mantra (Taum, 2011: 50). agama.
Puisi mantra biasanya dibentuk dalam larik- c. Sebagai media untuk menyalurkan hobi.
larik yang memerlukan irama pada saat d. Sebagai media untuk mencari nafkah.
melisankannya. Termasuk ke dalam puisi e. Sebagai media untuk penerangan.
mantra adalah jajampean, jangjawokan, Fungsi mantra bagi masyarakat yaitu:
parancah, singlar, dan asihan. a. Sebagai religi bagi sebagian masyarakat,
Nazriani (2012: 41) mengemukakan pada umumnya mantra yang berupa
jenis-jenis mantra berdasarkan isinya, yaitu permohonan kepada Tuhan merupakan
mantra pengampunan, mantra kutukan, fungsi religi yang utama.
mantra keberkahan pada upacara tertentu, b. Sebagai pendidikan, misalnya mantra
mantra obat-obatan, mantra untuk yang berisi permohonan kepada Tuhan
mendapatkan kekebalan atau kekuatan, dan mantra untuk tumbuh-tumbuhan.

124
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 2, November 2015

Mantra tersebut memberikan pendidikan yang dipercaya memiliki kekuatan untuk


kepada masyarakat bahwa manusia harus membantu seseorang menjadi disukai atau
patuh, bersyukur, memohon kepada disayangi oleh orang lain. Biasanya
Tuhan Sang Pencipta, agar memelihara, dikaitkan dengan kekuatan yang di luar
mengatur alam termasuk hewan dan kewajaran logika manusia. Mantra
tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber pengasihan biasanya dilakukan secara
hidup. sendiri, namun lebih banyak orang yang
c. Mantra berfungsi secara ekonomi. meminta bantuan atau pertolongan orang-
d. Mantra berfungsi untuk ekspresi diri. orang yang dianggap memiliki keahlian
khusus untuk mewujudkan keinginannya.
METODE PENELITIAN Orang yang memiliki keahlian kusus di
Penelitian ini menggunakan bidang mantra itu biasa disebut pawang atau
pendekatan obyektif. Pendekatan obyektif dukun.
merupakan pendekatan yang terpenting Kepercayaan rakyat atau yang sering
sebab pendekatan apa pun yang dilakukan disebut takhayul adalah kepercayaan yang
pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu oleh orang berpendidikan dianggap
sendiri (Ratna, 2004: 73). Pendekatan sederhana tidak berdasarkan logika sehingga
obyektif memusatkan perhatian semata-mata secara ilmiah tidak dapat
pada unsur-unsur, yang dikenal dengan dipertanggungjawabkan. Berhubung kata
analisis intrinsik. Masih menurut Ratna “takhayul” mengandung arti merendahkan
(2004: 73), pendekatan obyektif disebut juga atau menghina, maka ahli folklor modern
analisis otonomi, analisis ergocentric, lebih senang mempergunakan istilah
pembacaan mikroskopi. Pemahaman kepercayaan rakyat (folk belief) atau
dipusatkan pada analisis terhadap unsur- keyakinan rakyat daripada istilah takhayul.
unsur dalam dengan mempertimbangkan
keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan Struktur Teks
unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang Teks merupakan sebuah wacana
lain. tertulis yang berstruktur. Menurut KBBI,
Metode yang digunakan pada kajian struktur ialah susunan; bangunan; yang
ini ialah metode deskriptif analisis. Metode disusun dengan pola tertentu. Badrun (2003:
deskriptif analisis merupakan suatu cara 22) mengungkapkan bahwa struktur teks
pemecahan masalah dengan cara adalah hubungan unsur yang membentuk
menggambarkan suatu obyek. Obyek yang teks sebagai satu kesatuan. Artinya, unsur-
digambarkan terbatas pada usaha unsur pembangun sebuah teks harus
mengungkapkan suatu masalah, keadaan, menunjukkan suatu kesatuan yang koheren.
atau peristiwa sebagaimana adanya, Setiap karya sastra dapat dikatakan sebagai
sehingga bersifat sekedar mengungkapkan sebuah teks termasuk puisi lisan. Teks
fakta. Metode deskriptif analisis juga dapat merupakan ungkapan verbal yang
diartikan sebagai prosedur pemecahan dituangkan ke dalam wacana tertulis. Teks
masalah yang diteliti dengan memaparkan memiliki unsur pembangun yang saling
fakta atau melukiskan keadaan berdasarkan berkaitan satu dengan yang lainnya.
fakta yang nampak dan bersifat apa adanya. Keutuhan suatu teks dapat dilihat dari
kesatuan unsur-unsur yang membangunnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bila salah satu unsurnya hilang maka teks
Mantra Pengasihan tersebut bukan teks yang utuh. Setiap teks
Pengasihan berasal dari kata asih mempunyai makna yang harus dipahami
dalam bahasa Jawa, yang berarti masyarakat pemiliknya. Struktur teks yang
menyayangi. Pengasihan adalah sesuatu

125
Ai Siti Nurjamilah
Mantra Pengasihan

dimaksud meliputi unsur sintaksis, formula Formula Bunyi


bunyi, formula irama, dan tema. Rima
Rima adalah bunyi yang berselang
Formula Sintaksis atau berulang, baik di dalam larik puisi
Menurut Ramlan (2001: 18), maupun pada akhir larik-larik puisi. Di
sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu dalam rima terdapat berbagai bunyi aspek
bahasa yang membicarakan seluk beluk yaitu (a) asonansi atau runtun vokal, (b)
wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Dalam aliterasi atau purwakanti, (c) rima akhir, (d)
puisi lisan, semua unsur gramatika dalam rima dalam, (e) rima rupa, (f) rima identik,
sintaksis tidak seluruhnya ada. Puisi lisan dan (g) rima sempurna. Rima ada dalam
dapat pula dikatakan sebagai bahasa lisan. setiap larik, bait dalam sebuah sajak.
Salah satu unsur yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah unsur tataran kalimat Asonansi dan Aliterasi
dalam teks mantra. Asonansi adalah pengulangan bunyi
Pada penelitian ini penulis vokal sedangkan aliterasi adalah
menggunakan kalimat bukan baris atau larik pengulangan bunyi konsonan. Pengulangan
sebab ditentukan berdasarkan jeda pada tersebut bisa terjadi baik pada awal kata
waktu pengucapan dan kesatuan maknanya. maupun perulangan bunyi pada akhir kata.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam Puisi lisan tidak terlepas dari unsur bunyi
wujud lisan atau tulisan yang yang menyertainya, misalnya hadirnya
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam asonansi dan aliterasi dalam tiap lariknya.
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan Permainan bunyi dalam mantra dapat
suara naik turun dan keras lembut, di sela menimbulkan irama yang indah. Bunyi yang
jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang tercipta dapat menyimbolkan sesuatu serta
diikuti oleh kesenyapan yang mencegah dapat mengintensifkan arti.
terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Konteks Penuturan
Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat Konteks penuturan adalah hal
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri mengenai situasi atau berkenaan dengan
dengan tanda titik, tanda tanya, ataupun peristiwa komunikasi antara petutur dan
tanda seru. Tataran analsis kalimat dan penerima tuturan, artinya ada hubungan
klausa dalam penelitian ini akan interaksi komunikasi di antara keduanya.
menggunakan tataran dalam sintaksis yakni Konteks menurut Badrun (2003: 39)
fungsi, kategori dan peran. didefinisikan sebagai situasi sosial khusus,
Bahasa Indonesia memiliki empat tempat sesuatu (item) khusus yang
kategori sintaksis utama, yaitu (1) verba dibawakan.
atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda,
(3) adjektiva atau kata sifat, dan (4) adverbia Fungsi
atau kata keterangan. Fungsi sintaksis Menurut KBBI (2003: 323), fungsi
bahasa Indonesia adalah predikat, subyek, adalah kegunaan suatu hal bagi hidup suatu
obyek, pelengkap, dan keterangan. Peran masyarakat. Dalam hal ini, tentu saja
semantis dalam kalimat biasanya disebut pertunjukan puisi lisan mempunyai fungsi
dengan pelaku, sasaran, pengalam, atribut, sendiri-sendiri yang ditentukan oleh
dan keterangan. masyarakatnya. Fungsi tersebut sesuai
dengan konteks sosial budaya
masyarakatnya. Taum (2011: 25)
menyebutkan fungsi-fungsi itu meliputi: (1)
sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai

126
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 2, November 2015

pengesahan budaya, (3) sebagai alat duniawi berupa fisik, wujud, atau materi;
pendidikan, (4) sebagai alat pemaksa maupun berupa kehidupan setelah
berlakunya norma-norma masyarakat dan kematian.
pengendalian masyarakat. Ketika itu, masyarakat Sunda
Pendapat yang khusus mengenai lampau masih sangat percaya dengan
fungsi dikemukakan oleh Badrun (2003: 25) adanya kekuatan besar (kekuatan gaib) yang
yakni: (1) sebagai alat kendali sosial, (2) menguasai dan memberikan dampak pada
untuk hiburan, (3) untuk memulai suatu kelangsungan hidupnya. Untuk dapat
permainan, (4) untuk mengganggu orang berhubungan dengan kekuatan gaib atau
lain. memanfaatkan bahkan mengatur kekuatan
gaib tersebut, dilakukanlah cara-cara
Pewarisan tertentu yang telah ditetapkan melalui
Upaya pewarisan sebuah tradisi penyusunan kata-kata yang juga melewati
sekiranya mendapat perhatian dari berbagai sebuah proses tertentu dan dipercaya
pihak. Bukan hanya dari masyarakat pemilik memiliki kekuatan tertentu yang disebut
tradisi melainkan juga dari pihak pemerintah dengan mantra pengasihan.
sebagai penentu kebijakan. Sebuah tradisi Keberadaan mantra dalam kehidupan
apabila tidak diperhatikan akan mengalami masyarakat penuturnya berada pada tataran
degradasi sampai akhirnya dilupakan dan nilai spiritual yang tinggi dan memiliki daya
hilang sama sekali. Sebuah tradisi dapat sugestif yang sangat kuat. Teks mantra
bertahan jika dipertahankan atau dilestarikan dipercaya memiliki khasiat tertentu, meski
atau diwariskan. teks mantra tersebut diucapkan dengan
Proses pewarisan yang penulis teliti pelan atau sekadar digumamkan saja.
yaitu berupaya mengungkap ada tidaknya Mantra pengasihan adalah kata-kata
perubahan teks mantra pengasihan yang yang dilisankan, yang dipercaya memiliki
telah diwariskan dari leluhur sebelumnya. kekuatan magis dan dapat membuat orang
Jika teks tersebut diindikasikan tidak lain menyayangi orang yang mengamalkan
mengalami perubahan teks, maka dapat mantra tersebut. Dalam mantra pengasihan
disimpulkan bahwa teks tersebut merupakan terdapat tata cara yang harus dipatuhi. Jika
hasil penciptaan leluhur. tata cara tersebut tidak dilaksanakan, maka
dipercaya penutur mantra tidak akan
Analisis Mantra Pengasihan dengan mendapatkan apa yang diinginkannya.
Menggunakan Pendekatan Objektif
Mantra merupakan bagian dari sastra Teks Mantra Pengasihan
lisan dan tergolong ke dalam puisi mantra. Isun teka guyu-guyu
Kelompok puisi mantra memiliki sifat Isun mulih sira nangis
mistis, artinya memiliki ritual-ritual tertentu Manjaras ka awaking
yang harus dipatuhi dengan segala Mangka welas mangka asih
kesakralannya. Keberadaan mantra dalam Asih ................ (sebutkan nama)
masyarakat, berbanding lurus dengan sistem
kepercayaan yang dianut masyarakat dari Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
dahulu hingga sekarang. Sistem saya datang senyum-senyum
kepercayaan dalam kehidupan keseharian saya pulang kamu menangis
sebuah masyarakat lampau tertentu merasuk pada tubuh saya
(misalnya masyarakat Sunda) sangat sehingga mengasihi dan menyayangi
berkaitan dengan penggunaan mantra yang sayangi.............(sebutkan nama)
berperan dalam pranata-pranata sosial, baik
yang sekaitan dengan hal-hal yang sifatnya

127
Ai Siti Nurjamilah
Mantra Pengasihan

Formula Sintaksis Struktur teks dalam mantra memiliki


Setiap kalimat memiliki struktur empat unsur formula yakni 1) formula
gramatikanya tersendiri. Begitupun halnya sintaksis, 2) formula bunyi, 3) gaya, dan 4)
dengan teks mantra juga memiliki struktur tema. Unsur-unsur tersebut saling
gramatik. Mantra terdiri atas beberapa berhubungan dan membentuk harmonisasi.
kalimat atau urutan kalimat. Setiap kalimat Kalimat yang terdapat dalam mantra berisi
dalam mantra memiliki satu ide pokok. kalimat berita dan perintah.
Istilah kalimat yang digunakan merujuk Struktur teks mantra pengasihan
pada intonasi akhir pembacaan mantra. Itu yang penulis analisis terdiri atas kalimat
sebabnya istilah kalimat digunakan bukan yang bersubjek dan termasuk jenis kalimat
istilah larik yang digunakan dalam analisis versi (S-P). Kalimat bersubjek terlihat pada
struktur teks. struktur teks

Isun teka guyu-guyu saya datang senyum-senyum


S P Ket. S P Ket.

Isun mulih sira nangis saya pulang kamu menangis


S P S P S P S P

Sementara pada kalimat manjaras ka yang sama dan menyebabkan alunan


awaking (merasuk pada tubuh saya) tidak menarik dan menurun yang tetap seperti
bersubjek dan seperti kalimat imperatif. pada penggunaan diksi isun dan mangka
Dikatakan tidak bersubyek karena tidak secara berulang. Selain metrum, mantra pun
disebutkan apa yang merasuk pada tubuh memiliki ritme. Pengucapan dalam mantra
saya. Mangka welas mangka asih (sehingga (mantra pengasihan) disesuaikan dengan
menyayangi dan mengasihi) tidak pola pembacaan masing-masing mantra.
bersubyek. Tidak ada pola khusus dalam membacakan
mantra.
Formula Bunyi Tema mantra pengasihan yang
Bunyi memiliki fungsi untuk penulis analisis yaitu tema sosial yakni pada
memperindah teks mantra. Bunyi erat dasarnya setiap manusia selalu ingin
kaitannya dengan aliterasi dan asonansi. disayangi dan dikasihi oleh orang lain
Bunyi muncul karena permainan atau sejalan dengan mantra yang penulis telaah
gabungan dari aliterasi dan asonansi. Unsur yaitu mengenai mantra pengasihan yang
bunyi merupakan salah satu estetika dalam berfungsi untuk meminta agar orang lain
puisi lisan – estetika bunyi. Aliterasi dan menyayangi dan mengasihi yang
asonansi pada akhirnya akan membentuk mengamalkan mantra tersebut.
rima. Aliterasi yang muncul dalam mantra Mantra pengasihan yang dianalisis
pengasihan yang penulis analisis adalah termasuk mantra yang menggunakan bahasa
aliterasi yang terbentuk atau gabungan dari Sunda. Selain dari unsur bahasa, diketahui
bunyi-bunyi ringan seperti bunyi s dan n bahwa persoalan magis sangat lekat
pada diksi isun dan konsonan rangkap menyertai mantra tersebut. Hal tersebut
seperti ng pada diksi mangka kemudian terlihat dari konteksnya yang berupaya
bergabung dengan asonansi yang ringan memperbudak makhluk gaib (jin) agar
juga yaitu i dan u pada diksi isun. merasuk atau masuk dan memberikan daya
Irama yang terdapat dalam mantra tarik kepada penuturnya.
sama halnya dengan metrum dan ritme.
Letak metrum terdapat pada pemakaian kata

128
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 2, November 2015

Konteks Penuturan Mantra Pengasihan pemenuhan kebutuhan tertentu. Adapun


Konteks penuturan adalah sebuah fungsi mantra pengasihan secara eksplisit
interaksi komunikasi yang berhubungan sebagai sistem proyeksi dan sarana/media
dengan suasana/situasi, tempat tujuan waktu pengungkapan emosi masyarakat.
serta lingkungan antara penutur dan petutur. Fungsi yang ditemukan dalam
Komunikasi yang terjadi dalam mantra ini mantra pengasihan adalah fungsi sosial, dan
adalah komunikasi antara manusia dengan sebagai sistem proyeksi keinginan
makhluk gaib (leluhur). Komunikasi masyarakat penuturnya. Pada dasarnya
tersebut berupa pesan yang berisi manusia ingin hidup disayangi dan dikasihi
permohonan kepada leluhur untuk terlihat dari kalimat manjaras ka awaking
membantu memberikan/mendatangkan daya mangka welas mangka asih. Hal tersebutlah
tarik. Komunikasi yang berlangsung adalah yang mendorong masyarakat penutur
komunikasi searah. Konteks penuturan meyakini dan percaya dengan pengucapan
mantra pengasihan yang penulis telaah bisa mantra pengasihan. Permohonan tersebut
dituturkan di mana saja kecuali di kamar ditujukan kepada jin atau roh leluhur.
mandi. Jika dituturkan di kamar mandi, Mantra pengasihan diucapkan sebagai media
maka diyakini kekuatan mantra tersebut komunikasi dengan jin atau roh leluhur.
tidak akan terjadi. Untuk waktu Mereka berharap dengan mengucapkan
penuturannya bisa dituturkan pada setiap mantra, keinginan dan harapan mereka akan
waktu. terkabul dan terwujud. Dalam pelaksanaan
mantra pengasihan tidak ada syarat berupa
Proses Penciptaan Mantra Pengasihan sesaji yang merupakan wujud penghormatan
Mantra pengasihan diciptakan dalam masyarakat penutur terhadap jin atau roh
tempat dan konteks tertentu. Dalam hal leluhur.
mantra ini, sama dengan penuturan atau
terkait dengan penutur. Hal tersebut terbukti Pola Pewarisan Mantra Pengasihan
dari teks mantra yang berbahasa Sunda. Pola pewarisan mantra pengasihan
Selain dari segi bahasa, dari segi isi teks memiliki tiga tahapan pewarisan. Ketiga
mantra pun dapat terlihat berisi pemanggilan tahapan tersebut meliputi: 1) proses
makhluk gaib (jin) yang diperbudak untuk pemerolehan mantra, 2) proses penggunaan
mendatangkan ketertarikan atau daya tarik. mantra, dan 3) proses pewarisan mantra.
Mantra pengasihan diciptakan oleh leluhur Ketiganya saling berkaitan namun terdapat
dan diwariskan kepada anak cucunya dan kekhususan peran dalam tiap-tiap
siapa pun yang meminta mantra pengasihan tahapannya. Proses pemerolehan mantra,
tersebut kepada dukun (guru dalam bahasa dapat menjadi inventarisasi teks mantra
Sunda). Tidak terdapat penambahan atau karena peneliti mendapatkan teks mantra
pengurangan teks mantra. Mantra yang dari tahapan pemerolehan. Dalam hal ini,
diperoleh dari leluhur diyakini dan tata cara penggunaan mantra yang pada
diamalkan tanpa perubahan. Tidak terdapat mulanya hanya berkutat pada persoalan
upaya rekonstruksi teks atas mantra yang magis dan tertutup, dapat diketahui dan
dimiliki oleh informan. menjadi bahan kajian ilmiah. Pada tahapan
ketiga yakni proses pewarisan dapat
Fungsi Mantra Pengasihan diketahui pola-pola khusus dalam pewarisan
Fungsi ialah kegunaan. Fungsi yang bertujuan untuk meneruskan sebuah
merupakan sesuatu yang menjadi kaitan tradisi yang hanya diwariskana kepada
antara satu hal dengan hal lain yang secara generasi yang sedarah atau generasi yang
langsung atau tidak langsung menyatakan ditunjuk melalui bisikan gaib/wangsit.
hubungan antara suatu hal dengan

129
Ai Siti Nurjamilah
Mantra Pengasihan

Seseorang yang diwarisi mantra mantra yang diwariskan akan kehilangan


tentu saja tidak serta-merta mendapatkan kekuatannya. Murid bukan berarti sebagai
kewenangan untuk mewariskannya kepada pelaku atau penganut mantra yang
siapa saja. Terkadang, proses pewarisan mengamalkan mantra. Murid tidak selalu
sangat bergantung juga dengan persoalan orang yang menggunakan mantra untuk
magis yang menyertainya, misalnya kebutuhan pribadinya. Proses pewarisan dari
mendapatkan wangsit untuk mewariskan kerabat dianggap lebih efektif karena
kepada seseorang atau dengan cara meminimalisasi kemungkinan
mempelajarinya (berguru). penyalahgunaan atau perubahan dalam teks
Seseorang yang telah mendapatkan mantra. Dari segi tradisi lisan, hal tersebut
mantra, tidak lantas menjadi murid. Begitu menunjukkan bukti atas masih
pun dengan pemberi mantra, tidak lantas berkembangnya tradisi lisan di kalangan
menjadi guru. Sebutan guru dan murid masyarakat, meski tradisi lisan yang
hanya berlaku bagi mereka yang melakukan berkembang terbilang cukup spesifik dan
ritual tertentu untuk memiliki kekuatan agak tertutup karena berkaitan dengan nilai-
tertentu sehingga dapat mewariskannya nilai kesakralan dari teks lisannya.
kepada orang lain. Setiap mantra, baik yang
diwarisi (pewarisan) atau sekadar diberi SIMPULAN
(pemerolehan) memiliki syarat-syarat Hasil penelaahan mantra pengasihan
tertentu. Misalnya mantra yang diwarisi dan ialah bahwa secara teks, mantra pengasihan
tidak (diberi) sama-sama harus melakukan memiliki daya sugestif yang kuat. Daya
ritual berupa „pembelian‟ mantra. Pada sugestif tersebut membuat masyarakat
tataran pemerolehan, ritual lebih banyak percaya bahwa mantra pengasihan memiliki
dilakukan oleh dukun, sementara orang yang kekuatan besar yang dapat mendatangkan
diberi mantra hanya menyediakan bentuk- daya tarik bagi penuturnya.Masyarakat yang
bentuk materinya saja, bisa berupa uang percaya dan melakukan pengasihan disebut
(sebagai bentuk nilai tukar) atau benda- dengan masyarakat penutur. Mantra
benda lainnya berupa kemenyan, bunga, pengasihan diyakini memiliki kekuatan gaib
minyak, dan lain-lain. Sementara pada yang dapat menjadikan penutur disukai
proses pewarisan, terdapat ritual yang lebih banyak orang.
kompleks yang harus dijalani. Mantra dikategorikan ke dalam salah
Pada intinya, mantra pengasihan satu ragam puisi lama. Hal tersebut
harus dibacakan langsung oleh penutur didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang
(pelaku pengasihan). Pembacaan yang membangun mantra dan puisi. Berdasarkan
dilakukan oleh dukun hanyalah proses pendekatan objektif, teks mantra pengasihan
pemberian mantra untuk digunakan sebagai dianalisis dari formula sintaksis yang berupa
media/perantara. Penggunaan mantra oleh struktur kalimatnya, formula bunyi, formula
penutur (bukan dukun) dilakukan dengan irama. konteks penuturan mantra dan
menuruti segala tata cara atau disebut konteks pewarisan atau pemerolehan
dengan etika penggunaan. Mantra memiliki mantra. Mantra pengasihan yang dianalisis
daya magisnya sendiri, selain memiliki daya menggunakan bahasa yang sederhana yang
sugestif kalimat. Itu sebabnya mantra biasa digunakan dalam bahasa keseharian
memiliki ritual khusus yang harus ditaati orang Sunda. Formula sintaksisnya bersifat
guna memeproleh hasil yang diharapkan. versi (s-p) dan terdapat irama yang
Proses pewarisan mantra pengasihan dihasilkan dari asonansi dan aliterasi.
bersifat tertutup karena mantra ini termasuk Konteks penuturan mantra pengasihan dapat
mantra yang sakral. Jika pembacaan mantra dituturkan di mana saja dan kapan saja
tidak sesuai dengan perintah guru maka kecuali di kamar mandi. Proses

130
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 2, November 2015

pewarisannya dapat dilakukan dengan cara Konteks Penuturan, Proses


berguru. Penciptaan, dan Fungsi serta
Kemungkinan Pemanfaatannya
PUSTAKA RUJUKAN sebagai Bahan Ajar Sastra di
Badrun, Ahmad. 2003. Patu Mbojo: SMA). Tesis: UPI.
Struktur, Konteks Pertunjukan, Ramlan. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV.
Proses Penciptaan, dan Fungsi. Karyono.
Tesis: UI Jakarta. Rusyana, Yus. 1970. Bagbagan Puisi
Danandjaja, James. 1990. Folklor Mantra Sunda. Bandung: Proyek
Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Penelitian Pantun dan Foklor
dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti. Sunda.
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Taum, Yoseph Yapi. 2011. Studi Sastra
Terlupakan: Pengantar Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode, dan
Lisan. Surabaya: HISKI Jawa Pendekatan Disertai Contoh
Timur. Penerapannya. Yogyakarta:
Nazriani. 2012. Mantra dalam Upacara Lamalera.
Pesondo (Kajian Struktur Teks,

131

Anda mungkin juga menyukai