Anda di halaman 1dari 7

Volume 6, Nomor 1, April 2017 http://doi.org/10.

21009/JPPP

EMPATI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA

Iriani Indri Hapsari* Tiara Armayanti**

*Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta


** Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Jakarta

DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.061.05

Alamat Korespondensi:
ririnanwar@yahoo.com

ABSTRACT
This reasearch aims to find the effect of empathy toward teacher’s performance in School for disabled children.
This reasearch used quantitative method. A Questionnaire of Cognitive and Affective Emphaty (QCAE) was
adopted and used to measure the empathy, and teacher’s performance measured by using instrument that
developed from teacher’s performance appraisal. Purposive sampling technique was used for the sampling
technique. The participan of this reasearch is 81 teachers from school for disabled children in East Jakarta.
The result if this reasearch showed that Fhit= 10,214 > Ft = 3,94 ; p = 0,002 < α = 0,05 which means there’s
a significant effect of emphaty toward teacher’s performance in school of disabled children which is 11,4%.

Keywords
empathy, teacher’s performance, school for disabled children

1. Pendahuluan jukkan agar dapat membentuk pengembangkan


dari hasil belajar siswa yang berupa aspek
Kinerja guru merupakan satu dari beberapa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, maupun
upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kualitas
aspek nilai. Untuk dapat menjalankan tugasnya
kinerja guru me miliki pengaruh terhadap hasil
sebagai seorang guru bukanlah hal yang mudah
belajar siswa yang nantinya akan berdampak pada
ada beberapa hal yang harus dimiliki dan bahkan
tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini dikarenakan
dilatih.
guru adalah seseorang yang sering berinteraksi
Menurut Trianto (dalam Afifah & Brahmana,
dengan siswa pada saat proses pembelajaran.
2015) untuk menjadi seorang guru yang
Untuk meningkatkan mutu pendidikan yang
berkualitas guru harus memiliki kemampuan
ada di Indonesia memang bukanlah perkara yang
dalam membuat perencanaan pembelajaran, me-
mudah banyak hal yang harus diperhatikan
ngelolah pembelajaran, mengevaluasi pembela-
sekaligus ditingkatkan salah satunya adalah
jaran serta mampu mengembangkan kemampuan
kualitas guru. Guru merupakan pendidik
dirinya dalam mengikuti perkembangan dunia
profesional yang memiliki tugas utama mendidik,
pendidikan yang semakin maju serta dapat
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menguasai materi ajar sesuai dengan bidang yang
menilai, dan mengevaluasi siswa. Untuk melihat
digelutinya. Untuk itu guru harus memiliki
tinggi rendahnya kualitas seorang guru dapat di
kualifikasi dan kompetensi tertentu.
lihat dari kinerjanya.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang
Menurut Bahri (2011) dalam menilai suatu
dirancang untuk mewujudkan pendidikan khusus
kinerja guru dapat dilakukan dengan menilai guru
yang ditujukan untuk siswa berkebutuhan khusus.
dalam proses kegiatan pembelajaran. Tugas dan
Seperti yang tertera di Undang-undang No.20
peranan guru dalam proses pembelajaran ditun-

35
Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

tahun 2003 Pasal 5 ayat 2 yang mengatakan Pada kenyataannya kualitas kinerja guru
bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan sekolah luar biasa (SLB) yang ada masih
fisik, emosional, mental, intelektual, atau sosial tergolong rendah. Hal ini berdasarkan data yang
berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sama dikeluarkan oleh Kemendikbud mengenai peni-
dengan sekolah pada umumnya SLB juga laian kinerja guru tahun 2016 nilai kinerja guru di
memiliki tingkat atau jenjang pendidikan dari DKI yang tergolong kurang atau rendah
mulai Taman Kanak-kanak hingga Sekolah (Kemendikbud, 2016). Masih rendahnya tingkat
Menengah Atas. Diantaranya adalah Taman kinerja guru disebabkan karena terbatasnya
Kanak-kanak Luar Biasa (TK LB), Sekolah Dasar jumlah guru SLB sedangkan siswa berkebutuhan
Luar Biasa (SD LB), Sekolah Menengah Pertama khusus yang ada memiliki jumlah yang cukup
(SMP LB) dan Sekolah Menengah Atas (SMA banyak. Terbukti dengan data yang dikeluarkan
LB). SLB dirancang dengan mengelompok siswa oleh Kemendikbud tahun 2016/2017 mengenai
berdasarkan karakteristiknya. SLB A yang jumlah guru SLB di Jakarta yang seluruhnya
ditujukan untuk anak tuna netra, SLB B ditujukan berjumlah 1.137 guru yang berasal dari Sekolah
bagi anak tuna rungu, SLB C untuk anak tuna Luar biasa negeri dan swasta. Jumlah guru yang
grahita, SLB D ditujukan bagi anak tuna daksa ada berbading terbaik dengan jumlah siswa
dan SLB E bagi anak tuna laras. Sekolah Luar biasa di Jakarta dari jenjang SD
Melihat ragam jenjang pendidikan dan berjumlah 3.617 siswa, SMP berjumlah 1.264
karekteristik siswa yang ditangani oleh setiap siswa, SMA berjumlah 729 siswa, dan jika di total
guru di SLB ini, maka guru memiliki tugas dan seluruhnya siswa Sekolah Luar Biasa dari SLB
peran yang berbeda dari guru disekolah umum. negeri dan Swasta berjumlah 5.610 siswa
Perbedaan karakteristik setiap siswa berkebutuhan (Kemendikbud, 2017). Hal ini jauh dari idealnya
khusus memerlukan penanganan yang berbeda, guru Sekolah Luar Biasa mengajar dalam satu
sehingga dibutuhkan kemampuan khusus dari rombongan belajar atau kelas. Berdasarkan
para guru untuk menanganinya. Guru dituntut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara 051/U/2002 pasal 5 yang menyebutkan “Jumlah
mengkombinasikan kemampuan dan bakat setiap siswa pada SDLB dalam setiap rombongan
anak dalam beberapa aspek meliputi kemampuan belajar atau kelas maksimum 8 orang, jumlah
berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan siswa SLTPLB dalam satu rombongan belajar
bersosialisasi ( Delphie, dalam Raharjaningtyas & atau kelas maksimum 8 orang, jumlah siswa
Achmad , 2013). SMLB dalam satu rombongan belajar atau kelas
Guru SLB agar dapat menunjukan kualitas maksimum 8 orang”
dalam menjalankan tugasnya di kegiatan proses Dengan terbatasnya guru dalam menangani
pembelajaran harus memiliki kemampuan dalam siswa berkebutuhan khusus yang ada di sekolah
merancang pembelajaran seperti membuat peren- luar biasa akan menurunkan tingkat kinerjanya hal
canaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan ini di karenakan siswa berkebutuhan khusus
ketentuan sebelum memulai pembelajaran di tidaklah sama dengan siswa-siswa di sekolah
kelas, dalam pelaksanaan pembelajaran guru umum. Siswa berkebutuhan khusus tidak dapat
dapat menentukakan metode pembelajaran apa diajarkan secara bersamaan seperti halnya
yang akan digunakan dalam penyampaian materi kegiatan pembelajaran di sekolah umum. Di
dikelas, serta mengevaluasi pembelajaran dengan Sekolah Luar Biasa guru harus mengajarkan satu
memberikan ujian serta memberi penilaian persatu siswanya dengan kelebihan dan kekura-
terhadap hasil ujian dan membuat perbaikan bagi ngannya dalam menerima pembelajaran, sehingga
siswa yang belum memenuhi kriteria pada setiap apa bila guru Sekolah Luar Biasa menangani
jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristik siswa di luar batas kemampuan dan ketentuan
keterbatasan siswa yang dikuasainya. Disini guru yang sudah ada akan mempengaruhi kinerjanya
harus dapat menempatkan kemampuannya untuk dalam mengajar karena guru tidak dapat melak-
membedakan setiap pendekatan yang dijalankan sanakan ketiga dimensi yang mencangkup
dalam pembelajaran terhadap siswanya. merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem-

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 36


Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

belajaran serta mengevaluasi pembelajaran dengan semaunya melainkan mempertimbangkan


dengan maksimal. semuanya berdasarkan perspektif siswa.
Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor Guru SLB yang memiliki empati yang tinggi
menurut Syarif (2011). Diantaranya ada faktor akan dapat mengelolah kelas dengan baik
internal yang pada intinya merupakan faktor sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai
psikologis yang menyangkut potensi kejiwaan. Ia dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru akan
sangat bergantung dari individu itu sendiri, namun mengerahkan segala kemampuannya agar dapat
demikian faktor internal ini dapat ditingkatkan menangani segala perbedaan dari setiap siswa
melalui stimulasi secara tepat. Faktor eksternal yang diajarkan dengan berbagai pendekatan. Guru
merupakan faktor yang berasal dari luar diri akan dapat menggunakan berbagai media dalam
seorang guru, di antaranya gaya kepemimpinan memudahkan penyampaian materi kepada siswa-
kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, respon nya yang disesuaikan berdasarkan jenjang pendi-
lingkungan kerja, sarana dan prasarana kerja. dikan dan karakteristiknya. Dalam mengevaluasi
Dari beberapa faktor yang dapat mem- pembelajaran siswa guru akan dapat lebih ber-
pengaruhi kinerja guru faktor empati guru juga sabar ketika menemukan siswa yang belum
dapat berpengaruh penting dalam kinerja seorang mencapai tujuan pembelajaran. Guru mencari cara
guru. Menurut Goleman (dalam Sadri, Todd dan dalam penyampaian materi kepada siswa yang
William, 2011) mengemukakan bahwa empati belum dapat mencapai tujuan pembelajaran
dapat mewakili keterampilan dasar untuk semua tersebut sampai siswa benar-benar mengerti
kompetensi sosial yang penting untuk pekerjaan. materi yang diajarkan dan dapat melanjutkan
Goleman juga mendefinisikan empati sebagai pembelajaran ke jenjang yang berikutnya.
kemampuan sesorang dalam merasakan apa yang Tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran
orang lain rasakan dan dapat mengambil sudut dapat menunjukan kualitas seorang guru.
pandang dari perspektif orang lain, serta menum- Berdasarkan penjelasan yang ada peneliti tertarik
buhkan hubungan baik dengan berbagai macam untuk melihat faktor empati yang dapat
karakteristik orang. mempengaruhi terhadap kinerja guru. Maka
Menurut Hatmodjosoewito (2010) empati juga peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh
memliki peranan dalam interaksi antara manusia empati terhadap kinerja guru SLB.
satu sama lain jika manusia saling berempati
maka banyak permasalahan yang ada di masya- 2. Metode Penelitian
rakat dapat diselesaikan. Oleh karena itu apabila
Penelitian ini menggunakan penelitian kuan-
empati diterapkan dalam kehidupan seorang guru
titatif. Penelitian kuantitatif adalah metode pene-
bisa berdampak pada kinerjanya, dengan kemam-
litian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
puan untuk merasakan apa yang orang lain
digunakan untuk meneliti pada populasi atau
rasakan serta dapat mengambil sudut pandang dari
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
perspektif siswanya akan mendorong diri guru
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
dalam upaya meningkatkan kinerjanya karena
data menggunakan instrumen penelitian, analisis
melihat apa yang menjadi permasalahan untuk
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan
siswanya dan bagaimana perasaan siswanya
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
selama aktivitas pembelajaran.
ditetapkan (Sugiyono, 2014).
Dengan empati yang dimiliki oleh guru maka
Populasi dalam penelitian ini adalah guru
akan mempermudah guru dalam menentukan
sekolah luar biasa di Jakarta. Prosedur teknik
proses pembelajaran yang akan digunakan kepada
sampling yang digunakan adalah purposive
siswanya sesuai dengan dimensi kinerja guru
sampling. Teknik yang digunakan untuk
yang harus dicapai. Karena ketika menentukan
mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu
perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembe-
dengan menggunakan skala psikologis. Skala
lajaran, serta mengevaluasi pembelajaran guru
yang dipakai peneliti untuk variabel empati adalah
akan dapat merasakan apa yang dibutuhkan oleh
skala yang di adaptasi dari kuesioner The QCAE
siswa dalam proses pembelajaran dan dapat
(a Questionnaire of Cognitive and Affective
mengambil keputusan dalam pembelajaran tidak
Emphaty) yang dibuat oleh Renate L. E. P.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 37


Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

Reniers, Rhiannon Corcoran, Richard Drake, Nick 3. Hasil Penelitian dan Diskusi
M. Shryane, dan Birgit A. Völlm pada tahun
Dari perhitungan data veriabel empati dan
2011. Skala yang digunakan untuk variabel
kinerja guru diperoleh rata-rata dan nilai simpang
kinerja guru adalah skala yang yang dikem-
baku tiap variabel. Adapun nilai tersebut yaitu:
bangkan dari penilaian kinerja guru yang dibuat
nilai rata-rata empati sebesar 0,82 logit dan nilai
oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan pada
rata-rata kinerja guru 2,27 logit. Nilai standar
tahun 2012. Penganalisaan data dilakukan secara
deviasi empati sebesar 0,73 logit dan nilai standar
pemodelan Rasch dengan menggunakan aplikasi
deviasi kinerja guru sebesar 1,51 logit. Dengan
Winstep versi 3.73 dan pengujian hipotesis
mengetahui nilai mean maka dapat diketahui
dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM
tingkat empati dan kinerja guru sebagai berikut:
SPSS 22.0.

Tabel 1. Kategorisasi Skor Empati


Kategori Skor Frekuensi Persentasi
Tinggi X > 0,82 logit 42 52%
Rendah X < 0,82 logit 39 48%
Total 81 100%

Tabel 2. Kategorisasi Skor Kinerja Guru


Kategori Skor Frekuensi Persentasi
Tinggi X > 2,27 logit 34 42%
Rendah X < 2,27 logit 47 58%
Total 81 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Untuk tingkat kinerja guru dari responden
tingkat empati dari responden dalam penelitian ini dalam penelitian ini didominasi oleh responden
didominasi oleh responden yang memiliki empati yang memiliki kinerja guru rendah sebesar 58%
yang tinggi yaitu sebesar 52% sedangkan sedangkan responden yang memiliki kinerja guru
responden yang memiliki empati yang rendah yang tinggi yaitu sebesar 42%. Hasil analisis
yaitu sebesar 48%. statistik dengan uji analisis regresi didapatkan
hasil yaitu:

Tabel 3. Uji Signifikansi


df F Sig.
Regressin 1 10,214 ,002
Residual 79

Dapat diketahui bahwa nilai hitung yang daripada nilai  = 0,05. Dengan demikian, Ho
diperoleh adalah sebesar 10,214 dengan nilai F (Hipotesis nol) ditolak, artinya terdapat pengaruh
tabel (dengan df 1: 79 adalah 3,94. Maka F hitung antara empati terhadap kinerja guru sekolah luar
> F tabel. Sementara nilai p = 0,002 lebih kecil biasa.

Tabel 4. Model Summary


R R Adjusted R
Square Square
0,388 0,114 0,103

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 38


Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

Dapat diketahui bahwa diperoleh nilai R dari sudut pandang orang lain. Jadi, Apabila
Square 0,114 yang dapat diinterpretasikan bahwa empati di terapkan dalam kehidupan seorang guru
variabel dukungan empatil memiliki pengaruh bisa berdampak pada kinerjanya, dengan
kontribusi sebesar 11,4% terhadap variabel kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan
kinerja guru, sedangkan sisanya 88,6% lainnya dan dipikirkan siswanya akan mendorong diri
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya
empati. karena melihat apa yang menjadi permasalahan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peng- untuk siswanya dan bagaimana perasaan siswanya
ujian hipotesis dengan menggunakan analisis selama aktivitas pembelajaran.
regresi menunjukan bahwa Hipotesis nol (Ho) Berdasarkan data yang diperoleh dari
ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima, perhitungan kategorisasi skor pada variabel
artinya terdapat pengaruh signifikan empati kinerja guru, diperoleh presentasi skor rendah
terhadap kinerja guru sekolah luar biasa. yang lebih besar dibandingkan dengan katego-
Pengaruh yang dihasilkan dari empati terhadap risasi skor tinggi. Pada variabel kinerja guru
kinerja guru bersifat searah. Ini menunjukan hasilnya sebesar 58% subyek berada pada
bahwa semakin tinggi tingkat empati maka kategori skor rendah sedangkan pada kategori
semakin tinggi pula tingkat kinerja guru sekolah skor tinggi presentase sebesar 42%. Menurut
luar biasa. Begitu pula sebaliknya semakin rendah Barnawi dan Arifin (2012) kinerja guru
tingkat empati maka akan semakin rendah pula dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari
tingkat kinerja guru sekolah luar biasa. faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
Terbukti adanya pengaruh empati terhadap internal yang mempengaruhi kinerja guru antara
kinerja guru dalam penelitian dalam jurnal lain kemampuan dan keterampilan. Semakin
“Pengaruh Empati terhadap Kinerja Guru” yang tinggi tingkat kemampuan dan keterampilan yang
ditulis oleh J. Soenarmo Hatmodjosoewito pada dimiliki oleh guru maka semakin tinggi tingkat
guru SMP di kota Bogor dengan indikator untuk kinerja guru. Sebaliknya semakin rendahnya
mengkur tingkat kinerja guru melalui tiga tingkat kemampuan dan keterampilan juga akan
kemampuan guru yakni kemampuan, hasil tugas, menyebabkan menurunnya kinerja guru. Dari data
dan perilaku guru. Hasil penelitian tersebut demografi diketahui bahwa sebagian besar subyek
mengatakan bahwa empati dapat meningkatkan memiliki usia yang tergolong ke dewasa akhir
kinerja guru sebesar 6,7%. Selain itu juga sebanyak 56% yang berusia 51-65 tahun. Dengan
penelitian oleh W. Robert Dixion dan William C. usia yang tergolong ke dewasa akhir menurut
Morse yang berjudul “The Prediction of Teaching peneliti mengakibatkan kurangnya pengetahuan
Peformance: Empathic Potential” Hasil yang guru mengenai perkembangan dunia pendidikan
diperoleh dalam penelitian menyebutkan bahwa dan sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat
individu yang memiliki kapasitas empati yang ini sehingga akan berdampak pada rendahnya
tinggi merupakan guru yang baik. kemampuan dan keterampilan guru dalam me-
Eisenberg (dalam Reniers, dkk, 2011) manfaatkan dan menggunakan media atau sarana
menyebut empati sebagai respons afektif yang pendidikan yang berkembang sesuai dengan per-
berasal dari perhatian atau pemahaman tentang kembangan jaman. Oleh karena itu rendahnya
apa yang orang lain rasakan dan ingin dirasakan. skor kinerja guru salah satunya di sebabkan oleh
Individu yang memiliki empati yang tinggi akan Usia mereka.
lebih mudah memahami apa yang dirasakan dan Dalam kategori skor pada variabel empati
dipikirkan oleh orang lain disekitarnya sehingga menunjukan presentase kategori skor tinggi lebih
individu tersebut dapat bersikap dan berperilaku besar dibandingkan dengan kategori skor rendah.
dengan mempertimbangkan dari sudut pandang Pada variabel empati hasil sebesar 52% subyek
orang lain. Berbeda jika individu memiliki empati berada pada kategori skor tinggi sedangkan pada
yang rendah akan sulit memahami apa yang kategori skor rendah sebesar 48%. Menurut
dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain dise- Taufik (2012) salah satu faktor yang dapat
kitarnya sehingga dalam bersikap dan berperilaku mempengaruhi empati seseorang adalah jenis
individu tersebut tidak dapat mempertimbangkan kelamin. Perempuan dikenal lebih mudah merasa-

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 39


Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

kan kondisi emosional orang lain dibandingkan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi
dengan laki-laki. Pada data demografi menun- Sulawesi Selatan. Jurnal MEDTEK, 3(2).
jukkan jumlah subjek yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki Barnawi & Mohammad, A. (2012). Kinerja Guru
jumlahnya sebesar 64% dan laki-laki 36%. Hal ini Profesional: Instrumen Pembinaan,
yang dapat menyebabkan kategori skor pada Peningkatan & Penilaian Kinerja Guru
variabel empati tinggi sehingga menempatkan Profesional. Jogjakarta: AR-RUZZ
subyek pada kategori skor tinggi. MEDIA.
Pada hasil crostabb kategorisasi skor empati
dengan kinerja guru hasil menunjukan responden Danim, S. (2015). Pengembangan Profesi Guru:
dengan empati rendah dan kinerja guru rendah dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional
berjumlah 26 responden, responden dengan Madani. Jakarta: Prenadamedia Group.
empati rendah dan kinerja guru tinggi berjumlah
13 responden, respon dengan empati tinggi dan Depdiknas. (2008). Penilaian Kinerja Guru.
kinerja guru rendah berjumlah 21 responden, serta Jakarta: Ditjen PMPTK.
responden dengan empati tinggi dan kinerja guru
tinggi berjumlah 21 responden. Hal ini menun- Dixion, W.R., & Morse, W.C. (1961). The
jukkan bahwa empati bukan satu-satunya faktor Prediction of Teaching Performance:
yang dapat mempengaruhi kinerja guru pada Empathic Potential. The Journal of
beberapa responden dalam penelitian ini. Teacher Education, 12(3), 322-329.
Dalam penelitian ini tingkat empati ber-
pengaruh terhadap tingkat kinerja guru sebanyak Eysenck, S.B.G., & H. J. Eysenck. (1978).
11,4%, sedangkan sisanya di pengaruhi oleh Impulsiveness and Venturesomeness:
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam Their Position in A Dimensional System
penelitian ini seperti gaji, sarana dan prasarana, of Personality Description. Journal
lingkungan kerja, dan kepemimpinan. Meskipun Psychologicd Reporfs, 43, 1247-1255.
empati hanya menyumbang untuk kinerja guru
sedikit, tetapi empati dapat menjadi salah satu Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan
faktor yang bisa meningkatkan kinerja guru di Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
SLB.
Hidayat, T., & Nina, I. (2011). Panduan Lengkap
4. Kesimpulan Menguasai SPSS 19 untuk Mengelolah
Data Statistik Penelitian. Jakarta: PT.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara statistik
Trans Media.
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
empati terhadap kinerja guru Sekolah Luar Biasa
Hatmodjosoewito, J.S. (2011). Pengaruh Empati
di Jakarta. Pengaruh yang dihasilkan bersifat
terhadap Kinerja Guru. Jurnal Ilmiah
searah, yang artinya semakin tinggi empati guru
Manajemen Bisnis, 10(2), 101-114.
maka semakin tinggi pula kinerja guru. Pengaruh
yang dihasilkan sebesar 11,4% dan sisanya
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012).
sebesar 88,6% kinerja guru dipengaruhi oleh
Pembinaan dan Pengembangan Profesi
faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
Guru Buku2. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
5. Daftar Pustaka
Pendidikan dan Kebudayaan dan
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pengembangan Profesi Pendidik.

Bahri, S. (2011). Faktor yang Mempengaruhi Myers, D.G. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2
Kinerja Guru SD di Dataran Jakarta: Salemba Humanika.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 40


Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti

Nurbaini, Afifah, N., & Eti, M.B. (2015). Peran Sudana, A.A. (2013). Konsep Dasar Pendidikan
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Kualitas Kinerja Guru di MTs se- Familia.
Kecamatan Rambah Kabupaten
Rokanhulu. Jurnal Program Studi Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir
Pengaraian. Sumintono, B. & Wahyu, W. (2014). Aplikasi
Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Raharjaningtyas, N., & Achmad, M.M. (2013). Sosial.Cimahi: Trim Komunikata
Hubungan antara Empati dengan Publishing House.
Komitmen Profesi pada Guru SLB Negeri
Semarang. Jurnal Fakultas Psikologi Suprihatiningrum, J. (2014). Guru Profesional:
Universitas Diponogoro. Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru. Jogjakarta: AR-RUZZ
Rangkuti, A.R., & Lussy, D.W. (2016). Analisis MEDIA.
Data Penelitian Kuantitatif Berbasis
Classical Test Theory dan Item Response Syarif, H.M. (2011). Pengaruh Komunikasi
Theory (Rasch Model). Jakarta: Interpersonal dan Supervisi Kepala
Universitas Negeri Jakarta. Sekolah terhadap Kinerja Guru. Jurnal
Media Akademika, 26(1).
Reiners, R.L.E.P., Corcoran, R., Drake, R.,
Shryane, N. M., & Vӧllm, B.A. (2011). Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi
The QCAE: a Questionnaire of Cognitive Sosial. Jakarta: PT Rajawali.
and Affective Emphaty. Journal of
Personality Assessment, 93(1), 84-95. Wardhani, Y.A., Sri, W., & Tuti, H. (2012).
Doi:10.1080/00223891.2010.528484. Hubungan antara Komunikasi Interpesonal
dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja
Sadri, G., Todd, J.W., & William, A.G. (2011). Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Empathic Emotion and Leadership Colomadu Kabupaten Karanganyar.Jurnal
Performace: Anempirical Analysis Across Program Studi Psikologi Fakultas
38 Countries. Journal The Leadership Kedokteran Universitas sebelas Maret, 1-
Quarterly, 22, 818-830. 10.

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 6, No. 1, April 2017 41

Anda mungkin juga menyukai