21009/JPPP
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.061.05
Alamat Korespondensi:
ririnanwar@yahoo.com
ABSTRACT
This reasearch aims to find the effect of empathy toward teacher’s performance in School for disabled children.
This reasearch used quantitative method. A Questionnaire of Cognitive and Affective Emphaty (QCAE) was
adopted and used to measure the empathy, and teacher’s performance measured by using instrument that
developed from teacher’s performance appraisal. Purposive sampling technique was used for the sampling
technique. The participan of this reasearch is 81 teachers from school for disabled children in East Jakarta.
The result if this reasearch showed that Fhit= 10,214 > Ft = 3,94 ; p = 0,002 < α = 0,05 which means there’s
a significant effect of emphaty toward teacher’s performance in school of disabled children which is 11,4%.
Keywords
empathy, teacher’s performance, school for disabled children
35
Iriani Indri Hapsari Empati terhadap Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa
Tiara Armayanti
tahun 2003 Pasal 5 ayat 2 yang mengatakan Pada kenyataannya kualitas kinerja guru
bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan sekolah luar biasa (SLB) yang ada masih
fisik, emosional, mental, intelektual, atau sosial tergolong rendah. Hal ini berdasarkan data yang
berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sama dikeluarkan oleh Kemendikbud mengenai peni-
dengan sekolah pada umumnya SLB juga laian kinerja guru tahun 2016 nilai kinerja guru di
memiliki tingkat atau jenjang pendidikan dari DKI yang tergolong kurang atau rendah
mulai Taman Kanak-kanak hingga Sekolah (Kemendikbud, 2016). Masih rendahnya tingkat
Menengah Atas. Diantaranya adalah Taman kinerja guru disebabkan karena terbatasnya
Kanak-kanak Luar Biasa (TK LB), Sekolah Dasar jumlah guru SLB sedangkan siswa berkebutuhan
Luar Biasa (SD LB), Sekolah Menengah Pertama khusus yang ada memiliki jumlah yang cukup
(SMP LB) dan Sekolah Menengah Atas (SMA banyak. Terbukti dengan data yang dikeluarkan
LB). SLB dirancang dengan mengelompok siswa oleh Kemendikbud tahun 2016/2017 mengenai
berdasarkan karakteristiknya. SLB A yang jumlah guru SLB di Jakarta yang seluruhnya
ditujukan untuk anak tuna netra, SLB B ditujukan berjumlah 1.137 guru yang berasal dari Sekolah
bagi anak tuna rungu, SLB C untuk anak tuna Luar biasa negeri dan swasta. Jumlah guru yang
grahita, SLB D ditujukan bagi anak tuna daksa ada berbading terbaik dengan jumlah siswa
dan SLB E bagi anak tuna laras. Sekolah Luar biasa di Jakarta dari jenjang SD
Melihat ragam jenjang pendidikan dan berjumlah 3.617 siswa, SMP berjumlah 1.264
karekteristik siswa yang ditangani oleh setiap siswa, SMA berjumlah 729 siswa, dan jika di total
guru di SLB ini, maka guru memiliki tugas dan seluruhnya siswa Sekolah Luar Biasa dari SLB
peran yang berbeda dari guru disekolah umum. negeri dan Swasta berjumlah 5.610 siswa
Perbedaan karakteristik setiap siswa berkebutuhan (Kemendikbud, 2017). Hal ini jauh dari idealnya
khusus memerlukan penanganan yang berbeda, guru Sekolah Luar Biasa mengajar dalam satu
sehingga dibutuhkan kemampuan khusus dari rombongan belajar atau kelas. Berdasarkan
para guru untuk menanganinya. Guru dituntut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
memiliki kemampuan berkaitan dengan cara 051/U/2002 pasal 5 yang menyebutkan “Jumlah
mengkombinasikan kemampuan dan bakat setiap siswa pada SDLB dalam setiap rombongan
anak dalam beberapa aspek meliputi kemampuan belajar atau kelas maksimum 8 orang, jumlah
berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan siswa SLTPLB dalam satu rombongan belajar
bersosialisasi ( Delphie, dalam Raharjaningtyas & atau kelas maksimum 8 orang, jumlah siswa
Achmad , 2013). SMLB dalam satu rombongan belajar atau kelas
Guru SLB agar dapat menunjukan kualitas maksimum 8 orang”
dalam menjalankan tugasnya di kegiatan proses Dengan terbatasnya guru dalam menangani
pembelajaran harus memiliki kemampuan dalam siswa berkebutuhan khusus yang ada di sekolah
merancang pembelajaran seperti membuat peren- luar biasa akan menurunkan tingkat kinerjanya hal
canaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan ini di karenakan siswa berkebutuhan khusus
ketentuan sebelum memulai pembelajaran di tidaklah sama dengan siswa-siswa di sekolah
kelas, dalam pelaksanaan pembelajaran guru umum. Siswa berkebutuhan khusus tidak dapat
dapat menentukakan metode pembelajaran apa diajarkan secara bersamaan seperti halnya
yang akan digunakan dalam penyampaian materi kegiatan pembelajaran di sekolah umum. Di
dikelas, serta mengevaluasi pembelajaran dengan Sekolah Luar Biasa guru harus mengajarkan satu
memberikan ujian serta memberi penilaian persatu siswanya dengan kelebihan dan kekura-
terhadap hasil ujian dan membuat perbaikan bagi ngannya dalam menerima pembelajaran, sehingga
siswa yang belum memenuhi kriteria pada setiap apa bila guru Sekolah Luar Biasa menangani
jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristik siswa di luar batas kemampuan dan ketentuan
keterbatasan siswa yang dikuasainya. Disini guru yang sudah ada akan mempengaruhi kinerjanya
harus dapat menempatkan kemampuannya untuk dalam mengajar karena guru tidak dapat melak-
membedakan setiap pendekatan yang dijalankan sanakan ketiga dimensi yang mencangkup
dalam pembelajaran terhadap siswanya. merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem-
Reniers, Rhiannon Corcoran, Richard Drake, Nick 3. Hasil Penelitian dan Diskusi
M. Shryane, dan Birgit A. Völlm pada tahun
Dari perhitungan data veriabel empati dan
2011. Skala yang digunakan untuk variabel
kinerja guru diperoleh rata-rata dan nilai simpang
kinerja guru adalah skala yang yang dikem-
baku tiap variabel. Adapun nilai tersebut yaitu:
bangkan dari penilaian kinerja guru yang dibuat
nilai rata-rata empati sebesar 0,82 logit dan nilai
oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan pada
rata-rata kinerja guru 2,27 logit. Nilai standar
tahun 2012. Penganalisaan data dilakukan secara
deviasi empati sebesar 0,73 logit dan nilai standar
pemodelan Rasch dengan menggunakan aplikasi
deviasi kinerja guru sebesar 1,51 logit. Dengan
Winstep versi 3.73 dan pengujian hipotesis
mengetahui nilai mean maka dapat diketahui
dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM
tingkat empati dan kinerja guru sebagai berikut:
SPSS 22.0.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Untuk tingkat kinerja guru dari responden
tingkat empati dari responden dalam penelitian ini dalam penelitian ini didominasi oleh responden
didominasi oleh responden yang memiliki empati yang memiliki kinerja guru rendah sebesar 58%
yang tinggi yaitu sebesar 52% sedangkan sedangkan responden yang memiliki kinerja guru
responden yang memiliki empati yang rendah yang tinggi yaitu sebesar 42%. Hasil analisis
yaitu sebesar 48%. statistik dengan uji analisis regresi didapatkan
hasil yaitu:
Dapat diketahui bahwa nilai hitung yang daripada nilai = 0,05. Dengan demikian, Ho
diperoleh adalah sebesar 10,214 dengan nilai F (Hipotesis nol) ditolak, artinya terdapat pengaruh
tabel (dengan df 1: 79 adalah 3,94. Maka F hitung antara empati terhadap kinerja guru sekolah luar
> F tabel. Sementara nilai p = 0,002 lebih kecil biasa.
Dapat diketahui bahwa diperoleh nilai R dari sudut pandang orang lain. Jadi, Apabila
Square 0,114 yang dapat diinterpretasikan bahwa empati di terapkan dalam kehidupan seorang guru
variabel dukungan empatil memiliki pengaruh bisa berdampak pada kinerjanya, dengan
kontribusi sebesar 11,4% terhadap variabel kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan
kinerja guru, sedangkan sisanya 88,6% lainnya dan dipikirkan siswanya akan mendorong diri
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya
empati. karena melihat apa yang menjadi permasalahan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peng- untuk siswanya dan bagaimana perasaan siswanya
ujian hipotesis dengan menggunakan analisis selama aktivitas pembelajaran.
regresi menunjukan bahwa Hipotesis nol (Ho) Berdasarkan data yang diperoleh dari
ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima, perhitungan kategorisasi skor pada variabel
artinya terdapat pengaruh signifikan empati kinerja guru, diperoleh presentasi skor rendah
terhadap kinerja guru sekolah luar biasa. yang lebih besar dibandingkan dengan katego-
Pengaruh yang dihasilkan dari empati terhadap risasi skor tinggi. Pada variabel kinerja guru
kinerja guru bersifat searah. Ini menunjukan hasilnya sebesar 58% subyek berada pada
bahwa semakin tinggi tingkat empati maka kategori skor rendah sedangkan pada kategori
semakin tinggi pula tingkat kinerja guru sekolah skor tinggi presentase sebesar 42%. Menurut
luar biasa. Begitu pula sebaliknya semakin rendah Barnawi dan Arifin (2012) kinerja guru
tingkat empati maka akan semakin rendah pula dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari
tingkat kinerja guru sekolah luar biasa. faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
Terbukti adanya pengaruh empati terhadap internal yang mempengaruhi kinerja guru antara
kinerja guru dalam penelitian dalam jurnal lain kemampuan dan keterampilan. Semakin
“Pengaruh Empati terhadap Kinerja Guru” yang tinggi tingkat kemampuan dan keterampilan yang
ditulis oleh J. Soenarmo Hatmodjosoewito pada dimiliki oleh guru maka semakin tinggi tingkat
guru SMP di kota Bogor dengan indikator untuk kinerja guru. Sebaliknya semakin rendahnya
mengkur tingkat kinerja guru melalui tiga tingkat kemampuan dan keterampilan juga akan
kemampuan guru yakni kemampuan, hasil tugas, menyebabkan menurunnya kinerja guru. Dari data
dan perilaku guru. Hasil penelitian tersebut demografi diketahui bahwa sebagian besar subyek
mengatakan bahwa empati dapat meningkatkan memiliki usia yang tergolong ke dewasa akhir
kinerja guru sebesar 6,7%. Selain itu juga sebanyak 56% yang berusia 51-65 tahun. Dengan
penelitian oleh W. Robert Dixion dan William C. usia yang tergolong ke dewasa akhir menurut
Morse yang berjudul “The Prediction of Teaching peneliti mengakibatkan kurangnya pengetahuan
Peformance: Empathic Potential” Hasil yang guru mengenai perkembangan dunia pendidikan
diperoleh dalam penelitian menyebutkan bahwa dan sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat
individu yang memiliki kapasitas empati yang ini sehingga akan berdampak pada rendahnya
tinggi merupakan guru yang baik. kemampuan dan keterampilan guru dalam me-
Eisenberg (dalam Reniers, dkk, 2011) manfaatkan dan menggunakan media atau sarana
menyebut empati sebagai respons afektif yang pendidikan yang berkembang sesuai dengan per-
berasal dari perhatian atau pemahaman tentang kembangan jaman. Oleh karena itu rendahnya
apa yang orang lain rasakan dan ingin dirasakan. skor kinerja guru salah satunya di sebabkan oleh
Individu yang memiliki empati yang tinggi akan Usia mereka.
lebih mudah memahami apa yang dirasakan dan Dalam kategori skor pada variabel empati
dipikirkan oleh orang lain disekitarnya sehingga menunjukan presentase kategori skor tinggi lebih
individu tersebut dapat bersikap dan berperilaku besar dibandingkan dengan kategori skor rendah.
dengan mempertimbangkan dari sudut pandang Pada variabel empati hasil sebesar 52% subyek
orang lain. Berbeda jika individu memiliki empati berada pada kategori skor tinggi sedangkan pada
yang rendah akan sulit memahami apa yang kategori skor rendah sebesar 48%. Menurut
dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain dise- Taufik (2012) salah satu faktor yang dapat
kitarnya sehingga dalam bersikap dan berperilaku mempengaruhi empati seseorang adalah jenis
individu tersebut tidak dapat mempertimbangkan kelamin. Perempuan dikenal lebih mudah merasa-
kan kondisi emosional orang lain dibandingkan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi
dengan laki-laki. Pada data demografi menun- Sulawesi Selatan. Jurnal MEDTEK, 3(2).
jukkan jumlah subjek yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki Barnawi & Mohammad, A. (2012). Kinerja Guru
jumlahnya sebesar 64% dan laki-laki 36%. Hal ini Profesional: Instrumen Pembinaan,
yang dapat menyebabkan kategori skor pada Peningkatan & Penilaian Kinerja Guru
variabel empati tinggi sehingga menempatkan Profesional. Jogjakarta: AR-RUZZ
subyek pada kategori skor tinggi. MEDIA.
Pada hasil crostabb kategorisasi skor empati
dengan kinerja guru hasil menunjukan responden Danim, S. (2015). Pengembangan Profesi Guru:
dengan empati rendah dan kinerja guru rendah dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional
berjumlah 26 responden, responden dengan Madani. Jakarta: Prenadamedia Group.
empati rendah dan kinerja guru tinggi berjumlah
13 responden, respon dengan empati tinggi dan Depdiknas. (2008). Penilaian Kinerja Guru.
kinerja guru rendah berjumlah 21 responden, serta Jakarta: Ditjen PMPTK.
responden dengan empati tinggi dan kinerja guru
tinggi berjumlah 21 responden. Hal ini menun- Dixion, W.R., & Morse, W.C. (1961). The
jukkan bahwa empati bukan satu-satunya faktor Prediction of Teaching Performance:
yang dapat mempengaruhi kinerja guru pada Empathic Potential. The Journal of
beberapa responden dalam penelitian ini. Teacher Education, 12(3), 322-329.
Dalam penelitian ini tingkat empati ber-
pengaruh terhadap tingkat kinerja guru sebanyak Eysenck, S.B.G., & H. J. Eysenck. (1978).
11,4%, sedangkan sisanya di pengaruhi oleh Impulsiveness and Venturesomeness:
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam Their Position in A Dimensional System
penelitian ini seperti gaji, sarana dan prasarana, of Personality Description. Journal
lingkungan kerja, dan kepemimpinan. Meskipun Psychologicd Reporfs, 43, 1247-1255.
empati hanya menyumbang untuk kinerja guru
sedikit, tetapi empati dapat menjadi salah satu Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan
faktor yang bisa meningkatkan kinerja guru di Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
SLB.
Hidayat, T., & Nina, I. (2011). Panduan Lengkap
4. Kesimpulan Menguasai SPSS 19 untuk Mengelolah
Data Statistik Penelitian. Jakarta: PT.
Berdasarkan hasil uji hipotesis secara statistik
Trans Media.
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
empati terhadap kinerja guru Sekolah Luar Biasa
Hatmodjosoewito, J.S. (2011). Pengaruh Empati
di Jakarta. Pengaruh yang dihasilkan bersifat
terhadap Kinerja Guru. Jurnal Ilmiah
searah, yang artinya semakin tinggi empati guru
Manajemen Bisnis, 10(2), 101-114.
maka semakin tinggi pula kinerja guru. Pengaruh
yang dihasilkan sebesar 11,4% dan sisanya
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012).
sebesar 88,6% kinerja guru dipengaruhi oleh
Pembinaan dan Pengembangan Profesi
faktor-faktor lain di luar penelitian ini.
Guru Buku2. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia
5. Daftar Pustaka
Pendidikan dan Kebudayaan dan
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pengembangan Profesi Pendidik.
Bahri, S. (2011). Faktor yang Mempengaruhi Myers, D.G. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2
Kinerja Guru SD di Dataran Jakarta: Salemba Humanika.
Nurbaini, Afifah, N., & Eti, M.B. (2015). Peran Sudana, A.A. (2013). Konsep Dasar Pendidikan
Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Kualitas Kinerja Guru di MTs se- Familia.
Kecamatan Rambah Kabupaten
Rokanhulu. Jurnal Program Studi Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir
Pengaraian. Sumintono, B. & Wahyu, W. (2014). Aplikasi
Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Raharjaningtyas, N., & Achmad, M.M. (2013). Sosial.Cimahi: Trim Komunikata
Hubungan antara Empati dengan Publishing House.
Komitmen Profesi pada Guru SLB Negeri
Semarang. Jurnal Fakultas Psikologi Suprihatiningrum, J. (2014). Guru Profesional:
Universitas Diponogoro. Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru. Jogjakarta: AR-RUZZ
Rangkuti, A.R., & Lussy, D.W. (2016). Analisis MEDIA.
Data Penelitian Kuantitatif Berbasis
Classical Test Theory dan Item Response Syarif, H.M. (2011). Pengaruh Komunikasi
Theory (Rasch Model). Jakarta: Interpersonal dan Supervisi Kepala
Universitas Negeri Jakarta. Sekolah terhadap Kinerja Guru. Jurnal
Media Akademika, 26(1).
Reiners, R.L.E.P., Corcoran, R., Drake, R.,
Shryane, N. M., & Vӧllm, B.A. (2011). Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi
The QCAE: a Questionnaire of Cognitive Sosial. Jakarta: PT Rajawali.
and Affective Emphaty. Journal of
Personality Assessment, 93(1), 84-95. Wardhani, Y.A., Sri, W., & Tuti, H. (2012).
Doi:10.1080/00223891.2010.528484. Hubungan antara Komunikasi Interpesonal
dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja
Sadri, G., Todd, J.W., & William, A.G. (2011). Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Empathic Emotion and Leadership Colomadu Kabupaten Karanganyar.Jurnal
Performace: Anempirical Analysis Across Program Studi Psikologi Fakultas
38 Countries. Journal The Leadership Kedokteran Universitas sebelas Maret, 1-
Quarterly, 22, 818-830. 10.