REKAYASA IDE EKONOMI Manajerial

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

REKAYASA IDE

EKONOMMI MANAJERIAL

Faktor-Faktor Penyebab Inflasi Dan Cara Mengatasinya Di Indonesia

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


ARMIN NASUTION SE, MSi

Disusun Oleh

AGUS ROMANTINUS SIHOMBUING


7172210009

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA .2020

i
ii | P a g e

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan kasih-Nya yang melimpah. Karena kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga
penulisan rekayasa ide ini dapat berjalan dengan lancar. Dalam penulisan rekayasa
ide ini tentu tidak terlepas dari orang-orang yang selalu mendukung baik dengan ide,
maupun motivasi. Untuk itu penulis juga tidak lupa mengucapakan terima kasih
kepada pihak-pihak yang berperan dalam penulisan rekayasa ide ini.. Untuk itu
penulis berharap agar rekayasa ide ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
untuk memperdalam wawasan pembaca.

Penulis berharap bahwa Rekayasa ide ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Namun, didalam penyajian
makalah ini, penulis sangat manyadari bahwa rekayasa ide ini masih jauh dari
kesempurnaan dan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi keutuhan makalah ini. Bila terdapat kesalahan dalam makalah ini baik
itu tutur kata penulis, maupun unsur lainnya penulis terlebih dahulu meminta maaf.
Atas perhatian saudara/i penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2020

Penulis
iii | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Inflasi.................................................................................................6
2.2 Penggolongan Inflasi...........................................................................................7
A. Jenis inflasi menurut sifat.................................................................................7
B. Jenis inflasi menurut sebab...............................................................................7
C. Jenis inflasi menurut asal...................................................................................8
2.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Inflasi.............................................9
A. Jumlah Uang Beredar dan Inflasi......................................................................9
B. Nilai Tukar dan Inflasi.......................................................................................9
C. Cadangan Devisa dan Inflasi...........................................................................10
2.4 Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian.........................................................11
BAB III.......................................................................................................................14
METODE PELAKSANAAN....................................................................................14
3.1 Jenis dan Sumber Data.......................................................................................14
3.2 Langkah Penelitian.............................................................................................14
3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................14
iv | P a g e

BAB IV........................................................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................15
4.1 Cara Untuk Menanggulangi Terjadinya Inflasi.................................................15
1. Kebijakan Fiskal...............................................................................................15
2. Kebijakan Moneter...........................................................................................16
3. Kebijakan Non Moneter...................................................................................18
BAB V.........................................................................................................................19
PENUTUP..................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan........................................................................................................16
5.2 Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
1|Page

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi merupakan fenomena atau peristiwa ekonomi secara makro yang
dapat menggambarkan aktivitas dan pencapaian yang dicapai oleh kegiatan
ekonomi, baik di suatu wilayah ataupun di suatu negara. Fenomena ekonomi
seperti inflasi, tidak mungkin dihindari, melainkan bagaimana cara pemerintah
mampu mengendalikan gejolak inflasi yang tinggi dan tidak stabil, agar menjadi
relatif lebih rendah dan tetap stabil. Laju inflasi selain merupakan indikator utama
melihat kinerja ekonomi suatu negara, tapi dapat juga merupakan target yang akan
dicapai pemerintah, karena sebagai asumsi dalam menyusun nota keuangan
negara yakni APBN pada tiap tahunnya juga mengacu pada seberapa besar target
inflasi yang akan dicapai pada tahun tersebut. Jadi laju inflasi harus dapat
dikendalikan oleh pemerintah bersama dengan Bank Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa apa sajakah hal yang dapat menjadi factor terjadinya inflasi?
2. Bagaimana cara mengatasi inflasi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa apa sajakah hal yang dapat menjadi factor
terjadinya inflasi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi inflasi

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa apa sajakah hal yang dapat menjadi factor
terjadinya inflasi
2. Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi inflasi

1
2|Page

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inflasi


Menurut Lerner (Gunawan, 1995), inflasi adalah keadaan dimana terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan jasa secara
keseluruhan. Sedangkan menurut Sukirno (1998), inflasi merupakan suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku secara umum dalam suatu perekonomian.

Mankiw (2000:89) Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata,


inflasi dapat terjadi melaui dua sisi yaitu dari sisi permintaan dan sisi penawaran.
Inflasi dari sisi permintaan (demand inflation) terjadi apabila secara agregat
terjadi peningkatan terhadap barang-barang dan jasa dalam memenuhi permintaan
yang mendorong produsen untuk menambah dana produksi dan menyebabkan
pergeseran kurva permintaan. Kondisi ini secara langsung dapat mengakibatkan
inflasi karena menyebabkan naiknya harga output. Peristiwa ini dinamakan
demand inflation.

Nopirin (2000:25) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum


barang-barang secara terus menerus. Dari sektor moneter, inflasi tercermin dalam
keadaan excess supply of money atau kelebihan permintaan akan uang.
Sedangkan dari sektor riil, inflasi ditimbulkan oleh adanya kelebihan permintaan
akan barang terhadap penawarannya (excess demand for goods).

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara terus menerus.


Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan
persentase yang sama.mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-
menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
(Waluyo, 2003: 167).

2
3|Page

2.2 Penggolongan Inflasi


Inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu menurut sifat,
penyebab dan asal inflasi.

A. Jenis inflasi menurut sifat


1. Inflasi ringan (creeping inflation) Inflasi ringan ditandai dengan laju
inflasi yang rendah, biasanya bernilai satu digit per tahun (kurang dari
10%). Kenaikan harga pada jenis inflasi ini berjalan secara lambat, dengan
persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

2. Inflasi menengah (galloping inflation) Inflasi menengah ditandai


dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya duoble digit, yaitu
diantara 10% -< 30% per tahun) dan kadang-kala berjalan dalam waktu
yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga
minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

3. Inflasi tinggi (hyper inflation) Inflasi tinggi merupakan inflasi yang


paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali (lebih dari
30%). Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang.
Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi (Nopirin, 1990).

B. Jenis inflasi menurut sebab


1. Demand-pull inflation Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi
karena adanya kenaikan permintaan agregat (agregate demand, AD),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Ada dua pendapat
penyebab inflasi dari sudut permintaan ini. Pertama, menurut golongan
keynesian, penyebab utama inflasi adalah kelebihan penawaran uang dan
kedua, menurut kelompok monetaris disebabkan oleh adanya peningkatan
konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah.

2. Cost-push inflation Cost-push inflation ditandai dengan kenaikan harga


serta turunnya produksi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran agregat (aggregate supply, AS) sebagai
akibat kenaikan biaya produksi. Beberapa contoh penyebab inflasi dari

3
4|Page

sudut penawaran adalah kenaikan upah pekerja, kenaikan BBM dan


kenaikan tarif listrik serta kenaikan tarif angkutan. Kenaikan variabel-
bariabel ini akan menyebabkan kenaikan pada biaya produksi.

3. Mixed inflation Dalam prakteknya, jarang sekali dijumpai inflasi dalam


bentuk yang murni, yaitu inflasi karena tarikan permintaan dan inflasi
karena penurunan penawaran yang terjadi secara sendiri-sendiri. Inflasi
yang terjadi di berbagai negara di dunia ini pada umumnya adalah
campuran dari kedua macam inflasi tersebut di atas, atau apa yang biasa
disebut sebagai inflasi campuran (mixed inflation). Inflasi campuran
disebabkan karena adanya campuran antara inflasi tarikan permintaan
dengan inflasi dorongan biaya. Sekalipun sering terjadi pada awalnya yang
menimbulkan inflasi adalah murni tarikan permintaan atau dorongan
biaya, namun dapat terjadi setelah gejala inflasi mulai terasa dampaknya
terhadap perekonomian, unsur penyebab timbulnya macam inflasi yang
lainnya mulai ikut bergabung bersama memperbesar laju inflasi.

C. Jenis inflasi menurut asal


1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation). Inflasi ini
dapat timbul antara lain karena defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan pencetakan uang baru ataupun terjadinya kegagalan panen.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi ini
merupakan inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di
luar negeri atau di luar negara tersebut. Dalam hubungan ini pengaruh
inflasi dari luar negeri ke dalam negeri dapat terjadi melalui kenaikan
harga barang-barang impor maupun kenaikan harga barangbarang ekspor.

2.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Inflasi


A. Jumlah Uang Beredar dan Inflasi
Hasil regresi menunjukkan Jumlah Uang Beredar berpengaruh negatif
signifikan terhadap Inflasi di Indonesia periode 2007-2013 Artinya Jumlah Uang
Beredar meningkat namun Inflasi menurun. Jika Inflasi meningkat maka Jumlah
Uang Beredar menurun. Studi ini sejalan dengan Nugroho dan Basuki (2012)

4
5|Page

yang menyatakan variabel jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap inflasi pada kuartal tahun studi. Hal ini karena jumlah
uang beredar dalam arti luas yang terdiri atas uang beredar, uang giral, dan uang
kuasi. Diduga persentase uang kuasi yang terdiri atas deposito berjangka,
tabungan, dan rekening valas milik swasta domestik cukup besar. Uang kuasi
dalam hal ini merupakan nilai yang tidak liquid. Sehingga walaupun nilainya
tinggi namun tidak cukup untuk mempengaruhi peningkatan inflasi yang ada
dalam perekonomian.

B. Nilai Tukar dan Inflasi


Hasil regresi menunjukkan bahwa Nilai Tukar berpengaruh positif
signifikan terhadap Inflasi di Indonesia pada periode 2007-2013 Apabila nilai
rupiah terhadap US Dolar melemah maka inflasi akan naik, dan apabila nilai
rupiah terhadap US Dolar menguat maka inflasi akan turun. Hasil ini sejalan
dengan studi Saputra dan Nugroho (2013) yang menunjukkan bahwa Nilai Tukar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Inflasi di Indonesia. Ketika nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi maka harga barang impor akan naik yang
menyebabkan biaya bahan baku impor meningkat. Bertambahnya biaya bahan
baku impor menyebabkan hasil produksi menurun. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kelangkaan barang-barang hasil produksi sehingga bisa menstimulus
kenaikan harga barang domestik secara umum sehingga inflasi naik. Sedangkan
dari sisi penawaran, depresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga barang luar
negeri relatif lebih tinggi dibandingkan barang dalam negeri. Hal ini akan
meningkatkan permintaan terhadap barang dalam negeri baik dari permintaan
domestik maupun dari permintaan luar negeri terhadap barang ekspor. Keadaan
ini kemudian memicu kenaikan harga sehingga inflasi akan naik.

C. Cadangan Devisa dan Inflasi


Cadangan devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap Inflasi di
Indonesia pada periode 2007-2013 Artinya besar kecilnya cadangan devisa tidak
akan mempengaruhi Inflasi. Hasil studi ini didukung oleh Lin, M. Y., dan Wang,
J. S. (2008) yang menunjukkan hasil bahwa Cadangan devisa tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Inflasi di Hongkong dan Singapura. Kesimpulan dari

5
6|Page

studi tersebut adalah inflasi akan meningkat karena efek nilai tukar lebih kuat dari
efek kejutan moneter. Tingkat inflasi akan berkurang apabila efek kejutan moneter
kuat jika ditempatkan pada stabilitas miliar tidak besar. Krušković, B. D., dan
Maričić, T (2015) akumulasi cadangan devisa tidak mempengaruhi inflasi jika
cadangan devisa tidak melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi. Hasil uji koefisien
determinan (R2) menunjukkan besarnya nilai R-squared sebesar 0,413309 atau
41,33 persen. Artinya variabel independen dalam model (Produk Domestik Bruto,
Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar dan Cadangan Devisa) mampu menjelaskan
variabel dependen (Inflasi) sebesar 0,413309 atau 41,33 persen, sedangkan
sisanya yaitu sebesar 0,586691 atau 58,67 persen dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak disertakan dalam model. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada
signifikansi (α) sebesar 0,10, Produk Domestik Bruto memliki pengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Inflasi, Jumlah Uang Beredar berpengaruh negatif
signifikan terhadap Inflasi, Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap
Inflasi, sedangkan Cadangan Devisa berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Inflasi di Indonesia.

2.4 Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian


Menurut Sukirno (2000:339) dalam suatu negara inflasi sangat
mempengaruhi stabilitas perekonomian negara tersebut karena :

1. Tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam


negeri, melemahkan produksi barang ekspor. Tingkat inflasi yang tinggi
menurunkan produksi karena harga menjadi tinggi dan permintaan akan barang
menurun sehingga produksi menurun.

2. Inflasi menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan


kenaikanharga upah buruh, maka kalkulasi harga pokok meninggikan harga jual
produk lokal. Dilain pihak turunnya daya beli masyarakat terutama

6
7|Page

berpenghasilan tetap akan mengakibatkan tidak semua bahan habis terjual. Inflasi
menyebabkan naiknya harga jual produksi barang ekspor, dan berpengaruh
terhadap neraca pembayaran.

Menurut Samuelson (2004:387), ada beberapa pengaruh inflasi terhadap


perekonomian antara lain sebagai berikut:

1. Pengaruh terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan, inflasi


mempengaruhi retribusi pendapatan dan kekayaan karena perbedaan dan
kewajiban yang dimiliki. Ketika seseorang berhutang, kenaikan harga yang tajam
merupakan rejeki bagi mereka. Seandainya anda meminjam $100.000 untuk
membeli rumah dan tingkat bunga tetap hipotek yang harus dibayar setiap tahun
sebesar $10.000 per tahun, tetapi biaya nyatanya terbagi dua. Anda hanya perlu
bekerja separuh kali dari sebelumnya untuk membayar hipotek anda. Anda
melalui pemotongan setengah dari nilai hutang hipotek yang sebenarnya.
(Samuelson, 2004:387). Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang
yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian
juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita
kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan
keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan
pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang
mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan persentase lebih
besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan
masyarakat.

2. Pengaruh terhadap efisiensi ekonomi, inflasi dapat mengurangi efisiensi


ekonomi karena mendistorsi harga dan sinyal harga. Pada perekonomian dengan
inflasi yang rendah, jika harga pasar suatu barang naik, para pembeli dan penjual
mengetahui bahwa telah terjadi perubahan pada kondisi penawaran dan atau
permintaan barang tersebut, dan mereka dapat bertindak secara tepat. Contohnya,
jika seluruh supermarket menaikan harga daging sapi sebesar 50%, maka pekiraan
konsumen langsung beralih ke daging ayam. Sama halnya, jika harga komputer

7
8|Page

baru turun 90% anda mungkin memutuskan untuk mengganti komputer model
lama milik anda. (Samuelson, 2004:387). Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya
inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari
barang lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang
tertentu.

3. Pengaruh makro pada efisiensi dan pertumbuhan, sampai pada pada


tahun 1970-an, inflasi tinggi selalu sejalan dengan output dan ketenagakerjaan
yang tinggi. Di Amerika, inflasi cenderung meningkat ketika investasi tinggi dan
pekerjaan melimpah. Periode deflasi atau penurunan inflasi tahun 1980-an, 1930,
1954, 1958, 1982 dan 1991 adalah waktunya pengangguran pada tenaga kerja dan
modal yang tinggi. Tetapi kajian sejarah yang lebih mendalam telah mangungkap
fakta menarik. Hubungan positif antara output dan inflasi hanya sementara. Dalam
jangka panjang, mereka terlihat lebih seperti bentuk hubungan berbentuk U-
terbalik antara pertumbuhan inflasi dan output (Samuelson, 2004:388). Inflasi
mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam
keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah
sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong
kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyperinflation)
dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan
inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung
tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti
dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi
dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. Pada
dasarnya inflasi (IHK) dapat dipilah antara yang bersifat permanen dan temporer
(Wijoyo dan Reza, 1998). Laju IHK permanen (core inflation) adalah laju inflasi
yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan terhadap barang dan jasa
(permintaan agregat) dalam perekonomian, sehingga walaupun inflatoir IHK
permanen dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

8
9|Page

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan atas klasifikasi data, maka pada penelitian kali ini digunakan
data kuantitatif dengan jenis rasio dan kualitatif. Sedangkan berdasarkan dimensi
waktu, maka data yang digunakan adalah data runtun waktu (time serries) yakni
data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu
(Mudrajat Kuncoro, 2003).
Atas penelitian atau riset menggunakan jenis penelitian seperti diatas,
maka rekayasa ide yang akan dibuat merupakan jenis data kuantitaif.

3.2 Langkah Penelitian


1. mengetahui pengertian , penggolongan, dan jenis inflasi
2. mengetahui factor – factor yang mempengaruhi inflasi
3. mengetahui pengaruh yang ditimbulkan inflasi

9
10 | P a g e

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Adapun sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder; diperoleh
dari lembaga pengumpul data baik dari pemerintah dalam hal ini BPS (Biro Pusat
Statistik) kota Medan, dan kantor Bank Indonesia Medan, yang dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Cara Untuk Menanggulangi Terjadinya Inflasi


1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan langkah pemerintah membuat perubahan
dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk
memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Melalui kebijakan
fiskal masalah pengangguran dan inflasi dapat diatasi (Indriayu, 2009).
Berikut ini adalah jenis-jenis kebijakan fiskal:

1a. Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal:

1. Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy): menaikkan


belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk
meningkatkan daya beli masyarakat . Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan
pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi dan pengangguran
yang tinggi.

10
11 | P a g e

2. Kebijakan fiskal kontraktif (contractionary fiskal policy): menurunkan


belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk
menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. Berikut ini beberapa
pengaruh kebijakan fiskal bagi perekonomian:

1.b Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrumen-instrumen:

Kebijakan Fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut :

 Meningkatkan penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat


pajak yang tinggi bagi unit usaha yang tidak memproduksi kebutuhan
pokok masyarakat atau dengan mengenakan jenis-jenis pajak baru.
 Mengurangi pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau
menghapuskan pengeluaran yang bukan prioritas.
 Mengadakan pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran
yang dilakukan pada masyarakat dan mengembalikannya di kemudian
hari, misalnya dalam bentuk pensiun.

1c. Pengaruh Kebijakan Fiskal Bagi Perekonomian:

1. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-


tujuan seperti inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.

2. Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, kenaikan belanja pemerintah


sehingga APBN mengalami defisit dapat digunakan untuk merangsang daya beli
masyarakat (AD = C + G + I + X - M) dan mengurangi pengangguran pada saat
terjadi resesi atau depresi ekonomi. 3. Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus
mengurangi defisit (atau menerapkan anggaran surplus) untuk mengendalikan
inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah melalui bank sentral
untuk memengaruhi penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku
bunga, dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Berikut ini
jenis-jenis kebijakan moneter dalam mengatasi masalah pengangguran dan inflasi.

2a. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter:

11
12 | P a g e

 Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi atau


membatasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi.

 Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk menambah jumlah


uang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.

Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrumen-instrumen:

 Politik diskonto ( politik uang ketat ) : bank menaikkan suku bunga


sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi, kebijakan diskonto
dengan menaikkan tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-
badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman guna memenuhi
permintaan pijaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit yang
dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi.
 Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke
pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual
surat berharga bank sentral dapat menekan jumlah uang beredar sehingga
jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.
 Peningkatan cash ratio: kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang
diwajibkan oleh bank sentral kepada bank-bank umum yang besarnya
tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan
menaikkan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang
mengedap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk
menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan
berkurang.

12
13 | P a g e

3. Kebijakan Non Moneter


Kebijakan ini merupakan kebijakan yang tidak berhubungan dengan
finansial pemerintah maupun jumlah uang yang beredar, cara ini merupakan
langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat
dilakukan melalui instrumen berikut:

 Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya. Cara ini cukup


efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang
konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena
itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi)
kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.

 Pemerintah melakukan distribusi secara langsung. Dimaksudkan agar


harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah
dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET).
Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa adanya
pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan
pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus
dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui
bulog atau KUD.

13
14 | P a g e

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena akan
merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara
cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang
tinggi, dan alternatif lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi
penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun diikuti dengan
pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula
dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan
campuran dari semua kebijakan itu.
2. Inflasi merupakan tolak ukur perekonomian di Indonesia oleh karena itu
pemerintah harus mampu mengendalikan inflasi dari variabel-variabel
yang mempengaruhinya, seperti tingkat suku bunga, jumlah uang beredar
dan nilai tukar rupiah terhadapdollar AS. Untuk mengendalikan inflasi
kebijakan ekonomi yang dapat diambil pemerintah diantaranya adalah
kebijakan moneter, dalam hal ini adalah fungsi Bank Indonesia selaku
bank sentral. Mengingat besaran moneter (M1) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laju inflasi, maka upaya yang perlu dilakukan untuk
mengendalikan inflasi seyogyanya memperhatikan perubahan besaran
moneter. Antara lain dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter,
yaitu fasilitas diskonto, operasi pasar terbuka, dan cadangan wajib
minimum yang diharapkan nantinya dapat menekan laju inflasi.

14
15 | P a g e

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan kesimpulan terhadap masalah
perekonomian dalam lingkup makro ini, maka pengamat dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :

1. Peranan pemerintah untuk mengendalikan terjadinya inflasi diharapan


dapat meningkatkan kemampuan dalam proses penyerapan tenaga kerja.
Hal tersebut dikarenakan dengan terkendalinya inflasi maka sektor-sektor
usaha dalam penyerapan tenaga kerja dapat mengalami peningkatan.
2. Pemerintah selalu memberikan jaminan bahwa sektor usaha menerapkan
sistem dan prosedur terkait dengan upah tenaga kerja dengan benar
sehingga segala bentuk kebijakan dapat dilaksanakan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan tenaga kerja. Selain itu pemerintah mampu
mengatasi masalah pengangguran selain masalah inflasi dan upah, sebab
pengangguran merupakan masalah sosial bangsa saat ini yang belum bisa
teratasi, bahkan tingkat pengangguran setiap tahunnya semakin bertambah.
Faktor utama yang menimbulkan adanya pengangguran adalah kurangnya
penggalian potensi setiap individu. Pengangguran jelas merugikan bangsa,
oleh sebab itu banyak dampak negatif yang di hasilkan yaitu menimbulkan
kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan.
3. Faktor konsumsi merupakan faktor terbesar penyumbang pendapatan
nasional dan penggerak perekonomian suatu negara, pemerintah
hendaknya mampu menciptakan program-program untuk dapat
mendongkrak pola konsumsi masyarakat dan mampu meningkatkan daya
beli masyarakat.
4. Program pemerintah hendaknya mampu memicu produktivitas
masyarakat, semisal program padat karya, PNPM Mandiri Pedesaan,
kredit lunak UMKM, dll.
5. Pemerintah hendaknya mampu melakukan kebijakan moneter yang
mampu menstabilkan tingkat suku bunga dalam rangka mampu
mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat dan tingkat inflasi.

15
16 | P a g e

6. Pemerintah hendaknya mampu menumbuhkan iklim investasi yang baik,


sehingga diharapkan dengan munculnya investasi maka akan mampu
membuka lapangan kerja seluas-luasnya, sehingga dengan adanya
lapangan pekerjaan, maka masyarakat akan mampu meningkatkan
pendapatannya.
7. Bank Indonesia sebagai pihak otoritas moneter Indonesia harus berusaha
menjaga keseimbangan cadangan devisa khususnya pada neraca
pembayaran internasional kemampuan kita dalam melakukan pembiayaan
perdagangan ataupun kemampuan membayar utang luar negeri sehingga
menjaga kepercayaan pihak asing terhadap perekonomian kita, dan juga
menjamini akan tindakan-tindakan pasar dalam melakukan investasinya.

16
17 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen KDBK, 2018, “Bahan Ajar Pengantar Ekonomi Makro”, Medan.

Gunawan. Anton H, 1991, “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di


Indonesia”, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Budiono, 1995, “Ekonomi Makro”, Yogyakarta : BPFE.

Andrianus, F dan Niko, A, 2006, “Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Inflasi di Indonesia Periode 1997:3 – 2005:2”.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 11 No 2.

Putong, Iskandar dan Andjaswati,ND, 2008, “Pengantar Ekonomi


Makro”, Jakarta : Mitra Wacana Media

Purwokerto”, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol 10 No .

17

Anda mungkin juga menyukai