Anda di halaman 1dari 10

Majalah Kedokteran Gigi Indonesia

Vol 3 No 2 – Agustus 2017


ISSN 2460-0164 (print), ISSN 2442-2576 (online)
TersediaDewi,
onlinedkk: Efek antikaries ekstrak ...
di https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi
DOI: http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.17407
ARTIKEL PENELITIAN

Efek antikaries ekstrak gambir pada tikus jantan galur wistar

Siti Rusdiana Puspa Dewi*, Dina Oktavia Marlamsya**, Rini Bikarindrasari*


*Bagian Konservasi Gigi, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
**Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
*Jl Palembang-Prabumulih Km 32, Indralaya, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia; e-mail: sitrus.pd@gmail.com

Submisi: 27 Desember 2016; Penerimaan: 3 Januari 2017; Publikasi online: 31 Agustus 2017

ABSTRAK
Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa ekstrak gambir dapat menghambat pertumbuhan Steptococcus
mutans (S. mutans) karena mengandung zat aktif katekin dan tanin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efek
antikaries ekstrak gambir pada tikus jantan galur Wistar. Tiga puluh enam ekor tikus galur Wistar diinokulasi dengan
S. mutans, diberikan makanan kariogenik dan dibagi menjadi 4 kelompok, yakni, kelompok yang diberi dosis ekstrak
gambir 6 mg, 12 mg, 24 mg dan plasebo. Setelah 60 hari, tikus di eutanasia, kemudian dihitung jumlah karies pada
permukaan halus dan oklusal dengan menggunakan metode Keyes. Data dianalisa dengan menggunakan tes Kruskal
Wallis. Hasil penelitian diketahui bahwa karies ditemukan hanya pada pemukaan oklusal dengan kedalaman email. Tidak
ada perbedaan signikan antar semua kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak gambir dengan dosis 6 mg,
12 mg dan 24 mg tidak memiliki efek antikaries pada gigi tikus jantan galur Wistar.

Kata kunci: antikaries; ekstrak gambir; karies

ABSTRACT: Anti-caries effect of gambier extract on male wistar rats. Several previous studies have mentioned
that gambir extract can inhibit the growth of Streptococcus mutans (S. mutans) because it contains active substances of
catechins and tannins. The objective of this study was to explore the anti-caries effect of gambir extract on male Wistar
rats. Thirty-six Wistar rats were inoculated with S. mutans, given cariogenic foods and divided into 4 groups according to
the doses of gambir extract, namely 6 mg, 12 mg, 24 mg and placebo. After 60 days, the rats were euthanized, then the
number of caries on the mesial or distal and occlusal surfaces was counted by using the Keyes’ method. The data were
analyzed using Kruskal Wallis test. The results revealed that caries was found only in occlusal surfaces with an enamel
depth. There is no signicant difference among all the groups, so it can be concluded that gambir extract at 6 mg, 12 mg
and 24 mg doses do not have anti-caries effect on the teeth of male Wistar rats.

Keywords: anti-caries; gambir extract; caries

PENDAHULUAN (S. mutans) merupakan bakteri kariogenik yang


Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah memiliki peranan penting dalam pembentukan plak.
kesehatan tertinggi keenam yang sering dikeluhkan Streptococcus mutans dapat menghasilkan enzim
oleh masyarakat Indonesia.1 Salah satu penyakit glukosiltransferase dan fruktosiltransferase. Enzim
gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi cukup tersebut mengubah sukrosa menjadi polisakarida
tinggi di Indonesia ialah karies gigi. Data Riskesdas ekstraselular berbentuk glukan dan fruktan. Glukan
2013 menyebutkan bahwa prevalensi penduduk bersifat lengket sehingga mendukung perlekatan
Indonesia yang bermasalah dengan gigi dan mulut bakteri-bakteri asidogenik lainnya pada kolonisasi
mencapai lebih dari 35%.2 awal pembentukan plak.4

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras Salah satu upaya pencegahan terhadap
gigi yang diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme karies gigi ialah dilakukan pengembangan bahan
dalam memfermentasikan karbohidrat sehingga alam dengan memanfaatkan gambir (Uncaria
terbentuk asam dan menurunkan pH, dengan gambir [Roxb.]) yang diketahui sebagai salah satu
ditandai adanya demineralisasi jaringan keras gigi.3 bahan antibakteri. Ekstrak gambir mengandung
Salah satu faktor yang berperan dalam proses katekin sebagai komponen utama serta beberapa
terjadinya karies ialah mikroorganisme yang komponen lain seperti asam kateku tanat, kuersetin,
terdapat di dalam plak gigi. Streptococcus mutans kateku merah, gambir ouresen, lemak dan lilin.5

83
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 83 - 92
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

Kemampuan antibakteri gambir tergantung pinset, tabung kecil, USB Digital Microscope pada
dari kandungan katekin dalam gambir. Katekin pembesaran 300-350x, mikromotor dan straight
mampu menghambat pembentukan polisakarida handpiece, carborondum disk dengan ketebalan
ekstraseluler, glukan, melalui persaingan kompetitif 0,3 mm dan diameter 2 cm. Bahan penelitian yang
dengan enzim glukosiltransferase. Kandungan digunakan adalah daun gambir (Uncaria gambir
katekin pada gambir memiliki aktivitas antibakteri [Roxb.]) yang diambil dari Babat Toman, Sumatera
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Selatan, air dan makanan tikus yang diberi sukrosa.
Gram positif.6,7 Pambayun dkk (2008) menyatakan Sampel penelitian menggunakan tikus putih galur
bahwa konsentrasi ekstrak gambir 6% mampu Wistar (Rattus norvegicus L.). Kriteria inklusi tikus
membunuh 100% bakteri S. mutans.8 Amos (2009) yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar
melaporkan bahwa aktivitas antibakteri pada obat (Rattus norvegicus L.) berjenis kelamin jantan,
kumur yang mengandung gambir berada pada berusia 10 – 12 minggu, berat 150 – 250 gram,
konsentrasi 24%.9 Lucida dkk (2010) menyebutkan dan dalam keadaan sehat. Kriteria eksklusi pada
bahwa ekstrak gambir 7% yang terdapat dalam penelitian ini adalah tikus dalam keadaan cacat sik
pasta gigi memiliki daya antimikroba yang optimal dan mental. Jumlah sampel adalah 32 ekor tikus,
dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans yang dibagi dalam 4 kelompok, yakni kelompok 1
sebagai penyebab terbentuknya plak gigi.10 yang diberi plasebo (akuades), kelompok 2 dengan
Sampai dengan saat ini, penelitian ekstrak dosis 6 mg/200 gr BB, kelompok 3 dengan dosis
gambir sebagai antikaries secara in vivo masih 12 mg/200 gr BB dan kelompok 4 dengan dosis 24
sangat terbatas, oleh karena itu, penelitian ini mg/200 gr BB tikus.
bertujuan mengetahui efek antikaries ekstrak
Pembuatan Ekstrak Gambir
gambir pada gigi tikus jantan galur Wistar yang
induksi dengan bakteri S. mutans. Pemilihan Daun gambir dijemur hingga kering selama 48 jam
hewan percobaan tikus galur Wistar selain karena tanpa mengenai sinar matahari langsung. Proses
pada alasan ekonomis dan praktis melainkan juga pengeringan juga dibantu dengan oven selama +
mudah dikembangbiakan.11 1,5 jam. Daun yang kering tersebut dihancurkan
dan diblender sampai halus hingga menjadi
simplisia. Sebanyak 60 gr simplisia dibungkus
METODE PENELITIAN
dengan kertas saring dan kapas sebagai alasnya,
Penelitian ini telah dilakukan uji kelayakan etik oleh
kemudian dimasukkan ke dalam tabung soxhlet.
Komisi Etik Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat
Tabung soxhlet diisi dengan pelarut etanol 96%,
Mohammad Hoesin Palembang dan Fakultas
700 ml dan dilakukan pemanasan pada suhu titik
Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan sertikat
didih pelarut yaitu 78,3 °C. Ekstraksi dilakukan
etik No.112/kepkrsmhfkunsri/2016. Jenis penelitian
selama 10 jam. Ekstrak yang diperoleh dievaporasi
yang digunakan adalah penelitian eksperimental
menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 50
laboratoris secara in vivo dengan rancangan
°C. Hasil ekstraksi tersebut diletakkan di wadah
penelitian posttest-only control group design.
kaca dan diangin-anginkan hingga mendapat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomolekuler
ekstrak kering. Ekstrak gambir disimpan di dalam
dan Animal House Fakultas Kedokteran Universitas
kulkas, kemudian digerus dengan menggunakan
Sriwijaya, Palembang. Penelitian dilakukan pada
mortar dan pestle. Ekstrak ditimbang dengan
bulan Agustus – November 2016.
neraca analitik dan dibagi dalam beberapa dosis,
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kemudian dibungkus dalam alumunium foil yang
ini adalah botol minuman, tempat makanan tikus, diberi label sesuai dengan dosis masing-masing.
sarung tangan karet (handscoen), kertas saring,
Ekstrak gambir dibuat dengan metode
kapas, alat soxhlet, rotary evaporator, gelas
sokletasi dan dibagi dalam 3 dosis, yaitu dosis
ukur, alumunium foil, mortar dan pestle, neraca
6 mg/200 g BB tikus, 12 mg/200 g BB tikus, dan
analitik, timbangan digital, scalpel dan blade #10,
24 mg/200 g BB tikus. Dosis ini dipilih berdasarkan

84
Dewi, dkk: Efek antikaries ekstrak ...

penelitian yang dilakukan oleh Hasti dkk (2012)12, aklimatisasi, S. mutans diberikan secara oral pada
yang menunjukkan bahwa ekstrak gambir dengan mulut tikus sebanyak 0,2 ml dengan menggunakan
dosis terendah 6 mg/200 g BB mempunyai aktivitas pipet selama tiga hari. Tikus langsung diberi
hepatoproteksi pada tikus. Kemudian, dosis gambir perlakuan setelah inokulasi S. mutans berupa
6 mg ditingkatkan menjadi 12 mg dan 24 mg. makanan dalam bentuk pelet dengan campuran
Makanan tikus yang digunakan dalam penelitian sukrosa dan minuman ekstrak gambir. Ekstrak
dicampur dengan sukrosa sebagai bahan makanan gambir diberikan dalam bentuk minuman yang
kariogeniknya.13 Cara pengolahannya ialah 600 mg dimasukkan pada botol minuman tikus. Proses
sukrosa dilarutkan dengan menggunakan aquades perlakuan ini berlangsung selama 60 hari.
1000 ml. Kemudian makanan dasar dicampurkan ke Setelah 60 hari, tikus dieutanasia dengan
dalam larutan sukrosa (1 kg pelet: 500 ml sukrosa) cara dimasukkan pada kotak kedap udara dan
dan diaduk sampai merata. Kelembaban makanan diberi kloroform selama 5 menit. Setelah itu, kedua
dihilangkan dengan menggunakan microwave. rahang tikus diambil dengan menggunakan scalpel
dan blade. Rahang tersebut dibersihkan dengan
Persiapan Hewan Percobaan larutan amonium hidroksida 1 – 2% selama kurang
Persiapan hewan percobaan dimulai dengan lebih 30 menit. Pengawetan dilakukan dengan
aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan proses merendam rahang dalam formalin untuk mencegah
penyesuaian hewan percobaan terhadap perubahan pembusukan selama 24 jam.
iklim lingkungan. Pada penelitian ini, aklimatimasi
perlu dilakukan karena tikus Wistar yang dijadikan Penilaian Karies pada Tikus
hewan percobaan diambil dari kota Bandung Penilaian karies pada gigi molar tikus putih galur
dengan surat keterangan kesehatan hewan dari Wistar menggunakan metode Keyes. Metode
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan no. Keyes digunakan karena masih efektif untuk
524.3/1755-Dispertapa/2016, sedangkan penelitian mengevaluasi karies pada hewan percobaan.
dilakukan di kota Palembang. Adanya perbedaan Evaluasi dilakukan dengan cara melihat lesi karies
wilayah dan iklim dikhawatirkan akan menyebabkan berdasarkan kedalamannya dan dengan bantuan
perbedaan siologis dan perilaku suatu organisme, USB Digital Microscope (GT600, Firey, USA) pada
dalam hal ini tikus Wistar. Oleh karena itu, pembesaran 300-350x dari permukaan halus (bukal
aklimatimasi dibutuhkan untuk mengobservasi dan lingual atau palatal) dan permukaan oklusal (pit
perilaku dan kemampuan adaptasi tikus terhadap dan sur).14 Sebelum dilakukan penilaian, dilakukan
lingkungan barunya. Tikus yang tidak memiliki staining terlebih dahulu. Tahap staining dilakukan
adaptasi baik dengan lingkungannya, memiliki dengan merendam rahang menggunakan larutan
perilaku yang berbeda dengan yang lainnya akan 1% methylene blue selama kurang lebih 4 jam,
dikeluarkan dari sampel penelitian. kemudian rahang dibersihkan dan dikeringkan.
Tikus diaklimatisasi dalam ruangan penelitian Setelah itu dilakukan sectioning rahang tikus
selama ± 1 minggu pada suhu kamar. Pada saat menggunakan carborundum disc yang dipasang
aklimatisasi, tikus diberi makanan berupa pelet pada straight handpiece. Langkah pertama dalam
sebanyak 20% dari BB tikus dan air 45 ml/hari. Tikus menilai lesi karies adalah dengan mengobservasi
ditempatkan pada 4 kandang persegi yang terbuat permukaan halus, yakni permukaan bukal dan
dari plastik dan kawat. Setiap kandang dipartisi lingual atau palatal, dilanjutkan dengan observasi
menjadi 9 bagian untuk diisi masing-masing 1 ekor pada permukaan oklusal gigi tikus secara visual.
tikus. Observasi dilakukan dengan bantuan USB
Digital Microscope. Karies yang terbentuk akan
Inokulasi Streptococcus mutans memperlihatkan adanya stain atau bercak yang
berwarna biru baik pada permukaan halus, maupun
Streptococcus mutans disiapkan dengan Colony
permukaan oklusal gigi. Langkah berikutnya
Forming Unit (CFU) 108 sel/mL. Setelah tahap
adalah dengan melihat kedalaman karies. Keyes

85
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 83 - 92
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

mengklasikasikan kedalaman karies menjadi 4 Analisis Data


bagian, yaitu: Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini
1. Email (E) : Lesi karies hanya diuji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan
mencapai daerah homogenitas dengan Levene’s test. Oleh karena
email. syarat normalitas data tidak terpenuhi, maka
digunakan statistik non parametrik Kruskal Wallis.
2. SlightDentinal (Ds) : Lesi karies telah
mencapai dentino
email junction (DEJ) HASIL PENELITIAN
atau dentin terbatas. Pada penelitian ini tikus diinduksi dengan S. mutans
dan juga diberikan sukrosa. Pemberian S. mutans
3. Moderate Dentinal (Dm) : Lesi karies telah men-
dan sukrosa diharapkan dapat membentuk karies
capai ¼ hingga ¾
pada gigi tikus. S. mutans diberikan secara oral
kedalaman dentin.
ke dalam rongga mulut tikus selama tiga hari
4. Extensive Dentinal (Dx) : Lesi karies telah men- sedangkan sukrosa yang dicampur dalam makanan
capai lebih dari ¾ diberikan secara ad libitum setiap hari. Simon L
kedalaman dentin. (2007) menyebutkan bahwa S. mutans memiliki
Tikus Wistar memiliki 12 buah gigi molar dalam peranan penting sebagai penyebab terbentuknya
satu rahang. 3 gigi molar terdapat pada bagian karies gigi.15
belakang rahang bawah kanan, 3 molar pada Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan
rahang bawah kiri, 3 molar pada belakang rahang adanya karies pada permukaan halus dari gigi tikus
atas kanan dan 3 molar pada rahang atas kiri. (Gambar 2) sehingga tidak dilakukan analisis data
Lebar pemukaan mesio-distal masing-masing gigi lebih lanjut. Karies terlihat hanya pada permukaan
molar dibagi dalam beberapa unit, sesuai dengan oklusal (pit dan sur) dengan kedalaman email.
lebar dari gigi tersebut. Molar satu dibagi dalam 4 (Gambar 3).
unit, molar dua dalam 4 unit dan molar tiga dibagi
Pada Gambar 4 terlihat bahwa terdapat kecen-
dalam 6 unit (Gambar 1). Secara visual, karies
derungan penurunan rata-rata jumlah karies pada
dilihat dengan adanya stain yang berwarna biru,
permukaan oklusal gigi. Jumlah rata-rata karies gigi
diamati mulai dari permukaan email hingga dentin
yang paling sedikit terbentuk ada pada kelompok
dalam. Jumlah dari masing-masing karies pada
dosis 24 mg/200 g BB.
setiap unit gigi molar tikus untuk satu gigi dicatat
dan dibedakan berdasarkan tingkat kedalamannya. Data hasil penelitian yang diuji dengan uji
Jumlah karies tersebut kemudian digabungkan normalitas Shapiro Wilk menyatakan bahwa data
dengan jumlah gigi lainnya pada satu tikus. Metode tidak berdistribusi normal (p < 0,05) sehingga data
double blind digunakan untuk menilai jumlah karies diuji dengan menggunakan uji non parametrik
pada gigi tikus. Kruskal Wallis. Data hasil uji Kruskal Wallis dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa data tersebut
memiliki angka probabilitas sebesar 0,07 (p>0,05).
Hal ini dapat dimaknai bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan karies
pada semua kelompok diterima, sehingga data di
Gambar 1. Permukaan gigi tikus yang dibagi dalam beberapa
atas tidak perlu dilanjutkan ke uji Post Hoc Mann-
unit berdasarkan lebar mesio-distalnya. Penilaian dilakukan
dengan melihat karies yang terbentuk pada setiap unit, Whitney. Analisis dari hasil uji tersebut menunjukkan
kemudian dijumlahkan. bahwa ekstrak gambir tidak signikan memiliki efek
antikaries pada gigi tikus Wistar.

86
Dewi, dkk: Efek antikaries ekstrak ...

Gambar 2. Permukaan halus gigi tikus yang sudah direndam dengan larutan 1% methylene
blue, dengan pembesaran 300 x dilihat secara visual tidak terlihat adanya karies. (B= bukal;
L= lingual; O=oklusal)

Gambar 3. Permukaan oklusal gigi tikus yang sudah direndam dengan larutan 1% methylene blue,
terlihat karies dengan kedalaman email secara visual dengan menggunakan USB Digital Microscope

87
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 83 - 92
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

Gambar 4. Grak rata-rata jumlah karies permukaan oklusal gigi tikus

Tabel 1. Uji Kruskal Walis efek anti karies ekstrak gambir pada gigi tikus

Kelompok N Mean+ SD Df Sig


Plasebo 8 21,19 + 2,09
Skor karies 6 mg/200 g BB 8 20,63 + 2,87 3
0,07
12 mg200 g BB 8 12,25 + 2,54
24 mg/200 g BB 8 11,94 + 1,99

PEMBAHASAN Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa


Berdasarkan hasil dari penelitian ini, terlihat bahwa terdapat penurunan lesi karies pada permukaan
karies hanya tampak pada permukaan oklusal (pit oklusal, tetapi secara statistik tidak signikan.
dan sur), sedangkan karies bagian permukaan Secara in vitro, gambir memiliki aktivitas
halus bernilai 0. Hal ini selaras dengan laporan antibakteri. Hal ini dibuktikan melalui penelitian
Machale dkk (2013) yang menyebutkan bahwa yang dilakukan oleh Pambayun dkk (2007), yang
prevalensi karies pada permukaan halus adalah menjelaskan bahwa senyawa katekin gambir
15%, sedangkan pada permukaan oklusal lebih yang bersifat polar mampu menembus lapisan
tinggi, yakni 38%. Permukaan halus gigi beresiko peptidoglikan pada bakteri S. mutans yang juga
lebih rendah terhadap karies dibandingkan bersifat polar.5 Katekin akan berikatan dengan
permukaan oklusal, sehingga hanya karies bagian salah satu molekul protein pada dinding sel
oklusal yang tampak.16 Hal tersebut disebabkan sehingga fungsi protein terganggu dan dinding
karena permukaan halus lebih mudah diakses oleh sel hancur. Kerusakan tersebut menyebabkan
saliva sehingga peran self cleansing nya berjalan.17 proses metabolisme sel terganggu hingga
Saliva berperan sebagai buffer dan mengandung mengakibatkan kematian sel.21 Koech dkk
komponen antibodi rongga mulut sehingga bakteri (2013) mengatakan bahwa katekin efektif dalam
patogen tidak dapat berkembang biak.18 Pit dan sur menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena katekin dapat berikatan kuat dengan lipid
karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di bilayer pada bakteri Gram positif. 22 Araghizadeh
daerah tersebut.19 Permukaan gigi yang kasar dkk (2013) menginformasikan bahwa katekin
pada bagian oklusal juga dapat menyebabkan plak yang terdapat pada teh hijau sangat efektif dalam
mudah melekat dan membantu perkembangan menghambat aktivitas bakteri kariogenik dan
karies gigi.20 perio-patogen.23

88
Dewi, dkk: Efek antikaries ekstrak ...

Katekin juga mampu menghambat enzim pada dosis 24 mg/200 gr BB. Perbedaan hasil yang
glukosiltransferase agar tidak mensintesa sukrosa didapat tersebut disebabkan karena penelitian ini
menjadi polisakarida ekstraseluler yang lengket.24 merupakan penelitian in vivo, sedangkan penelitian
Koech menyebutkan bahwa senyawa polifenol sebelumnya di atas merupakan penelitian in vitro.
polimer katekin bekerja dengan menginaktivasi Pada penelitian in vitro, senyawa aktif suatu
enzim glukosiltransferase.22 Hal tersebut menye- tanaman, seperti katekin yang terdapat pada
babkan S. mutans tidak lengket pada permukaan ekstrak gambir, langsung berkontak dengan sel
email gigi sehingga pembentukan plak dapat spesimen yang diujikan. Hal ini menyebabkan
dicegah. Tsai dkk (2007) memaparkan bahwa efektivitas dari senyawa aktif tersebut tetap
senyawa polifenol katekin yang terdapat pada stabil dalam dosis atau konsentrasi yang sama
Rosmarinus ofcinalis dapat mencegah terben- yang langsung bekerja pada sel target. Pada
tuknya lesi karies dengan menekan enzim gluko- penelitian ini, ekstrak gambir masuk melalui sistem
siltransferase sehingga dapat mengeliminasi pencernaan tikus, sehingga dosis atau konsentrasi
pembentukan plak gigi.25 dari senyawa aktif tersebut dapat dipengaruhi
Kandungan senyawa aktif lainnya dari gambir oleh farmakokinetik dan farmakodinamik di dalam
yang bersifat antibakteri adalah tannin. Kandungan tubuh tikus. Senyawa tersebut akan mengalami
tannin dalam gambir lebih sedikit dibanding suatu proses absorpsi, distribusi, metabolisme
senyawa katekin.26 Hasil penelitian yang dilakukan (biotransformasi) dan eliminasi untuk sampai di
oleh Liantari (2014) menunjukkan bahwa tannin tempat tujuan dan memberikan efek. Selama
efektif menghambat aktivitas bakteri Streptococcus perjalanan tersebut, dosis atau konsentrasi suatu
mutans. Tannin mampu menurunkan konsentrasi senyawa aktif cenderung mengalami penurunan. Di
ion kalsium pada plasma, produksi enzim dan samping itu, mekanisme kerja obat juga dipengaruhi
menghambat reaksi enzimatik oleh bakteri.27 oleh reaksi biokimia obat terhadap sel-sel yang
ada di dalam tubuh, yang dapat memberikan efek
Penelitian Dewi dkk (2016) mengenai efek yang berbeda-beda pada tiap individu. Hal ini
antikaries ekstrak gambir (Uncaria gambir [Roxb.]) mempengaruhi efektivitas senyawa aktif tersebut
pada permukaan email gigi yang terpapar S.
pada sel target. Faktor lain yang mempengaruhi
mutans, menyatakan bahwa gambir pada saliva diantaranya faktor siologis individual, seperti
buatan memiliki efek antikaries yang setara idiosinkrasi, yang mampu memberikan efek yang
dengan cefadroxil 500 mg. Ekstrak gambir mampu
tidak dapat diprediksi.
menurunkan jumlah porositas permukaan email,
mengurangi penurunan berat molekul kalsium, Faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian
dan mengeliminasi koloni bakteri secara in vitro.28 adalah dosis dan waktu penelitian. Baskar (2014)
Moezizadeh (2013) menyimpulkan bahwa efek melaporkan bahwa teh hijau yang mengandung zat
antikaries katekin disebabkan karena kemampuan aktif katekin memiliki efek yang dapat menghambat
katekin dalam membunuh bakteri penyebab karies, terbentuknya karies baik secara in vitro maupun
membuat permukaan gigi menjadi halus atau licin in vivo pada tikus. Data tersebut dirangkum
sehingga bakteri membutuhkan waktu yang lebih dari beberapa hasil penelitian terdahulu. Dosis
lama untuk melekat pada gigi dan menurunkan terendah ekstrak teh hijau yang digunakan pada
kemampuan bakteri dalam memproduksi asam penelitian in vivo tersebut untuk memberikan efek
pada email.29 adalah 60 mg/200 gr BB tikus dan waktu penelitian
yang yang dilakukan lebih lama, yakni 120 hari,30
Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda sedangkan pada penelitian ini dosis ekstrak gambir
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
yang digunakan jauh lebih kecil, yakni 6-24 mg/200
dan Moezizadeh, dimana data yang didapat gr BB tikus dengan waktu yang lebih singkat, yakni
menunjukkan bahwa ekstrak gambir tidak signikan 60 hari. Perbedaan rentang dosis tersebut diduga
memiliki efek antikaries, walaupun memiliki
menyebabkan ekstrak gambir secara signikan tidak
kecenderungan penurunan jumlah karies gigi tikus memiliki efek antikaries pada gigi tikus, walaupun

89
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 83 - 92
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

Pambayun dkk (2007) mengatakan bahwa penelitian masih jauh lebih baik jika menggunakan
senyawa polifenol katekin pada ekstrak gambir SEM. Hal ini disebabkan karena SEM memiliki
lebih tinggi dibandingkan dengan pada teh hijau.5 kemampuan untuk memperbesar objek sampai
Waktu penelitian yang lebih singkat memungkinkan dengan 8000x dan memiliki kualitas yang baik
karies yang terbentuk belum begitu banyak, dalam mempertajam objek pencitraan. Dengan
sehingga efek ekstrak gambir terhadap terjadinya demikian diharapkan dengan menggunakan SEM,
karies belum dapat dilihat lebih jauh. Untuk itu evaluasi karies pada permukaan halus dan oklusal
dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai dosis gigi tikus memberikan hasil yang lebih akurat. Untuk
minimal ekstrak gambir yang efektif digunakan itu dapat disarankan untuk pengamatan selanjutnya
dan waktu yang lebih lama untuk memberikan dan dapat dilakukan dengan menggunakan SEM.
memperlihatkan efek antikariogenik gambir secara
in vivo. KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi dkk (2016) Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa ekstrak gambir dengan dosis maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak gambir
6-24 mg/200 gr BB, secara signikan mampu dengan dosis 6 mg, 12 mg dan 24 mg tidak memiliki
menurunkan jumlah koloni bakteri pada saliva tikus, efek antikaries pada gigi tikus jantan galur Wistar.
dimana efek antibakteri ekstrak gambir dengan dosis Peningkatan dosis menunjukkan penurunan karies
24 mg/200 gr BB setara dengan cefadroksil 500 mg pada gigi tikus jantan galur Wistar (dose-dependent
yang diberikan selama 7 hari berturut-turut.31 Akan effect).
tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ini, jumlah koloni bakteri yang masih tersisa pada DAFTAR PUSTAKA
di rongga mulut tikus masih memungkinkan untuk
1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut
menyebabkan terjadinya karies. Di samping itu,
sehat: penanggulangan dan pemeliharaan. 1st
pada penelitian ini tikus diinduksi dengan bakteri S.
ed. Medan: USU Press; 2010. 7.
mutans, sehingga jumlah bakteri kariogenik pada
saliva tikus menjadi lebih banyak. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Kesehatan. Riset Kesehatan
Hasil penelitian Dewi dkk (2016) menyebutkan
Dasar 2013. Jakarta: Depkes RI 2013; 2013.
bahwa ekstrak gambir mampu mencegah terjadinya
114 – 118.
karies gigi manusia. Hal ini terlihat dari berkurangnya
porositas pada topogra permukaan email dengan 3. Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Dasar – dasar
alat ukur SEM (Scanning Electron Microscope) yang karies: penyakit dan penanggulangannya.
memiliki perbesaran 1000 – 8000 kali.28 Alat ukur Jakarta: EGC; 2012. 1 – 5, 8.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah USB 4. Fejerskov O, Kidd E. Dental caries: the
digital microscope, dengan perbesaran 50 – 500x. disease and its clinical management. 2nd ed.
Gambar yang didapatkan pada objek untuk melihat UK: Blackwell Publishing Ltd; 2008. 166.
karies sudah tampak jelas dan tidak kabur. Al-Hana
5. Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S,
dkk (2013) menggunakan USB digital microscope
Rahayu K. Kandungan fenolik ekstrak daun
untuk melihat ada atau tidaknya fraktur pada
gambir (Uncaria gambir Roxb) dan aktivitas
dentin akar gigi yang diberikan bahan reinforced
antibakterinya. Agritech. 2007; 27(2): 89 – 94.
dan hasil yang didapatkan sudah cukup baik untuk
diukur dan dianalisis.32 Penggunaan USB digital 6. Magdalena NV, Kusnadi J. Antibakteri dari
microscope pada penelitian ini sebenarnya sudah ekstrak kasar daun gambir (Uncaria gambir
cukup untuk mendeteksi karies. Penampakan pada var cubadak) metode microwave-assisted
USB digital microscope pun juga sudah cukup jelas extraction terhadap bakteri patogen. Jurnal
untuk melihat adanya kavitas, namun akurasi objek Pangan dan Agroindustri. 2015; 3(1): 124 –
135.

90
Dewi, dkk: Efek antikaries ekstrak ...

7. Liang C, Zhang Y, Jia Y, Wang W, Li Y, 16. Machale PS, Hedge-Shetiya S, Agarwal D.


Lu S, Jin JM, Tang SY. Engineering a The incipient caries. J Contemp Dent. 2013:
carbohydrate-processing transglycosidase 3(1): 20 – 24.
into glucosyltransferase for natural product 17. Veiga N, Aires D, Douglas F, Pereira M, Vaz A,
glycodiversication [Internet]. Science Reports Rama L, Silva M, Miranda V, Pereira F, Vidal
6; 2016 [cited 2017 January 19.] Available from B, Plaza J, Bexiga F. Dental caries: a review. J
http://www.nature.com/articles/srep21051. Dent Oral Health. 2013; 2(5): 43 – 45.
8. Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, 18. Shetty C, Hedge MN, Devadiga D. Correlation
Rahayu K. Sensitivitas bakteri gram positif between dental caries with salivary ow, pH
terhadap katekin yang diekstraksi dari gambir and buffering capacity in adult South Indian
(Uncaria gambir). Agritech. 2008; 28(4): 174 – population. Int. J. Res. Ayurveda Pharm.
179. 2013; 4(2): 219 – 223.
9. Amos. Gambir sebagai antibakteri dalam 19. Fatmawati DWA. Hubungan biolm
formulasi obat kumur. Jurnal Sains dan Streptococcus mutans terhadap resiko
Teknologi Indonesia. 2009; 11(3): 188 – 192. terjadinya karies gigi. Stomatognatic. J.K.G
10. Lucida H, Rustini, Sautri D, Dachriyanus. Unej. 2011; 8(3): 127 – 130.
Formulation of anti-plaque tooth paste 20. Rahmayanti S, Purnakarya I. Peran makanan
from standardized gambir extractand terhadap kejadian karies gigi. Jurnal
its antimicrobial activity. Jurnal Farmasi Kesehatan Masyarakat. 2013; 7(2): 89 – 93.
Indonesia. 2010; 5(2): 70 – 77.
21. Taylor PW, Hamilton-Miller JMT, Stapleton
11. Ridwan E. Etika pemanfaatan hewan PD. Antimicrobial properties of green tea
percobaan dalam penelitian kesehatan. J catechins. Food Sci. Technol. Bull. 2005; 2: 71
Indon Med Assoc. 2013; 63(3): 112 – 116. – 81.
12. Hasti S, Muchtar H, Bakhtia A. Uji aktivitas 22. Koech KR, Wachira FN, Ngure RM, Wanyoko
hepatoproteksi dan toksisitas akut dari ekstrak JK, Bii CC, Karori SM. Antimicrobial,
gambir terstandarisasi. Jurnal Penelitian synergistic and antioxidant activities of tea
Farmasi Indonesia. 2012; 1(1): 34 – 38. polyphenols. Formatex 2013; 4: 971 – 981.
13. Irdalisa, Safrida, Khairil, Abdullah, Sabri M. 23. Araghizadeh A, Kohanteb J, Fani MM.
Prol kadar glukosa darah pada tikus setelah Inhibitory activity of green tea (Camellia
penyuntikan aloksan sebagai hewan model sinesis) extract on some clinically isolated
hiperglikemik. Jurnal EduBio Tropika. 2015; cariogenic and periodontophatic bacteria.
3(1): 25 – 28. Med. Princ. Pract. 2013; 22: 368 – 372.
14. Guggenheim B, Hefti A, Burschard JJ. The 24. Reygaert WC. The antimicrobial possibilities
effect of cyclosporin A on dental caries in rats of green tea. Front Microbiol. 2014; 5: 434 –
monoassociated with Actimycess viscosus 444.
NY1. In McGhee JR, editor. Secretory Immunity
and Infection. Proceeding of the International 25. Tsai PJ, Tsai TH, Ho SC. In vitro inhibitory
Symposium on the Secretory Immune System efffects of rosemary extract on growth and
and Caries Immunity; 2012; New York. New glucosyltransferase activity of Streptococcus
York: Springer Sci and Bussiner media; 2012. sorbinus. Food Chem. 2007; 105: 311 – 316.
294 – 301. 26. Kassim MJ, Hussin HM, Achmad A, Dahon
NH, Suan TK, Hamdan HS. Determination
15. Simon L. The role of Streptococcus mutans
and oral ecology in the formation of dental of total phenol, condensed tannin, avonoid
caries. JYI. 2007; 56: 11 – 20. contents and antioxidant activity of Uncaria

91
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 83 - 92
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)

gambir extracts. Majalah Farmasi Indonesia 30. Baskar S. Role of green tea in dental problems.
2011; 22(1): 50 – 59. IJCRCPS. 2014; 4(1): 73 – 77.
27. Liantari DS. Effect of Wuluh starfruit leaf 31. Dwi RS, Ardita I, Dewi SRP. Antibacterial effect
extract for Streptococcus mutans growth. J of gambir extract (Uncaria gambir [Roxb.]) to
Majority. 2014; 3(7): 27 – 33. bacterial colonies in male rat Wistar strain.
28. Dewi SRP, Kamaluddin MT, Theodorus, Proceedings of FDI-IDA Joint Meeting: 2016
Pambayun R. Anticariogenic effect of gambir 11-12 Nov; Bandung, Indonesia.
(Uncaria gambir [Roxb.] extract on enamel 32. Al-Hana DAA, El-Messairy AA, Shohayb FH,
tooth surface exposed by Streptococcus Alhadainy HA. Micro-shear bond strength of
mutans. Int J Health Sci Res. 2016; 6(8): 171 different composite and glass-ionomers used
– 179. to reinforced root dentin. Tanta Dental Journal.
29. Moezazideh M. Anticariogenic effect of tea: a 2013; 10: 58 – 66.
review literature. JDOH. 2013; 5(9): 89 – 91.

92

Anda mungkin juga menyukai